Lapkas Neuralgia Pasca Herpetik Neurologi

28
LAPORAN KASUS NYERI PASCA HERPES Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Kepanitraan Klinik Bagian Dermatovenerologi Rumah Sakit Tentara Tingkat II Dokter Soedjono Disusun oleh : REZKA OCTAVIANO 1410221100 Pembimbing : Letkol CKM. dr. Susilowati, Sp.KK

description

Lapkas-Neuralgia-Pasca-Herpetik-Neurologi

Transcript of Lapkas Neuralgia Pasca Herpetik Neurologi

Page 1: Lapkas Neuralgia Pasca Herpetik Neurologi

LAPORAN KASUS

NYERI PASCA HERPES

Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Kepanitraan Klinik Bagian Dermatovenerologi

Rumah Sakit Tentara Tingkat II Dokter Soedjono

Disusun oleh :

REZKA OCTAVIANO

1410221100

Pembimbing :

Letkol CKM. dr. Susilowati, Sp.KK

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU DERMATOVENEROLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL

“VETERAN” JAKARTA

2016

Page 2: Lapkas Neuralgia Pasca Herpetik Neurologi

LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN KASUS

NYERI PASCA HERPES

Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Kepanitraan Klinik Bagian Dermatovenerologi

Rumah Sakit Tentara Tingkat II Dokter Soedjono

Disusun oleh :

REZKA OCTAVIANO

1410221100

Telah disetujui dan disahkan oleh :

Dokter pembimbing,

Letkol CKM. dr. Susilowati, Sp.KK

Page 3: Lapkas Neuralgia Pasca Herpetik Neurologi

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat, karunia dan nikmat-

Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan laporan refleksi kasus yang berjudul “Nyeri Pasca

Herpes”. Penulis berharap laporan ini dapat dimanfaatkan oleh tenaga kesehatan dan instasi

terkait.

Dalam penyelesaian dan penyusunan laporan kasus ini penulis ingin menyampaikan banyak

terimakasih kepada :

1. Letkol CKM dr. Susilowati, Sp.KK

2. Teman-teman stase dermatovenerology yang selama ini selalu memberikan dukungan

Penulis menyadari bahwa selama penulisan laporan ini, penulis masih mempunyai

banyak kekurangan. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritikan untuk

menyempurnakan laporan ini.

Magelang, maret 2016

Penulis

Page 4: Lapkas Neuralgia Pasca Herpetik Neurologi

BAB IPENDAHULUAN

The International Association for the Study of Pain (IASP) mendefinisikan nyeri sebagai

suatu pengalaman inderawi dan emosional yang tidak menyenangkan,yang berhubungan dengan

kerusakan jaringan yang nyata atau berpotensi rusak.1

Herpes zoster merupakan infeksi virus (yang sifatnya terlokalisir) dari reaktivasi infeksi

virus varicella-zoster endogen (telah ada sebelumnya dalam tubuh seseorang). Virus ini bersifat

laten pada saraf sensorik atau pada saraf-saraf wajah dan kepala (saraf kranialis) setelah serangan

varicella (cacar air) sebelumnya. Reaktivasi virus sering terjadi setelah infeksi primer, namun

bila sistem kekebalan tubuh mampu meredamnya maka tidak nampak gejala klinis. Sekitar 90%

orang dewasa di Amerika Serikat pada pemeriksaan laboratorium serologik (diambil dari darah)

ditemukan bukti adanya infeksi varicella-zoster sehingga menempatkan mereka pada kelompok

resiko tinggi herpes zoster. Angka insidens zoster dalam komunitas diperkirakan mencapai 1.2

hingga 3.4 per-1000 orang tiap tahunnya. Dari angka tersebut, diperkirakan insidennya bisa

mencapai lebih dari 500,000 kasus tiap tahun dan sekitar 9-24% pasien-pasien ini akan

mengalami Neuralgia Pasca Herpetika. Peningkatan usia nampaknya menjadi kunci faktor resiko

perkembangan herpes zoster, insidensnya pada lanjut usia (diatas 60-70 tahun) mencapai 10

kasus per-1000 orang pertahun, sementara Neuralgia Pasca Herpetika juga mencapai 50% pada

pasien-pasien ini dan mengalami nyeri yang berkepanjangan (dalam hitungan bulan bahkan

tahun). Neuralgia Pasca Herpetika sendiri menimbulkan masalah baru akibat disability, depresi

dan terisolasi secara sosial serta menurunkan kualitas hidup. Sekali Neuralgia Pasca Herpetika

terjadi, akan sangat sulit melakukan penatalaksanaan secara efektif.1

Dari data diatas, dapat disimpulkan bahwa pencegahan dan pengobatan yang tepat pada

penderita Neuralgia Pasca Herpetika merupakan hal yang sangat penting dan pengetahuan

tentang patofisiologi Neuralgia Pasca Herpetika sangat penting untuk pengobatan dan

meningkatkan kualitas hidup penderita.

Page 5: Lapkas Neuralgia Pasca Herpetik Neurologi

BAB II

STATUS PASIEN

II. LAPORAN KASUS

IDENTITAS

Nama : Ny. S R

Umur : 66 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Status : Kawin

Alamat : Magelang

A. ANAMNESE PRIBADI

Seorang perempuan umur 66 tahun beragama islam, tidak bekerja, sudah kawin

dan tinggal didaerah magelang datang dengan keluhan nyeri dan panas pada seluruh

tubuh, nyeri dirasakan terutama pada kaki hingga tidak bisa tidur.

B. RIWAYAT PERJALANAN PENYAKIT

Keluhan Utama : nyeri pada kaki

Telaah : Hal ini telah dialami OS kurang lebih 3 bulan terakhir sebelum masuk

rumah sakit. panas yang dirasakan OS di seluruh tubuh dan terdapat

rasa nyeri yang dirasakan OS bersifat seperti ditusuk-tusuk dan

semakin memberat jika disentuh, cuaca panas, cuaca dingin dan

terkena hembusan angin hal ini dirasakan OS terus menerus di bagian

kaki.OS sebelumnya menderita Herpes Zooster 3 bulan yang lalu tepat

didaerah yang dirasakan nyeri oleh OS saat ini.

RPD : Belum pernah menderita penyakit kulit dengan gejala seperti ini

sebelumnya, Asma (-), Alergi (-).

Page 6: Lapkas Neuralgia Pasca Herpetik Neurologi

RPO : Gejala yang timbul saat ini sudah pernah diobati ke PUSKESMAS

mendapat obat minum dan salep namun tidak ada perbaikan, nama

obatnya pasien tidak mengetahui.

RPK : Keluarga tak ada yang sakit dengan gejala seperti ini.

PEMERIKSAAN FISIK

Status general

Kesadaran : Compos Mentis

Tekanan Darah : 110/70 mmHg

Nadi : 68 x/i

Pernafasan : 18 x/i

Temperatur : 36,70 C

Kepala : Normocephalic

Mata, THT : Anemis (-), ikterus (-), Oedem Palpebra (-), cyanosis (-),

telinga makrotia (-), telinga mikrotia (-), nyeri telinga (-)

Thoraks : simetris fusiformis

Jantung : ictus cordis tidak teraba, batas jantung normal, murmur dan

gallop (-)

Paru-Paru : Simetris statis dinamis, stem fremitus kanan = kiri, vesikuler

(+)

Abdomen : simetris, soepel, peristaltik (+), hepar lien tidak teraba, nyeri

tekan (-)

Genitalia : tidak dilakukan pemeriksaan

Ekstremitas : Akral hangat, edema (-)

Page 7: Lapkas Neuralgia Pasca Herpetik Neurologi

DIAGNOSIS

DIAGNOSIS BANDING :

1. Neuralgia pasca herpetik

2. Selulitis

3. Dermatitis kontak

DIAGNOSA KERJA : Nyeri pasca herpetik

PENATALAKSANAAN :

P/o

Alpentin 3x1

Na Diclofenac 2x1

Ranitidin 2x1

Page 8: Lapkas Neuralgia Pasca Herpetik Neurologi

KESIMPULAN

Seorang perempuan umur 66 tahun beragama islam, tidak bekerja, sudah kawin

dan tinggal didaerah magelang datang dengan keluhan nyeri dan panas pada seluruh

tubuh, nyeri dirasakan terutama pada kaki hingga tidak bisa tidur.

.Hal ini dialami OS lebih kurang 3 bulan yang lalu. Nyeri yang dirasakan OS

bersifat seperti ditusuk-tusuk dan semakin memberat jika disentuh, cuaca panas, cuaca

dingin dan terkena hembusan angin hal ini dirasakan OS terus menerus. Mual (-), Muntah

(-), nyeri kepala (-), demam (-), BAB dan BAK (+) normal. Riwayat Herpes zooster (+).

Page 9: Lapkas Neuralgia Pasca Herpetik Neurologi

III. TINJAUAN PUSTAKA

III.1 DEFINISI

Neuralgia pasca herpes didefinisikan sebagai nyeri yang dirasakan di tempat

penyembuhan ruam, terjadi sekitar 9-15% pasien herpes zoster yang tidak diobati. Dan

pada pasien yang berumur tua memiliki resiko yang lebih tinggi.1

Neuralgia ini dikarakteristikan sebagai nyeri seperti terbakar, teriris atau nyeri

disetetik yang bertahan selama berbulan-bulan bahkan dapat sampai tahunan. Dworkin,

1994, mendefinisikan neuralgia paska herpetika sebagai nyeri neuropatik yang menetap

setelah onset ruam (atau 3 bulan setelah penyembuhan herpes zoster).2

Herpes Zoster dikenal pula sebagai ‘shingles’ dapat menginfeksi system saraf

dengan reaktivasi dari virus ini. Infeksi ini menimbulkan erupsi kulit sepanjang distribusi

dermatomal yang terkena. Fenomena nyeri yang timbul dikenal sebagai neuralgia paska

herpetika. Biasanya gangguan sensorik dikarakteristikan sebagai nyeri radikular dengan

rasa terbakar, gatal, dan dapat sangat mengganggu kehidupan penderitanya.2

Reaktivasi virus ini biasanya terjadi pada orang tua dan penderita dengan imunitas

menurun seperti pada kasus transplantasi organ atau kemoterapi untuk kanker dan

penderita HIV.2

III. 2 EPIDEMIOLOGI

Sebagian besar insidens herpes zoster dan neuralgia paska herpetika didapatkan

data dari Eropa dan Amerika Serikat. Sedangkan belum didapatkan angka insiden di Asia,

Australia dan Amerika Selatan.3

Pada penderita herpes zoster hampir 100 persen pasien mengalami nyeri, dan 10-

70 persennya mengalami neuralgia pasca herpetika. Nyeri lebih dari 1 tahun pada

penderita berusia lebih dari 70 tahun dilaporkan mencapai 48%. Anak antara usia 5 dan 9

tahun mengambil 50% dari semua kasus, kebanyakan kasus lain timbul antara usia 1 dan

4 tahun serta 10 dan 14 tahun. Sekitar 10% diatas usia 15 tahun. Pada penderita HIV atau

dengan leukemia dilaprkan 50-100 kali lebih banyak dibandingkan dengan kelompok

sehat usia sama.5,6

Page 10: Lapkas Neuralgia Pasca Herpetik Neurologi

III. 3 ETIOLOGI

Virus zoster merupakan salah satu dari delapan virus herpes yang menginfeksi

manusia. Virus ini termasuk dalam famili herpesviridae. Struktur virus terdiri dari sebuah

icosahedral nucleocapsid yang dikelilingi oleh selubung lipid. Di tengahnya terdapat

DNA untai ganda. Virus varicella zoster memiliki diameter sekitar 180-200 nm.1,3

Analisis endonuklease terbatas atas DNA virus pasien varicella yang kemudian menderita

herpes zoster membenarkan identitas molekul dua virus yang bertanggung jawab untuk

presentasi klinis yang berbeda ini.5

Gambar 1. Virus Varisella zoster, virus ini menyebabkan penyakit varicella dan untuk

reaktivasi selanjutnya akan menyebabkan pnyakit zoster.3

Setelah infeksi primer, virus ini akan tetap berada di dalam akar saraf sensorik

untuk hidup. Setelah reaktivasi, virus bermigrasi ke saraf sensoris pada kulit,

menyebabkan ruam karakteristik dermatomal yang menyakitkan. Setelah resolusi, banyak

individu terus mengalami nyeri pada distribusi dari ruam (postherpetic neuralgia).7

III.4 PATOGENESIS

Page 11: Lapkas Neuralgia Pasca Herpetik Neurologi

Gambar 2. Infeksi yang dilakukan oleh virus Varissela zooster2

1. Herpes Zoster

Patogenesis terjadinya herpes zoster disebabkan oleh reaktivasi dari virus varisella

zoster yang hidup secara dorman di ganglion setelah paparan pertama melalui system

pernafasan. Imunitas seluler berperan dalam pencegahan pemunculan klinis berulang

virus varicella zoster dengan mekanisme tidak diketahui. Hilangnya imunitas seluler

terhadap virus dengan bertambahnya usia atau status imunokompromis dihubungkan

dengan reaktivasi klinis. Saat terjadi reaktivasi, virus berjalan di sepanjang akson menuju

ke kulit. Pada kulit terjadi proses peradangan dan telah mengalami denervasi secara

parsial. Di sel-sel epidermal, virus ini bereplikasi menyebabkan pembengkakan,

vakuolisasi dan lisis sel sehingga hasil dari proses ini terbentuk vesikel yang dikenal

dengan nama ’Lipschutz inclusion body’.1,2

Pada ganglion kornu dorsalis terjadi proses peradangan, nekrosis hemoragik, dan

hilangnya sel-sel saraf. Inflamasi pada saraf perifer dapat berlangsung beberapa minggu

sampai beberapa bulan dan dapat menimbulkan demielinisasi, degenerasi wallerian dan

proses sklerosis. Proses perjalanan virus ini menyebabkan kerusakan pada saraf.2

2. Nyeri

Proses terjadinya nyeri secara umum dapat dibagi menjadi 3 jenis :

Page 12: Lapkas Neuralgia Pasca Herpetik Neurologi

A. Proses stimulasi singkat

Pada jenis I, pukulan, cubitan pada tubuh dan lain sebagainya akan

menyebabkan timbulnya persepsi nyeri. Bila stimulasi yang terjadi tidak menyebabkan

terjadinya lesi, maka rasa nyeri yang terjadi hanya dalam waktu singkat.

B. Proses stimulasi yang berkepanjangan sehingga menyebabkan lesi atau inflamasi

jaringan.

Pada jenis II, adalah jenis nyeri oleh karena terjadinya inflamasi jaringan atau

dikenal sebagai nyeri nosiseptif. Ciri khas dari inflamasi ialah terjadinya kalor, rubor,

dolor dan fungsiolaesa.

C . Proses yang terjadi akibat lesi dari sistem saraf.

Pada Jenis III, dikenal sebagai nyeri neuropatik. Lesi saraf tepi atau sentral

akan mengakibatkan hilangnya fungsi seluruh atau sebagian dari system saraf

tersebut. Lesi saraf menyebabkan perubahan fungsi neuron sensorik yang dalam

keadaan normal dipertahankan secara aktif oleh keseimbangan antara neuron dengan

lingkungannya. Gangguan yang terjadi dapat berupa gangguan keseimbangan neuron

sensorik, melalui perubahan molekuler, sehingga aktivitas sistem saraf aferen

menjadi abnormal yang selanjutnyamenyebabkan gangguan nosiseptif sentral

(sensitisasi sentral). Allodinia adalah nyeri yang disebabkan oleh stimulus normal

(secara normal semestinya tidak menimbulkan nyeri). Impuls yang dijalarkan Aβ

yang biasanya berupa sentuhan halus atau raba normal dirasakan dengan rasa normal,

tetapi pada allodinia diraakan nyeri.2

Nyeri pada neuralgia paska herpetika merupakan nyeri neuropatik yang

diakibatkan dari perlukaan saraf perifer sehingga terjadi perubahan proses

pengolahan sinyal pada sistem saraf pusat. Saraf perifer yang sudah rusak memiliki

ambang aktivasi yang lebih rendah sehingga menunjukkan respon berlebihan

terhadap stimulus. Regenerasi akson setelah perlukaan menimbulkan percabangan

saraf yang juga mengalami perubahan kepekaan. Aktivitas saraf perifer yang

berlebihan tersebut menimbulkan perubahan berupa hipereksitabilitas kornu dorsalis

sehingga pada akhirnya menimbulkan respon sistem saraf pusat yang berlebihan

terhadap semua rangsang masukan/ sensorik. Perubahan ini berjalan dalam berbagai

Page 13: Lapkas Neuralgia Pasca Herpetik Neurologi

macam proses sehingga dapat dimengerti bila pendekatan terapeutik neuralgia paska

herpetika memerlukan beberapa macam pendekatan pula.7

III. 5 Patofisiologi

Menurut Nurmikko dan Dworkin, patofisiologi NPH sampai saat ini belum jelas.

Secara umum dipercaya bahwa herpes zooster diakibatkan oleh perubahan saraf perifer

oleh multiplikasi virus pada ganglion radiks dorsalis, dan migrasi cepat virus sepanjang

akson saraf sensorik perifer menuju jaringan ikat kulit dan subkutan. Proses ini

menimbulkan respon inflamatorik masif pada daerah yang terkena dan menyebabkan

nyeri. Nyeri kemudian berlanjut melalui proses eksitasi dan sensitisasi berkelanjutan

terhadap nosiseptor. Proses inflamatorik melibatkan kornu anterior dan posterior medulla

spinalis, ditandai dengan kerusakan aksonal myelin yang meluas ke perifer dari, sehingga

jumlah akhiran saraf di kulit yang dilayani neuron ini berkurang.5

Nyeri yang berhubungan dengan zooster akut dan NPH bersifat neuropati yang

digambarkan melalui fenomena nosiseptor yang iritabel dan sensitisasi sentral. Lamina

superfisial substansi gelatinosa menerima serabut saraf nyeri diameter kecil (serabut C)

dan lapisan lebih dalam menerima serabut dengan diameter yang lebih besar

(mekanoreseptor Aβ). Setelah kerusakan serabut saraf, terminal serabut saraf C

mengalami atrofi dan terjadi sprouting serabut saraf Aβ ke kornu dorsalis superficial. Jika

ini terjadi, rangsangan nonnoksius mekanoreseptor di kulit akan mengaktivasi area kornu

dorsalis yang menghasilkan impuls nyeri dan berlanjut ke level yang lebih tinggi. Proses

sentisisasi sentral selanjutnya impuls aferen diperkuat (amplified), melalui kerja reseptor

N-Methyl-D-Aspartate (NMDA) dan menimbulkan nyeri spontan dan nyeri evoked.8

Mekanisme ini dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Page 14: Lapkas Neuralgia Pasca Herpetik Neurologi

Gambar 2. Kerusakan serabut C pada PNH5

Setelah kerusakan, neuron perifer mengalami spontaneous discharge, memiliki

ambang aktivasi yang lebih rendah dan menunjukkan respon yang berlebihan terhadap

stimuli. Pertumbuhan aksonal setelah cedera menyebabka timbulnya sprouting. Aktivitas

perifer yang berlebihan diperkirakan menyebabkan hipereksitabilitas kornu dorsalis, dan

diikuti oleh respon berlebihan susunan saraf sentral terhadap semua input. Perubahan ini

cukup kompleks sehingga tidak ada pendekatan terapeutik tunggal yang dapat

menghentikan abnormalitas ini.9

Pemeriksaan histologis menunjukkan atrofi kornu dorsalis, fibrosis ganglion

radiks dorsalis, dan hilangnya serabut saraf epidermal di daerah yang terkena. Proses ini

dapat terjadi bilateral dengan manifestasi klinis bilateral.9

III.6 MANIFESTASI KLINIS

Herpes zoster secara tipikal mengenai 1 atau 2 dermatom yang berlebihan,

biasanya mengenai region T3 sampai dengan L3. Lesi berkembang dari bercak lesi eritem

yang terrpisah menjadi vesikel berkelompok yang dapat mengalami pustulasi dan krusta

Page 15: Lapkas Neuralgia Pasca Herpetik Neurologi

dalam 7 hingga 10 hari dan penyembuhannya serabut Aβ dan serabut C Ganglion dorsalis

Garis pertengahan medulla spinalis serabut Aβ Terjadi kerusakan pada serabut C makan

waktu hingga 1 bulan yang dapat meninggalkan bekas berupa jaringan perut, perubahan

pigmentasi, kulit, dan nyeri.(nyeri neuropatik). Nyeri merupakan symptom herpes zoster

yang paling sering dan dirasakan beberapa hari atau beberapa minggu sebelum timbulnya

erupsi kulit, atau dapat pula nyeri dialami sebagai gejala tunggal (zoster sine herpete).

Sensasi ini dapat menyembuh atau tetap dirasakan secara tidak terduga, sehingga

menimbulkan kesulitan dalam membedakan nyeri herpes zoster dengan neuralgia

pascaherpes.3,5

Sindroma neuralgia pasca-herpes dikenali secara tunggal dengan adanya nyeri

setelah seorang menderita herpes zoster, baik dengan maupun tanpa interval bebas nyeri.

Definisi yang paling sering digunakan adalah nyeri yang dirasakan lebih dari 1 bulan

setelah onset ruam zoster. Keluhan yang sering dilaporkan adalah nyeri seperti terbakar,

parestesi yang bisa disertai rasa sakit (disestesi), respon nyeri berlebihan terhadap

stimulus (hiperestesi), atau nyeri seperti tersengat listrik. Nyeri dapat diprovokasi antara

lain oleh stimulus trivial (alodinia), gatal-gatal yang tak tertahankan dan nyeri yang terus

bertambah dalam menanggapi rangsang yang berulang (wind-up pain).6

III.7 TERAPI

a. Analgesik

Analgesik non opioid seperti NSAID dan parasetamol mempunyai efek analgesik

perifer maupun sentral walaupun efektifitasnya kecil terhadap nyeri neuropatik.

Sedangkan penggunaan analgesik opioid memberikan efektifitas lebih baik. Tramadol

telah terbukti efektif dalam pengobatan nyeri neuropatik. Bekerja sebagai agonis mu-

opioid yang juga menghambat reuptake norepinefrin dan serotonin. Pada sebuah

penelitian, jika dosis dititrasi hingga maksimum 400 mg/hari dibagi dalam 4 dosis,

tramadol terbukti lebih efektif dibanding placebo dalam pengobatan NPH. Namun, efek

pada sistem saraf pusat dapat menimbulkan terjadinya amnesia pada orang tua. Hal yang

harus diperhatikan bahwa pemberian opiat kuat lebih baik dikhususkan pada kasus nyeri

yang berat atau refrakter oleh karena efek toleransi dan takifilaksisnya. Oxycodone

berdasarkan penelitian menunjukkan efek yang lebih baik dibandingkan plasebo dalam

Page 16: Lapkas Neuralgia Pasca Herpetik Neurologi

meredakan nyeri, allodinia, gangguan tidur, dan kecacatan. Dosis yang digunakan

maksimal 60 mg/hari pada NPH.9,10

b. Anti epilepsi

Mekanisme kerja obat epilepsi ada 3, yakni dengan memodulasi

voltagegatedsodium channel dan kanal kalsium, meningkatkan efek inhibisi GABA, dan

menghambat transmisi glutaminergik yang bersifat eksitatorik.9

Gabapentin bekerja pada akson terminal dengan memodulasi masuknya kalsium

pada kanal kalsium, sehingga terjadi hambatan. Karena bekerja secara sentral, gabapentin

dapat menyebabkan kelelahan, konfusi, dan somnolen. Karbamazepin, lamotrigine

bekerja pada akson terminal dengan memblokade kanal sodium, sehingga terjadi

hambatan.9

Pregabalin bekerja menyerupai gabapentin. Onset kerjanya lebih cepat. Seperti

halnya gabapentin, pregabalin bukan merupakan agonis GABA namun berikatan dengan

subunit dari voltage-gated calcium channel , sehingga mengurangi influks kalsium dan

pelepasan neurotransmiter (glutamat, substance P, dan calcitonin gene-related peptide)

pada primary afferent nerve terminals. Dikatakan pemberian pregabalin mempunyai

efektivitas analgesik baik pada kasus neuralgia paska herpetika, neuropati diabetikorum

dan pasien dengan nyeri CNS oleh karena trauma medulla spinalis. Didapatkan pula hasil

perbaikan dalam hal tidur dan ansietas.7

c. Anti depressan

Anti depressan trisiklik menunjukkan peran penting pada kasus neuralgia paska

herpetika. Obat golongan ini mempunyai mekanisme memblok reuptake (pengambilan

kembali) norepinefrin dan serotonin. Obat ini dapat mengurangi nyeri melalui jalur

inhibisi saraf spinal yang terlibat dalam persepsi nyeri. Pada beberapa uji klinik obat

antidepressan trisiklik amitriptilin, dilaporkan 47-67% oasien mengalami pengurangan

nyeri tingkat sedang hingga sangat baik. Amitriptilin menurunkan reuptake saraf baik

norepinefrin maupun serotonin. TCA telah terbukti efektif dalam pengobatan nyeri

neuropatik dibanding SSRI (selective serotonine reuptake inhibitor ) seperti fluoxetine,

paroxetine, sertraline, dan citalopram. Alasannya mungkin dikarenakan TCA

menghambat reuptake baik serotonin maupun norepinefrin, sedangkan SSRI hanya

Page 17: Lapkas Neuralgia Pasca Herpetik Neurologi

menghambat reuptake serotonin.1,2 Efek samping TCA berupa sedasi, konfusi,

konstipasi, dan efek kardiovaskular seperti blok konduksi, takikardi, dan aritmia

ventrikel. Obat ini juga dapat meningkatkan berat badan, menurunkan ambang rangsang

kejang, dan hipotensi ortostatik. Anti depressan yang biasa digunakan untuk kasus

neuralgia pot herpetika adalah amitriptilin, nortriptiline, imipramine, desipramine dan

lainnya.10

d. Terapi topikal

Penggunaan krim topikal seperti capsaicin cukup banyak dilaporkan. Krim

capsaicin sampai saat ini adalah satu-satunya obat yang disetujui FDA untuk neuralgia

paska herpetika. Capsaicin berefek pada neuron sensorik serat C (Cfiber). Telah diketahui

bahwa neuron ini melepaskan neuropeptida inflamatorik seperti substansia P yang

menginisiasi nyeri. Dengan dosis tinggi, capsaicin mendesensitisasi neuron ini. Pada

suatu uji klinik acak terkendali melibatkan 143 pasien neuralgia paska herpetika,

dilaporkan setelah pengobatan selama 4 minggu, 21% nyeri berkurang pada kelompok

yang mendapat terapi capsaicin , sedangkan 6% nyeri berkurang pada kelompok kontrol

(p<0.05). Tetapi sayangnya capsaicin mempunyai efek sensasi rasa terbakar yang sering

tidak bias ditoleransi pemakainya.11

III.8 PROGNOSIS

Prognosis ad vitam dikatakan bonam karena neuralgia paska herpetik tidak

menyebabkan kematian. Kerusakan yang terjadi bersifat lokal dan hanya mengganggu

fungsi sensorik. Prognosis ad functionam dikatakan bonam karena setelah terapi

didapatkan perbaikan nyata, dan pasien dapat beraktivitas baik seperti biasa. Prognosis ad

sanactionam dubia ad bonam karena risiko berulangnya HZ masih mungkin terjadi,

namun selama pasien mempunyai daya tahan tubuh baik kemungkinan timbul kembali

kecil.8

IV. DISKUSI KASUS

Pada kasus ini seorang perempuan umur 66 tahun beragama islam, tidak bekerja,

sudah kawin dan tinggal didaerah magelang datang dengan keluhan nyeri dan panas pada

seluruh tubuh, nyeri dirasakan terutama pada kaki hingga tidak bisa tidur. Diagnosis

Page 18: Lapkas Neuralgia Pasca Herpetik Neurologi

sebagai neuralgia pasca herpatika ditegakkkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik,

dan pemeriksaan neurolgis.

Dari anamnesis diperolah bahwa os 3 bulan yang lalu pernah menderita penyakit

herpes zooster dibagian daerah yang dirasakan os nyeri saat ini. Setelah herpes zooster

yang diderita os sembuh dan meninggalkan bercak hipopigmentasi pada bagian tersebut,

os mulai merasakan keluhan nyeri, gatal dan panas pada kaki dan semakin lama semakin

berat terutama jika tersentuh, cuaca dingin, cuaca panas, dan hembusan angin.

Pada pemeriksaan fisik sensorium compos mentis, tekanan darah 110/70 mmHg,

suhu tubuh afebris. Pada pemeriksaan neurologis tidak dilakukan.

Maka diagnosis pada penderita ini dapat ditegakkan dengan Neuralgia Pasca Herpetika.

V. KESIMPULAN

Neuralgia Pasca Herpetika (NPH) adalah suatu kondisi nyeri yang dirasakan di

bagian tubuh yang pernah terserang infeksi herpes zooster. Herpes zooster sendiri

merupakan suatu reaktivasi virus varicella yang berdiam didalam jaringan saraf.

NPH dapat diklasifikasikan menjadi neuralgia herpetic akut (30 hari setelah

timbulnya ruam pada kulit), neuralgia herpetic subakut (30-120 hari setelah timbulnya

Page 19: Lapkas Neuralgia Pasca Herpetik Neurologi

ruam pada kulit) dan NPH (di definisikan sebagai rasa sakit yang terjadi setidaknya 120

hari setelah timbulnya ruam pada kulit).

NPH lebih banyak menyerang lansia dan orang dengan kekebalan tubuh yang

rendah. Data seluruh dunia menunjukkan di antara pasien herpes zooster yang berumur di

atas 60 tahun, 6% masih merasakan nyeri saat 1 bulan sejak terkena herpes zooster, dan

1% masih merasakan nyeri 3 bulan sesudahnya.

Patofisiologi NPH terjadi oleh karena cedera neuron yang mengenai sistem saraf

baik perifer maupun pusat. Cedera ini mengakibatkan neuron sentral dan perifer

mengadakan discharge spontan sementara juga menurunkan ambang aktivasi untuk

menghasilkan nyeri yang tidak sesuai pada stimulus yang tidak sesuai pada stimulus yang

tidak menyebabkan nyeri. Biopsi kulit menunjukkan hilangnya ujung saraf bebas

epidermal pada daerah yang terkena, namun, reinervasi tidak dibutuhkan untuk resolusi

nyeri.

DAFTAR PUSTAKA

1. Meliala L. Neuralgia Pasca Herpes. Nyeri Neuropatik patofisiologi dan

penatalaksanaan. Kelompok studi nyeri Perdossi 2001.

Page 20: Lapkas Neuralgia Pasca Herpetik Neurologi

2. Martin. Neuralgia Paska Herpetika. Jakarta 2008 available from:

http://perdossijaya.org/perdossijaya/index.php?view=article&catid=43%3Apaper

3. Dworkin, Robert H. and Kenneth E. Schmader. Treatment and Prevention of

Postherpetic Neuralgia. In: Goldstein, Ellie J. C, eds. Clinical Practice. New York:

Department of Anesthesiology, University of Rochester School of Medicine and

Dentistry, Rochester; 2003.p. 1-7.

4. Mazzoni, P. Pearson, T. Rowland, L. Merritt’s Neurology Handbook. 2nd Edition.

Lippincott Williams & Wilkins : 2006.

5. Gilhus. E, Barnes. M, brainin, M. European Handbook of Neurogical Management.

Vol.1, willey Blackwell : 2010.

6. Sidharta, P Neurologi Klinis Dalam Prakteku umum . Jakarta : Dian Rakyat.2004

7. Mayo Foundation For Medical Education And Research. Post Herpetic Neuralgia.

2009 [on line].http://www.mayoclinic.com/health/postherpetic-neuralgia/DS00277

8. U. S. National library of Medicine and The National Institute of health. Medical

Encyclopedia : Neuralgia.2009. [on line].http://medlineplus.com

9. Ropper, A. H. Principles Of Neurology : Viral Infection of the Nervous system,

chronic meningitis, prion disease. New York : McGraw-Hill. 2005 (8) : 643-644

10. Harsono .Kapita Selekta neurologi. Yogyakarta : Gadjah Mada University. 2005.

11. Djuanda, A dkk. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin : Penyakit Virus. Jakarta:

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 1993; (3): 94-95