Slide Proposl Qu

download Slide Proposl Qu

of 34

Transcript of Slide Proposl Qu

Slide 1

UJI EFEK ANTIINFLAMASI SEDIAAN GEL, EKSTRAK DAN INFUSA DAUN PETAI CINA (Leucaena leucocephala) TERHADAP UDEMA PADA TIKUS PUTIH GALUR WISTAR

1BAB IPENDAHULUAN

Radang merupakan respon terhadap cedera jaringan atau infeksi. Ketika proses radang berlangsung, terjadi reaksi vascular dimana cairan elemen darah, sel darah putih (leukosit) dan mediator kimia berkumpul pada tempat jaringan yang cedera atau infeksi. Bila jaringan cedera misalnya karena terbakar, teriris atau karena infeksi oleh kuman, maka pada jaringan ini akan terjadi rangkaian reaksi yang menyebabkan musnahnya agens yang membahayakan jaringan atau yang mencegah agens ini menyebar lebih luas. Reaksi-reaksi ini kemudian juga menyebabkan jaringan yang cedera diperbaiki atau diganti dengan jaringan baru (Rukmono, 1973).Ditengah munculnya berbagai obat-obatan produksi pabrik modern ternyata masyarakat Indonesia masih memanfaatkan berbagai tanaman sebagai obat tradisional. Salah satunya adalah tanaman petai cina (Leucaena leucocephala) yang dipercaya memiliki banyak manfaat dalam hal pengobatan secara alamiah. Daun petai cina (Leucaena leucocephala) merupakan salah satu tanaman yang sudah dikenal masyarakat sebagai obat bengkak. Pemanfaatannya dengan cara dikunyah-kunyah atau diremas-remas, kemudian ditempelkan pada bagian yang bengkak. Selain itu, masyarakat juga menggunakan petai cina (Leucaena leucocephala) sebagai bahan makanan, lauk-pauk atau makanan ternak (Elhasani, 2011).

Petai cina (Leucaena leucocephala) dipercaya dapat menyembuhkan beberapa penyakit seperti diabetes melitus, cacingan, luka, bengkak, dan disentri. Tanaman ini juga bermanfaat sebagai tanaman penghijauan yang multiguna karena pertumbuhannya yang sangat cepat (Abdulloh, 2010).

1.2. Perumusan Masalah Apakah sediaan gel, ekstrak etanol, dan infusa daun petai cina (Leucaena leucocephala) dapat memberikan efek antiinflamasi pada tikus putih yang diinduksi karagenin 1%?

1.3. Tujuan PenelitianPenelitian ini bertujuan untuk: Mengetahui efek antiinflamasi sediaan gel, ekstrak, dan infusa daun petai cina (Leucaena leucocephala) terhadap udem pada tikus putih yang diinduksi karagenin 1%.

1.4. Hipotesis PenelitianDiduga sediaan gel, ekstrak etanol, dan infusa daun petai cina (Leucaena leucocephala) mempunyai efek antiinflamasi terhadap udem pada tikus putih yang diinduksi karagenin 1%.

1.5. Manfaat PenelitianMemberi informasi kepada masyarakat tentang efek dari daun petai cina (Leucaena leucocephala) sebagai anti inflamasi.Menambah inventaris obat anti inflamasi yang lebih mudah didapat dengan harga yang dapat dijangkau oleh masyarakat.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1. Radang (Inflamasi) Inflamasi adalah respon terhadap cedera jaringan dan infeksi. Ketika proses inflamasi berlangsung, terjadi reaksi vaskular dimana cairan, elemen-elemen darah, sel darah putih dan mediator kimia berkumpul pada tempat cedera jaringan atau infeksi. Proses inflamasi merupakan suatu mekanisme perlindungan tubuh untuk menetralisir dan membasmi agen-agen yang berbahaya pada tempat cedera dan mempersiapkan keadaan untuk perbaikan jaringan (Kee dan Hayes, 1996).

Tanda-tanda Radang :Warna merah (rubor): terjadi karena jaringan yang meradang mengandung banyak darah akibat kapiler-kapilernya melebar dan kapiler-kapiler yang tadinya kosong menjadi berisi darah juga.Panas (calor): juga akibat sirkulasi darah yang meningkat. Naiknya suhu ini tidak melebihi suhu rektum sehingga diambil kesimpulan bahwa peningkatan metabolisme tidak seberapa menyebabkan kenaikan suhu ini.Pembengkakan (tumor) : disebabkan sebagian oleh hiperemi dan sebagian besar oleh eksudat yang terjadi pada radang.

Rasa nyeri (dolor) : agaknya disebabkan oleh pengaruh zat pada ujung saraf perasa yang dilepaskan oleh sel yang cedera, zat ini mungkin histamin. Rasa nyeri agaknya juga disebabkan oleh tekanan yang meninggi dalam jaringan akibat terjadinya eksudat. hilangnya fungsi (Functio laesa) : Karena penumpukan cairan pada tempat cedera jaringan dan karena rasa nyeri, yang mengurangi mobilitas pada daerah yang terkena. (Rukmono, 1973).

Obat Antiradang :Obat-obat Antiradang Golongan Steroid (Glukokortikoid)Efek glukokartikoid berhubungan dengan kemampuannya untuk merangsang boisintesis protein lipomodulin yang dapat menghambat kerja enzimatik fosfolipase, suatu enzim yang bertanggung jawab terhadap pelepasan asam arakhidonat dan metabolitnya.B. Obat Antiradang Non SteroidNSAID dikenal sebagai penghambat prostaglandin, mempunyai efek analgesik dan antipiretik yang berbeda-beda tetapi terutama dipakai sebagai agen antiinflamasi untuk meredakan inflamasi dan nyeri (Wilmana, 1995). Deksamethason

Rumus molekul: C22H29FO5Pemerian: Serbuk hablur, putih sampai praktis putih; tidak berbau; stabil di udara. Melebur pada suhu kurang lebih 2500Kelarutan: Praktis tidak larut dalam air; agak sukar larut dalam aseton, dalam etanol, dalam dioksan dan dalam ethanol; sukar larut dalam kloroform; sangat sukar larut dalam eter. (Anonim, 1995)

Farmakologi: Deksametason merupakan salah satu glukokortikoid yang terampuh, kemampuannya dalam menanggulangi peradangan dan alergi kurang lebih sepuluh kali lebih hebat dari pada yang dimiliki prednison atau prednisolon. Dexamethason diabsorpsi melalui saluran cerna. (parwaningtyas,2011).

Petai Cina (Leucaena leucocephala)

Klasifikasi dan Morfologi TanamanKingdom: Plantae Subkingdom: Tracheobionta Super Divisi: Spermatophyta Divisi: Magnoliophyta Kelas: Magnoliopsida Ordo: FabalesFamili: FabaceaeGenus: LeucaenaSpesies: Leucaena leucocephala (Lam.) de Wit (Anonim, 2008)

Petai cina (Leucaena leucocephala) adalah tumbuhan yang memiliki batang pohon keras dan berukuran tidak besar. Daunnya majemuk terurai dalam tangkai berbilah ganda. Bunganya yang berjambul warna putih sering disebut cangkaruk. Buahnya mirip dengan buah petai tetapi ukuran nya jauh lebih kecil dan berpenampang lebih tipis. Buah petai cina termasuk buah polong, berisi biji-biji kecil yang jumlahnya lebih banyak. Petai cina cocok hidup didataran rendah sampai ketinggian 1500 dpl. Gambar Tanaman Petai Cina

Nama lain: Petai cina (Indonesia), Kemlandingan, Lamtoro (Jawa), Palanding, Peuteuy selong (Sunda), Kalandingan (Madura).(Haryanto, 2009)

Biji dari buah petai cina yang sudah tua setiap 100 g mempunyai nilai kandungan kimia berupa zat kalori sebesar 148 kalori, protein 10,6 g, lemak 0,5 g, hidrat arang 26,2 g, kalsium 155 mg, besi 2,2 mg, vitamin A, Vitamin BI 0,23 mg. Daun petai cina mengandung zat aktif alkaloid, saponin, flavonoid, tanin dan polifenol ( Dedy, 2011). Berbagai kandungan yang terdapat dalam tanaman petai cina yang diperkirakan sebagai antiinflamasi adalah flavonoid. Flavonoid dalam bentuk aglikon bersifat nonpolar, sedangkan dalam bentuk glikosida bersifat polar.

Flavonoid

Gambar. Struktur Dasar Flavonoida

Sifat fisika kimia flavonoid : Tahan pemanasan Polar Titik lebur 345-350 C Mudah teroksidasi oleh cahaya (Uchiha, 2011)

Flavonoid adalah suatu kelompok senyawa fenol terbesar yang ditemukan di alam. Senyawa-senyawa ini merupakan zat warna merah, ungu dam biru, dan sebagian zat warna kuning yang ditemukan dalam tumbuh-tumbuhan. Flavonoid mempunyai kerangka dasar karbon yang terdiri dari 15 atom karbon, dimana dua cincin benzene (C6) terikat pada suatu rantai propane (C3) sehingga membentuk suatu susunan C6-C3-C6.Flavonoida dapat menghambat enzim siklooksigenase yang berperan dalam terjadinya inflamasi. (Narayana, 2001).

Simplisia

Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum mengalami pengolahan apa pun juga dan kecuali dinyatakan lain, berupa bahan yang dikeringkan. Simplisia dibedakan menjadi simplisia nabati, simplisia hewani dan simplisia pelikan (mineral) (Anonim, 2000).Ekstraksi

Ekstraksi merupakan proses pemisahan bahan dari campurannya dengan menggunakan pelarut.Ekstrak adalah sediaan kering, kental atau cair dibuat dengan menyari simplisia nabati atau hewani menurut cara yang cocok, diluar pengaruh cahaya matahari langsung. Ekstrak kering harus mudah digerus menjadi serbuk (Anonim, 1979).Metode Ekstraksi dibagi dalam 2 cara:1. Cara dingin: Maserasi Perkolasi2. Cara panas: Refluks Soxlet Digesti Infusa DekoktaMaserasi

Maserasi berasal dari bahasa Latin macerare, yang artinya merendam. Maserasi merupakan proses paling tepat dimana obat yang sudah halus memungkinkan untuk direndam dalam menstrum sampai meresap dalam melunakkan susunan sel, sehingga zat-zat yang mudah larut akan melarut (Ansel, 1989).

Etanol

Nama lain: etil alkoholSifat-sifatFisika: Cair, titik didih 78,4 oC, higroskopis, larut dengan sempurna dalam air. Baunya enak, terbakar dalam nyala yang kuning.Kimia: Menunjukkan reaksi-reaksi umum dari alkohol. etanol 70% bersifat semi polar yang dapat melarutkan senyawa yang bersifat polar maupun non-polar. Selain itu, etanol 70% tidak menyebabkan pembengkakan membran sel dan memperbaiki stabilitas bahan obat terlarut (Harborne, 1987).

Infusa (infus)

Infus adalah sediaan cair yang dibuat dengan mengekstraksi simplisia nabati dengan air pada suhu 900C selama 15 menit (Anonim 1995).

GelGel, kadang-kadang disebut jeli merupakan system semi padat terdiri dari suspensi yang dibuat dari partikel anorganik yang kecil atau molekul organik yang besar, terpenetrasi oleh suatu cairan (Anonim, 1995).Gel memiliki sifat-sifat antara lain bersifat lunak, lembut, mudah dioleskan, dan tidak meninggalkan lapisan berminyak pada permukaan kulit (Abdassah, dkk, 2009).

Karagenin

Karagenin adalah sulfat polisakarida bermolekul besar sebagai induktor inflamasi. Penggunaan karagenin sebagai penginduksi radang memiliki beberapa keuntungan antara lain: tidak meninggalkan bekas, tidak menimbulkan kerusakan jaringan dan memberikan respon yang lebih peka terhadap obat antiinflamasi dibanding senyawa iritan lainnya. Karagenin ada beberapa tipe, yaitu lambda () karagenin, iota (i) karagenin dan kappa (k) karagenin (Anggraini, 2008).Tikus Putih

Sistematika tikus putih: Filum:Chordata Sub filum:Vertebrata Classis:Mamalia Sub Classis:Placentalia Ordo: Rodentia Familia:Muridae Genus:Rattus Spesies:Rattus norvegicus (Anna, 2011).

Tikus putih relatif resisten terhadap infeksi dan sangat cerdas. Tikus putih pada umumnya tenang dan mudah untuk ditangani. BAB IIIMETODE PENELITIANMetode penelitian ini meliputi penyiapan sampel, pengumpulan bahan, pembuatan simplisia, pembuatan ekstrak etanol daun petai cina dengan cara maserasi, pembuatan infusa, pembuatan gel, dan rancangan ini merupakan eksperimental murni dengan post test only control group design.3.1. Ruang lingkup penelitianRuang lingkup keilmuan: Farmakologi dan formulasiRuang lingkup tempat: Lab MIPA UNMA BantenRuang lingkup waktu: April 2012

3.2. Alat dan BahanAlat-alatAlat-alat yang digunakan adalah alat-alat gelas laboratorium, alat penguap vakum putar (rotary evaporator Heidolph v-2000), alat pengering beku (freeze dryer Modulyo Edward, serial No:3985), blender (National), Inkubator (Gallenkamp), jarum suntik, kertas saring, lumpang dan alu, Neraca analitik (Vibra), Neraca hewan (GW-1500), oral sonde tikus, penangas air, pletismometer (Ugo Basile cat No.7140), Alat-alat refluks, Kandang tikus, Pipet, pH meter Metrohm 744, Viscotester Rion (VT-04 F). Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun petai cina (Leucaena leucocephala), tikus putih. Bahan kimia yang digunakan: asam klorida, etanol 96% (hasil destilasi), etanol 70%, methanol, n-heksan, lambda karagenin (sigma), karboksi metil selulosa (CMC), serbuk magnesium, serbuk seng, air suling, etil asetat, as. Klorida pekat, NaCl 1%, dexamethason, Aquades, Aqupec HV-505, triethanolamin, gliserin, metilparaben, propilparaben.3.3. Pembuatan simplisiaDaun petai cina yang telah dikumpulkan, dibersihkan dari kotoran. Kemudian dicuci dibawah air mengalir hingga bersih, setelah itu ditiriskan dan disebarkan diatas kertas hingga airnya meresap lalu ditimbang sebagai berat basah. Kemudian dikeringkan diudara terbuka dan terlindung matahari langsung. Untuk mencegah timbulnya jamur selama pengeringan selanjutnya dikeringkan dalam lemari pengering (Lumbanraja, 2009).

3.4. Pemeriksaan FlavonoidLarutan percobaan:Sebanyak 0,5 g serbuk simplisia disari dengan 10 mL methanol lalu direfluks selama 10 menit, disaring panas-panas melalui kertas saring, filtrate diencerkan dengan 10 mL air suling. Setelah dingin ditambah 5 mL n-heksan, dikocok hati-hati, didiamkan. Lapisan methanol diambil, diuapkan pada temperature 400C, sisa dilarutkan dalam 5 mL etil asetat, disaring (Lumbanraja, 2009).

Cara Percobaan:

Sebanyak 1 mL larutan percobaan diuapkan hingga kering, sisanya dilarutkan dalam 1-2 mL etanol 96 %, ditambahkan 0,5 g serbuk seng dan 2 mL asam klorida 2 N, didiamkam selama satu menit. Ditambahkan 10 mL asam klorida pekat, jika dalam waktu 2-5 menit terjadi warna merah yang intensif menunjukkan adanya flavonoida.Sebanyak 1 mL larutan percobaan diuapkan hingga kering sisanya dilarutkan dalam 1 mL etanol 96%, ditambah 0,1 g magnesium dan 10 tetes asam klorida pekat, terjadi warna merah jingga sampai merah ungu menunjukkan adanya flavonoida (Lumbanraja, 2009).

3.5. Pembuatan Ekstrak etanol daun petai cinaPembuatan ekstrak dilakukan secara maserasi dengan menggunakan pelarut etanol 70%. Caranya, sebanyak 500 g serbuk simplisia daun petai cina dimasukan kedalam bejana, dimaserasi dengan etanol 70% sebanyak 1 liter, kemudian diaduk sesekali selama 6 jam. Didiamkan selama 24 jam lalu tampung maserat (maserat pertama). Diulangi sampai konsentrasi zat berkhasiat sudah habis pada ekstraksi, ditandai dengan tidak berwarnanya larutan penyari. Maserat yang diperoleh diuapkan dengan alat penguap vakum putar. Kemudian dikeringkan dengan alat pengering beku (freeze dryer) pada suhu -400C pada tekanan 2 atmosfer selama lebih kurang 24 jam dan diperoleh ekstrak kental (Lumbanraja, 2009).

3.6. Pembuatan infusa daun petai cina

Campur 10% simplisia daun petai cina yang memiliki derajat halus yang sesuai kedalam panci dengan air 100 mL, panaskan diatas tangas air selama 15 menit terhitung mulai suhu mencapai 900C sambil sekali-kali diaduk (Anonim, 1995).

3.7. Pembuatan Gel daun petai cinaFormulasi sediaan gel antiinflamasi:BahanFormulaAqupec HV-505 (%) 2Triethanolamin (%)4Gliserin (%)10Metil paraben (%)0,2Propil paraben (%)0,05Etanol 70% (%)25Ekstrak daun petai cina (%)20Aquadest (ml) ad100

Gel dibuat dengan cara Aqupec dikembangkan dalam aquadest sampai mengembang, kemudian digerus sambil ditambahkan triethanolamin sedikit demi sedikit sampai terbentuk massa gel. Lalu ditambahkan gliserin. Metil paraben dan propil paraben yang sudah dilarutkan, ditambah etanol sedikit demi sedikit hingga tercampur. Sedikit demi sedikit ekstrak daun petai cina yang telah diencerkan dengan alkohol ditambahkan ke dalam basis gel, digerus sampai homogen (Abdassah, dkk,2009) Proses perlakuan gel dioleskan secara topikalPengujian Stabilitas Sediaan :Pengujian secara OrganoleptikAnalisis organoleptik dilakukan dengan mengamati perubahan-perubahan bentuk, warna, dan bau dari sediaan dengan ekstrak daun petai cina selama waktu penyimpanan, yang dilakukan pada hari ke 1, 3, 7, dan selanjutnya setiap minggu hingga 56 hari penyimpanan.b. Pengujian KonsistensiDilakukan dengan mengamati perubahan konsistensi dari sediaan gel yang dibuat apakah terjadi pemisahan antara bahan pembentuk gel dengan pembawanya yaitu air.c.Pengujian PHPengukuran pH dilakukan dengan cara mencelupkan pH meter ke dalam sediaan gel dengan ekstrak daun petai cina, dilakukan pada hari ke 1, 3, 7, dan selanjutnya setiap minggu hingga hari 56 penyimpanan.

d. Pengujian ViskositasSediaan dengan ekstrak daun petai cina diukur viskositasnya dengan menggunakan viskotester. Pengukuran dilakukan pada hari ke 1, 3, 7, dan selanjutnya setiap minggu hingga 56 hari penyimpanan.

3.8. Penyiapan Bahan Uji, Kontrol, dan Obat PembandingEkstrak etanol daun petai cina dengan dosis 174, 349, 698 mg/kg BB dan infusa daun petai cina 10% (bahan uji) dan deksametason 0,135 mg/kg BB (kontrol positif) dibuat dalam bentuk suspensi CMC 0,5%. Dan sebagai kontrol negatif yang digunakan adalah suspensi CMC 0,5% dalam air suling.

3.8.1. Perhitungan dan Perencanaan Dosis yang Digunakan

Adapun rumus perencanaan dan penghitungan dosis antara lain :Berdasarkan dosis deksametason 0,5 mg (manusia 70 kg) yang konversi ketikus 200 gram adalah: Dosis deksametason konversi dosis manusia ketikus (0,018) 3 kali pemberian selama satu hari/ BB tikus (200 g). Perhitungan : 0,5 mg 0,018 = 0,009 3 = 0,027 g/200 g 1000 = 0,135 mg/kg BB.Dosis daun petai cina : Bobot ekstrak yang diperoleh/bobot simplisia yang diperoleh konsentrasi (40%, 20%, 10%).(Prayoga, 2008)

3.8.2. Pembuatan Suspensi CMC 0,5%

Sebanyak 500 mg CMC ditaburkan merata kedalam lumpang yang telah berisi air suling panas sebanyak 35 ml. Didiamkan selama 15 menit hingga diperoleh massa transparan, digerus hingga terbentuk gel kemudian diencerkan dengan sedikit air, dimasukan kedalam labu terukur 100 ml, lalu ditambahkan air suling hingga tanda batas.

3.8.3. Pembuatan Suspenssi Dexamethason dosis 0,135 mg/kg BB Ditimbang sebanyak 0,135 mg serbuk dexamethason kemudian digerus dengan penambahan suspensi CMC 0,5% sampai homogen, dimasukkan kedalam labu terukur 10 mL, dicukupkan sampai garis tanda dengan suspensi CMC 0,5% dan diberikan secara peroral.

3.8.4. Pembuatan Suspensi Ekstrak Daun Petai Cina dosis 174 mg/kgBB, 349 mg/kgBB, 698 mg/kg BBDitimbang 174 mg, 349 mg, dan 698 mg ekstrak daun petai cina masing-masing digerus dengan penambahan suspensi CMC 0,5% sampai homogen, dimasukan kedalam labu terukur 10 mL, dicukupkan sampai garis tanda dengan suspensi CMC 0,5% dan diberikan secara peroral.

3.9. Penyiapan Indikator Radang (lambda karagenan 1%)Ditimbang sebanyak 100 mg lambda karagenin, lalu dihomogenkan dengan larutan NaCl 0,9% kemudian dimasukkan kedalam labu terukur 10 mL kemudian dicukupkan dengan larutan NaCl 0,9% sampai garis tanda kemudian diinkubasi pada suhu 370C selama 24 jam dan diberikan secara IP sebanyak 0,1 ML.

3.10. Penyiapan Hewan PercobaanHewan percobaan yang digunakan adalah tikus putih jantan galur wistar, umur 2-3 bulan dengan berat badan 150-200 gram sebanyak 28 ekor dibagi dalam 7 kelompok yang masing-masing terdiri dari 4 ekor tikus.Sebelum pengujian, hewan percobaan dipelihara pada kandang yang mempunyai ventilasi yang baik dan selalu dijaga kebersihannya. Hewan yang sehat ditandai dengan memperlihatkan gerakan yang lincah. Setiap kali perlakuan selesai, tikus diistirahatkan selama 2 minggu, selanjutnya tikus dapat dipakai lagi untuk perlakuan berikutnya (Wirda, 2001).

3.11. Prosedur Penggunaan Alat Pletismometer ( Ugo Basile Cat no . 7140) Larutan untuk reservoirSebanyak 2 ml campuran senyawa pembasah (Ornano Imbibente BBC.97) yang telah tersedia dalam kemasan standar. Dimasukan kedalam labu terukur 1 L, ditambahkan 0,4 g NaCl kemudian dilarutukan dengan air suling lalu dimasukan kedalam labu terukur 1000 mL, kemudian dicukupkan dengan menggunakan air suling sampai garis tanda.

Penyiapan alat :Larutan untuk reservoir yang telah disiapkan sebelumnya dimasukan kedalam reservoir yang telah dirangkai pada alat kemudian diisi sel dengan memutar kepala katup kira-kira 450 kearah kiri atau kanan sesuai dengan posisi reservoir itu dihubungkan, alirkan beberapa kali dengan memutar kepala katup untuk menghindari gelembung udara. Atur batas air sampai mendekati garis merah bagian atas pada sel. Alat dihidupkan maka tampilan grafik akan meyala dan menunjukan logo Ugo Basile, angatkan alat kira-kira 2 3 menit.Kalibrasi Alat :Tekan F1 dari menu utama maka akan ditampilkan angka 0 secara otomatis kemudian tekan kembali F1 yang akan menunjukan angka 0,5 mL, tekan kembali F1 yang akan menunjukan angka 1,0; 2,0; 4,0;8,0 mL. setelah itu, pilihlah probe kalibrasi (2 ml) dan tekan F2 untuk konfirmasinya. Masukan probe volume kedalam sel, tunggu beberapa detik hingga nilai yang ditunjukkan stabil. Alat siap digunakan untuk pengukuran kaki tikus.

3.11. Prosedur Pengujian Inflamasia. Ekstrak dan InfusaSebelum pengujian, tikus dipuasakan selama 18 jam dengan tetap diberi air minum. Tikus dikelompokan kedalam 7 kelompok yaitu kelompok kontrol negatif (suspensi CMC 0,5%), kelompok bahan uji (3 dosis suspensi ekstrak daun petai cina), kontrol positif (deksamethason), infusa dan sediaan topikal (Gel).Pada hari pengujian masing-maing hewan ditimbang dan diberi tanda pada kaki kirinya, kemudian kaki kiri tikus dimasukan kedalam sel yang berisi cairan khusus yang telah disiapkan sebelumnya sampai cairan naik pada garis batas atas, pedal kemudian ditahan, dicatat angka pada monitor sebagai volume awal (Vo) yaitu volume kaki sebelum diberi obat dan diinduksi dengan larutan karagenin. Masing-masing tikus diberi suspensi bahan uji secara oral sesuai dengan kelompoknya. 1 jam kemudian, kepada masing-masing telapak kaki tikus disuntik secara intraplantar dengan 0,1 mL larutan karagenen 1%. Setelah 30 menit, dilakukan pengukuran dengan cara mencelupkan kaki tikus kedalam sel pletismometer yang berisi cairan khusus sampai larutan mencapai garis batas atas, dan pedal ditahan. Dicatat angka pada monitor. Perubahan volume cairan yang terjadi dicatat sebagai volume telapak kaki tikus (Vt). Pengukuran dilakukan setiap 30 menit selama 360 menit. Dan tiap kali pengukuran larutan sel tetap dicukupkan sampai garis tanda atau garis merah bagian atas sel dan pada menu utama ditekan tombol 0, juga kaki tikus dikeringkan sebelumnya.

Volume radang adalah selisih volume telapak kaki tikus setelah dan sebelum disuntikan karagenin pada waktu pengukuran, pengukuran cairan harus sama setiap kali pengukuran, tanda batas pada kaki tikus harus jelas, kaki tikus harus tercelup sampai batas yang dibuat (juheini, 1990).

b. Secara Topikal dengan Gel Pengujian efektivitas antiinflamasi gel ekstrak daunpetai cina:Tikus dipuasakan selama + 18 jam sebelum pengujian, air minum tetap diberikan.Pada hari pengujian tikus ditimbang bobotnya dan volume kakinya diukur dan dinyatakan sebagai volume awal (Vo).Kaki kiri semua tikus disuntik 0,1 ml suspensi -karagenin-NaCl 1% secara subkutan Satu jam setelah penyuntikan suspensi karagenin, kelompok 5 diberi perlakuan secara topikal dengan sediaan gel konsentrasi 20%.15 menit setelah pemberian gel antiinflamasi, volume kaki kiri semua tikus diukur dengan cara mencelupkan kaki tikus ke dalam alat pletismometer dan dinyatakan sebagai Vt. Pengukuran dilakukan selama 3 jam.Persentase radang untuk masing-masing tikus dihitung.Persentase inhibisi radang untuk masing-masing tikus dihitung.

Perhitungan persen radang Persen radang dapat dihitung dengan rumus dibawah ini :

Dimana : Vt = Volume radang setelah waktu t Vo = Volume awal kaki tikusPersen inhibisi radang dihitung dengan rumus dibawah ini :

Dimana : a = Persen radang rata-rata kelompok kontrolb = Persen radang rata-rata kelompok perlakuan bahan uji atau obat pembanding (Lumbanraja, 2009).

Analisis DataData hasil penelitian dianalsis secara statistik menggunkan metode ANAVA (Analisis Variansi) dengan program SPSS dengan tingkat kepercayaan 95% dilanjutkan dengan uji metode Duncan untuk mengetahui kelompok mana yang mempunyai pengaruh sama atau berbeda satu dengan yang lainnya.

Diagram alir penelitian

TERIMAKASIH