Sabana Sumba: kelembagaan dan pembangunan ekonomi desa · Kelembagaan dan Pembangunan Ekonomi Desa....
Transcript of Sabana Sumba: kelembagaan dan pembangunan ekonomi desa · Kelembagaan dan Pembangunan Ekonomi Desa....
SABANA SUMBA : Kelembagaan dan Pembangunan Ekonomi Desa
Rambu Luba Kata Respati Nugrohowardhani
Program Pascasarjana Universitas Kristen Satya Wacana
Salatiga 2016
ii
iii
ii
© Rambu Luba Kata Respati Nugrohowardhani
Foto Cover : Heinrich D. Dengi
All rights reserved. Save Exception stated by the law, no part of this publication may
be reproduced, sotred in a retrieval system of any nature, or transmitted in any form or
by any means electronic, mechanical, photocopying, recording or otherwise, included
a complete or partial transcription, without the prior written permission of the author,
application for which should be addressed to author.
Diterbitkan oleh:
Program Pascasarjana
Universitas Kristen Satya Wacana
Jl. Diponegoro 52-60 Salatiga
Telp. (0298) 321212 Ext. 229, Fax. (0298) 311995
iii
SABANA SUMBA : Kelembagaan dan Pembangunan Ekonomi Desa
DISERTASI
Diajukan untuk memperoleh gelar Doktor
di Universitas Kristen Satya Wacana.
Disertasi ini telah dipertahankan dalam ujian terbuka
Program Pascasarjana Doktor Studi Pembangunan
Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga,
yang dipimpin oleh Rektor Magnificus:
Prof. Pdt. John A. Titaley, Th.D
pada hari Jumat, 8 Januari 2016, pukul 10.00 WIB
di Universitas Kristen Satya Wacana
Jalan Diponegoro 52-60 Salatiga
Oleh:
Rambu Luba Kata Respati Nugrohowardhani
Lahir di Semarang, Jawa Tengah
iv
Promotor:
Marthen L. Ndoen, SE., MA., Ph.D
Ko-Promotor:
Marwata, SE.,M.Si., Akt., Ph.D.
Prof. Makoto Koike, Ph.D.
Penguji:
Prof. Daniel D. Kameo, SE., MA., Ph.D.
Dr. Pamerdi G. Wiloso, M.Si.
Dr. Wilson M.A. Therik, SE.,M.Si.
v
In memory of my parents;
Siliwoloe Djoeroemana & Koesworini Hadipranowo
vi
vii
Ucapan Terima Kasih
Menyusuri “the long and winding road” lima tahun terakhir,
tiga tempat berikut ini menjadi fokus kehidupan saya; Salatiga,
Tanamanang, dan Waingapu. Oleh karena itu saya ingin mengucapkan
terima kasih kepada mereka di tiga tempat tersebut yang telah
memberikan kontribusi pada proses studi dan penyelesaian buku ini.
Di Salatiga, terima kasih yang tulus saya sampaikan pada tim
promotor yang terdiri dari Trio Ma; Marthen L. Ndoen, S.E., M.A.,
Ph.D.; Marwata S.E.,M.Si., Akt.,Ph.D., dan Prof. Makoto Koike, Ph.D.
Dengan keahlian masing-masing merekalah yang menuntun dan
mengawal saya berproses menjadi seorang peneliti independen. Terima
kasih juga patut saya tujukan pada Dr. David S. Widihandojo yang pada
awalnya menjadi promotor saya, sebelum ia pindah ke Jakarta. Kepada
Prof. Dr. Ir. Kutut Suwondo M.S. (Alm) yang bersedia menggantikan
posisi Pak David menjadi promotor, saya haturkan terima kasih yang
mendalam. Keteladanan pengabdian yang tulus dan semangatnya
sebagai intelektual di tengah masa-masa pengobatan sakitnya menjadi
inspirasi dalam kehidupan saya. Tak dapat dipungkiri, pengalaman
berganti promotor hingga dua kali memang dulu saya sesali. Namun
kini saya sadari sebagai sebuah blessing in disguise karena melalui
pengalaman itulah saya belajar banyak hal dari banyak orang. Terima
kasih selanjutnya saya sampaikan kepada para penguji; Prof. Daniel D.
Kameo, S.E., M.A., Ph.D.; Dr. Drs. Pamerdi G. Wiloso, M.Si., dan Dr.
Wilson M.A. Therik, S.E., M.Si. yang tidak hanya berperan sebagai
penguji yang kritis, tetapi juga pembaca yang konstruktif. Saya
beruntung melalui proses “quality control” yang mereka lakukan
untuk memperkaya artikel-artikel dalam buku ini. Selain nama-nama
di atas, terima kasih setulusnya saya tujukan pada saudari Kezia Ayu
Tekan Sari, S.E dan Adhisti Raras Putri, S.Kom., yang tidak saja
bersedia membantu semua urusan administrasi kuliah, tetapi juga
viii
bersedia menjalin persahabatan yang indah. Pada mereka berdua,
keluh-kesah dan kegalauan selama studi seringkali saya curahkan.
Terima kasih juga saya sampaikan kepada lima teman seangkatan-
seperjuangan; Pak Donny Tobondo, yang telah berhasil menyelesaikan
studi; Ibu Diani Ledo yang sedang mempersiapkan diri untuk ujian
tertutup, saya ucapkan terima kasih untuk kesediaannya menangis dan
tertawa bersama saya; Pak Adhi Isnanto, Pak Ardiyantoro, dan Pak
Edward Napitupulu, yang saya harap akan segera menyusul langkah
kami bertiga.
Di Tanamanang, saya berterima kasih pada Yudi Marambajawa,
S.E. dan John T. Tanggurami, S.E. yang telah bersedia menjadi asisten
dalam penelitian ini. Ucapan terima kasih dan penghargaan setinggi-
tingginya saya tujukan pada para informan, khususnya pada Bapak
Umbu Nuku Palalu, Bapak Umbu Lapu Nuku, Bapak Tay Huka Pati,
Bapak Umbu Kalukur Lili, Bapak Djami Landujawa, Bapak Umbu Yiwa
Hunggurami, Bapak Hamana Remang, Ibu Noti Babang, Ibu Rambu
Day Ataama, Ibu Utang Mangil, serta informan lain yang tidak mampu
saya sebutkan satu-persatu. Kepada mereka saya berterima kasih untuk
pengetahuan, pelajaran, dan pengalaman yang mereka berikan pada
saya. Sesunguhnya, sebagai seorang Sumba yang lahir dan besar di
Jawa, lewat merekalah saya mendapat jawaban atas berbagai
pertanyaan pribadi tentang kehidupan sosial-ekonomi-politik-budaya
di Sumba yang selama ini seakan tak bisa dijawab.
Di Waingapu, ucapan terima kasih saya tujukan pada Pimpinan
STIE Kristen Wira Wacana Sumba (STIE Kriswina) yang telah
memberikan kesempatan dan membiayai studi lanjut saya di UKSW,
khususnya pada Bapak Dr. Muana Nanga, S.E., M.S. sebagai ketua
ketika saya mengawali studi lanjut, dan Ibu Pdt. Norlina R.J.Kalunga,
S.Si (Theol), M.Si yang saat ini menjabat sebagai ketua. Di lembaga
tempat saya bekerja ini, terima kasih juga saya ucapkan kepada rekan-
rekan sekerja, baik rekan pengajar maupun rekan administrasi, yang
mendukung dan membantu saya selama „merantau menimba ilmu‟ di
tanah orang. Selanjutnya, ucapan limpah terima kasih saya
ix
peruntukkan kepada Bapak Ir. Johanis H. Wunu, M.Si. selaku Kepala
Dinas Perkebunan Sumba Timur, beserta jajaran staf Disbun Sumba
Timur khususnya; Bapak Lazarus Tarapanjang, SE, Bapak Ir. Eddy L.
Kitu, Ibu Sherly Y. M. Neno, S.P, dan Ibu nDama Wenda, S.P. untuk
bantuan dan dukungan dalam menyediakan informasi yang terkait
dengan program pengembangan kapas di Sumba Timur.
Melampaui ketiga tempat di atas, saya ingin mengucapkan
terima kasih yang tulus pada para sahabat sebagai berikut; Jacqueline
A.C. Vel, seorang ahli Sumba asal Belanda, yang membuat saya “malu”
sebagai seorang Sumba yang justru kurang mengenal kehidupan
masyarakatnya sendiri. Buku-buku dan tulisannya tentang Sumba
menjadi inspirasi sekaligus memberikan kontribusi pada buku ini.
Terima kasih selanjutnya saya tujukan kepada Kak Ina Hunga dan
Mbak Dewi Candraningrum yang telah membantu saya untuk
membangun kepercayaan diri sehingga berani mempublikasikan
sebagian dari hasil penelitian. Pengalaman itulah yang kemudian
menjadi salah satu pendorong keputusan saya untuk membuat disertasi
dalam bentuk kompilasi artikel seperti buku ini. Kepada Fiona M.
Pilirobo dan Cindy Neru di Denpasar, saya ucapkan terima kasih untuk
waktu „santai-santai‟ yang mereka luangkan dalam usaha menghibur
saya ketika rasa jenuh dan bosan datang menyerang.
Buku ini tidak akan selesai tanpa dukungan dan bantuan dalam
berbagai bentuk dari keluarga saya. Untuk itulah saya ingin
menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus kepada Mama Rambu
Lika Amah di Ngalu, ibu mertua yang tidak saja menyediakan tempat
bernaung selama penelitian lapangan, tetapi juga bersedia menjaga
cucu-cucunya –anak-anak saya- di Waingapu ketika saya berada di
Salatiga. Limpah terima kasih juga saya tujukan kepada Om Kako
Sabakodi yang telah meluangkan waktu dan tenaga untuk menjadi
transcriptor semua rekaman hasil wawancara selama penelitian.
Terima kasih selanjutnya untuk keluarga Dian Siliwoloe dan Dode
Pinto Soares beserta Nicholas dan Natania, yang tidak saja dengan
senang hati menyediakan tempat tinggal selama saya studi, tetapi juga
x
merelakan motor mereka untuk dipakai kapan saja saya
membutuhkannya. Kepada keluarga Dhini Siliwoloe dan Henry
Susanto beserta Grace dan Ruth, terima kasih yang tulus untuk
perhatian, kasih sayang, dan kesediaan mengantar-jemput saya selama
bolak-balik Salatiga-Waingapu. Terima kasih juga kepada keluarga
Deddi Siliwoloe dan Enggar Listanti beserta Kiran dan Anandi di Bogor
yang tak lelah mendorong dan mendoakan saya untuk dapat
menyelesaikan studi. Keakraban dan kekompakan yang mereka
ciptakan sungguh mendukung iklim kondusif bagi penyelesaian buku
ini. Kepada Stepanus Makambombu, suami dan reviewer pribadi,
terima kasih untuk segala bentuk pengorbanan selama ini dan
kesediaan menjadi “my shoulder to cry on and my friend to rely on”.
Selesainya buku ini menandakan waktunya bagi saya untuk berganti
peran menjadi pendukung dan pendorong suami agar segera
menyelesaikan studi S3-nya juga. Tak lupa, terima kasih terdalam
kepada dua buah hati kami, Rambu Lika Amah Bintang Kalyanitia dan
Rambu Mura Guna Bening Kiraninavedita, yang dengan cara mereka
sendiri terus memberikan semangat dan dukungan untuk segera
menyelesaikan studi. Kini waktunya untuk menebus saat-saat ketika
saya meninggalkan mereka.
Terakhir, namun yang paling utama, saya mengakui dan
meyakini bahwa hanya karena pertolonganNya saja saya sanggup
menyelesaikan studi dan menghasilkan buku ini. Untuk itulah segala
puji, hormat, syukur, dan ucapan terima kasih yang tak terhingga saya
tujukan kepada Allah Tri Tunggal, sumber segala ilmu dan
pengetahuan. Amin!
Salatiga, Desember 2015
Rambu L.K.R. Nugrohowardhani
xi
Daftar Isi
UcapanTerima Kasih
vii
Daftar Isi xi
Daftar Tabel xii
Daftar Box
Daftar Gambar
xiii
xiv
Daftar Lampiran xv
Daftar Singkatan xvi
Daftar Istilah xviii
1. Pendahuluan 1
2. Perspektif Ekonomi Kelembagaan : Sebuah Pengantar 19
3. Penelitian di “Halaman Belakang” : Pengalaman dari
Lapangan
49
4. Iklim dan Kelembagaan dalam Pembangunan Ekonomi
Desa di Daerah Sabana
71
5. Memahami Penggunaan Lahan Untuk Pembangunan
Ekonomi Desa di Daerah Sabana :There is no such thing as free land!
103
6. Alokasi Tenaga Kerja di Daerah Sabana dalam
Pembangunan Ekonomi Desa :Same action, different definition
133
7. Pembangunan Ekonomi Desa di Daerah Sabana= Arena
Ekonomi-Politik (Kasus Komoditisasi Kapas di Desa
Tanamanang, Sumba Timur)
163
8. Resistensi Sehari-hari Petani di Daerah Sabana (Kasus
Komoditisasi Kapas di Desa Tanamanang, Sumba Timur
189
9. Pembangunan Ekonomi Desa di Daerah Sabana : Lessons learned
211
Lampiran 225
xii
Daftar Tabel
Tabel 2.1 Matriks Syahyuti 22 Tabel 2.2 Definisi Lembaga dalam Perspektif Ekonomi
Kelembagaan 39
Tabel 3.1 Tabel Informan untuk Setiap Topik Tulisan 58 Tabel 5.1 Areal Pengembangan Kapas Nasional Tahun 2011 112 Tabel 5.2 Luas Lahan dan Peruntukannya di Pulau Sumba 113 Tabel 6.1 Rencana Pengembangan Kapas di Provinsi NTT
Tahun 2012 142
Tabel 6.2 Statistik Ketenagakerjaan di Pulau Sumba 142 Tabel 6.3 Pengelompokkan Penggunaan Kata „Kerja‟ di
DesaTanamanang 144
Tabel 7.1 Para Pelaku dalam Arena Komoditisasi Kapas di Desa Tanamanang
176
Tabel 7.2 Modal dalam Arena Komoditisasi Kapas di DesaTanamanang
180
xiii
Daftar Box
Box 3.1 Ketika Pengalaman Saja Tidak Cukup 60 Box 3.2 Seorang Asisten yang Tepat 61 Box 3.3 Posisi Peneliti : Dosen, Peneliti, atauTau Humba? 62 Box 4.1 Pupuk Bansos Kapas untuk Padi 92 Box 5.1 Konflik antara Penduduk dan Kepala Desa 121 Box 5.2 Konflik Antar Anggota Kabihu 123 Box 6.1 Kelompok Tani dengan Ketua yang Dominan 150 Box 6.2 Kelompok Tani dengan Ketua yang Simbolis 151 Box 6.3 Mondu Kaliongga : Dari Jagung Menjadi Kapas 153 Box 8.1 Ketika Mondu Penuh dengan Kapas 201
xiv
Daftar Gambar
Gambar 4.1 Ekologi, Kelembagaan, dan Pembangunan Ekonomi di Daerah Sabana
97
Gambar 7. 1 Peta Multi-Skala Komoditisasi Kapas di DesaTanamanang
183
Gambar 9.1 Kelembagaan lokal vs Kelembagaan “baru” 219 Gambar 9.2 Ekologi, Kelembagaan, dan Arena Ekonomi-
politik 221
xv
Daftar Lampiran
Lampiran 1 Daftar Nama Informan 225 Lampiran 2 Mitos Asal Muasal Kapas di Sumba 227
xvi
Daftar Singkatan
APBN : Anggaran Pengeluaran dan Belanja Negara
API : Asosiasi Pertekstilan Indonesia
APINDO : Asosiasi Pengusaha Indonesia
ASPEKINDO : Asosiasi Petani Kapas Indonesia
Bansos : Bantuan Sosial
BNI : Bank Negara Indonesia
BRI : Bank Rakyat Indonesia
CO2 : Carbon Dioksida
CP/CL : Calon Petani/Calon Lahan
Demplot : Demonstrasi Plot
DIPA : Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran
Dirjen : Direktorat Jenderal
Disbun : Dinas Perkebunan
EKA : Ekonomi Kelembagaan Asli
EKB : Ekonomi Kelembagaan Baru
EPK : Ekonomi Politik Kelembagaan
Gapoktan : Gabungan Kelompok Tani
GAPERINDO : Gabungan Asosiasi Petani Perkebunan Indonesia
IPE : Institutional Political Economics
Juklak : Petunjuk Pelaksanaan
Juknis : Petunjuk Teknis
Kabid : Kepala Bidang
Kades : Kepala Desa
Kementan : Kementrian Pertanian
KTP hewan : Kartu Tanda Pengenal untuk hewan (ternak)
NIE : New Institutional Economics
NKRI : Negara KesatuanRepublik Indonesia
NRM : Natural Resources Management
NTT : Nusa Tenggara Timur
OIE : Original/Old Institutional Economics
xvii
PPTA : Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat
PLP-TKP : Petugas Lapangan Pembantu – Tenaga Kontrak
Pendamping
POK : Petunjuk Operasional Kegiatan
Poktan : Kelompok Tani
PT AAI : Perseroan Terbatas Ade Agro Industri
PT Adetex : Perseroan Terbatas Adetex
PT ASTIL : Perseroan Terbatas Algae Sumba Timur Lestari
ST : Sumba Timur
TA : Tahun Anggaran
TKP : Tenaga Kontrak Pendampig
TPT : Tekstil danProduk Tekstil
WTO : World Trade Organization
xviii
Daftar Istilah
Aci : Sebutan untuk perempuan keturunan Tionghoa yang umumnya pedagang atau memiliki toko
Ana tana : Orang lokal (putra/i daerah) Ana waki : Anak kandung Angupaluhu : Saudara sepupu laki-laki dalam satu
kabihu (klan) Ata : Hamba Balu : Ipar perempuan Banda : Hewan/ternak Hamayang : Ritual doa dalam kepercayaan Marapu Hinggi : Kain tenun ikat (untuk laki-laki) Hotu : Tato / tanda pada ternak Jagung rote : Sorghum Kabihu : Klan, kelompok orang yang disatukan
oleh kekerabatan berdasarkan keturunan
Kamba : Kapas / kaintenun yang terbuat dari benang kapas asli
Kambahumba : Kapas sumba / kapas lokal Kambamaparenta : Kapas pemerintah Kambaproyek : Kapas proyek Kotaku : Kampung tradisional Laiyia : Ipar dari pihak suami/ pihak penerima
perempuan Latang : Sawah Lau : Sarung tenun (untukperempuan) Mangutana : Tuan tanah / pemilik tanah Maramba : Bangsawan Marapu : Kepercayaan lokal masyarakat Sumba Mbola : Kerajinan tangan berbentuk keranjang Mondu / tanamondu : Kebun di pinggir sungai Padang : Padang rumput / sabana
xix
Pahudur : Membuat benang dari kapas dengan cara tradisional
Paraingu : Kampung tradisional ParainguMangili : Nama sebuah kampung tradisional di
Mangili Pranggang : Pasar tradisional yang dilaksanakan
secara berkala (biasanya mingguan) Taluora : Halaman Tana : Tanah Tanakabihu : Tanah milik klan Tau humba : Orang Sumba Titi : Memukul Uma : Rumah Urang : Hujan Wandu : Musim kemarau / musim kering Watar : Jagung Watarurang : Jagung yang ditanam pada awal musim
hujan Watarbalinyali : Jagung yang ditanam pada awal musim
kemarau Woka / tanawoka : Kebun lahan kering Wulangpatu : Bulan ke-empat (April) Wulang lima : Bulan ke-lima (Mei) Wulanghakambuluhau : Bulan ke-sebelas (November) Wulanghakambuludambu : Bulan ke-duabelas (Desember) Wunang : Pembawa pesan Yera : Ipar dari pihak istri /pihak pemberi
perempuan Yera-laiyia : Hubungan antara pihak year dan laiyia