PROSES PEMBUATAN DJEMBE OLEH PURWANTO

12
115 Volume 13 No. 2 Desember 2020 Muhammad Afandi Setiawan dan Sigit Astono: Proses Pembuatan Djembe oleh Purwanto PROSES PEMBUATAN DJEMBE OLEH PURWANTO Muhammad Afandi Setiawan 1 , dan Sigit Astono 2 1 Mahasiswa Program Studi S-1 Etnomusikologi FSP ISI Surakarta 2 Dosen Program Studi S-1 S-1 Etnomusikologi FSP ISI Surakarta E-mail korespondensi: [email protected] ABSTRACT The research entitled “The Process of Making Djembe by Purwanto” is a qualitative research. The subject of this research is focused on the process of making the djembe musical instrument by Purwanto, one of the craftsmen in the city of Surakarta. The purpose of this study was to document the process of making djembe by Purwanto in writing and to find the results of the manufacturing process to determine the standard of good quality on a musical instrument. This study uses an ethnographic approach. To answer this research problem, the Mantle Hood Organology concept is used, which discusses the science of musical instruments broadly, which is not only limited to his- tory and physical description but also involves the process, development, and role of musical in- struments in an ensemble. The results of the analysis of data and facts collected through interviews, observations, and literature studies are the process of making djembe experiencing developments in the tools in the manufacturing process. These developments were found in (1) the selection of a good wood material, namely mahogany, (2) the selection of good leather material, namely cow and goatskin, (3) the manufacturing process with machine technology, (4) good quality is djembe which can produce bass, tone, and slap sound well. Keywords: organology, djembe, form, process. ABSTRAK Penelitian dengan judul “Proses Pembuatan Djembe Oleh Purwanto” ini merupakan penelitian kualitatif. Pokok penelitian ini difokuskan pada proses pembuatan alat musik djembe yang dilakukan Purwanto, salah satu pengrajin yang ada di Kota Surakarta. Tujuan penelitian ini bertujuan untuk mendokumentasikan proses pembuatan djembe oleh Purwanto secara tertulis, dan menemukan hasil dari proses pembuatan sampai menentukan standard kualitas baik pada sebuah alat musik. Penelitian ini menggunakan pendekatan etnografi. Untuk menjawab permasalahan penelitian ini, digunakan konsep Organologi Mantle Hood yang membahas tentang ilmu tentang instrumen musik secara luas yang tidak hanya sebatas sejarah dan deskripsi secara fisik, tetapi juga menyangkut proses, perkembangan dan peran alat musik dalam satu ensemble. Hasil analisis data dan fakta yang terkumpul melalui wawancara, pengamatan dan studi pustaka adalah proses pembuatan djembe mengalami perkembangan pada alat dalam proses pembuatan. Perkembangan tersebut ditemukan pada (1) pemilihan bahan kayu yang baik yaitu kayu mahoni, (2) pemilihan bahan kulit yang baik yaitu kulit sapi dan kambing, (3) Proses pembuatan dengan teknologi mesin, (4) Kualitas yang baik adalah djembe yang dapat menghasilkan suara bass, tone, dan slap dengan baik. Kata kunci: organologi, djembe, bentuk, proses.

Transcript of PROSES PEMBUATAN DJEMBE OLEH PURWANTO

Page 1: PROSES PEMBUATAN DJEMBE OLEH PURWANTO

115Volume 13 No. 2 Desember 2020

Muhammad Afandi Setiawan dan Sigit Astono: Proses Pembuatan Djembe oleh Purwanto

PROSES PEMBUATAN DJEMBE OLEH PURWANTO

Muhammad Afandi Setiawan1, dan Sigit Astono2

1 Mahasiswa Program Studi S-1 Etnomusikologi FSP ISI Surakarta2 Dosen Program Studi S-1 S-1 Etnomusikologi FSP ISI Surakarta

E-mail korespondensi: [email protected]

ABSTRACT

The research entitled “The Process of Making Djembe by Purwanto” is a qualitative research. Thesubject of this research is focused on the process of making the djembe musical instrument byPurwanto, one of the craftsmen in the city of Surakarta. The purpose of this study was to documentthe process of making djembe by Purwanto in writing and to find the results of the manufacturingprocess to determine the standard of good quality on a musical instrument. This study uses anethnographic approach. To answer this research problem, the Mantle Hood Organology concept isused, which discusses the science of musical instruments broadly, which is not only limited to his-tory and physical description but also involves the process, development, and role of musical in-struments in an ensemble. The results of the analysis of data and facts collected through interviews,observations, and literature studies are the process of making djembe experiencing developmentsin the tools in the manufacturing process. These developments were found in (1) the selection of agood wood material, namely mahogany, (2) the selection of good leather material, namely cow andgoatskin, (3) the manufacturing process with machine technology, (4) good quality is djembe whichcan produce bass, tone, and slap sound well.

Keywords: organology, djembe, form, process.

ABSTRAK

Penelitian dengan judul “Proses Pembuatan Djembe Oleh Purwanto” ini merupakan penelitian kualitatif.Pokok penelitian ini difokuskan pada proses pembuatan alat musik djembe yang dilakukan Purwanto,salah satu pengrajin yang ada di Kota Surakarta. Tujuan penelitian ini bertujuan untuk mendokumentasikanproses pembuatan djembe oleh Purwanto secara tertulis, dan menemukan hasil dari proses pembuatansampai menentukan standard kualitas baik pada sebuah alat musik. Penelitian ini menggunakan pendekatanetnografi. Untuk menjawab permasalahan penelitian ini, digunakan konsep Organologi Mantle Hood yangmembahas tentang ilmu tentang instrumen musik secara luas yang tidak hanya sebatas sejarah dan deskripsisecara fisik, tetapi juga menyangkut proses, perkembangan dan peran alat musik dalam satu ensemble.Hasil analisis data dan fakta yang terkumpul melalui wawancara, pengamatan dan studi pustaka adalahproses pembuatan djembe mengalami perkembangan pada alat dalam proses pembuatan. Perkembangantersebut ditemukan pada (1) pemilihan bahan kayu yang baik yaitu kayu mahoni, (2) pemilihan bahan kulityang baik yaitu kulit sapi dan kambing, (3) Proses pembuatan dengan teknologi mesin, (4) Kualitas yangbaik adalah djembe yang dapat menghasilkan suara bass, tone, dan slap dengan baik.

Kata kunci: organologi, djembe, bentuk, proses.

Page 2: PROSES PEMBUATAN DJEMBE OLEH PURWANTO

116 Volume 13 No. 2 Desember 2020

1. PENDAHULUAN

Manusia dalam memainkan musikdiperlukan media/alat penghasil bunyi. Berbagaimacam proses dan melalui beragam bentuk yangdiciptakan manusia dalam membuat alat musikpenghasil bunyi, sekaligus berhubungan dengankebutuhan terhadap warna suara yang diinginkan,maka terbentuk alat musik dengan berbagai macamkarakter dan bentuk. Salah satu bentuk alat musikpenghasil bunyi yang tercipta adalah djembe.

Djembe adalah sebuah alat musik perkusifberasal dari negara Afrika. Djembe salah satu diantara sekian banyak alat musik perkusi ritmis yangpopuler dimasa kini. Bentuk alat musik djembeseperti tabung atau drum yang menyerupai pialaberbahan dari kayu, lalu pada bagian atas ditutupdengan kulit hewan yang menjadi membrane/sumber suara utama pada alat musik tersebut. SergeBlanc menyebutkan bahwa:

These dances illustrate all the events ofcommunity life. They can be performed byall members of the society, each sex havingits own dance steps. They convey dif- ferentmoods, like joy and sadness, and expresspopular communal delight and the ardor ofgroup work. The djembe is used at thevarious social events that make up traditionalfestivities: baptisms, circumci- sions,betrothals, weddings and some funerals, aswell as ceremonies such as assemblies andmask festivals. It is also used by all WestAfrican dance companies and nationaltroupes (1985:21)1.

Dalam arti yang sudah diterjemahkan keBahasa Indonesia mengatakan bahwa:

Alat musik ini awalnya merupakan warisanbudaya dari masyarakat benua Afrika. Selainitu alat musik tradisional ini pada jaman dulubanyak dipakai untuk acara suku tradisionalAfrika, khususnya dipakai untuk acaraspiritual atau keagamaan, misalnya untuk

mengiringi upacara kelahiran, membukaladang perkebunan, kematian, perkawinan,bersama-sama dengan tarian ritual(1985:21).

Purwanto mengatakan bahwa berdasarkankajian organologi, alat musik ini berbahan dasar kayudan kulit, ada pun jenis kayu yang dapat dijadikanbahan baku djembe di Afrika Barat yaitu: kayuLinke. Proses pembuatan alat musik djembe mulaidari proses pemilihan bahan, penebangan,pemasangan kulit sampai pada proses pencariansuara (tuning) masih dilakukan secara manual. Adasatu keluarga pengrajin djembe di Afrika Barat yangmasih setia menggunakan peralatan dengan tenagamanusia dalam membuat sebuah alat musik djembe.(Purwanto, wawancara, 10 Januari 2017).

Bentuk dan ukuran djembe memiliki bentukyang berbeda, mulai berbentuk bulat lalu pada sisikaki berbentuk vertikal dan lebar. Diametermembrane berukuran lebih besar, kemudian djembejuga memiliki bentuk badan sedikit lebih lebar, padabagian kepala dan badan yang mengerucut. Padabagian kaki djembe cenderung memiliki diameterlebih kecil dari diameter ukuran kepala atau bagianatas yang tertutup oleh membrane. Djembe denganbentuk silinder pada bagian kepala membrane dankaki djembe memiliki selisih ukuran diameter lebihbesar pada bagian membrane.Serge Blanc juga menambahkan, bahwa:

The size generally varies from 55 to 60 cmhigh and 30 to 38 cm in diameter (somedjembe from the Ivory Coast and BurkinaFaso are wider) (1985:21)2.

Ukuran umumnya bervariasi dari tinggi 55sampai 60 dan 30 cm, berdiameter 38 cm (beberapadjembe dari Pantai Gading dan Burkina Faso lebihluas). (1985:21).

Serge Blanc menjelaskan bahwa ukurandjembe tidak selalu sama dalam segi ukuran danbentuk, walaupun masih dalam satu negara di AfrikaBarat.

Page 3: PROSES PEMBUATAN DJEMBE OLEH PURWANTO

117Volume 13 No. 2 Desember 2020

Muhammad Afandi Setiawan dan Sigit Astono: Proses Pembuatan Djembe oleh Purwanto

Pemilihan dan penentuan jenis kayu yangdigunakan sebagai bahan pembuatan djembeditentukan berdasarkan perkiraan pengrajindjembe, artinya penentuan jenis kayu tidak berdasaratas penelitian dalam laboratorium kayu, atau kulit.Penebangan kayu memilih waktu yang dianggap baikdan tepat, agar kayu yang digunakan sebagai bahandjembe tidak termakan hama kayu (yang biasadisebut hama bubuk atau thothor), tetapi dahulu diAfrika Barat digunakan kayu yang sudah tumbangdengan sendirinya. Kayu di Afrika Baratmenggunakan 3 jenis kayu yaitu kayu kiroko, linke,dan djala, sementara di Indonesia sendiri menggantijenis kayu tersebut dengan kayu nangka, manggadan mahoni. (Purwanto, wawancara, 10 Januari2017).

Sebelum era modern masuk di Afrika Barat,alat yang digunakan untuk pengerjaan kayu sampaimenjadi djembe adalah peralatan tukang kayu padaumumnya seperti gergaji manual, pisau tatah dankapak. Sementara di Indonesia sudah digunakan alatyang bervariasi antara teknologi mesin dan alatmanual seperti pisau tatah dan palu. Selain itu, bahankayu memegang peran yang penting, karena denganbahan yang baik akan diperoleh hasil yang baik. Halini sependapat dengan Kuncoro dalam hasilwawancara yang mangatakan bahwa:

Bahan merupakan faktor utama dalamproses pembuatan barang-barangfungsional/mebel. Persiapan bahan perludiusahakan setepat-tepatnya, karenaketepatan pemilihan bahan kemudiandidukung dengan desain dan pengerjaanyang baik akan mempengaruhi padapencapaian hasil yang baik pula (2007:33)3.

Melalui penjelasan kutipan diatasmenunjukan bahwa kualitas djembe yang dibuatditentukan oleh kualitas dalam pemilihan bahan,teknik pengerjaan, dan desain. Pemilihan bahansangat penting, karena bahan memiliki kekuatan,bentuk, tekstur, serat, pori-pori yang semuanyadapat berpengaruh pada kualitas bentuk dan suarayang dihasilkan. Pemilihan bahan kayu dibutuhkan

suatu ketelitian dalam memilih, karena penggunaankayu yang tidak tepat dengan jenis dan sifatnya akanmenyebabkan hasil yang kurang baik.

Ditinjau dari warna suara yang dihasilkanatau tuntutan suara, ada jenis djembe bersuara kerasdan suara yang dihasilkan lebih pendek sepertidjembe dengan membrane berbahan mika (plastik),perbedaan tersebut dapat dibedakan pada suarabass, tone, slap yang dihasilkan. Ada pula djembeyang dikatakan bagus apabila mampu menghasilkansuara bening (bersih), suara tinggi (slap), sedang(tone), atau rendah (bass) dapat terdengar jelasseperti djembe dengan membrane berbahan kulithewan. Djembe dimainkan dengan kedua tangan,tinggi rendah nada juga dapat dicapai melalui posisidan tenaga pukulan yang berbeda pada nada Bass,Tone, dan Slap. Variasi suara yang dihasilkan jugabergantung pada tenaga pukulan dalam memainkanalat musik tersebut.

Set iap pemain solo djembemengembangkan gaya permainannya sendiri padatiga nada dasar tersebut. Perbedaan cara memainkanmaupun tuntutan suara bergantung pada tebaltipisnya membrane. Dilihat dari sumber bunyinya,Maspon Herizal dalam kajian Skripsi4 yang mengutiptulisan Ruth Midgley menjelaskan, bahwa :

“Membranophones are instruments inwich the sound is made by the vibrationof a stretched membrane, or skin.…Today, drums are enormously populartrough out the world, and are made in agreet variety of styles” (Midgley ed.1976:140).

Terjemahan :

“Membranophon merupakan instrumen –instrumen yang suaranya dihasilkan olehvibrasi dari permukaan kulit yangdirentangkan. …Saat ini drum – drum itusangat popular di seluruh dunia dan dibuatdalam berbagai bentuk yang bervariasi”(Midgley ed. 1976:140).

Page 4: PROSES PEMBUATAN DJEMBE OLEH PURWANTO

118 Volume 13 No. 2 Desember 2020

Perkembangan proses pembuatan djembemengalami banyak perubahan mulai dari alat, bahan,hingga proses pembuatan. Perkembangan instrumendjembe dapat dilihat dari segi bentuk hingga aspekkeindahan bentuk pada djembe.

2. ASPEK KEINDAHAN

Perkembangan yang terjadi pada djembemembuat minat masyarakat di Indonesia terhadapdjembe mengalami peningkatan, hal ini dapatdibuktikan banyak tempat seperti kafe, dan tempathiburan pertunjukan yang selalu menampilkanpertunjukan musik dengan djembe di dalamnya. Adamusisi atau seniman menggunakan djembe padasalah satu alat musiknya, musisi atau seniman yangmenggunakan djembe tersebut ada pada KelompokReggae Grill merupakan kelompok kecil yangtergabung dalam wadah Bontang ReggaeCommunity. Bontang Reggae Community adalahsalah satu kelompok kecil yang hadir di tengah –tengah masyarakat kota Bontang, ProvinsiKalimantan Timur pada tahun 2012, sebagai sebuahperkumpulan atau komunitas musik yang bergenrekhusus Reggae. Sentral perkumpulan BontangReggae Community bertempat di Bontang Baru,tepatnya di Kedai Kampung Jangkrik yang sangatmudah diakses oleh anggota komunitas5.

Aktor dalam Kelompok Reggae Grill inibiasanya mendayagunakan identitas kelompoksebagai sarana eksistensi pribadi. Aktor merupakanindividu yang mengembangkan konstruksi sosialsebagai tanggapan terhadap kondisi-kondisiobyektif yang dihadapi saat berada didalam ruangsosial. Dalam artian, aktor merupakan individu yangmemainkan peran serta memperjuangkan posisinyapada ruang sosial melalui berbagai praktik tindakanyang dilakukan. Pada ruang kelompok inilah tidakjarang aktor mendapatkan keuntungan pribadiberupa tawaran untuk bermain dalam panggunghiburan, seperti kafe atau dalam setiap event musikpertunjukan6

Perkembangan yang terjadi pada prosespembuatan djembe dapat dilihat dari segi teknologi.Pembuatan djembe mengalami banyak

perkembangan yang semakin modern denganpenggunaan peralatan modern seperti mesin bubut,dan mesin deasel yang digunakan saat prosespembuatan pada bagian body djembe. Prosestersebut dilakukan mulai dari mengikis kulit kayu,membuat diameter pada bagian kaki dan kepala,dan membentuk body djembe.

Teknik proses pembuatan dan standardkualitas djembe perlu diungkap ke masyarakatmelalui penelusuran penelitian yang akurat dan valid(sah). Oleh karena itu, tujuan tulisan ini adalah untukmelaporkan teknik proses pembuatan djembe versiPurwanto serta didokumentasi ke dalam tulisan agardapat menambah sisi pengetahuan untuk seniman,musisi maupun masyarakat yang memilikiketertarikan tentang alat musik tersebut.

Purwanto bertempat tinggal di DusunBanyuagung, Kelurahan Kadipiro, KecamatanBanjarsari, Kota Surakarta, Provinsi Jawa Tengah.Pemilihan Purwanto sebagai narasumber utamadidasarkan atas fakta bahwa djembe produkPurwanto dianggap memenuhi standard kualitasbaik bagi seniman, musisi maupun masyarakat padaumumnya.

3. LANDASAN TEORI

Secara umum penelitian ini berorientasi padaproses pembuatan djembe yang dilakukan olehPurwanto sebagai pengrajin sekaligus pemaininstrumen djembe. Dalam mengurai pokok bahasantersebut, teori dapat dijadikan penulis sebagailandasan dalam melakukan analisis. Landasanpertama adalah teori Hood dalam bukunya berjudulThe Ethnomusicologist menyebutkan bahwa:

“Organologi-the science of musicalinstrument-should include not only thehistory and description of instrument butalso equally important but neglectedaspect of ‘the science” of musicalinstrument, such as particular techniquesof performance, musical function,decoration (as distinct from construction).And a variety of sosio-culturalconsiderations.” (1971:124)

Page 5: PROSES PEMBUATAN DJEMBE OLEH PURWANTO

119Volume 13 No. 2 Desember 2020

Muhammad Afandi Setiawan dan Sigit Astono: Proses Pembuatan Djembe oleh Purwanto

Terjemahan bebas

Organologi (ilmu tentang instrumen musik)tidak hanya sebatas sejarah dan deskripsisecara fisik. Tetapi juga mencakup beberapaaspek, meliputi: teknik permainan dariinstrumen, fungsi secara musikal, kontruksi,dan aspek sosio kultur masyarakat.

Teori tersebut digunakan sebagai pijakandalam mendeskripsikan djembe pada aspeksejarah, konstruksi dalam teori ini masuk ke dalamtahapan bentuk dan proses pembuatan instrumendjembe sebagai salah satu ilmu organologi.

Landasan kedua adalah teori Feldmandalam bukunya berjudul Art as Image and Ideamenyebutkan bahwa: “Teori estetika mencakupempat aspek, yaitu fungsi, bentuk, struktur sertainteraksi dan makna” (1967:138-218).

Teori estetika digunakan dalam penelitian ini,tetapi tidak semua dipakai secara persis hanya dipilihaspek yang relevan dengan kajian ini, selain segibentuk, struktur dalam proses pembuatan jugadilihat pada aspek makna estetika (keindahan)djembe dalam segi motif ukiran.

Melalui paparan landasan teori di atas,penulis fokus pada unsur kajian organologi danestetika keindahan pada proses pembuatan instrumendjembe, Estetika keindahan ditekankan pada polaukiran yang dibuat. Teori inti yang dipakai ada dua(2) yaitu: teori organologi dari Hood dan teoriestetika dari Feldman.

4. PEMBAHASAN

4.1. Sejarah dan Bahan Pembuatan DjembeDjembe adalah salah satu alat musik dari

Afrika Barat. Berawal dari satu kerajaan di AfrikaBarat sekitar tahun 1200 yang bernama Mandingue/Mande, wilayah dari kerajaan tersebut mencakupMali7(Ibu Kota), Guinea, Pantai Gading, BurkinaFaso8 Senegal, Gambia, Mauritania, dan SierraLeone, muncul sebuah alat musik tradisional yangkini telah mendunia yang saat ini disebut djembe.Alat musik ini dapat ditemui di seluruh daerah Afrika

Barat. Djembe berperan sebagai pengatur tempo,irama, dan sekaligus sebagai pengatur dinamikadalam suatu pergelaran musik tradisi Afrika.(Purwanto, wawancara, 10 Nopember 2017).

Pada awalnya djembe dibuat dari lesung(alat untuk menumbuk). Awal mula penciptaaninstrumen djembe berasal dari keinginan masyarakatuntuk transmigrasi (perpindahan) dari kebiasaansebagai penumbuk makanan. Penciptaan suatukarya atau alat musik dapat timbul dari lingkunganalat musik tersebut diciptakan, djembe terciptaberawal dari dua gagasan yaitu transmigrasi dankeinginan untuk berbuat sesuatu hal yang baru dariyang biasa mereka kerjakan seperti menumbuklesung.

Lesung (alat untuk menumbuk) pada saatitu hanya digunakan untuk menumbuk bahanmakanan, kemudian dipasang pada kulit yang masihmenggunakan pasak kayu untuk mendapatkan suarayang diinginkan. Setelah suara sesuai dengan yangdiinginkan, kulit dikencangkan dengan kulit kayu.Proses dilakukan dengan cara memanaskan kulitdidekat jerami kering yang dibakar. (Purwanto,wawancara, 10 November 2017).

Dahulu djembe diproduksi tidak secaramassal, setiap djembe dibuat dengan tangan parapengrajin. Pengrajin-pengrajin kayu yang biasamembuat seperti kursi dan meja, mereka jugamembuat djembe. Peralatan yang digunakan sepertikapak, linggis, pisau dan peralatan yangmemungkinkan mereka untuk menyelesaikan bentukbadan djembe. Lebar membran djembe dibentuksesuai pada tubuh dan kaki djembe, dan sifatketebalan kayu menentukan beratnya beban kayu.(Purwanto, wawancara, 10 November 2017).

Proses pembuatan djembe di Afrika Baratpada saat itu hanya diutamakan pada suara sajatanpa mementingkan penampilan seperti djembepada saat ini. Kayu yang digunakan adalah kayuyang tumbang sendiri, lalu dibakar sampai menjadiarang. Jenis kayu yang digunakan di Afrika Baratyaitu kayu linke, dan djala. Pembakaran tersebutberguna dalam proses pembuatan lubang diameter(klowong) pada djembe. (Purwanto, wawancara,10 November 2017).

Page 6: PROSES PEMBUATAN DJEMBE OLEH PURWANTO

120 Volume 13 No. 2 Desember 2020

Proses selanjutnya proses kulit, proses kulitdi Afrika Barat pada masa itu kulit yang digunakansudah dipotong dan dibersihkan sisa lemak dandaging yang masih melekat pada kulit, setelahdibersihkan kulit langsung dipasang pada rangka.Kulit yang sudah dipasang kemudian dijemur padasinar matahari, setelah dijemur kulit dilepas dandirendam dalam air sampai kulit renggang, setelahrenggang kulit dipasang pada rangka kembali.(Purwanto, wawancara, 10 November 2017).

Proses pemasangan kulit dilakukan hinggakulit tidak renggang lagi. Kulit yang tidak renggangkemudian dikencangkan dengan tali. Setelah kulitterpasang, proses selanjutnya yaitu pencarian suara(tuning). Proses pencarian suara djembe pada saatitu sama dengan proses pencarian suara pada saatini, hanya saja untuk kebutuhan suara jika ingin suarahigh (suara tinggi) akan digunakan kayu yang keras,apabila menginginkan suara middle (suara sedang)akan digunakan kayu yang memiliki ketebalan yangtipis. (Purwanto, wawancara, 10 November 2017).

Pada tahun 2000’an diperkirakan NegaraAfrika Barat baru mengenal mesin bubut.Masyarakat terutama seniman di Afrika Barat mulaiterbuka pikirannya dengan masuknya mesin bubutini. Pembuatan djembe tidak lagi dikerjakan secaratradisi, tetapi sudah mulai menggunakan mesin bubut,sehingga hasilnya lebih maksimal dan cepat.Kebetulan pada saat itu banyak orang Barat yangmempelajari alat musik djembe. Bermula dariperkenalan tersebut kini djembe hampir meratadiseluruh penjuru dunia, salah satunya adalahIndonesia. Kota Surakarta menjadi salah satu tempatberkembangnya alat musik djembe ini. Alat musikdjembe ini semakin berkemban di Kota Surakartadengan bermunculannya pengrajin alat musik ini.Purwanto adalah salah seorang pengrajindjembeyang sangat terkenal di Kota Surakarta.

4.2. Perkenalan Arif Purwanto dengan DjembePada tahun 1998 Purwanto pertama kali

melihat alat musik djembe di Bali. Pada saat ituPurwanto merantau ke Bali untuk mencari pekerjaanmelalui keahliannya melukis dan mengukir.Bersamaan dengan mendapat pekerjaan di toko yangmenjual alat musik djembe, Purwanto melihat alat

musik djembe. Sejak itu Purwanto menjadipenasaran dan ingin mempelajari alat musik djembe.Melalui surfing di internet Purwanto mengetahuibahwa djembe berasal dari Afrika dan untukmudahnya dia menyebutnya Kendang Afrika.Setelah satu tahun di Bali, pada tahun 1999,Purwanto bertemu dengan turis asal Afrika Baratpada saat itu membawa alat musik djembe(Purwanto, wawancara, 12 Februari 2015).

Pertemuan Purwanto dengan turis bernamaPhillips dari Mali (Afrika Barat) dan dari BoubacarGaye Senegal (Afrika Barat) berlanjut membahasmengenai proses pembuatan, penataan suara sampaicara memainkan. Proses mempelajari pembuatandjembe Purwanto berawal ketika turis tersebutmembawa djembe dengan ukuran dan bentukberbeda dengan yang ada di Indonesia saat ini, yaituukuran panjang 50 cm, lebar 35 cm, dan diameter38 cm, berbentuk mengerucut yang hampirmenyerupai kendang Jawa. Pada waktu itu djembetersebut dalam kondisi kulit yang mengelupas, diamencoba mengganti kulit dengan kulit kambingkarena di Indonesia kulit yang digunakan untuk alatmusik pada umumnya adalah kulit sapi dankambing. (Purwanto, wawancara, 12 Februari2015).

Pada Akhirnya Purwanto membawadjembe milik turis Afrika tersebut ke Surakarta padatahun 2000. Alat musik djembe yang dia buatmenarik peminat khususnya teman dekat. Melihatantusias pasar yang cukup banyak, berbekalketerampilan melukis dan mengukir yang dipunyai,dia menghasilkan djembe dengan berbagai motifukiran yang dia terapkan pada setiap djembe yangdibuat.

Purwanto mengambil motif dari berbagaidaerah sebagai acuan ukiran djembe yang dibuat.Pesanan khusus diserahkan pada selera setiappelanggan. Motif atau desain ukir yang dia buat padadjembe memberikan identitas suatu produk daerahdi mana djembe tersebut dibuat, dalam karya tulisanHusi Mubarat dan Heri Iswandi mengutip MikeSusanto (2011:124) dalam buku Diksi Rupamenjelaskan, estetik atau estetika merupakan halyang terait dengan keindahan dan rasa. Istilah ini

Page 7: PROSES PEMBUATAN DJEMBE OLEH PURWANTO

121Volume 13 No. 2 Desember 2020

Muhammad Afandi Setiawan dan Sigit Astono: Proses Pembuatan Djembe oleh Purwanto

adalah cabang filsafat yang menalaah dan membahastentang seni dan keindahan serta tanggapan manusiaterhadapnya. Estetika dikenal memiliki duapendekatan: pertama langsung meneliti dan dalamobjek-objek atau benda-benda atau alam indah sertakarya seni, kedua menyoroti situasi kontemplasi rasaindah yang sedang dialami si subjek, yang kemudianmelahirkan pengalaman estetika. Persoalan estetikaini kemudian melahirkan berbagai pengertian yangsangat bervariatif, dalam arti memiliki banyakperspektif pendekatan, sehingga persoalan estetikabergantung pada situasi, kondisi dan posisi dimanaia berada9.

Arti dalam kutipan diatas, lewat motif ukiranyang dibuat oleh Purwanto motif ukiran yang dibuatpada saat ini mulai berkembang dan dari motif ukirantersebut identitas hasil dari sebuah karya kini mulaimenyebar ke luar negeri.

Unsur seni rupa yang ada dalam alat musikdjembe, dilihat dari ukiran-ukiran yang dibuat padabagian luar body djembe merupakan simbol ataucerita dari para pembuatnya, pada bagian tali pengaitatau penarik lukit mempunyai unsur garis zig zag yangmembentuk satu kesatuan dan berirama. Padabagian body kayu merupakan unsur ruang dankumpulan dari garis-garis yang ada dalam serat kayudjembe tersebut. Melihat dari makna yangterkandung di dalam alat musik djembe, Chidi A.Okoye juga menjadikan bentuk djembe sebagaiobjek dalam berkarya yang digabungkan dengankebudayaan masyarakat Afrika, misalnya, fungsidjembe dalam tarian, fungsi djembe dalamuparacara-upacara adat, dan fungsi djembe bagimasyarakat Afrika10. Hal tersebut berkaitan denganteori Feldman dalam bukunya Art as Image andIdeas menyebutkan bahwa: “Teori estetikamencakup empat aspek, yaitu fungsi, bentuk,struktur serta interaksi dan makna” (1967:138-218)

Perkembangan tersebut juga diikuti parapengrajin djembe diluar Negara Indonesia dalamsegi motif ukiran sehingga mulai sulit membedakanantara motif ukir dari Indonesia dan motif dari luarnegeri. seperti contoh motif ukiran dari Kalimantanyang kini banyak dibuat di luar negeri. Purwantotelah menghasilkan banyak djembe mulai ukuranterkecil seperti souvenir sampai ukuran untuk player

(pemain). Antusias penikmat alat musik djembesemakin meningkat ditandai dengan permintaanuntuk produksi djembe yang semakin tinggi.

Melihat perkembangan dan minatmasyarakat semakin besar Purwanto membukarumah produksi djembe yang bernama “Omah TuoKreatif” berlokasi di Dusun Banyu Agung, KelurahanKadipiro, Kecamatan Banjarsari, Kota Surakarta,Provinsi Jawa Tengah.

Gambar 01. Contoh motif ukiran gaya dekoratif(Foto: Setiawan, 11 April 2015)

Gambar 02. Contoh motif ukiran gaya Kalimantan(Foto: Setiawan, 11 April 2015)

Page 8: PROSES PEMBUATAN DJEMBE OLEH PURWANTO

122 Volume 13 No. 2 Desember 2020

4.3. Kayu sebagai Bahan Dasar PembuatanDjembe

Pada proses pengolahan kayu, Purwantomenggunakan kayu dari pengrajin kayu bernamaPamuji yang berlokasi di Desa Miru Kulon RT 02/RW 05, Kelurahan Ngadirojo Kidul, KecamatanNgadirojo, Kabupaten Wonogiri, Provinsi JawaTengah. Pamuji sendiri adalah seorang wirausahayang mendirikan rumah industri kayu, pada prosespengerjaannya kayu yang akan digunakan melewatibeberapa proses pemilihan.

Setiap kayu mempunyai karakter berbeda,antara jenis satu dengan yang lain. Perbedaan inidipengaruhi oleh kekuatan, bentuk, serat,kepadatan/kekerasan, dan keawetan kegunaannya.Umumnya kekerasan kayu ditentukan olehkepadatan atau tekstur serat. Jenis kayu denganserat yang padat/keras, akan semakin tahan terhadapserangan hama perusak kayu seperti rayap dan jenisserangga lainnya.

Masing-masing jenis kayu terdapat seratyang memiliki sifat kimia. Unsur kimia yang terdapatpada sebatang pohon antara lain; karbon (unsur nonlogam) 50%, nitrogen (gas) 0,04%, abu (arang)0,2% dan hidrogen (unsur zat yang ringan) 6%, sisaseluruhnya adalah oksigen. Unsur kimia yang sudahdiketahui dalam sebatang pohon dapat ditemukanperbedaan jenis, ketahanan, dan cara pengolahanya(Herizal, (1992:70). Pembatas antara serat satudengan serat yang lain terdapat lignin yangmengandung zat perekat yang berfungsi sebagaipengikat serat tersebut sehingga menjadi kokoh.Kayu ada yang memiliki serat panjang dan pendek.Kayu berserat panjang apabila garis tengah seratlebih besar dari pada lignin, kayu semacam inibersifat ulet dan lentur. Kayu berserat pendek apabilagaris tengah lebih kecil dari pada lignin, kayusemacam ini biasanya bersifat keras dan padat(Herizal, (1992:72).

Adapun jenis kayu yang digunakan sebagaibahan pembuatan alat musik djembe adalah kayumangga, kayu nangka, ataupun kayu mahoni. Kayumahoni dulu hanya digunakan sebagai bahan kayubakar, walaupun beberapa tahun pernah digunakanuntuk bahan pembuatan alat musik tetapi tidakberlangsung lama. Pada saat ini kayu mahoni sering

digunakan karena mudah dicari. Kayu manggaberwarna putih, tidak terdapat galih (hati kayu) dantidak mudah pecah, sehingga serat tidak lurus(bergelombang) dan kurang padat, kekuranganyamudah terserang hama kayu (bubuk). Penggunaankayu mahoni sebagai bahan djembe merupakanalternatif lain ketika bahan dasar kayu nangka ataumangga tidak ada. (Pamuji, wawancara 19November 2017)

Dilihat dari segi organologi, kualitas kayunangka memiliki ciri kayu yang berwarna kuningpada galih (hati kayu), memiliki serat yang padat,beban yang berat, tidak mudah pecah, sehinggabagus untuk digunakan sebagai bahan dasarpembuatan djembe, tetapi ketika berbicaramengenai keawetan bahan itu bukan dari bahan, akantetapi lebih kepada bagaimana cara perawatan(Purwanto, wawancara, 20 November 2017).

Walaupun dari segi kualitas jenis kayu palingbaik adalah kayu nangka, tetapi pada saat ini kayunangka sudah mulai sulit untuk dicari karena masapertumbuhan yang cukup lama. Akhirnya pengrajindjembe di Surakarta memutuskan kayu yangdigunakan adalah kayu Mahoni, dengan asumsibahan yang mudah dicari. (Purwanto, wawancara,20 November 2017).

4.4. Kulit sebagai Bahan Pembuatan MembranDjembe

Pada proses pemilihan kulit Purwantomenggunakan bahan dari pengrajin kulit bernamaWuryanto. Dia memiliki profesi seorang wirausahayang sama seperti Pamuji yaitu rumah industri,berlokasi di Desa Jati Malang, RT 01/RW 02,Kelurahan Njoho, Kecamatan Mojolaban,Kabupaten Sukoharjo, Kota Surakarta, ProvinsiJawa Tengah.

Bahan baku djembe selain kayu jugaberupa kulit. Jenis kulit yang dibicarakan adalah jeniskulit yang berhubungan dengan pembuatan djembeyaitu kulit binatang. Kulit binatang merupakankerangka luar dan tempat tumbuhnya bulu. MenurutPringgodigdo dan Santi (2003:48), kulit adalahlapisan luar yang bersifat mekanis, kimiawi, sertaalat penghantar suhu, yang berfungsi sebagai inderaperasa, tempat pengeluaran hasil pembakaran,

Page 9: PROSES PEMBUATAN DJEMBE OLEH PURWANTO

123Volume 13 No. 2 Desember 2020

Muhammad Afandi Setiawan dan Sigit Astono: Proses Pembuatan Djembe oleh Purwanto

sebagai pelindung terhadap pukulan dan sinarmatahari. Kegunaan kulit binatang bagi kehidupanmanusia di antaranya untuk dikonsumsi sepertikrupuk dan jenis makanan lainnya yang berbahankulit hewan, sementara untuk barang siap pakaiseperti sepatu, ikat pinggang, jaket, tas dan lainnya,untuk souvenir atau barang-barang kesenian sepertiwayang kulit, alat musik seperti kendang, rebab dandjembe.

Jenis kulit untuk barang siap pakai (sepertitas, ikat pinggang, jaket) perlu dilakukan prosesolahan atau kulit yang sudah disamak terlebih dahuluagar kulit tidak mengalami pemuaian/perubahanukuran secara berlebih. Sedangkan bahan kulit yangdigunakan untuk kendang ataupun djembe, kulitcukup dilakukan pembersihan pada bagian bulu dandiratakan pada permukaan kulit, jadi kulit dalamkondisi mentah. Kulit mentah dipilih sebagai bahanpembuatan djembe bertujuan agar kulit tidak mati,sehingga dapat memudahkan pada saat prosespenyeteman suara (tuning)11.

Purnomo dan Herizal (1992:81)menyatakan bahwa kulit hewan tersusun darilapisan-lapisan serat antara lain; bulu (jika ada),epidermis (lapisan luar), korium (kulit jangat) dansubkutis (kulit lemak). Epidermis merupakanlapisan paling atas, tebal kurang dari 1% dari seluruhketebalan kulit, bersifat keras dan kaku karenaterdiri dari sel yang sudah mati. Korium merupakanserabut-serabut Kolagen (zat yang kuat dan lentur)yang tersusun dalam bentuk anyaman halus yangbersifat membengkak jika direndam dalam air, danakan menjadi gelatin (senyawa yang mirip denganprotein) jika dipanaskan. Lapisan korium terdiri dari2 lapisan yakni lapisan papilaris (suhu tubuh) denganketebalan kurang lebih 17% dari ketebalan kulit danlapisan retikularis yang tebalnya kurang dari 68%dari ketebalan kulit. Subkutis adalah lapisan yangmenghubungkan antara kulit dan daging yang berupaisi serat/jaringan lemak yang tersusun secarahorisontal, serat ini mempermudah pada saatpengulitan12.

Kulit hewan yang kurang sehat bisadisebabkan karena faktor dari hewan itu sendiri yangmemang kurang sehat seperti terkena penyakit kulitsemacam gudhig, bisa juga disebabkan dari kondisi

hewan yang kurang terawat dengan baik, sehinggawarna kulit kurang begitu cerah (menjamur) atau bisajuga ada kesalahan pada proses pengerjaan kulit.Kandungan mineral pada kulit hewan dapatmempengaruhi warna pada kulit hewan tersebut,karena mineral mengandung unsur pigmen (warna).Jumlah kandungan kadar mineral pada hewan yanghidup di daerah dataran rendah lebih tinggi 30% daripada hewan yang hidup di daerah dataran tinggi13.

Proses pengerjaan kulit oleh Wuryantodilakukan dengan cara Tradisional dimulai dariperendaman kulit, pembersihan sisa lemak dandaging, pembersihan bulu, hingga prosespenjemuran kulit pada sinar matahari. Adapunproses detail nya seperti berikut.1) Pertama, menyiapkan blabag (kayu untuk

menjemur kulit) yang terbuat dari 4 buah kayuberkuran 6 cm X 12 cm X 300 cm. Kayutersebut dihubungkan pada ujung blabagdengan mur, paku atau tali.

2) Kedua, menyiapkan bak kolam kecil yangterbuat dari semen berukuran 3 m X 4 m yangdigunakan untuk merendam kulit yang air dalamkolam tersebut sudah dicampur dengan airkapur. (Wuryanto, wawancara, 10 Januari2018).

3) Ketiga, menyiapkan kulit basah yang sudahdirendam dengan air kapur selama 1 sampai 3hari.

Gambar 03. Kolam berukuran 3 m x 4 m untukmerendam kulit kambing

(Foto: Setiawan, 10 Januari 2018)

4) Keempat, setelah kulit direndam selama antarasatu sampai tiga hari, baru dapat dilakukanproses pembersihan bulu pada saat bulu masihbasah yang direndam dalam bak berisi air tawar.

Page 10: PROSES PEMBUATAN DJEMBE OLEH PURWANTO

124 Volume 13 No. 2 Desember 2020

5) Kelima, alat yang digunakan untuk prosespembersihan bulu adalah sarung tangan danpisau panjang.

6) Keenam, proses paling rumit adalah saat prosespembersihan sisa lemak dan daging pada kulit,karena kulit pada saat disèsèt14 akan mudahberlubang atau mengelupas. Produksi kulit milikWuryanto, alat yang digunakan pisau denganpegangan panjang sekitar 20 cm dengan ujungpisau lebih lebar 30 cm, perhatikan gambar 14halaman 63 pada sisa bulu yang sudah disèsètdan yang belum.

7) Ketujuh, pembersihan sisa daging atau lemakmenggunakan pisau, kemudian disèsèt(gosokan pisau secara miring) dengan hati-hatisupaya kulit tidak mengelupas atau berlubang,ketika pembersihan sisa daging dan lemak kulitdirendam dengan air panas supaya lebih mudahsaat membersihkan. (Wuryanto, wawancara, 10Januari 2018).

8) Setelah pembersihan sisa daging dan lemakselanjutnya proses pembersihan bulu denganpisau yang tumpul agar pisau tidak sampaimerusak kulit. Bulu kulit yang sudah direndamdengan air kapur selanjutnya direndam dalambak berisi air tawar, kemudian membersihkanbulu dengan cara menggaruk pisau pada bagianbulu.

9) Setelah kulit sudah bersih dari bulu, kulitdiregangkan pada gawangan (papan untukmenjemur kulit) dengan cara mengikat seluruhtepi kulit dengan tali yang berbahan bambusampai kencang atau setegang mungkin.Pengikatan kulit dengan cara memasukkan talipada tepi kulit yang sudah diberi lubang denganpaku yang dikaitkan pada gawangan. Tali yangdigunakan untuk mengikat kulit dari bahanbambu, karena bambu tidak mudah putus padasaat kulit diregangkan atau dikencangkan,sehingga kulit tetap kencang sampai kulit kering.(Wuryanto, wawancara, 10 Januari 2018).

10) Kulit dijemur di bawah sinar matahari sampaikering dan diperlukan waktu minimal satusetengah hari jika panas matahari maksimal.(Wuryanto, wawancara, 10 Januari 2018).

Gambar 04. Proses pembersihan bulu terluar kulitkambing

(Foto: Setiawan, 10 Januari 2018)

Gambar 05. Proses pembersihan sisa lemak darikulit kambing

(Foto: Setiawan, 10 Januari 2018)

Gambar 05. Proses penjemuran kulit(Foto: Setiawan, 10 Januari 2018)

Page 11: PROSES PEMBUATAN DJEMBE OLEH PURWANTO

125Volume 13 No. 2 Desember 2020

Muhammad Afandi Setiawan dan Sigit Astono: Proses Pembuatan Djembe oleh Purwanto

Berdasarkan penjelasan di atas dapatdiketahui bahwa proses pengerjaan kulit untukdjembe terdapat beberapa cara. Proses pengerjaankulit tersebut dimulai dari perendaman kulit,pembersihan sisa lemak dan daging, pembersihanbulu, hingga proses penjemuran kulit pada sinarmatahari.

Selama ini diketahui pemasok sumber bahankulit berasal dari beberapa kota di Jawa Tengahseperti: Solo, Wonogiri, Klaten, dan Salatiga. Jenisjenis kulit yang digunakan untuk djembe adalah kulitkambing Jawa. djembe berukuran besarberdiameter sekitar 33 cm dibutuhkan kulit kambingJawa berkelamin jantan atau kulit pedhèt (anak sapi)berkelamin jantan. Sedangkan djembe denganukuran kecil berdiameter sekitar 19 cm dibutuhkankulit kambing berkelamin betina (Wuryanto,wawancara, 10 Januari 2018).

5. SIMPULAN

Berdasarkan uraian tentang prosespembuatan djembe diatas, maka dapat ditarikkesimpulan atas dua permasalahan yang diajukansebagai berikut.

Proses pembuatan djembe yang dianggapberkualitas menurut Purwanto meliputi pemilihanbahan baku dan proses pembuatan. Pemilihan bahanbaku berkaitan dengan pasokan yang didapat daripelanggan tetap yang berasal dari wilayah Sala,Wonogiri dan sekitarnya. Bahan baku yangdimaksud adalah kayu jenis nangka, mangga danmahoni. Kualitas kayu sangat berpengaruh padakualitas bunyi djembe. Bahan kayu yang digunakanPurwanto adalah kayu mahoni dan nangka. Kayumahoni mempunyai serat yang padat dan tidakmudah pecah, demikian dengan kayu nangka.

Bahan baku untuk membuat membranberasal dari kulit sapi jantan dan kulit kambingjantan yang berumur dua sampai empat tahun. Kulitsapi dan kambing dipilih karena memilik ketebalanmerata dan kelenturan yang dianggap sesuai dengankebutuhan bunyi djembe di Surakarta. Kulit menjadibahan sumber suara yang dipertimbangkan dalamsistem pencarian suara (tuning).

Sistem produksi djembe terletak padagetaran kulit yang ditransmisikan melalui ruangterbuka (rongga) yang terdapat pada body djembe.Djembe yang digunakan Purwanto untuk pencariansuara diambil dari aplilasi internet Audio Tool sebagaialat untuk mendapatkan detail setiap kekuatan dangelombang karakter suara bass, tone dan slap.Standard kualitas djembe buatan Purwantomenyangkut tentang karakter detail suara bass, tonedan slap. Djembe yang dianggap mempunyaikualitas yang baik dipengaruhi beberapa faktor antaralain: faktor pengrajin, bahan, peralatan yangmemadahi dan pencarian suara (tuning).

6. DAFTAR ACUAN

Blanc, Serge. African Percussion. France: Rue DeLa Verrerie, 1985.

Hariyadi, Muhammad Nur. “Pertunjukan MusikDjembe Sebagai Objek PenciptaanLukisan”. Skripsi S1 Program StudiPendidikan Seni Rupa Jurusan PendidikanSeni Rupa Fakultas Bahasa dan SeniUniversitas Negeri Yogyakarta (UNY),2014.

Hendarto, Sri. Organologi dan Akustika I & II.Bandung. Lubuk Agung. 2011.

Herizal, Maspon. “Dikie Rabano di PayakumbuhTinjauan Seni, Budaya, dan Organologi”.Skripsi S1 Jurusan Karawitan, FakultasSeni Pertunjukan. Institut Seni Indonesia(ISI), 1992.

Marjuki. “Studi Tentang Proses Pembuatan KaryaUkir Siswa Kelas XI Program Tekologidan Desain Kayu Di Sekolah MenengahKejuruhan Kriya”. Skripsi S1 FakultasKeguruan dan Ilmu Pendidikan Universi-tas Sebelas Maret (UNS), 2009.

Moleong, Lexy J. Metodologi PenelitianKualitatif. Bandung: Remaja RosdaKarya, 1991.

Page 12: PROSES PEMBUATAN DJEMBE OLEH PURWANTO

126 Volume 13 No. 2 Desember 2020

Muhadjir, Noeng. Metodologi PenelitianKualitatif. Yogyakarta: Rake Sarasin,1996.

Rahayu, Kuncoro Santoso.. “Kendang GayaSurakarta: Suatu Kajian Organologisdan Proses Pembuatannya”. Skripsi S1,Jurusan Karawitan, Fakultas SeniPertunjukan, Institut Seni Indonesia (ISI).2007.

Syafa, Muhammad Fahmi. “Praktik KomunitasMusik Reggae di Kota Bontang (StudiDeskriptif Bontang Reggae Community)”.Ejournal Sosiatri-Sosiologi-Fisip Univer-sitas Mulawarman, 2017.

Iswandi dan Mubarat, “Aspek-aspek EstetikaUkiran Kayu Khas Palembang, 2018.

Narasumber

Arif Purwanto (42 tahun), pengrajin alat musikdjembe dan pemain djembe. Alamat:Dusun Banyu Agung, Kelurahan Kadipiro,Kecamatan Banjarsari, Kota Surakarta,Propinsi Jawa Tengah.

Pamuji (35 tahun) pengrajin kayu dan pembuatkerangka body djembe. Alamat: DusunMiru Kulon, RT 02, RW 05, KelurahanNgadirojo Kidul, Kecamatan Ngadirojo,Kabupaten Wonogiri, Propinsi JawaTengah.

Wuryanto (38 tahun), pengrajin kulit yang menjadilangganan Purwanto untuk membuatdjembe. Alamat: Dusun Jatimalang, RT01, RW 02, Kelurahan Joho, KecamatanMajalaban, Kabupaten Sukoharjo,Propinsi Jawa Tengah.

Catatan Akhir:1 Serge Blanc, African Percussion The

Djembe, Books (Sher Music Co., 1985). Hal.212 Blanc.Serge, African Percussion The

Djembe, Books (Sher Music Co., 1985). Hal.21

3 Kuncoro Santoso Rahayu, ‘Kendang GayaSurakarta: Suatu Kajian Organologis Dan ProsesPembuatannya’ (Institut Seni Indonesia Surakarta,2007), H. 33.

4 Maspon Herizal, ‘Dikie Rabano DiPayakumbuh Tinjauan Seni, Budaya DanOrganologi.’ (Sekolah Tinggi Seni IndonesiaSurakarta, 1992), H. 56.

5 Muhammad Fachmi Syafa, ‘PraktikKomunitas Musik Reggae Di Kota Bontang ( StudiDeskriptif Bontang Reggae Community )’, 5.4(2017), 1–15 <https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&c ad= r ja &ua c t = 8&ved =2a hUKE wj7-uG346fxAhXBTX0KHSLjCkMQFjAFegQIHBAF&url=ht tp%3A%2F%2Fejournal.ps. fisip-u n m u l . a c . i d % 2 F s i t e % 2 F w p -content%2Fuploads%2F2017%2F10%2F01_format_artikel_ejournal_mulai_hlm>.

6 Syafa. ‘Praktik Komunitas Musik ReggaeDi Kota Bontang ( Studi Deskriptif Bontang ReggaeCommunity )’, 5.4 (2017), 1–15

7 Universitas Negeri Yogyakarta, SarjanaPendidikan, and Muhammad Nur Hariyadi,‘Pertunjukan Musik Djembe Sebagai ObjekPenciptaan Lukisan’, April, 2014, 01–105.H.22

8 Blanc. Serge, African Percussion TheDjembe, Books (Sher Music Co., 1985). Hal.21

9 Husni Mubarat and Heri Iswandi, ‘Aspek-Aspek Estetika Ukiran Kayu Khas Palembang’,Jurnal Ekspresi Seni, 20 (2018), 139–52 <https://journal.isi-padangpanjang.ac.id/index.php/Ekspresi/article/view/403/295>. H.04

10 Yogyakarta, Pendidikan, and Hariyadi. H.1811 Kuncoro Santoso Rahayu, ‘Kendang

Gaya Surakarta: Suatu Kajian Organologis DanProses Pembuatannya’ (Institut Seni IndonesiaSurakarta, 2007), H. 30.

12 Kuncoro Santoso Rahayu, ‘KendangGaya Surakarta: Suatu Kajian Organologis DanProses Pembuatannya’ (Institut Seni IndonesiaSurakarta, 2007), H. 31.

13 Rahayu, ‘Kendang Gaya Surakarta: SuatuKajian Organologis Dan Proses Pembuatannya’.(Institut Seni Indonesia Surakarta, 2007), H. 33