MINGGU 5 APRIL 2020 RADARMALANG.ID
HAL
8
HAL
4-5
radarmalang.id | [email protected] | jawaposradarmalang | radarmalangonline | @radar_malang
Redaktur: Indra Mufarendra | Layout: Rahadian Bagaskoro
Pemimpin Redaksi/Penanggung Jawab: Mardi Sampurno. Wakil Pemimpin Redaksi: Mahmudan. Koordinator Liputan: Ahmad Yani. Koordinator Halaman Radar Kanjuruhan: Bayu Mulya Putra. Koordinator Halaman Radar Batu: Imam Nasrodin Redaktur Senior: Abdul Muntholib. Asisten Redaktur: Aris Dwi Kuncoro. Reporter: Farik Fajarwati, Fajrus Shiddiq. Fotografer: Darmono, Rubianto. Copy Editor: Dwi Lindawati, Amalia Safitri. Layout: Yudo Asmoro, Yanuar Pribadi, Nur Rio S., Farizza Rement, Budi Nofianto. Grafis/Desain Iklan: Andhi Wira Setya, Retno Ayuningtyas. Digital Design Graphic: Rahadian Bagaskoro, Manajer Poros Radar Batu dan Radar Kanjuruhan: Bambang Triwijatmiko. Wakil Manajer Kanjuruhan: Neny Fitrin. Wakil Manajer Radar Batu: Kholid Amrullah Direktur: Kurniawan Muhammad. General Manager: Don Virgo. Manajer Iklan dan Event: M. Atho’illah. Wakil Manajer Iklan: Happy Dy. Koordinator Iklan Display: Joni Setiawan.
Manajer Pemasaran Koran: Ardianto Rully Pratama. Kepala Divisi Online dan Pengembangan Data: Deka Adrianto Utomo. Redaktur Online: Indra Mufarendra, Shuvia Rahma. Wartawan Online: Elfran Vido, Rida Ayu Nabila, Bob Bimantara Leander, Choirul Anwar. Content Writer: Elsa Yuni Kartika. Videografer: M.Syahrur Riza. Manajer HRD: Yulianti. Manajer Keuangan: Endra Purnama Wijaya. Staf Keuangan: Desi Aprilia Haniati, Santy Hafidha Y, Nanik Handayani, Rizal Bachtiar, Andi Suryadi, Didik Prasetyo, Aulia Dhea Luzita, Sabita Qomaria (Radar Kanjuruhan), Ika Winda Novianti (Radar Batu). Koordinator Komunikasi Bisnis: Didik Harianto. Staf Iklan: Luluk Setyowati, David Rahmat Hakiki, R.A. Firmansyah, Rizki Eva Pertiwi, Nurhayati, Reni Indrisari, Defi Maria Santoso. Staf Iklan Online: Kurniawan Saputro Staf IT: Indra Andiko. Perwakilan Jakarta: Raoul Abdurrohib. Sekretaris Redaksi: Dika Rabbaniy Firdaus. Staf Pemasaran: Mulyono Agung, Suharto, Dwi Kartiko, Zainal Ali Abidin. Event: Bachtiar Eko Saputro, Reza Ardianza. Zetizen: Zhavira Noor Rivdha, Ananda Triana, Dzulhan Muhammad, Haekal Amarasyad. Penerbit: PT Malang Intermedia Press. Kantor Pusat: Jl Kawi 11-B Malang, Telp (0341) 355602, Fax (0341) 348638. Sirkulasi: (0341) 350798. Iklan: (0341) 363700. Radar Batu: (0341) 599800, Radar Kanjuruhan: (0341) 397700. Website: www.radarmalang.id. E-Mail: [email protected]. Percetakan: PT Temprina Media Grafika.
Wartawan Radar Malang selalu dibekali tanda pengenal dan tidak diperkenankan meminta atau menerima uang ataupun barang dari sumber berita.
Untuk naskah liputan dengan kode penulis: nen, dik, bin, del, ren, hay, adalah advertorial.
KOTA MALANG - Wabah korona membuat permintaan akan APD (Alat Pelindung Diri) untuk tenaga medis meningkat tajam. Di sisi lain, ketersediaan APD di pasaran juga sangat minim.Kondisi itulah yang memantik
kepedulian banyak pihak untuk mulai memproduksi APD. Seperti yang dilakukan sebuah pabrik Garmen di Kota Malang.“Sejatinya kami basic awalnya itu
pabrik garmen. Tapi banyak temen-temen dari rumah sakit (datang) ke kita menanyakan apa bisa dibantu membuat alat pelindung diri. Kita coba. Akhirnya kita tawarkan dan diterima,” ujar Wendy Juniarto, Direktur PT Kasih Karunia Sejati.Ya, pabrik garmen milik Wendy yang
ada di Bandulan, Sukun, Kota Malang kini dialihkan membuat APD. Sebelumnya, Jeans merk Emba jadi produksi andalannya.
“Awalnya produksi hanya 6.000 APD. Tapi akhirnya banyak permintaan dan direkomendasikan oleh beberapa rumah sakit bahkan sampai ke Jakarta. Akhirnya sekarang jadi nasional, semua instansi pesan ke kita,” tambahnya.Per hari, pabrik garmen ini mampu
memproduksi hingga 12.000 APD dan 20.000 masker. Masalah kualitas, Wendy berani menjamin kualitas APD produksinya nomor satu.“Kita bikinnya yang nonwoven, jadi
memang lebih berpori terus ada sedikit materi water repellent atau tahan air. Kalau yang maskernya kita bikin dari katun dan bisa dicuci ulang dan kita bikin finishing juga dengan water repellent,” tandasnya.Untuk APD, rata-rata dihargai Rp 100
Ribu. Sedang masker Rp 7500. “Ini dua minggu terakhir permintaannya meningkat sekali,” tutupnya.Upaya banting setir pengusaha
dengan memproduksi APD ini diapresiasi Wali Kota Malang, Sutiaji. Menurutnya, perlengkapan APD yang mulai langka dijual kali ini sangat dibutuhkan untuk membantu tenaga medis yang bertugas selama masa tanggap darurat Covid-19.“Salah satu kecerdasan saya kira dari
pengusaha dan saya ucapkan terima kasih,” singkat orang nomor satu di Kota Malang itu.Menurutnya, pengusaha harus punya
insting mengubah sebuah ancaman menjadi peluang. Tujuannya, agar tidak terjadi PHK secara besar-besaran.“Dari perusahaan yang asalnya
bergerak di bidang garment, karena ada wabah virus corona permintaan garment menurun, terus bergeser menjadi pembuat APD, saya kira ini bagus dan bisa dicontoh pengusaha lain,” tukasnya. (vid/muf)
Meski memikat banyak orang kala memerankan Kapten Ri Jeong Hyeok dalam drama Crash Landing on You, aktor Hyun Bin ternyata tak lebih menarik ketimbang Kim Jong Un di mata warga Korea Utara.Anggapan ini terlontar dari mulut YouTuber asal
Korut yang kini tinggal di Korsel, Park Yoo Sung, lewat unggahan konten berjudul “3 things North Koreans are scared of.”Menurutnya, masyarakat Korea Utara
menganggap orang yang memiliki tubuh gemuk lebih menarik karena melambangkan kemakmuran.“Di Korea Utara, hanya orang kaya yang
memiliki perut buncit, jadi standar kecantikan mereka berbeda dari Korea Selatan juga. Di Korea Utara, pria lebih gemuk dianggap menarik,” katanya, seperti dikutip dari Koreaboo (4/4).Dia kemudian menyebut bahwa Hyun Bin jelas
tidak dianggap menarik di Korea Utara. Yang digambarkan dalam drama Crash Landing on You pun tidak tepat.“Tidak akurat untuk mengatakan bahwa Hyun Bin dianggap tampan di Korea Utara.
Seseorang seperti Ma Dong Seok justru jauh lebih populer di Korea Utara,”
ujarnya lebih lanjut.Park Yoo Sung kemudian mengatakan bahwa alasan itu juga yang membuat pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un, menambah berat badan.
“Alasan mengapa Kim Jong Un segera menambahkan banyak bobot dari tubuhnya yang sebelumnya lebih
kurus adalah agar ia bisa mendapatkan
kepercayaan sebagai
pemerintah tertinggi,”
katanya. (els/muf)
radarmalang.id | [email protected] | jawaposradarmalang | radarmalangonline | @radar_malang
radarmalang.id | online@
radarmalang.id | jaw
aposradarmalang | radarm
alangonline | @radar_m
alang
Coldiac – Heart’s Desire
Setelah era album
‘Heartbreaker’ (2016) dan ‘O
’
(2018) berlalu, Coldiac masih
lanjut dengan karya-karya baru.
Salah satu lagu dalam mini
album ‘No Make Up’ (2020)
bertajuk ‘Heart’s Desire’ in
i
patut buat kamu putar ketika
bosan di rumah. You can sing
and dance along too!
Memasuki masa karantina
diri lebih dari d
ua minggu,
tampaknya rasa bosan sudah
mulai menghinggapi. S
egala
hiburan dan aktivitas telah
dijajal tapi ru
panya masih
belum cukup mengobati
kejenuhan?
Coba deh dampingi
rutinitasmu dengan
mengeksplor musik-musik
baru. Kamu bisa memulainya
dengan mengulik lagu-lagu
dari musisi lo
kal Malang yang
ternyata gak kalah enak buat
didengerin. Berikut
rekomendasi Top Playlist
versi Zetizen!
Coldiac – Vow
Lagu yang menjadi salah satu
“pemimpin” dalam album ‘O’ m
ilik
Coldiac ini memang sudah cukup
lama dirilis. Namun, m
akna romantis
yang terkandung dalam lirik lagu ini
tak akan lekang untuk
dipersembahkan oleh siapapun
pada pasangannya. Coldiac juga
melepas versi alternatif dari la
gu ini.
radarmalang.id | online@
radarmalang.id | jaw
aposradarmalang | radarm
alangonline | @radar_m
alang
Steffani BPM – Almost
Salah satu lagu dari penyanyi
sekaligus penulis lagu Steffani
BPM ini punya daya pikat
tersendiri. Tak hanya membuat
pendengar “tenggelam”
karena musik baladanya,
Steffani BPM juga
menyuguhkan lirik mendalam
yang ia tulis sendiri.
Fletch – Tiga Pagi
Ingin cari musik dengan
lirik yang berbahasa
Indonesia? Coba putar
lagu dari band indie
Fletch ini. Seperti
judulnya, lagu ‘Tiga Pagi’
ini cocok untuk menemani
sesi kontemplasimu di
jam tiga pagi. D
ibuka
dengan melodi yang
menghanyutkan dan
vokal yang lirih, la
gu ini
punya elemen-elemen
kejutan di bagian tengah
dan akhirnya.
Wake Up, Iris! – Rain’s Tale
Nuansa Skotlandia yang ada dalam lagu ‘Rain’s
Tale’ milik Wake Up, Iri
s! ini ta
mpak kental.
Aliran musik folk yang dikemas dengan
instrumen musik gitar, violin, tamborin, dan
drum hanya dimainkan oleh dua personel saja.
Wake Up, Iris! ju
ga membuat versi Live Session
yang direkam di tengah-tengah hutan. M
akin
terasa folk, kan?
Redaktur: Indra Mufarendra | Layout: Rahadian Bagaskororadarmalang.id | [email protected] | jawaposradarmalang | radarmalangonline | @radar_malang
Satu hal saja kekurangannya. Ia selalu menjadi kebanggaan ibunya dan tidak pernah setuju jika putrinya itu jauh darinya. Itulah yang menjadi alasan lelaki yang bercerai di telepon. ”Kita akan pindah minggu depan,
Dek, tolong jangan mengubah pikiranmu lagi,” pintanya pada sang istri yang jelita itu. ”Tapi, Bang…, jika ibu belum juga
mengizinkanku?””Diizinkan atau tidak, kau akan ikut
bersamaku, bukan?”Sang istri mengangguk pelan.
Hatinya sebenarnya sangat ingin mengikuti kemauan suaminya itu sejak lama. Tapi sang ibu selalu mencari cara agar ia tak pernah bisa jauh. Selalu ada cara baginya agar setiap rencana gagal, mulai dari sakit-sakitan hingga pura-pura lumpuh. ”Pokoknya Hastuti tidak akan ke
mana-mana! Kalau dia pergi, ibu bisa mati!” Ibu mertuanya berteriak. Ketika dia meminta izin untuk membawa istrinya ke kota lain. Saat itu pula ibu
mertuanya melarang. ”Tapi, Bu…, Hastuti juga ingin ikut
bersamaku.””Hastuti tidak pernah ingin ikut siapa
pun, Darma! Sekali pun itu kau, suaminya. Bukankah aku menikahkanmu dengan syarat? Bahwa kau tidak akan membawa Hastuti jauh dari kehidupanku!” ”Mengapa, Bu? Gaji dari pekerjaanku
di kota itu cukup jika untuk menghidupi putrimu.””Tidak peduli seberapa besar gajimu,
Hastuti tetap di sini. Kau bisa pulang di akhir pekan untuk menemui putriku.” Dari tahun ke tahun, mereka terus
berselisih paham. Ibu mertuanya tetap pada pendiriannya. Bahwa ia ingin tetap hidup bersama putrinya. Hingga dirinya kesal dan mulai merasa tidak lagi kuasa menahan sikap sang mertua. ”Apa bisa kau atasi ibumu itu, Dek?
Abang sudah tak punya satu kalimat pun untuknya!” ujarnya penuh kesal
pada sang istri.”Abang sabar dulu. Aku punya cara
lain.””Apa itu?””Bagaimana kalau kita ajak ibu
pindah bersama kita? Dengan begitu ibu tidak akan kehilanganku…, apa kau setuju?”Si suami terdiam. Dipikirnya lagi apa
yang dikatakan istrinya. Jika ibunya ikut pindah, mungkin tidak akan ada banyak perubahan pada kehidupannya. Karena ibu mertuanya akan terus mengatur. Tapi setidaknya ia bisa menyelesaikan masalah jarak pemisah bagi dirinya dan sang istri akibat pekerjaan. Karena bagaimana pun ia harus tetap mengikuti perintah dari perusahaan untuk bekerja di kota yang telah ditentukan.”Baiklah, setidaknya kau bisa selalu
di sisiku. Kita coba katakan usulanmu pada ibumu.” Keduanya sepakat. Mereka pun
menemui sang ibu. Lalu dengan sangat hati-hati mereka
Lama sekali aku berpikir untuk mendapat kalimat pembuka yang tepat untuk kisah ini. Kisah yang tiada
lain adalah kisah seorang lelaki yang bercerai di telepon. Ia tidak tahu bagaimana caranya menjadi lelaki sejati. Padahal istrinya masih berada satu kamar bersamanya saat itu.Baiklah, akan aku ceritakan
bagaimana lelaki itu bercerai di telepon. Suatu sore yang indah sekitar lima tahun lalu, matanya menemukan gadis itu. Gadis yang kemudian ia pinang dan ia nikahi. Ia gadis yang cantik dan cerdas. Menguasai macam-macam keterampilan, mulai dari mengurus rumah, memasak, dan mengoperasikan microsoft words, excel, dan presentation.
Redaktur: Indra Mufarendra | Layout: Rahadian Bagaskoro
menyampaikan apa yang sudah mereka bicarakan sebelumnya. ”Tidak bisa! Apa kau sudah lupa
wasiat ayahmu? Ini rumahmu! Rumah kelahiranmu! Itulah sebabnya aku tidak mengizinkanmu pergi.””Tapi Bu, dengan begitu kami tidak
akan terpisah jarak. Juga dengan ibu. Ibu bisa pertimbangkan hal ini,” ujarnya, mencoba meyakinkan hati sang ibu mertua.”Tidak bisa! Sekali lagi ibu katakan,
tidak bisa!” Ibu mertuanya berlalu,
meninggalkan mereka berdua saling tatap. Kecewa. Ia pun beranjak dari tempat duduknya lalu menuju kamarnya dengan tergesa. Sampai ia lupa bahwa istrinya masih termangu di ruang tamu. Ia masuk ke dalam kamar. Menutup
pintu dengan kerasnya hingga berbunyi berdentum. Darahnya kini sudah mendidih, merayap naik ke otaknya dan membangunkan amarah terbesarnya selama bertahun-tahun lamanya. Kini ia tak lagi mampu menahan semua gejolak itu. Gejolak macam-macam perasaan
yang sudah lama bersemayam di dalam hatinya. Perasaan cinta, rindu, dan juga penyesalan. Ia berharap mampu menyudahi semua ini jika istrinya bisa ikut bersamanya. Jarak membuat mereka hingga
saat ini tidak juga dikaruniai anak. Entah karena tak banyak waktu bersama, atau mungkin akibat setiap pulang ia stres memikirkan cara untuk bisa membawa istrinya dari rumah itu. Ia sudah mencoba mencari pekerjaan di kota ini, tapi tidaklah mudah baginya untuk mendapat posisi sebaik di perusahaan di kota itu. Karena dirinya butuh uang lebih.
Untuk segala macam biaya hidup mulai dari kebutuhan sehari-hari, asuransi kesehatan, tabungan, dan sebagainya. Ia benar-benar berharap bisa menjadi seorang lelaki yang menjadi kepala, yang mencetuskan segala macam perintah dan rencana, kemudian diikuti oleh istrinya. Namun semua itu tidak didapatkannya. ”Aku lelah! Lelah …!” ia memukul-
mukulkan tangannya pada tembok kamar. Dipadanginya foto pernikahannya yang menghiasi dinding. Turut bergetar karena pukulannya begitu keras. Ia tatap wajah istrinya yang cantik
dan tersenyum. Dengan gaun putih yang ia pilih sebelum mereka memutuskan untuk menikah. Tergambar betapa bahagianya wajah itu. Ia sendiri terlihat begitu bahagia. Bagaimana tidak? Ia berhasil menyunting gadis yang ia cintai pada pandangan pertama. Ia teringat bagaimana Hastuti
membuatnya tak bisa tidur. Setelah pertemuan pertama yang membuatnya takjub. Ia begitu sempurna di matanya. Cantik juga cerdas. Ia teringat bagaimana Hastuti membalas pesan pertama yang ia kirimkan. Lalu mereka berbicara di telepon. ”Siapkah kau untuk kusunting,
Dek?””Tentu saja, Bang.” ”Besok aku akan ke rumahmu,
meminangmu.””Be … benarkah?””Iya. Tentu saja, aku akan datang.””Aku menunggumu, Bang.””Kau begitu cantik, Hastuti. Aku
mencintaimu. Selamat malam, tunggu aku besok.” Dan sumpah, ia tidak tertidur
sedikit pun. Pagi itu ia bergegas menuju ke alamat yang diberikan Hastuti kepadanya. Ia nekat untuk meminang gadis itu hari itu juga. Ia tergugup-gugup bicara di hadapan ibunya yang tak melepaskan sedetik pun tatapan padanya. Seperti mata elang yang tidak ingin kehilangan targetnya. Siap mematuk kapan saja jika sudah tiba saatnya. ”Apakah kau benar-benar ingin
menikahi putriku?””I—iyaa, Bu.””Apa kau siap dengan syaratnya?””Siap, Bu!””Kau tidak akan membawa istrimu
ke mana pun kau melangkah. Ia akan tetap bersamaku walaupun kau sudah menikahinya?” Tanpa berpikir panjang, ia
mengangguk dengan gembira. Napasnya lega seketika karena ternyata syaratnya bukanlah ia sudah punya rumah dahulu dengan isinya juga kendaraan mobil mewah untuk menikahi Hastuti.”Perkara mahar, terserah putriku
meminta apa.”Ia merasa saat itu hujan salju
bercampur bunga mawar warna-warni menghujani. Ia begitu bahagia. Sangat bahagia. Menikahlah keduanya dalam balutan cinta dan satu syarat itu. Sebelum pada akhirnya ia pamit
setelah bulan madu yang panjang. Ia harus bekerja ke kota lain. Pada saat itulah dirinya mulai mengerti bahwa syarat yang dia terima sesungguhnya sangat berat. Tiba-tiba ia sadar bahwa ia kini
tengah menangis. Ini sudah lima tahun! Lima tahun. Ia berusaha mematuhi syarat yang diberikan ibu mertuanya. Ia tiba-tiba melihat teleponnya tergeletak membisu di mejanya. ”Aku tahu! Aku tahu apa yang
harus aku lakukan!” Ia mengambil teleponnya, lalu
membuka contact list. Ia memandang salah satu nomor yang tertera di layar teleponnya. Tiba-tiba ia tersenyum getir. Ia segera menelepon nomer tersebut.”Irta, kau belum tidur? Aku siap
dengan segala syarat yang kau berikan. Aku akan menceraikan istriku, tapi kau jangan lupa dengan satu syarat dariku, untuk ikut kemana pun aku mau!”Ia menutup teleponnya. Lalu
mengambil jaketnya kemudian keluar dari dalam kamar tanpa mengatakan apa pun pada istrinya yang tidak berhasil menahannya pergi. Ya, ia akan pergi. Tanpa ingin kembali pada syarat yang ia remehkan dulu. Tiga hari kemudian, setelah
panggilan ke seratus sembilan dan pesan ke tiga ratus satu dari Hastuti, ia meneleponnya. ”Ya Tuhan, Abang ke mana saja?
Mengapa baru ada kabar?””Siapkah kau untuk mendengarkan
keputusanku?””Keputusan apa? Bahkan kau
belum menanyakan kabarku?””Aku tahu kau sedang sedih.
Sedang tidak baik. Tapi aku akan menceraikanmu, Hastuti. Aku baru sadar bahwa syarat yang dulu diberikan ibumu adalah syarat paling berat untukku. Aku akan menikahi wanita yang tidak memberiku syarat seperti itu lagi. Aku ini lelaki normal. Aku butuh istriku di sampingku. Kita tidak perlu berdebat lagi!”
Itulah, lelaki yang bercerai di telepon. Ia bahkan menutup teleponnya tanpa menunggu isakan tangis wanita yang sebenarnya masih ia cintai. Bahkan ia tidak pernah tahu, bahwa ketika jatuh cinta, yang ia anggap ringan ternyata begitu berat untuknya.
radarmalang.id | [email protected] | jawaposradarmalang | radarmalangonline | @radar_malang
KABUPATEN MALANG - Suliani, 44, warga Kecamatan Wagir ditemukan tewas di sebuah kebun tebu di Desa Pamotan, Kecamatan Dampit, Jumat pagi (3/4). Suliani tewas usai dianiaya suaminya sirinya sendiri, AW, 46.Kapolres Malang, AKBP
Hendri Umar mengatakan, AW mengaku membunuh Suliani karena dua hal.Pertama, kata Hendri,
AW sakit hati dengan perkataan Suliani yang kerap menyebut orang tuanya dengan ejekan tak elok.“Dan juga karena korban
ini memaksa untuk menjual tanah warisan untuk kepentingan korban dan pelaku. Padahal tanah tersebut diperuntukan untuk anak pelaku dari istri sah,” imbuh Hendri, dalam rilis via Youtube, Sabtu (4/4).Pada kesempatan yang
sama, AW mengaku,
kalau sang istri siri kerap kali menyebut orang tuanya sebagai pelacur.“Iya saya sakit hati dia
sering bilang orang tua saya pelacur. Terus (yang kedua alasannya) karena dia memaksa saya untuk menjual tanah (untuk kebutuhan kami). Padahal itu untuk anak saya,” kata AW.Lantaran kesal, AW nekat
menghabisi nyawa istrinya saat dia dan korban hendak pergi ke Wajak untuk meminta petunjuk ke seorang dukun pada Kamis (2/4) malam.“Ya ke dukun itu untuk
meminta petunjuk untuk jual tanah. Pas perjalanan langsung saya pukul pakai kayu dan mencekiknya dengan jaket,” beber dia.Dengan aksinya
tersebut, AW diancam dengan hukuman kurung 15 tahun lebih penjara berdasarkan pasal 338 KUHP. (bob/muf)
Foto: POLRES MALANGTEGA: Tersangka AW, 46, dihadirkan
dalam press conference di Polres Malang, kemarin (4/4).
Redaktur: Indra Mufarendra | Layout: Rahadian Bagaskoro
Tidak semua masjid di Malang Raya meniadakan shalat jumat atau shalat berjamaah di masa pagebluk korona. Karena itu penting bagi masjid yang tetap menggelar shalat berjamaah, untuk melengkapi diri dengan fasilitas pencegahan korona yang memadai.Salah satunya dengan pengadaan
bilik disinfektan. Sejumlah masjid seperti Masjid Agung Jami’ Kota Malang sudah memiliki fasilitas ini.Tapi lebih banyak lagi yang belum.UIN Maliki (Universitas Islam Negeri
Maulana Malik Ibrahim) Malang berinisiatif membagikan bilik disinfektan untuk sejumlah masjid dan ponpes (pondok pesantren).Kebetulan UIN Maliki bisa
memproduksi sendiri bilik disinfektan. Yakni Bilik KAVi (Kabut Anti Virus). “Kita berikan bilik ini bersama dengan alkohol sebanyak 5 liter untuk pengisian disinfektan,” tukas Dekan Fakultas Saintek UIN Malang, Dr Sri Harini.Bila cairan disinfektan sudah habis,
dia berharap pengurus masjid maupun ponpes untuk melakukan pengadaan secara swadaya. Harapannya, masyarakat, santri, ataupun jemaah yang masih laksanakan salat wajib ataupun salah Jumat di Masjid bisa memanfaatkan fasilitas yang diberikan kampus yang berlokasi di Jalan Gajayana 50 Dinoyo, Kota Malang itu.Pembagian yang dilakukan Jumat
(3/4) di Halaman Rektorat UIN Malang itu dihadiri pula oleh Rektor UIN Malang, Prof Dr H Abdul Haris, MAg.
Dia mengatakan, Bilik KAVi diberikan kepada masjid dan pondok pesantren yang berada di sekitar lingkungan UIN Malang, baik kampus satu, kampus dua, maupun kampus tiga.“Kita berikan total 10 Bilik KAVi dan
disalurkan langsung kepada ketua takmir masjid dan perwakilan pengurus pondok pesantren. Harapannya mudah-mudahan alat ini bisa digunakan untuk membantu menanggulangi Covid-19,” tandas Abdul.Masjid yang mendapatkan
sumbangan Bilik KAVi adalah kawasan Sumbersari, Ketawanggede, dan Merjosari. Sedangkan pondok pesantren yang menerima adalah Pondok Pesantren Anwarul Huda dan Pondok Pesantren Sabilurrosad Gasek.“Total jumlah bilik yang dibagikan
ada 10. Di antaranya 8 untuk masjid dan 2 untuk pondok pesantren. Rencanaya kita akan berikan 2 lagi untuk Polresta Malang Kota dan Masjid Jami’,” tukasnya.Sementara itu, penemu Bilik KAVi,
Dr Iman Tazi mengatakan, bilik KAVi ini bisa membunuh kuman, virus ataupun bakteri hingga mati.“Ketika masuk harus tahan napas
selama 10 detik. Disinfektan di bilik KAVi ini bahannya terbuat dari alkohol murni dicampur dengan air dengan perbandingan 1 : 1. Maka yang masuk kita minta menaruh semua barang elektroniknya dulu di luar sebelum disemprot,” urainya. (vid/muf)
Foto: UIN MALIKI MALANGANTISIPASI: Penyerahan bilik disinfektan kepada pengurus masjid dan ponpes dilakukan di Kampus UIN Malang, Jumat (3/4).
Top Related