rivandipputra.files.wordpress.com · Web viewCara pembiakan vegetatif ada yang secara alami dan...
Transcript of rivandipputra.files.wordpress.com · Web viewCara pembiakan vegetatif ada yang secara alami dan...
LAPORAN RESMI PRAKTIKUMDASAR-DASAR AGRONOMI
ACARA I
PERBANYAKAN VEGETATIF
Disusun oleh
Nama : 1.Muhammad Miftahussurur (12126)
2. Dhemas Adi Purwa (12131)
3. Zulham Aaron Mochammad (12172)
4. Rivandi Pranandita Putra (12175)
5. Nawang Wulandari (12177)
6. Ary Danar Kisworo (12184)
Gol / Kel : A4 / 4
Asisten : 1. Ar Roufi Karina 2. Bagus Herwibawa 3. Devita Areifvia Ningsih
LABORATORIUM MANAJEMEN DAN PRODUKSI TANAMANJURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA2011
ACARA I
PERBANYAKAN VEGETATIF
I. PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Terdapat dua macam cara reproduksi pada tanaman, yakni reproduksi secara
generatif dan reproduksi secara vegetatif. Sistem reproduksi atau cara perbanyakan
tanaman secara generatif menggunakan biji sebagai alat reproduksinya, sedangkan
perbanyakan tanaman secara vegetatif menggunakan bagian-bagian tubuh tanaman
untuk membentuk tanaman baru.
Perbanyakan tanaman secara vegetatif menghasilkan lebih banyak keuntungan
dibandingkan perbanyakan tanaman secara generatif. Oleh karena itu, pada praktikum
ini dipelajari cara perbanyakan tanaman secara vegetatif agar kita mengetahui
bagaimana teknik memperbanyak tanaman secara vegetatif dan juga mempelajari
manfaat yang kita peroleh dari perbanyakan tanaman secara vegetatif.
1.2. TUJUAN
1. Mengetahui prinsip-prinsip dasar perbanyakan tanaman secara vegetatif.
2. Menguasai teknik-teknik perbanyakan tanaman secara vegetatif.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman perlu pembiakan dalam rangka mempertahankan jenisnya dan
meningkatkan produksinya. Ada dua cara pembiakan tanaman, yaitu secara generatif/
reproduktif (secara kawin) dengan menggunakan benih (biji yang memenuhi
persyaratan sebagai bahan tanaman) dan secara vegetatif (tak kawin) dengan
menggunakan organ vegetatif (Rochiman, K. dan S.S. Harjadi. 1973).
Cara pembiakan vegetatif ada yang secara alami dan secara buatan. Pembiakan
secara buatan dengan stimulasi akar dan tunas adventif ialah layerage, cuttage atau
setek, penyambungan tanaman, dan kultur jaringan. Adapun perbanyakan secara
vegetatif dilakukan menggunakan bagian-bagian tanaman seperti cabang, ranting,
pucuk, daun, umbi, dan akar. Prinsipnya adalah merangsang tunas adventif yang ada di
bagian-bagian tersebut agar berkembang menjadi tanaman sempurna yang memiliki
akar, batang, dan daun sekaligus (Setyati, 2002).
Keuntungan perbanyakan vegetatif adalah dapat menghasilkan tanaman yang
sifatnya sama dengan pohon induknya. Tanaman yang berasal dari perbanyakan secara
vegetatif lebih cepat berbunga dan berbuah. Sementara itu, kelemahannya adalah
membutuhkan pohon indukdalam jumlah besar sehingga membutuhkan banyak biaya.
Untuk mengatasinya, dapat dilakukan stek. Namun, tidak semua tanaman dapat
diperbanyak dengan stek dan tingkat keberhasilannya sangat kecil (Anonim, 2011).
Mencangkok adalah salah satu cara pembiakan vegetatif buatan yang bertujuan
untuk mendapatkan tanaman yang memiliki sifat sama dengan
induknya.Pencangkokan dilakukan dengan jalan menyayat dan mengupas kulit
sekeliling batang. Penyayatan dilakukan sedemikian rupa sehingga lapisan
kambiumnya dapat dihilangkan (dengan cara dikikis). Lebar sayatan tergantung pada
jenis tanaman yang dicangkok. Setelah luka yang dibuat cukup kering, ZPT dapat
diberikan sebagai perlakuan agar bahan cangkokan cepat berakar. Media tumbuh yang
digunakan terdiri atas tanah dan kompos dan kemudian dibalut dengan sabut kelapa
atau plastik. Bila batang di atas sayatan telah menghasilkan sistem perakaran yang
bagus, batang dapat segera dipotong dan ditanam di lapang. Tanaman yang dapat
dicangkok adalah tanaman yang mempunyai batang kayu dan berkambium, seperti
jambu, rambutan, dan mangga (Hartmann, et al, 1997).
Kegiatan mencangkok tanaman dipengaruhi oleh faktor macam media maupun
zat perangsang akar (ZPT) untuk mempercepat tumbuhnya akar. Medium untuk
cangkok adalah campuran pupuk kandang dan tanah 1:1, sedangkan medium alternatif
adalah pupuk kandang, sekam dan pasir 1:1:1 (Firmansyah, 2000).
Grafting (penyambungan) dan budding (penempelan) merupakan salah satu
metode perbanyakan vegetatif buatan. Grafting adalah seni menyambungkan dua
jaringan tanaman hidup sedemikian rupa sehingga keduanya bergabung dan tumbuh
serta berkembang sebagai satu tanaman gabungan. Budding adalah salah satu bentuk
dari grafting, dengan ukuran batang atas tereduksi menjadi hanya terdiri atas satu mata
tunas. Adapun tanaman sebelah atas disebut entris atau batang atas (scion), sedangkan
tanaman batang bawah disebut understam atau batang bawah (rootstock). Batang atas
berupa potongan pucuk tanaman yang terdiri atas beberapa tunas dorman yang akan
berkembang menjadi tajuk, sedangkan batang bawah akan berkembang menjadi sistem
perakaran (Ashari, 1995).
Stek merupakan cara perbanyakan tanaman secara vegetatif buatan
menggunakan sebagian batang, akar, atau daun tanaman untuk ditumbuhkan menjadi
tanaman baru. Sebagai alternatif perbanyakan vegetatif buatan, stek lebih ekonomis,
lebih mudah, tidak memerlukan keterampilan khusus, dan relatif lebih cepat
(Hartmann, et al, 1997).
Pada stek batang, bahan awal perbanyakan berupa batang tanaman. Stek
batang dikelompokkan menjadi empat macam berdasarkan jenis batang tanaman,
antara lain berkayu keras, semi berkayu, lunak, dan herbaceous. Bahan tanaman yang
biasa diperbanyak dengan stek batang berkayu keras, antara lain apel, pir, cemara,
dll.Untuk stek batang berkulit lunak, contohnya terdapat pada tanaman Magnolia sp.
Pada stek batang berkayu lunak, umumnya akar relatif cepat keluar (2-5 minggu)
(Jumin, H.B. 2002).
Akar dan tunas pada stek daun berasal dari jaringan meristem primer atau
meristem sekunder. Masalah pada stek daun secara umum adalah pembentukan tunas-
tunas adventif, bukan akar adventif. Pembentukan akar adventif pada daun lebih
mudah dibandingkan pembentukan tunas adventif ((Jumin, H.B. 2002).
III. METODOLOGI
Praktikum Acara I yang berjudul Perbanyakan Vegetatif dilaksanakan pada hari
Kamis, 10 Maret 2011 di Laboratorium Manajemen dan Produksi Tanaman dan di
rumah kaca, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Alat-alat yang
digunakan dalam praktikum ini, antara lain pisau okulasi, plastik pembungkus, tali
rafia, label, dan alat tulis. Bahan-bahan yang digunakan adalah tanaman Codiaeum
variegatum (puring), Sansiviera sp. , dan jeruk (Citrus sp.).
Kegiatan yang dilakukan pada praktikum ini adalah sambung pucuk, stek
batang, stek daun, serta mencangkok. Pada sambung pucuk, langkah pertama yang
dilakukan adalah pemilihan dua spesies tanaman puring yang kedua cabang/batangnya
hampir sama besarnya. Batang yang berdaun kecil digunakan sebagai scion dan batang
yang berdaun lebar digunakan sebagai stock. Setelah itu, bagian pucuk scion dipotong
10-15 cm tergantung besarnya cabang. Daun scion selanjutnya dikurangi dan bagian
pangkal scion dipotong membentuk huruf V atau membentuk baji. Kemudian stock
dibelah ke bawah (di bagian tengah) sepanjang 1-2 cm tergantung besarnya cabang.
Scion disisipkan ke dalam stock, kemudian diikat dengan tali dan dibungkus dengan
plastik untuk mengurangi transpirasi pada scion.
Untuk melakukan stek daun, langkah pertama yang dilakukan adalah persiapan
daun tanaman lidah mertua (Sansiviera sp.) dan media tanah. Daun lidah mertua
tersebut dipotong menjadi tiga bagian yaitu ujung, tengah, dan pangkal. Selanjutnya,
bagian stek daun tesebut ditanam ke dalam media yang disiapkan. Tanah sebagai media
tanam disiram untuk mempercepat pertumbuhan. Untuk stek batang, bagian tanaman
yang akan dijadikan bahan stek dipilih dengan panjang 10-15 cm dengan menyisakan
satu daun saja. Bagian pangkalnya lalu dipotong dengan sudut kemiringan 45ᴼ dan
ukuran luas daun dikurangi dengan memotong hingga setengahnya saja. Kemudian
bahan stek dicelupkan ke dalam IBA 4000 ppm selama 5 detik. Media tanam disiapkan
dan bahan tanam berupa stek tadi dimasukkan ke dalam lubang tanam yang dibuat.
Selanjutnya, polibag yang telah ditanami dimasukkan ke dalam sungkup. Tanaman
dipelihara dengan menjaga kapasitas lapang. Terakhir, keberhasilan penyetekan
diperiksa setelah satu bulan. Stek yang hidup ditandai dengan tunas daun dan
munculnya akar.
IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
4.1. HASIL PENGAMATAN
Tabel 1. Tingkat Keberhasilan Stek Daun
Tabel 2. Tingkat Keberhasilan Stek Batang, Sambung Pucuk, dan Cangkok
Perlakuan Persentase Keberhasilan
Stek Batang + ZPT 10%
Stek Batang + Air 20%
Sambung Pucuk 0%
Cangkok 0%
4.2. PEMBAHASAN
Perbanyakan vegetatif merupakan suatu teknik perbanyakan tanaman yang
dilakukan dengan menggunakan bagian-bagian vegetatif dari tanaman seperti akar,
batang dan daun. Perbanyakan vegetatif dapat dilakukan dengan cara stek, cangkok,
sambung pucuk, dan okulasi. Dalam praktikum ini, perbanyakan vegetatif yang
dilakukan adalah stek, cangkok, dan sambung pucuk. Adapun stek yang dilakukan
adalah stek batang dan stek daun. Stek batang menggunakan batang dari tanaman jeruk
(Citrus sp.). Stek daun menggunakan daun dari tanaman lidah mertua (Sanciviera sp.).
Sambung pucuk menggunakan tanaman puring (Codiaeum variegatum). Cangkok
menggunakan pohon mangga (Magnifera indica).
Perbanyakan tanaman secara vegetatif menghasilkan keuntungan lebih banyak
daripada perbanyakan secara generatif. Tanaman hasil pembiakan vegetatif akan
membawa sifat-sifat baik dari induknya dan waktu yang dibutuhkan untuk
menghasilkan bunga dan buah lebih cepat daripada dengan perbanyakan generatif.
Selain itu, tanaman dapat dikembangbiakkan tanpa menunggu berbuah terlebih dahulu
dan tanaman dapat dikembangbiakkan dan dilestarikan meskipun tanaman tidak berbiji
Perlakuan Presentase Keberhasilan
Atas 0%
Tengah 0%
Pangkal 0%
atau berbuah. Meskipun demikian, perbanyakan tanaman secara vegetatif juga
memberikan beberapa kerugian, antara lain tanaman mungkin membawa sifat-sifat
buruk dari tanaman induk, sistem perakarannya serabut sehingga menjadi tidak sekuat
tanaman asli, dan dari satu induk hanya diperoleh keturunan baru yang jumlahnya
terbatas.
Stek merupakan pemisahan atau pemotongan beberapa bagian tanaman (akar,
batang, daun, dan tunas) dengan tujuan agar bagian-bagian tersebut dapat membentuk
akar. Stek merupakan salah satu alternatif perbanyakan tanaman secara vegetatif yang
dapat dikatakan cukup ekonomis, mudah dan cepat daripada cara perbanyakan
vegetatif buatan yang lainnya. Namun stek bisa menjadi kurang menguntungkan
apabila kondisi tanaman yang akan distek sukar berakar sehingga akar yang terbentuk
menjadi tidak tahan dengan lingkungan. Stek dapat dikatakan berhasil apabila muncul
regenerasi akar dan pucuk pada bahan stek sehingga dapat berkembang menjadi
tanaman baru.
Keberhasilan stek dipengaruhi oleh faktor eksternal dan internal. Faktor internal
yang mempengaruhi keberhasilan stek ialah zat pengatur tumbuh (ZPT). Zat pengatur
tumbuh yang paling berperan dalam pengakaran stek adalah auksin. Auksin yang biasa
dikenal yaitu indole-3-aceticacid (IAA), indolebutyric (IBA) dan nepthaleneacetic acid
(NAA). IBA dan NAA bersifat lebih efektif dibandingkan dengan IAA yang
merupakan auksin alami. Pada praktikum ini digunakan IBA sebagai zat pengatur
tumbuh untuk stek batang. Faktor internal lain yang berperan penting dalam
pembentukan tunas adalah sitokinin dan yang paling berperan penting dalam
keberhasilan stek adalah faktor genetik dari tanaman induk yang akan distek. Untuk itu
untuk menunjang keberhasilan stek tanaman induk seharusnya mempunyai sifat-sifat
unggul dan tidak terserang hama atau penyakit. Sedangkan untuk faktor eksternal yang
berpengaruh pada keberhasilan stek yaitu lingkungan tumbuh atau media pengakaran
yang cukup lembab, evapotranspirasi rendah, drainase dan aerasi baik, suhu tidak
terlalu dingin atau panas, tidak terkena cahaya penuh, dan bebas dari hama dan
penyakit.
Pada praktikum ini, dilakukan stek batang dan stek daun. Stek batang
merupakan perbanyakan tanaman dengan menggunakan bagian vegetatif tanaman
berupa batang tanaman. Stek batang dapat dikelompokkan menjadi empat macam
berdasarkan jenis batang tanaman, yakni: berkayu keras, semi berkayu, lunak dan
herbaceous. Dalam praktikum ini, stek batang yang dilakukan adalah stek batang semi
berkayu karena tanaman jeruk (Citrus sp.) yang digunakan merupakan jenis batang
tanaman yang semi berkayu. Seperti pada stek umumnya, sebelum melakukan stek
batang harus dilakukan pemilihan batang tanaman yang akan distek agar dapat
menhasilkan buah dan bunga yang baik. Batang dipilih dari tanaman yang berumur
kurang lebih satu tahun agar masih dapat menghasilkan perakaran yang baik dan
memiliki penguapan yang stabil karena apabila dipilih batang yang tua akan sulit
terjadi perakaran dan apabila dipilih batang yang tua maka proses penguapan yang
terjadi akan cepat sekali sehingga mengganggu stek. Batang tanaman yang dipilih juga
batang tanaman yang bebas hama dan penyakit.
Secara teknis, stek batang dilakukan dengan memotong batang tanaman yang
telah dipilih sebelumnya sebagai batang stek. Pemotongan dilakukan dengan
kemiringan 45ᴼ pada bagian atas maupun bagian bawah batang. Pemotongan batang
secara miring pada bagian atas dilakukan dengan tujuan untuk menjaga agar air yang
jatuh dari atas tidak membuat batang busuk. Sementara itu, pemotongan miring bagian
bawah batang bertujuan untuk memperluas persinggungan antara batang dengan media
tanam. Selain itu, dilakukan pengurangan jumlah daun yang terdapat pada batang yang
akan digunakan untuk stek. Hal ini dimaksudkan untuk meminimalkan transpirasi
(penguapan) yang terjadi pada tanaman.
Untuk mengendalikan transpirasi, daun-daun pada batang harus dibuang.
Pangkal batang yang telah dipotong dengan kemiringan 45ᴼ lalu dicelupkan ke dalam
ZPT (Zat Pengatur Tumbuh) yang berupa IBA 4000 ppm untuk mempercepat
perakaran pada tanaman stek. Setelah dicelupkan batang tanaman dimasukkan ke
dalam lubang tanaman pada media tanam yang telah disiapkan. Media tanam berupa
tanah yang dimasukkan ke dalam polibag. Lalu setelah itu dilakukan penyiraman
secara teratur agar stek dapat tumbuh dan berhasil.
Setelah praktikum ini dilaksanakan, dapat diketahui persentase keberhasilan
stek batang dengan ZPT adalah sebesar 10% dan untuk stek batang tanpa ZPT adalah
sebesar 20%. Kegagalan yang terjadi dapat dikarenakan penyiraman yang kurang
teratur dan dibukanya sungkup plastik penutup yang berfungsi untuk mengurangi
transpirasi. Setelah dibuka plastik sungkup kemungkinan tidak ditutup lagi dengan
rapat seperti sebelumnya sehingga laju transpirasinya menjadi besar.
Stek yang juga dilakukan pada praktikum ini adalah stek daun dengan
menggunakan bahan stek berupa daun dari tanaman lidah mertua (Sanciviera sp.).
Bahan awal dari perbanyakan tanaman dengan stek daun ini dapat berupa lembaran
daun atau lembaran daun beserta petiol. Bahan awal dari stek daun ini tidak akan
menjadi bagian dari tanaman baru. Pada stek daun akar dan tunas baru berasal dari
jaringan meristem primer atau jaringan meristem sekunder. Pada Sanciviera sp. akar
dan tunas baru berkembang dari meristem sekunder karena pelukaan. Seperti pada stek
batang dan stek-stek pada umumnya bahan stek daun juga harus dipilih dari tanaman
induk yang unggul dan bebas dari hama atau penyakit. Secara teknis, stek daun
dilakukan dengan cara memotong daun dengan panjang sekitar 7,5-10 cm pada bagian
atas, tengah, dan pangkal. Lalu daun yang telah dipotong tadi dimasukkan ke dalam
media yang telah disiapkan dan disiram secara teratur agar daun tadi berakar.
Pada praktikum ini persentase keberhasilan stek daun bagian atas, bagian
tengah, dan bagian bawah adalah sebesar 0%. Tingkat keberhasilan pada stek daun ini
dapat dikatakan tidak ada atau gagal. Ketidakberhasilan pada stek daun ini terjadi
karena penyiraman yang kurang teratur.
Sambung pucuk atau grafting atau penyambungan merupakan suatu seni
menyambungkan dua jaringan tanaman hidup sedemikian rupa sehingga keduanya
dapat bergabung dan tumbuh serta berkembang sebagai satu tanaman gabungan.
Perbanyakan tanaman secara sambung pucuk merupakan teknik perbanyakan tanaman
yang mahal karena memerlukan tenaga terlatih dan waktu yang lama. Teknik ini dipilih
dengan pertimbangan untuk memperbanyak tanaman yang sukar atau tidak dapat
diperbanyak dengan cara stek, perundukan, pemisahan, ataupun dengan pencangkokan.
Banyak jenis tanaman buah-buahan yang sukar atau tidak dapat diperbanyak dengan
cara-cara tersebut tapi mudah diperbanyak dengan teknik penyambungan, misalnya
pada manggis, mangga, belimbing, jeruk, dan durian.
Selain untuk memperbanyak tanaman yang sukar diperbanyak dengan cara
yang lain, sambung pucuk juga memiliki keuntungan yang lain, yaitu perakaran yang
kuat, toleran terhadap lingkungan tertentu, mempercepat pertumbuhan tanaman dan
mengurangi waktu produksi, mempercepat kematangan reproduktif dan produksi buah
lebih awal, mendapatkan bentuk pertumbuhan tanaman khusus, dan memperbaiki
kerusakan pada tanaman.
Dalam praktikum ini, sambung pucuk dilakukan dengan menyambungkan dua
tanaman puring yang berbeda spesies. Langkah pertama yang dilakukan adalah
pelukaan. Batang tanaman puring yang akan dijadikan scion dipotong, kemudian
ditajamkan dengan pisau hingga berbentuk seperti huruf V terbalik. Bagian ini
merupakan batang atas (scion) yang nantinya akan membentuk tajuk (batang, ranting,
daun). Setelah itu, dilakukan penyayatan pada tanaman yang akan disambungkan
dengan batang scion tadi, hingga berbentuk seperti huruf V yang disebut dengan batang
bawah atau stock yang nantinya akan membentuk menjadi bagian pangkal dan akar
tanaman. Antara batang yang berbentuk V terbalik tadi selanjutnya disambungkan
dengan batang tanaman yang berbentuk V lalu diikat dengan tali rafia hingga kencang,
daun pada scion dikurangi, dan ditutup dengan plastik untuk mengurangi transpirasi
(penguapan).
Dalam melakukan sambung pucuk, polaritas antara batang atas dan batang
bawah perlu diperhatikan. Batang atas harus disambungkan dengan bagian atas batang
bawah dan agar proses pertautan tersebut dapat berlanjut, sel atau jaringan meristem
antara daerah potongan harus terjadi kontak untuk saling menjalin secara sempurna.
Hal tersebut mungkin terjadi jika kedua tanaman cocok (kompatibel) dan irisan luka
rata, serta pengikatan sambungan tidak terlalu lemah dan tidak terlalu kuat sehingga
tidak terjadi kerusakan jaringan.
Adapun pengaruh batang atas (scion) terhadap batang bawah juga sangat nyata.
Pada umumnya, efek tersebut merupakan timbal balik dari sebagaimana pengaruh
batang bawah terhadap batang atas. Batang bawah ada yang berasal dari semai
generatif dan dari tanaman generatif (klon). Batang bawah yang digunakan dalam
praktikum ini adalah batang bawah puring asal semai. Pemilihan ini didasarkan pada
fakta bahwa batang bawah asal semai lebih menguntungkan dalam hal kuantitas,
umumnya tidak membawa virus dari pohon induknya, dan sistem perakarannya bagus.
Persentase keberhasilan pada praktikum sambung pucuk ini adalah 0% yang
berarti tidak ada satupun yang berhasil. Kegagalan ini terjadi karena teknik pelukaan
tanaman yang salah sehingga tidak terjadi pertautan antara kedua batang tanaman.
Pengikatan yang tidak sempurna juga dapat menjadi salah satu penyebab karena pada
saat pengikatan ada yang terlalu kencang dan ada yang tidak kencang. Hal tersebut
membuat jaringan kambium kedua tanaman tidak bersinggungan dan membuat batang
scion dan stock tidak dapat tumbuh menjadi tanaman baru. Selain itu, kegagalan juga
dapat disebabkan oleh waktu yang kurang tepat. Pada praktikum ini, kegiatan sambung
pucuk dilakukan pada siang hari, sehingga kedua tanaman berada pada kondisi
fisiologis yang kurang tepat.
Kegiatan mencangkok dalam praktikum ini dilakukan pada tanaman mangga
(Magnifera indica). Mencangkok dilakukan agar tanaman cepat berbuah dan memiliki
sifat yang sama dengan induknya. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mencangkok,
antara lain waktu mencangkok, pemilihan dan pemeliharaan batang cangkokan. Pohon
mangga yang digunakan pada praktikum ini adalah pohon induk yang kuat, sehat dan
subur, serta banyak dan baik buahnya. Meski demikian, persentase keberhasilannya
setelah percobaan pencangkokan adalah sebesar 0%. Hal ini dapat terjadi karena
pemeliharaan batang cangkokan yang kurang intensif (terutama dalam hal pemberian
air).
V. KESIMPULAN
1. Perbanyakan tanaman secara vegetatif dapat dilakukan dengan cara stek batang, stek
daun sambung pucuk, dan mencangkok.
2. Salah satu keuntungan perbanyakan tanaman secara vegetatif adalah tanaman memiliki
kesamaan sifat dengan induknya.
3. Persentase keberhasilan pada praktikum ini, yaitu
Sambung Pucuk : 0%
Stek Daun Atas : 0%
Stek Daun Tengah : 0%
Stek Daun Bawah : 0%
Stek Batang dengan ZPT : 10%
Stek Batang tanpa ZPT : 20%
Cangkok : 0%
4. Dari persentase keberhasilan diatas dapat disimpulkan bahwa pembiakan vegetatif
yang berhasil dilakukan adalah stek batang dengan dan tanpa ZPT dan yang gagal
adalah sambung pucuk, stek daun atas, stek daun tengah, stek daun bawah, dan
cangkok.
VI. DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2011. Dasar Agronomi Bab VII.
<http://fpuns.ac.id/~hamasains/BAB%20VIIdasgro.htm>,diakses tanggal 12 Maret
2011.
Ashari, S. 1995. Hortikultura Aspek Budaya. Universitas Indonesia Press. Jakarta.
Firmansyah, M.A. 2000. Pengaruh macam media cangkok dan zat perangsang akar
terhadap komponen akar tunas anakan salak. Jurnal Pengkajian dan Pengembangan
Teknologi Pertanian. Departemen Pertanian Indonesia. Bogor.
Hartmann, H.T., D.E. Kester, F.T. Davies. 1997. Plant Propagation Principles and
Practices Edisi 6. Prentince Hall. Englewood Cliffs, N.J.
Jumin, H.B. 2002. Dasar-Dasar Agronomi. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Rochiman, K. dan S.S. Harjadi. 1973. Pembiakan Vegetatif. Departemen Agronomi dan
Hortikultura. Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Setyati, Sri. 2002. Pengantar Agronomi. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
VII. LAMPIRAN
Gambar 1. Hasil Sambung Pucuk pada Tanaman Puring (Codiaeum variegatum) (1)
Gambar 2. Hasil Sambung Pucuk pada Tanaman Puring (Codiaeum variegatum) (2)
Gambar 3. Hasil Stek Batang pada Tanaman Jeruk (Citrus sp.) tanpa ZPT (1)
Gambar 4. Hasil Stek Batang pada Tanaman Jeruk (Citrus sp.) tanpa ZPT (2)
Gambar 5. Hasil Stek Batang pada Tanaman Jeruk (Citrus sp.) dengan ZPT