BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Pembangunan Model Rostow€¦ · negara berkembang yang ingin...

67
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Pembangunan Model Rostow Rostow (1960) dalam bukunya yang terkenal yaitu: “ The Stages of Economic Growth: A Non-Communist Manifestomengatakan bahwa negara- negara berkembang yang ingin maju harus melalui tahap-tahap pembangunan yaitu: (1) The traditional society atau tahap masyarakat tradisional adalah suatu negara yang struktur masyarakatnya dibangun di dalam fungsi-fungsi produksi yang terbatas. Tingkat pendapatan per kapitanya masih rendah karena tidak adanya penerapan pengetahuan dan teknologi modern. Karena terbatasnya produktivitas, maka sebagian terbesar sumber-sumbernya ditujukan untuk menghasilkan bahan mentah; (2) The preconditions for take off atau tahap prakondisi menuju tinggal landas (take off) yaitu meliputi masyarakat yang sedang dalam proses peralihan atau merupakan suatu periode yang menunjukkan adanya syarat-syarat menuju take off. Nilai-nilai dan cara-cara tradisional sudah mulai dirasakan menjadi tantangan, sedangkan nilai-nilai dan cara-cara baru yang lebih efisien mulai masuk. Perubahan-perubahan mulai terjadi ke arah masyarakat yang lebih modern dengan sistem ekonomi yang lebih maju; (3) Take off atau tahap tinggal landas adalah tahapan perkembangan ekonomi memasuki masa antara, ketika hambatan-hambatan dan rintangan-rintangan terhadap pertumbuhan sudah mulai dapat diatasi. Nilai-nilai, cara-cara baru, dan kekuatan-kekuatan yang menimbulkan kemajuan ekonomi meluas dan mulai menguasai masyarakat.

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Pembangunan Model Rostow€¦ · negara berkembang yang ingin...

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Pembangunan Model Rostow€¦ · negara berkembang yang ingin maju harus melalui tahap-tahap pembangunan yaitu: (1) The ... menjelaskan tentang bagaimana

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Pembangunan Model Rostow

Rostow (1960) dalam bukunya yang terkenal yaitu: “ The Stages of

Economic Growth: A Non-Communist Manifesto” mengatakan bahwa negara-

negara berkembang yang ingin maju harus melalui tahap-tahap pembangunan

yaitu: (1) The traditional society atau tahap masyarakat tradisional adalah suatu

negara yang struktur masyarakatnya dibangun di dalam fungsi-fungsi produksi

yang terbatas. Tingkat pendapatan per kapitanya masih rendah karena tidak

adanya penerapan pengetahuan dan teknologi modern. Karena terbatasnya

produktivitas, maka sebagian terbesar sumber-sumbernya ditujukan untuk

menghasilkan bahan mentah; (2) The preconditions for take off atau tahap

prakondisi menuju tinggal landas (take off) yaitu meliputi masyarakat yang sedang

dalam proses peralihan atau merupakan suatu periode yang menunjukkan adanya

syarat-syarat menuju take off. Nilai-nilai dan cara-cara tradisional sudah mulai

dirasakan menjadi tantangan, sedangkan nilai-nilai dan cara-cara baru yang lebih

efisien mulai masuk. Perubahan-perubahan mulai terjadi ke arah masyarakat yang

lebih modern dengan sistem ekonomi yang lebih maju; (3) Take off atau tahap

tinggal landas adalah tahapan perkembangan ekonomi memasuki masa antara,

ketika hambatan-hambatan dan rintangan-rintangan terhadap pertumbuhan sudah

mulai dapat diatasi. Nilai-nilai, cara-cara baru, dan kekuatan-kekuatan yang

menimbulkan kemajuan ekonomi meluas dan mulai menguasai masyarakat.

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Pembangunan Model Rostow€¦ · negara berkembang yang ingin maju harus melalui tahap-tahap pembangunan yaitu: (1) The ... menjelaskan tentang bagaimana

35

Tingkat investasi naik dari 5 sampai 10 persen atau melebihi pendapatan nasional.

Selama masa tinggal landas, industri-industri baru berkembang dengan pesat dan

menghasilkan keuntungan yang sebagian besar diinvestasikan lagi pada pabrik-

pabrik yang baru atau industri-industri baru. Sehingga daripadanya dapat

mendorong perluasan lebih lanjut bagi daerah-daerah kota dan industri-industri

modern lainnya; (4) The drive to maturity atau tahap gerak menuju kematangan

adalah tahap ketika kegiatan ekonomi tumbuh secara terus-menerus dengan teratur

dan penggunaan teknologi modern meluas ke seluruh aspek kegiatan

perekonomian. Kira-kira 10 sampai 20 persen pendapatan nasionalnya, secara

terus-menerus diinvestasikan yang memungkinkan output meningkat dengan cepat

melebihi pertambahan penduduk. Kegiatan ekonomi bergerak dengan mantap

memasuki perekonomian internasional. Pada umumnya, tahap kematangan

(maturity) ini dicapai kira-kira setelah 60 tahun dimulainya take off atau 40 tahun

setelah berakhirnya take off, dan (5) The age of high mass cosumption atau tahap

konsumsi massa tinggi adalah tahap ketika perkembangan industri lebih ditujukan

untuk menghasilkan barang-barang konsumsi tahan lama dalam bidang jasa.

Menurut Rostow (1960), disamping adanya tahapan perubahan seperti itu,

pembangunan ekonomi berarti pula sebagai proses yang menyebabkan adanya

perubahan pada : (1) perubahan orientasi organisasi ekonomi, politik, dan sosial

yang pada mulanya berorientasi kepada suatu daerah menjadi berorientasi ke luar;

(2) perubahan pandangan masyarakat mengenai jumlah anak dalam keluarga,

yaitu dari menginginkan banyak anak menjadi keluarga kecil; (3) perubahan

dalam kegiatan investasi masyarakat, dari melakukan investasi yang tidak

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Pembangunan Model Rostow€¦ · negara berkembang yang ingin maju harus melalui tahap-tahap pembangunan yaitu: (1) The ... menjelaskan tentang bagaimana

36

produktif (menumpuk emas, membeli rumah, dan sebagainya) menjadi investasi

yang produktif; dan (4) perubahan sikap hidup dan adat istiadat yang terjadi

kurang merangsang pembangunan ekonomi, misalnya: penghargaan terhadap

waktu, penghargaan terhadap prestasi seseorang.

Todaro dan Smith (2003) mendefinisikan pembangunan sebagai proses

memperbaiki kualitas kehidupan manusia. Tiga aspek yang sama pentingnya

dalam pembangunan adalah: (1) menaikkan tingkat kehidupan masyarakat, seperti

pendapatan dan konsumsi pangan, kesehatan, pendidikan, dan sebagainya melalui

pertumbuhan ekonomi yang sesuai; (2) menciptakan kondisi yang kondusif bagi

pertumbuhan harga diri masyarakat melalui pemantapan sistem dan institusi,

sosial, politik dan ekonomi yang mengutamakan rasa hormat dan martabat

manusia; dan (3) meningkatkan kebebasan masyarakat dengan memperluas

kisaran pilihan barang dan jasa. Terminnologi ”Pembangunan” memiliki makna

lebih luas dari pertumbuhan ekonomi, karena mencakup aspek sosial, budaya,

politik, dan aspek lainnya. Mirip dengan pandangan tersebut Sumodiningrat

(2001) mengatakan pembangunan merupakan suatu rangkaian proses perubahan

struktural yang dilaksanakan secara terus menerus dan berkesinambungan. Proses

yang berlangsung bersifat multidimensi, sehingga usaha yang dilakukan untuk

mencapai sasaran pembangunan mendapat banyak tantangan. Keadaan ini

dijumpai di negara-negara yang masih terkebelakang, negara sedang berkembang

maupun di negara-negara maju dengan derajat dan jenis persoalan yang berbeda.

Susanto dkk. (2010) menyatakan bahwa konsep pembangunan senantiasa

mengalami perubahan seiring dengan perkembangan zaman. Konsep dasar

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Pembangunan Model Rostow€¦ · negara berkembang yang ingin maju harus melalui tahap-tahap pembangunan yaitu: (1) The ... menjelaskan tentang bagaimana

37

pembangunan berawal dari pengembangan konsep pembangunan ekonomi yang

sangat terkait dengan pendapatan (income), pertumbuhan (growth), dan investasi

(investment). Konsep pembangunan tersebut kemudian dikembangkan menjadi

lebih luas cakupan dan dimensinya, meliputi: pengetahuan dan teknologi

(knowledge and tecnology), pembangunan manusia (human development),

pembangunan berkelanjutan (sustainable development) dan pembangunan

institusional (institutional development). Motivasi yang mendasari perlunya

perluasan cakupan konsep pembangunan adalah pemikiran akan terbatasnya peran

dan fungsi pertumbuhan ekonomi yang semula dijadikan sebagai tujuan

pembangunan. Fokus perhatian pembangunan kemudian diperluas sehingga

mencakup distribusi pendapatan (income distribution), kemiskinan (poverty), dan

pemenuhan kebutuhan umum.

Dalam perkembangannya perhatian terhadap pemerataan pembangunan

(development equity) kemudian berkembang sejalan dengan berbagai perdebatan

terkait hubungan antara ketimpangan pendapatan (income inequality) dan

pertumbuhan ekonomi (economic growth). Hubungan antara pertumbuhan dan

kemiskinan juga tidak luput dari perdebatan. Sementara itu teori pertumbuhan

endogen yang berkembang di era tahun 1980-an memfokuskan perhatian pada

pentingnya kemajuan teknologi sebagai mesin pertumbuhan ekonomi. Problem

pembangunan yang kompleks dihadapkan pada tantangan keterbatasan sumber

daya maupun karateristik wilayah. Semakin luas wilayah suatu negara, maka

semakin besar pula tantangan yang harus dihadapi. Tantangan akan semakin berat

apabila pertumbuhan penduduk di negara tersebut juga relatif tinggi. Kondisi ini

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Pembangunan Model Rostow€¦ · negara berkembang yang ingin maju harus melalui tahap-tahap pembangunan yaitu: (1) The ... menjelaskan tentang bagaimana

38

dihadapi oleh Indonesia dan negara-negara sedang berkembang lainnya maupun

negara-negara yang tergolong terkebelakang. Konsekwensi dari tidak meratanya

pembangunan adalah terjadinya ketimpangan wilayah (Susanto dkk., 2010).

2.2 Teori Pertumbuhan Ekonomi

2.2.1 Teori Pertumbuhan Ekonomi Model Klasik

Pemikiran-pemikiran ekonomi di masa klasik yang dipelopori oleh Adam

Smith dengan pengikutnya Thomas Robert Malthus, David Ricardo, Jean Baptiste

Say, Jhon Stuart Mill. Inti pemikiran ekonomi Adam Smith (Bapak Ilmu

Ekonomi) dan para pengikutnya ini antara lain bahwa pertumbuhan dapat terjadi

melalui: pembagian spesialisasi kerja, percaya pada mekanisme pasar yang

berlangsung dalam persaingan bebas, campur tangan pemerintah dibatasi,

penggunaan modal dalam produksi, pembentukan modal dari kelebihan produksi

(Adisasmita R., 2008). Adam Smith seorang ahli ekonomi klasik yang paling

terkemuka dengan bukunya yang terkenal di seluruh dunia berjudul ”An Inguiry

Into The Nature and Cause of The Wealth of Nations (1776) menyampaikan

beberapa pemikiran yang penting diantaranya:

1) Hukum alam, yang diyakini dalam persoalan ekonomi menganggap setiap

orang bebas memenuhi kebutuhannya demi keuntungan sendiri. Dalam

melakukan pemenuhan kebutuhannya, setiap individu dibimbing oleh suatu

kekuatan yang tidak terlihat (invisible hand) akan mencapai kesejahteraan yang

masimal. Smith pada dasarnya menentang setiap campur tangan pemerintah

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Pembangunan Model Rostow€¦ · negara berkembang yang ingin maju harus melalui tahap-tahap pembangunan yaitu: (1) The ... menjelaskan tentang bagaimana

39

dalam perekonomian (laissez faire), serahkan pada mekanisme pasar yang akan

mengatur segala permasalahan dengan sebaik-baiknya.

2) Pembagian kerja, yang merupakan titik permulaan dari teori pertumbuhan

ekonomi Adam Smith, yang meningkatkan daya produktivitas tenaga kerja

yang dihubungkan dengan: (1) meningkatnya keterampilan tenaga kerja; (2)

penghematan waktu dalam memproduksi barang; (3) penemuan mesin yang

sangat menghemat tenaga. Pembagian kerja bertambah seiring dengan

bertambah luasnya pasar. Dengan meningkatnya jumlah penduduk dan fasilitas

transportasi akan terjadi pembagian kerja yang semakin luas dan peningkatan

modal yang semakin besar.

3) Proses pemupukan modal dan pertumbuhan, yaitu Adam Smith menekankan

bahwa pemupukan modal harus dilakukan lebih dahulu daripada pembagian

kerja. Seperti ahli ekonomi modern, Adam Smith menganggap pemupukan

modal sebagai satu yang mutlak bagi pembangunan ekonomi, dengan demikian

permasalahan pembangunan ekonomi secara luas adalah kemampuan manusia

untuk lebih banyak menabung dan menanam modal.

2.2.2 Teori Pertumbuhan Ekonomi Model Neo-Klasik

Pemikiran-pemikiran ekonomi Neo-Klasik di antaranya dipelopori oleh:

Jevons, Walras, Menger dan Marshall yang gagasannya mementahkan serangan

Karl Marx terhadap sistem liberalisme yang dianjurkan para kaum klasik.

Pandangan-pandangan Neo-Klasik adalah tidak jauh berbeda dari pandangan

Klasik. Semuanya terletak pada kekuatan pasar dengan membuka peluang sampai

batas tertentu untuk intervensi atau campur tangan pemerintah. Pembangunan

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Pembangunan Model Rostow€¦ · negara berkembang yang ingin maju harus melalui tahap-tahap pembangunan yaitu: (1) The ... menjelaskan tentang bagaimana

40

berarti pertumbuhan melalui pembentukan modal dengan fokus pada ekonomi

mikro. Pada tahap ekonomi mikro, kekuatan pasar akan menghasilkan

keseimbangan (Adisasmita R., 2008).

2.2.3 Teori Pertumbuhan Ekonomi Modern Model Keynes

Pemikiran ekonomi aliran modern diawali oleh tokoh utamanya adalah

Keynes dan salah satu karya tulisanya yang terkenal adalah buku dengan judul: “

The General Theory of Employment, Interest and Money”, isinya di antaranya

menjelaskan tentang bagaimana menanggapi peristiwa depresi besar-besaran yang

terjadi pada tahun 30-an, apa penyebabnya, dan bagaimana jalan keluar dalam

menghadapi depresi serta masalah-masalah ekonomi makro lainnya. Para

pendukung Keynes baik neo-Keynes dan pasca-Keynesian antara lain dari

pandangan Alvin Hansen, Simon Kuznets, Jhon Hiks, Wassily Leontif, dan Paul

Samuelson (Deliarnov, 2010).

Keynes menentang pandangan klasik yang menyatakan tidak adanya

campur tangan pemerintah dalan kegiatan ekonomi, tapi bagi Keynes campur

tangan pemerintah merupakan keharusan, adanya kebijakan fiskal agar pemerintah

bisa mempengaruhi jalannya perekonomian, mekanisme pasar, kapitalis.

Persaingan bebas yang diandalkan oleh paradigma Klasik dan neo-Klasik,

menurut Keynes menyatakan akan selalu menimbulkan keseimbangan dengan

pengangguran, terdapat potensi ekonomi yang tidak digunakan (Adisasmita R.,

2008). Lebih jauh, dijelaskan bahwa kekuatan pasar bebas akan menghasilkan

kekuatan penghambat terhadap pertumbuhan menuju keseimbangan pada tingkat

yang tinggi. Hambatan itu mengakibatkan berkurangnya agregat demand, yang

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Pembangunan Model Rostow€¦ · negara berkembang yang ingin maju harus melalui tahap-tahap pembangunan yaitu: (1) The ... menjelaskan tentang bagaimana

41

selanjutnya menghasilkan pengangguran. Kenyataan ini dapat diatasi melalui

campur tangan pemerintah dalam kebijakan fiskal dan moneter. Paradigma pasca

Keynes terjadi pertentangan dalam kondisi yang semakin mengglobal. Dibutuhkan

paradigma yang berciri global, tetapi dapat diterapkan secara lokal. Beberapa

kondisi pembangunan yang berlaku global yaitu: (i) kesenjangan ekonomi

terdapat pada tingkat dunia antara negara maju dan negara berkembang, tetapi

juga pada tingkat nasional dan regional, antar sektor, antar golongan dan antar

individu; (ii) ledakan jumlah penduduk dunia mengakibatkan kesenjangan yang

mendunia; (iii) ancaman kelestarian lingkungan (Adisasmita R., 2008).

Pakar pertama yang lebih serius dalam pengembangan teori pertumbuhan

adalah Schumpeter. Salah satu teori yang dibangun dalam tulisannya adalah” The

Theory of Economic yang diterjemahkan kedalam bahasa inggris tahun 1934.

Tema tentang pertumbuhan ekonomi juga disinggung dalam bukunya yang lain

dengan judul: ”Capitalism, Sosialism, and Democracy” yang diterbitkan pada

1943. Schumpeter mengatakan bahwa pelaku utama pertumbuhan ekonomi adalah

karena adanya “entrepreneur”. Entrepreneur bukan hanya seorang pengusaha atau

manajer, melainkan seseorang yang mau menerima risiko dan mengintroduksiasi

produk-produk dan teknologi baru dalam masyarakat. Lebih jauh dikatakan

pertumbuhan ekonomi akan berkembang pesat dalam lingkungan masyarakat

yang merangsang untuk menggali penemuan-penemuan baru. Perhatian

pertumbuhan dan pembangunan terutama di negara-negara berkembang semakin

marak berkat pengaruh ajaran Keynes yang menginginkan adanya campur tangan

pemerintah dalam proses pembangunan. Dengan bermodal teori-teori dan konsep-

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Pembangunan Model Rostow€¦ · negara berkembang yang ingin maju harus melalui tahap-tahap pembangunan yaitu: (1) The ... menjelaskan tentang bagaimana

42

konsep yang digagas oleh Keynes, kemudian banyak negara berkembang ikut

aktif terlibat dalam proses pembangunan (Deliarnov, 2010).

2.2.4 Pertumbuhan Ekonomi Model Solow-Swan

Menurut Solow dan Swan, bahwa pertumbuhan ekonomi tergantung pada

pertambahan penyediaan faktor-faktor produksi penduduk, tenaga kerja dan

akumulasi modal serta tingkat kemajuan teknologi. Dengan kata lain, sampai

dimana perekonomian akan berkembang bergantung pertambahan penduduk,

akumulasi modal dan kemajuan teknologi (Arsyad, 1999). Selanjutnya menurut

teori ini, rasio modal-output (capital-output ratio = COR) bisa berubah (bersifat

dinamis), untuk menciptakan sejumlah output tertentu, bisa digunakan jumlah

modal yang berbeda-beda dengan bantuan tenaga kerja yang jumlahnya berbeda-

beda pula sesuai dengan yang dibutuhkan. Model Solow berdasarkan pada fungsi

produksi Cobb-Douglas yaitu :

Q = A.Kα. L β ................................................................................................... (2.1)

Dimana Q adalah output, A adalah teknologi, K adalah modal fisik, L adalah

tenaga kerja, α dan β adalah proporsi (share) input. Model Solow dapat

menunjukkan arah pertumbuhan keadaan mantap serta situasi pertumbuhan jangka

panjang yang ditentukan oleh peranan tenaga kerja dan kemajuan teknologi yang

semakin luas. Seperti yang telah disebutkan di atas, bahwa model pertumbuhan

Solow menunjukkan bagaimana pertumbuhan dalam capital stock, pertumbuhan

tenaga kerja dan perkembangan teknologi mempengaruhi tingkat output.

Untuk menjelaskan teori pertumbuhan Solow maka pertama akan

dianalisis bagaimana peranan stok modal dalam pertumbuhan ekonomi dengan

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Pembangunan Model Rostow€¦ · negara berkembang yang ingin maju harus melalui tahap-tahap pembangunan yaitu: (1) The ... menjelaskan tentang bagaimana

43

asumsi tanpa adanya perkembangan. Apabila dimisalkan suatu proses

pertumbuhan ekonomi dalam keadaan dimana teknologi tidak berkembang, maka

tingkat pertumbuhan yang telah dicapai hanya karena adanya perubahan jumlah

modal (K) dan jumlah tenaga kerja (L). Hubungan kedua faktor tersebut dengan

pertumbuhan ekonomi dapat dinyatakan sebagai fungsi produksi :

Y = f (K,L) .........................................................................................................(2.2)

Dimana Y adalah tingkat pendapatan nasional, K adalah jumlah stok modal dan L

adalah jumlah tenaga kerja. Jika jumlah modal naik sebesar ΔK unit, jumlah

output akan meningkat sebesar marginal product of capital (MPK) dikalikan

dengan ΔK, dimana :

MPK = f (K + 1, L) – f (K,L).............................................................................. 2.3)

Jika tenaga kerja meningkat sebesar ΔL unit, maka jumlah output akan meningkat

sebesar marginal product of labour (MPL) dikalikan ΔL, dimana :

MPL = f (K,L +1) – f (K,L)................................................................................(2.4)

Perubahan ini akan lebih realistis apabila kedua faktor produksi ini berubah, yaitu

terjadi perubahan modal sebesar ΔK serta terjadi perubahan jumlah tenaga kerja

sebesar ΔL. Kita dapat membagi perubahan ini dalam dua sumber penggunaan

marginal products dari dua input :

ΔY = (MPK x ΔK) + (MPL x ΔL) ....................................................................(2.5)

Dalam kurung pertama adalah perubahan output yang dihasilkan dari

perubahan kapital, dan dalam kurung yang kedua adalah perubahan output yang

disebabkan oleh adanya perubahan tenaga kerja. Untuk mempermudah

interprestasi dan penerapan, maka persamaan kemudian diubah menjadi :

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Pembangunan Model Rostow€¦ · negara berkembang yang ingin maju harus melalui tahap-tahap pembangunan yaitu: (1) The ... menjelaskan tentang bagaimana

44

ΔY/Y = (MPK x K/Y) ΔK/K + (MPL x L/Y) ΔL/L.......................................... (2.6)

Dimana ΔY/Y adalah laju pertumbuhan output, MPK x K adalah total return to

capital, (MPK x K/Y) adalah share dari modal pada output, ΔK/K adalah tingkat

pertumbuhan dari modal, MPL x L adalah total kompensasi yang diterima oleh

tenaga kerja, (MPL x L/Y) adalah share dari tenaga kerja pada output, dan ΔL/L

adalah tingkat pertumbuhan dari tenaga kerja.

Dengan asumsi bahwa fungsi produksi dalam keadaan skala hasil tetap,

maka teorema Euler menyatakan bahwa kedua share tersebut apabila dijumlahkan

akan sama dengan 1 (satu) (Mankiw). Persamaan ini kemudian dapat ditulis :

ΔY/Y = α ΔK/K + (1 – α) ΔL/L........................................................................ (2.7)

Dimana α adalah share dari modal dan (1 – α) adalah share dari tenaga kerja.

Telah dikemukakan bahwa pembahasan di atas diasumsikan tidak mengalami

perubahan teknologi, tetapi dalam praktiknya akan selalu terjadi perkembangan

dari teknologi. Oleh karenanya akan dimasukkan perubahan teknologi dalam

fungsi produksi menjadi :

Y = A f (K,L)..................................................................................................... (2.8)

Dimana A adalah tingkat teknologi pada saat sekarang atau yang disebut sebagai

total factor productivity. Sekarang output meningkat bukan hanya karena adanya

peningkatan dari modal dan tenaga kerja, tetapi juga karena adanya kenaikan dari

total factor productivity. Dengan memasukkan total factor productivity pada

persamaan (2.8), maka akan menjadi :

ΔY/Y = α ΔK/K + (1 – α) ΔL/L + ΔA/A .......................................................... (2.9)

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Pembangunan Model Rostow€¦ · negara berkembang yang ingin maju harus melalui tahap-tahap pembangunan yaitu: (1) The ... menjelaskan tentang bagaimana

45

Dimana ΔA/A adalah pertumbuhan dari total factor productivity atau juga sering

disebut sebagai Solow residual (Mankiw, 1997). Karena pertumbuhan total factor

productivity tidak bisa dilihat secara langsung, maka diukur secara tidak langsung

dihitung dengan cara :

ΔA/A = ΔY/Y – α ΔK/K – (1 – α) ΔL/L......................................................... (2.10)

Total factor productivity dapat berubah dengan beberapa alasan. Perubahan sering

dikaitkan dengan kenaikan pengetahuan pada metode produksi. Solow residual

sering juga digunakan untuk mengukur perkembangan teknologi. Faktor-faktor

produksi seperti pendidikan, regulasi pemerintah dapat mempengaruhi total factor

productivity. Sebagai contoh, jika pengeluaran pemerintah meningkat maka akan

dapat meningkatkan kualitas pendidikan, para pekerja akan menjadi lebih

produktif, dan output juga akan meningkat, yang mengimplikasikan total factor

productivity yang lebih besar (Mankiw, 1997).

2.3 Teori Pengembangan Wilayah

2.3.1 Pengertian Wilayah

Menurut Sakti Aji (2011), wilayah diartikan sebagai suatu permukaan

yang luas, dihuni manusia yang melakukan interaksi kegiatan dengan sumberdaya

alam, sumberdaya modal, sumberdaya teknologi, sumberdaya kelembagaan, dan

sumberdaya pembangunan lainnya untuk mencapai tingkat kesejahteraan ekonomi

dan sosial bagi masyarakat. Mengingat pentingnya peranan dan fungsi wilayah

sebagai wadah pembangunan, maka seharusnya dilakukan penataan dan

pengaturan, pemanfaatan dan pengelolaan ruang wilayah yang efektif dan efisien.

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Pembangunan Model Rostow€¦ · negara berkembang yang ingin maju harus melalui tahap-tahap pembangunan yaitu: (1) The ... menjelaskan tentang bagaimana

46

Menurut Rustiadi (2006), wilayah dapat didefinisikan sebagai unit

geografis dengan batas-batas spesifik tertentu dimana komponen-komponen

wilayah tersebut satu sama lain saling berinteraksi secara fungsional. Sehingga

batasan wilayah tidaklah selalu bersifat fisik dan pasti tetapi seringkali bersifat

dinamis. Komponen-komponen wilayah mencakup komponen biofisik alam,

sumber daya buatan (infrastruktur), manusia serta bentuk-bentuk kelembagaan.

Dengan demikian istilah wilayah menekankan interaksi antar manusia dengan

sumberdaya-sumberdaya lainnya yang ada dalam batasan unit geografis tertentu.

2.3.2 Pengertian Pengembangan Wilayah

Konsep pengembangan wilayah lahir dari suatu proses interaktif yang

menggabungkan dasar-dasar pemahaman teoritis dengan pengalaman praktis

(empiris) sebagai bentuk penerapannya yang dinamis. Selanjutnya dirumuskan

kembali menjadi suatu pendekatan teori yang disesuaikan dengan kondisi dan

kebutuhan pembangunan di Indonesia. Teori tentang pengembangan wilayah telah

diintroduksikan oleh para ahli antara lain oleh Von Thunen (1826), Alfred Weber

(1929), Walter Christaller (1933), Augus Losch (1939), Francois Perroux (1955),

kemudian dikembangkan lebih lanjut sesuai kebutuhan secara dinamis. Dalam

perkembangannya, bongkar pasang konsep pengembangan wilayah dan beberapa

landasan teori yang turut mewarnai keberadaannya. Pertama adalah Walter Isard

(1956) sebagai seorang pelopor ilmu wilayah yang mengkaji terjadinya hubungan

sebab dan akibat dari faktor-faktor utama pembentuk ruang wilayah, yakni faktor

fisik, sosial ekonomi, dan budaya. Kedua adalah Hirschmann (era 1958) yang

memunculkan teori polarization effect dan trickling down effect dengan

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Pembangunan Model Rostow€¦ · negara berkembang yang ingin maju harus melalui tahap-tahap pembangunan yaitu: (1) The ... menjelaskan tentang bagaimana

47

argumentasi bahwa perkembangan suatu wilayah tidak terjadi secara bersamaan

(unbalanced development). Ketiga Myrdal (era 1950-an) dengan teori yang

menjelaskan hubungan antara wilayah maju dan wilayah belakangnya dengan

menggunakan istilah backwash effect dan spreadwash effect. Keempat adalah

Freadmann (era 1960-an) yang lebih menekankan pada pembentukan hirarki guna

mempermudah pengembangan sistem pembangunan yang kemudian dikenal

dengan teori pusat pertumbuhan. Kelima adalah Douglass (era 1970-an) yang

memperkenalkan lahirnya model keterkaitan desa-kota (rulal-urban linkages)

dalam pengembangan wilayah (Haryanto dan Tukidi, 2007). Menurut Alkadri

(1999), pengembangan wilayah merupakan upaya membangun dan

mengembangkan suatu wilayah berdasarkan pendekatan spasial dengan

mempertimbangkan aspek sosial-budaya, ekonomi, lingkungan fisik dan

kelembagaan dalam suatu kerangka perencanaan dan pengelolaan pembangunan

yang terpadu. Untuk itu konsep pembangunan suatu wilayah harus tetap mengacu

pada kondisi wilayah itu sendiri.

Hadjisarosa (1980) menyebutkan tujuan pengembangan wilayah adalah: 1)

pemerataan (perataan) tingkat pertumbuhan antar wilayah, 2) meningkatkan

kesejahteraan masyarakat pada wilayah-wilayah tersebar, 3) mengurangi tingkat

kesenjangan (ekonomi dan sosial) antar wilayah, dan 4) memperkokoh struktur

perekonomian nasional dan regional (Sakti Aji 2011). Menurut Ambardi dan

Prihamantoro (2002), pengembangan wilayah (regional development) merupakan

suatu upaya untuk memacu perkembangan sosial ekonomi, mengurangi

kesenjangan antar wilayah, dan menjaga kelestarian lingkungan hidup pada suatu

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Pembangunan Model Rostow€¦ · negara berkembang yang ingin maju harus melalui tahap-tahap pembangunan yaitu: (1) The ... menjelaskan tentang bagaimana

48

wilayah. Pengembangan wilayah diperlukan karena kondisi sosial ekonomi,

budaya, dan geografis yang sangat berbeda antara suatu wilayah dengan wilayah

lainnya, sehingga dalam penerapannya sesuai dengan kondisi, potensi, dan

permasalahan tiap wilayah.

2.3.3 Faktor-Faktor Fundamental Dalam Pengembangan Wilayah.

Hoover dan Giarratani (1987) menyimpulkan tiga pilar penting dalam

proses pembangunan wilayah, yaitu: (i) Keunggulan komparatif (imperfect

mobility of factor), pilar ini berhubungan dengan keadaan ditemukannya sumber-

sumber daya tertentu yang secara fisik relatif sulit atau memiliki hambatan untuk

digerakkan antar wilayah. Hal ini disebabkan adanya faktor-faktor lokal (bersifat

khas atau endemik, misalnya iklim dan budaya) yang mengikat mekanisme

produksi sumber daya tersebut sehingga wilayah memiliki komparatif. Sejauh ini

karakteristik tersebut senantiasa berhubungan dengan produksi komoditas dari

sumber daya alam, antara lain pertanian, perikanan, pertambangan, kehutanan,

dan kelompok usaha sektor primer lainnya; (ii) Aglomerasi (imperfect

divisibility), pilar aglomerasi merupakan fenomena eksternal yang berpengaruh

terhadap pelaku ekonomi berupa meningkatnya keuntungan ekonomi secara

spasial. Hal ini terjadi karena berkurangnya biaya-biaya produksi akibat

penurunan jarak dalam pengangkutan bahan baku dan distribusi produk; dan (iii)

Biaya transpor (imperfect mobility of good and service), pilar ini adalah yang

paling kasat mata mempengaruhi aktivitas perekonomian. Implikasinya adalah

biaya yang terkait dengan jarak dan lokasi tidak dapat lagi diabaikan dalam proses

produksi dan pembangunan wilayah.

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Pembangunan Model Rostow€¦ · negara berkembang yang ingin maju harus melalui tahap-tahap pembangunan yaitu: (1) The ... menjelaskan tentang bagaimana

49

Sakti Aji (2011) mengatakan terdapat lima unsur fundamental dalam

pengembangan wilayah yaitu: (i) penduduk dalam jumlah yang cukup dan

berkualitas; (ii) sumberdaya alam yang potensial untuk dapat dikembangkan

secara berkelanjutan; (iii) adanya pusat yang berfungsi sebagai pusat kegiatan

pelayanan distribusi (pemasaran) barang-barang kebutuhan penduduk yang berada

di pusat-pusat sedang dan kecil; (iv) wilayah pengaruh yang berfungsi sebagai

wilayah pemasaran barang-barang dari pusat ke wilayah pengaruhnya masing-

masing (hinterland); dan (v) jaringan transportasi yang efektif dan efisien yang

digunakan untuk mendistribusikan (memasarkan) barang-barang dari pusat-pusat

sedang, kecil serta ke wilayah-wilayah pengaruh.

2.4 Teori Pusat Pertumbuhan (Growth Pole Teory)

Adisasmita, R. (2008) menyatakan pusat pengembangan seringkali

didefinisikan sebagai suatu konsentrasi industri pada suatu tempat tertentu yang

kesemuanya saling berkaitan melalui hubungan input dan output industri utama.

Konsentrasi dan saling keterkaitan adalah merupakan dua faktor penting dalam

setiap pusat pengembangan karena melalui faktor ini akan dapat diciptakan

berbagai bentuk agglomeration economies yang dapat menunjang pertumbuhan

dari industri-industri yang bersangkutan melalui penurunan ongkos produksi.

Keuntungan aglomerasi yang merupakan kekuatan dari setiap pusat

pengembangan dapat dibagi menjadi tiga jenis yaitu: 1) scale economies yaitu

semacam keuntungan yang dapat timbul karena pusat pengembangan

memungkinkan perusahaan industri yang tergabung di dalamnya beroperasi dalam

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Pembangunan Model Rostow€¦ · negara berkembang yang ingin maju harus melalui tahap-tahap pembangunan yaitu: (1) The ... menjelaskan tentang bagaimana

50

skala besar, karena ada jaminan bahan baku dan pasar; 2) locatization economies

yang dapat timbul akibat adanya keterkaitan antar industri, sehingga kebutuhan

bahan baku dan pemasaran dapat dipenuhi dengan mengeluarkan ongkos angkut

yang minimum; dan 3) urbanization economies yang timbul karena fasilitas

pelayanan sosial dan ekonomi dapat dipergunakan secara bersama sehingga

pembebanan ongkos untuk masing-masing perusahaan industri dapat dilakukan

serendahnya. Dengan demikian bahwa bila kegiatan ekonomi yang saling

berkaitan dikonsentrasikan pada suatu tempat tertentu maka pertumbuhan

ekonomi pada daerah bersangkutan dapat ditingkatkan lebih cepat dibandingkan

kalau tersebar atau berpencar. Demikian juga bila pusat pengembangan dilakukan

pada suatu daerah yang relatif masih kurang berkembang dibandingkan daerah-

daerah lainnya, maka laju pertumbuhan daerah yang bersangkutan dapat

ditingkatkan sehingga perbedaan kemakmuran antar wilayah secara bertahap akan

tercapai (Adisasmita R., 2008).

Rustiadi dkk. (2011) mengatakan pusat pertumbuhan (growth pole teory),

yang dicetuskan oleh Francois Perroux, menyatakan pembangunan dan

pertumbuhan ekonomi tidak terjadi di semua wilayah, akan tetapi terbatas hanya

pada beberapa tempat tertentu dengan variabel yang berbeda-beda intensitasnya.

Terdapat elemen yang sangat menentukaan dalam teori kutub pertumbuhan yaitu

pengaruh yang tidak dapat dielakkan dari suatu unit ekonomi terhadap unit-unit

ekonomi lainnya. Pengaruh tersebut semata-mata adalah dominasi ekonomi yang

terlepas dari pengaruh tata ruang wilayah geografis. Menurut Tarigan (2014),

pusat pertumbuhan (growth pole) dapat diartikan dengan dua cara, yaitu secara

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Pembangunan Model Rostow€¦ · negara berkembang yang ingin maju harus melalui tahap-tahap pembangunan yaitu: (1) The ... menjelaskan tentang bagaimana

51

fungsional dan secara geografis. Secara fungsional, pusat pertumbuhan adalah

suatu lokasi konsentrasi kelompok usaha atau cabang industri yang karena sifat

hubungannya memiliki unsur-unsur kedinamisan sehingga mampu menstimulasi

kehidupan ekonomi baik ke dalam maupun ke luar (daerah belakangnya). Secara

geografis, pusat pertumbuhan adalah suatu lokasi yang banyak memiliki fasilitas

dan kemudahan sehingga menjadi pusat daya tarik (pole of attraction), yang

menyebabkan berbagai macam usaha tertarik untuk berlokasi di situ dan

masyarakat senang datang memanfaatkan fasilitas yang ada di kota tersebut,

walaupun kemungkinan tidak ada interaksi antara usaha-usaha.

Mercado (2002) menyatakan konsep pusat pertumbuhan diperkenalkan

pada tahun 1949 oleh Francois Perroux, mendefinisikan pusat pertumbuhan

sebagai “pusat dari pancaran gaya sentrifugal dan tarikan gaya sentripetal”. Teori

pusat pertumbuhan didasarkan pada keniscayaan bahwa pemerintah di negara

berkembang dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan

dengan melakukan investasi yang besar pada industri padat modal di pusat kota.

Teori pusat pertumbuhan juga ditopang oleh kepercayaan bahwa kekuatan pasar

bebas melengkapi kondisi terjadinya trickle down effect (dampak penetesan ke

bawah) dan menciptakan spread effect (dampak penyebaran) pertumbuhan

ekonomi dari perkotaan kepedesaan. Namun pandangan ekonomi Neo-Klasik

berprinsip bahwa kekuatan pasar akan menjamin equilibrium (keseimbangan)

dalam distribusi spasial ekonomi dan proses trickle down effect atau centre down

dengan sendirinya akan terjadi ketika kesejahteraan di perkotaan tercapai dan

dimulai dari level yang tinggi seperti kawasan perkotaan ke kawasan yang lebih

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Pembangunan Model Rostow€¦ · negara berkembang yang ingin maju harus melalui tahap-tahap pembangunan yaitu: (1) The ... menjelaskan tentang bagaimana

52

hirarki perkotaan dan perusahaan-perusahaan besar. Namun demikian kegagalan

teori pusat pertumbuhan karena trickle down effect (dampak penetesan ke bawah)

dan spread effect (dampak penyebaran) tidak terjadi yang diakibatkan karena

aktivitas industri tidak mempunyai hubungan dengan basis sumberdaya di wilayah

hinterland. Selain itu respon pertumbuhan di pusat tidak cukup menjangkau

wilayah hinterland karena hanya untuk melengkapi kepentingan hirarki kota.

Susanto dkk. (2010) menyatakan bahwa dalam rangka perencanaan dan

evaluasi pembangunan wilayah, diperlukan suatu indikator operasional dan

pengukurannya yang akan memandu perencana dan pelaksana pembangunan

wilayah untuk mengevaluasi kemajuan dan upaya penyesuaian atau bahkan

perbaikan jika diperlukan sejalan dengan dimensi ruang dan waktu. Lebih jauh

disebutkan indikator pembangunan wilayah hendaknya mengikuti sejumlah

karateristik daerah dalam empat dimensi yaitu: (1) dimensi sosial, (2) dimensi

ekonomi, (3) dimensi lingkungan hidup, dan (4) dimensi institusional. Senada

dengan itu Kurniawati (2012), menyebutkan ukuran pengembangan wilayah dapat

didekati dari (1) dimensi ekonomi yang diukur dengan indikator pertumbuhan

ekonomi dan pendapatan perkapita; (2) pelayanan publik yang diukur dari

ketersediaan fasilitas kesehatan, pendidikan, tenaga medis dan tenaga pendidik;

dan (3) dimensi sosial yang diukur dari kesejahteraan masyarakat, tingkat

pengangguran terbuka (TPT) dan tingkat kemiskinan.

2.5 Konsep Ketimpangan Antar Wilayah

Menurut Taylor (2012), ketimpangan medeskripsikan jurang (gap) antara

golongan masyarakat berpendapatan tinggi dan rendah. Ketimpangan ekonomi

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Pembangunan Model Rostow€¦ · negara berkembang yang ingin maju harus melalui tahap-tahap pembangunan yaitu: (1) The ... menjelaskan tentang bagaimana

53

antar wilayah merupakan aspek yang umum terjadi sebagai konsekwensi dalam

kegiatan pembangunan ekonomi suatu negara (Sjafrizal, 2008; Adisasmita R.,

2013). Menurut Kuncoro (2003), seringkali ada trade off antara ketidakmerataan

dan pertumbuhan. Namun kenyataan membuktikan ketidakmerataan di negara-

negara sedang berkembang dalam dekade belakangan ini ternyata berkaitan

dengan pertumbuhan ekonomi yang rendah. Meskipun ketimpangan itu tidak

dapat dihindari, bukan berarti hal tersebut boleh dibiarkan terus-menerus tinggi

(Daryanto dan Hafizrianda, 2010). Dikatakan pula bahwa, ketimpangan yang

tinggi dapat membawa dampak buruk terhadap kestabilan ekonomi dan kestabilan

politik. Oleh karena itu perlu ada usaha untuk mengatasi ketimpangan yang terjadi

agar jangan terlalu mencolok, atau perkembangannya sedapat mungkin jangan

sampai semakin membesar atau tambah melebar.

Terdapat kecenderungan bahwa kebijakan pembangunan yang dirancang

untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi justru memperburuk kondisi

kesenjangan ekonomi antar wilayah. Kesenjangan ekonomi antar wilayah sering

menjadi permasalahan serius karena beberapa daerah dapat mencapai

pertumbuhan ekonomi cepat, sementara beberapa daerah lain mengalami

pertumbuhan lambat. Hal ini dapat memicu migrasi penduduk dari wilayah

terbelakang ke wilayah maju sehingga timbul permasalahan sosial ekonomi di

wilayah maju. Selain itu, kemajuan perekonomian yang tidak sama di setiap

wilayah dapat menimbulkan kecemburuan sosial yang memicu terjadinya konflik

antar wilayah. Apabila keadaan ini dibiarkan semakin parah, dapat berpotensi

mengganggu kestabilan perekonomian wilayah dan negara (Sjafrizal, 2008).

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Pembangunan Model Rostow€¦ · negara berkembang yang ingin maju harus melalui tahap-tahap pembangunan yaitu: (1) The ... menjelaskan tentang bagaimana

54

Secara teoritik, permasalahan kesenjangan ekonomi antar wilayah dapat

dijelaskan menggunakan Hipotesis Neoklasik. Penganut Hipotesis Neoklasik

menyatakan pada permulaan proses pembangunan suatu negara, kesenjangan

ekonomi antar wilayah cenderung meningkat. Proses ini akan terjadi sampai

kesenjangan tersebut mencapai titik puncak. Bila proses pembangunan berlanjut,

maka secara berangsur-angsur kesenjangan ekonomi antar wilayah akan menurun.

Hal tersebut dikarenakan pada waktu proses pembangunan baru dimulai di NSB,

peluang pembangunan yang ada umumnya dimanfaatkan oleh daerah-daerah yang

kondisi pembangunan sudah lebih baik. Sedang daerah yang tertinggal tidak

mampu memanfaatkan peluang ini karena keterbatasan sarana dan prasarana serta

rendahnya kualitas SDM. Pertumbuhan ekonomi lebih cepat di daerah dengan

kondisinya lebih baik, sedangkan daerah yang terbelakang tidak banyak

mengalami kemajuan dan akhirnya kesenjangan ekonomi antar wilayah cenderung

meningkat. Keadaan yang berbeda terjadi di negara maju dimana kondisi

daerahnya umumnya dalam kondisi yang lebih baik dari segi sarana dan prasarana

serta kualitas SDM. Dalam kondisi demikian, setiap peluang pembangunan dapat

dimanfaatkan secara lebih merata antar daerah. Akibatnya, proses pembangunan

pada negara maju akan mengurangi kesenjangan ekonomi antar wilayah.

Kebenaran hipotesis Neoklasik ini diuji kebenarannya oleh Jefrey G.

Williamson pada tahun 1966 melalui studi tentang kesenjangan ekonomi antar

wilayah pada negara maju dan negara sedang berkembang dengan menggunakan

data time series dan cross section. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa

hipotesis Neo Klasik yang diformulasikan secara teoritis ternyata terbukti benar

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Pembangunan Model Rostow€¦ · negara berkembang yang ingin maju harus melalui tahap-tahap pembangunan yaitu: (1) The ... menjelaskan tentang bagaimana

55

secara empirik. Ini berarti bahwa proses pembangunan suatu negara tidak otomatis

menurunkan kesenjangan ekonomi antar wilayah, tetapi pada tahap permulaan

justru terjadi sebaliknya (Sjafrizal, 2008). Williamson menemukan bahwa selama

tahap awal pembangunan, ketimpangan wilayah menjadi lebih besar dan

pembangunan terkonsentrasi di daerah-daerah tertentu. Pada tahap yang lebih

matang dari pertumbuhan ekonomi tampak adanya keseimbangan antar daerah

maka ketimpangan berkurang dengan signifikan. Menurut Williamson

ketimpangan antar wilayah yang semakin membesar disebabkan oleh adanya

migrasi tenaga kerja, dan adanya pembangunan sarana publik pada daerah yang

lebih padat dan potensial. Selain itu kurangnya keterkaitan antar daerah dapat

menyebabkan terhambatnya proses efek sebar dari proses pembangunan yang

berdampak pada semakin besarnya ketimpangan yang terjadi. Pembangunan yang

selama ini telah menghasilkan pertumbuhan yang cukup tinggi ternyata belum

sepenuhnya dinikmati secara merata oleh seluruh lapisan atau berbagai golongan

penduduk seluruh daerah atau dengan kata lain belum sepenuhnya dapat

mengatasi permasalahan ketimpangan antar daerah (Kuncoro, 2004).

Menurut Gie (1983), masalah ketimpangan wilayah dapat ditinjau dari tiga

segi yaitu: 1) regional income disparity, 2) urban rural income disparity, dan 3)

size of distribution on income. Ketimpangan jenis pertama lebih bersifat struktural

yakni di tengah permasalahan pembangunan yang kian pelik dan beragam di tiap

daerah, maka daerah mau tidak mau harus diberikan porsi yang semakin besar

untuk mengidentifikasi sendiri permasalahan yang dihadapinya dan merumuskan

strategi dan langkah-langkah pemecahannya. Ketimpangan jenis kedua, yakni

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Pembangunan Model Rostow€¦ · negara berkembang yang ingin maju harus melalui tahap-tahap pembangunan yaitu: (1) The ... menjelaskan tentang bagaimana

56

kesenjangan antar sektor, lebih disebabkan oleh strategi pembangunan yang bias

ke sektor perkotaan (urban bias) atau ke sektor modern sehingga sektor

tradisional dan pembangunan daerah pedesaan relatif tertinggal. Ketimpangan

jenis ketiga, yakni ketimpangan pendapatan yaitu jika pendapatan rata-rata

masyarakat secara keseluruhan telah meningkat, namun ini tidak cukup

menggembirakan jika diiringi oleh kesenjangan yang meningkat.

Menurut Adisasmita R. (2013), terdapat empat faktor penyebab yang

mendasari ketimpangan pendapatan antar wilayah yaitu: 1) sumber daya alam

yang dimiliki; 2) perpindahan tenaga kerja; 3) perpindahan modal; dan 4)

kebijakan pemerintah. Ketersediaan sumber daya alam yang berbeda antar

wilayah akan menimbulkan ketidakseimbangan dalam pertumbuhan antara

wilayah yang maju dan wilayah yang kurang maju. Perpindahan tenaga kerja dan

modal dari wilayah yang kurang berkembang ke wilayah yang berkembang akan

menimbulkan kesenjangan wilayah yang semakin meningkat. Demikian juga

kebijakan pemerintah dapat mempengaruhi peningkatan dalam disparitas

pendapatan antar wilayah. Sjafrizal (2012) menyatakan ketimpangan pada suatu

wilayah atau antar wilayah memang merupakan kondisi alamiah atau natural yang

terjadi. Disebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi ketimpangan antar wilayah

yaitu: 1) perbedaan sumber daya alam; 2) faktor demografis termasuk kondisi

tenaga kerja; 3) alokasi dana pembangunan antar wilayah baik investasi

pemerintah maupun investasi swasta; 4) konsentrasi kegiatan ekonomi wilayah;

dan 5) mobilitas barang dan jasa. Menurut Jinghan (2012), beberapa faktor yang

menyebabkan ketimpangan wilayah yaitu: (1) konsentrasi kegiatan ekonomi

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Pembangunan Model Rostow€¦ · negara berkembang yang ingin maju harus melalui tahap-tahap pembangunan yaitu: (1) The ... menjelaskan tentang bagaimana

57

wilayah, yaitu semakin tinggi konsentrasi kegiatan ekonomi di wilayah tertentu

merupakan salah satu faktor yang menyebabkan ketimpangan pembangunan antar

daerah; 2) alokasi investasi, yaitu berdasarkan teori Harrod-Domar menerangkan

adanya korelasi positif antara tingkat investasi dengan laju pertumbuhan ekonomi,

dengan kata lain bahwa kurangnya investasi disuatu wilayah akan menyebabkan

pertumbuhan ekonomi dan tingkat pendapatan masyarakat perkapita di wilayah

tersebut rendah, karena tidak ada kegiatan-kegiatan ekonomi yang produktif.

Terjadinya perbedaan pertumbuhan ekonomi antar wilayah menjadi penyebab

ketimpangan antar wilayah; 3) tingkat mobilitas dan faktor-faktor produksi yang

rendah antar daerah, dimana kurang lancarnya mobilitas faktor produksi seperti

tenaga kerja dan modal bisa menyebabkan terjadinya ketimpangan ekonomi

regional; 4) perbedaan sumberdaya alam antar daerah. Dasar pemikiran klasik

mengatakan bahwa pembangunan ekonomi di daerah yang kaya sumberdaya

alamnya akan lebih cepat maju dibandingkan dengan daerah yang miskin

sumberdaya alam; 5) perbedaan kondisi demografis antar wilayah. Ketimpangan

ekonomi regional juga disebabkan oleh perbedaan kondisi demografis, terutama

dalam hal jumlah dan pertumbuhan penduduk, tingkat kepadatan, pendidikan,

kesehatan, disiplin masyarakat dan etos kerja. Faktor-faktor ini mempengaruhi

tingkat pembangunan dan pertumbuhan ekonomi lewat sisi permintaan dan

penawaran; 6) kurang lancarnya perdagangan antar daerah juga merupakan unsur-

unsur yang turut menciptakan terjadinya ketimpangan ekonomi regional., dimana

ketidaklancaran tersebut lebih disebabkan oleh keterbatasan sarana transportasi

dan komunikasi.

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Pembangunan Model Rostow€¦ · negara berkembang yang ingin maju harus melalui tahap-tahap pembangunan yaitu: (1) The ... menjelaskan tentang bagaimana

58

Fenomena hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan ketimpangan

pendapatan pertama kali diperkenalkan oleh Kuznets (1955). Kuznets menemukan

bahwa pada tahap awal pertumbuhan, distribusi pendapatan cenderung

memburuk, namun pada tahap berikutnya, distribusi pendapatan tersebut membaik

seiring dengan meningkatnya pendapatan perkapita yang dikenal dengan nama

kurva “U” terbalik dari hipotesis Kuznets (Deutsch dan Silbert, 2000, Tambunan,

2003; Arsyad, 2010; Daryanto dan Hafizrianda, 2010). Pada tahap awal

pembangunan, pertumbuhan ekonomi biasanya terpusat di sektor modern dan

terkonsentrasikan pada wilayah-wilayah yang sudah maju. Atau dengan kata lain

pertumbuhan di wilayah yang sudah maju lebih cepat dibandingkan dengan

wilayah lain yang baru berkembang.

Menurut Todaro (2006), laju pertumbuhan yang tinggi tidak selalu

memperburuk distribusi pendapatan. Dijelaskan negara Taiwan dan Korea Selatan

mengalami laju pertumbuhan GNP yang tinggi dan distribusi pendapatan yang

kian merata. Namun Meksiko dan Panama megalami laju pertumbuhan yang

cepat, tetapi diiringi dengan memburuknya distribusi pendapatan. Kasus lainnya

di India, Peru dan Philipina menunjukkan bahwa laju pertumbuhan GNP yang

rendah disertai pula dengan memburuknya distribusi pendapatan. Sri Lanka,

Kolombia , Kosta Rika dan El Savador walaupun mengalami pertumbuhan yang

rendah, namun mereka berhasil memperbaiki kesejahteraan masyarakatnya.

Ketimpangan harus mendapat perhatian karena ketimpangan wilayah yang

ekstrim menyebabkan inefisiensi ekonomi, alokasi aset yang tidak efisien dan

menambah jumlah kemiskinan, inefisiensi melemahkan stabilitas sosial dan

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Pembangunan Model Rostow€¦ · negara berkembang yang ingin maju harus melalui tahap-tahap pembangunan yaitu: (1) The ... menjelaskan tentang bagaimana

59

solidaritas dan memperkuat kekuatan politis golongan kaya sehingga

menimbulkan ketidakadilan bagi masyarakat (Todaro, 2006). Menurut Armstrong

& Taylor (1993), ketimpangan wilayah yang substansial pada standar hidup

menyebabkan timbulnya ketidakpuasan terutama dirasakan oleh mereka yang

standar hidupnya rendah, tingginya tingkat pengangguran, dan terjadinya biaya-

biaya ekonomi pada daerah yang berkembang. Sumodiningrat (2007) mengatakan

kesenjangan yang berkepanjangan menjadi ancaman yang akan menghilangkan

potensi sumber-sumber ekonomi dalam mendukung keberlanjutan pembangunan.

Secara sosial, masalah ini juga dapat memunculkan kecemburuan dan memicu

komplik maupun kerusuhan. Untuk itu langkah penting dalam mengurangi

kesenjangan adalah meningkatkan produktivitas penduduk dan pendapatan

kelompok masyarakat berpendapatan rendah, mendorong penyebaran penduduk,

mendayagunakan potensi daerah secara optimal dengan membangun sarana dan

prasarana serta meningkatkan keterkaitan antar sektor yang diwujudkan melalui

pembangunan.

Ketimpangan distribusi pendapatan antar wilayah, adalah pencerminan

merata atau timpangnya pembagian hasil pembangunan suatu negara dikalangan

penduduknya (Dumairy, 1999). Untuk mengukur ketimpangan pendapatan antar

wilayah dapat menggunakan beberapa pendekatan yaitu: indeks Williamson,

indeks entropi Theil, indeks Bonet, dan konvergensi sigma (Kuncoro, 2013).

Dalam penelitian ini ketimpangan distribusi pendapatan antar wilayah

menggunakan pendekatan indeks Williamson. Pengukuran indeks ini dihitung

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Pembangunan Model Rostow€¦ · negara berkembang yang ingin maju harus melalui tahap-tahap pembangunan yaitu: (1) The ... menjelaskan tentang bagaimana

60

dengan formula sebagai berikut (Tadjoeddin, 2001; Daryanto dan Hafizrianda,

2010; Kuncoro, 2013):

............................................................................... (2.11)

dimana :

CVw = Coefficient of Variation (Indeks Williamson)

Fi = Jumlah penduduk kabupaten/kota ke-i (jiwa)

N = Jumlah penduduk Provinsi bersangkutan (jiwa)

Yi = PDRB per kapita kabupaten/kota ke-i (rupiah)

y = PDRB per kapita rata-rata Provinsi bersangkutan (rupiah)

Indeks Williamson berkisar antara 0 < IW < 1, di mana semakin mendekati

nol artinya wilayah tersebut semakin rendah atau merata (convergence). Bila

mendekati satu maka semakin tinggi atau timpang (divergence). Untuk

mempermudah interpretasi terhadap tinggi rendahnya tingkat ketimpangan

wilayah kriterianya adalah: nilai indeks ketimpangan wilayah dikatakan rendah

apabila nilai indeks Williamson di bawah 0,30. Sedangkan ketimpangan wilayah

dikatakan sedang, apabila nilai indeks antara 0,30-0,40, dan dikatakan

ketimpangan wilayah tinggi, apabila nilai indeks di atas 0,40 (Emilia, 2006).

2.6 Konsep Faktor Sumber Daya Alam

Menurut Adisasmita R. (2013), pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh

faktor-faktor produksi yang dimiliki yaitu: tenaga kerja, modal, sumber daya

alam, dan teknologi. Wilayah cepat berkembang memiliki tingkat pertumbuhan

ekonomi yang tinggi karena memiliki faktor-faktor produksi yang cukup

potensial. Ciri dari wilayah yang cepat berkembang adalah memiliki infrastruktur

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Pembangunan Model Rostow€¦ · negara berkembang yang ingin maju harus melalui tahap-tahap pembangunan yaitu: (1) The ... menjelaskan tentang bagaimana

61

yang tersedia cukup, kapasitas produksi meningkat, output yang dihasilkan

bertambah, nilai produksi seluruh sektor (PDRB) meningkat, menimbulkan

pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan meningkatkan kesejahteraan rakyat,

mengurangi tingkat pengangguran dan kemiskinan. Menurut Badrudin (1999),

bahwa perbedaan tingkat pertumbuhan antar wilayah karena adanya potensi

sumber daya yang tidak merata. Sukirno (1999) mengemukakan bahwa apabila

negara mempunyai kekayaan sumber daya alam yang dapat diusahakan dengan

menguntungkan, maka pertumbuhan ekonomi dapat dipercepat. Rustiadi dkk.

(2011) mengatakan sumber daya alam adalah mesin pertumbuhan (the engine of

growth) dimana dalam pemanfaatannya manusia mentransformasikan menjadi

sumberdaya buatan yang memiliki nilai lebih tinggi yang menyebabkan

produktivitas dan kesejahteraan manusia menjadi lebih tinggi atau lebih baik.

Berdasarkan teori tersebut dapat disintesa bahwa sumber daya alam adalah salah

satu faktor produksi potensial yang penting dan menguntungkan untuk

dimanfaatkan melalui transformasi menjadi sumber daya buatan memiliki nilai

lebih tinggi yang dapat menyebabkan meningkatnya produktivitas dan

pertumbuhan ekonomi serta kesejahteraan masyarakat.

Kuncoro (2010) menyebutkan peran sektor pertanian dalam perekonomian

Indonesia secara umum adalah; (1) pembentuk produk domestik bruto (PDB); (2)

salah satu sumber penghasil devisa; (3) penyedia pangan penduduk dan bahan

baku bagi industri; (4) salah satu sektor yang dapat mengentaskan masalah

kemiskinan; (5) penyedia lapangan kerja; (6) salah satu sumber peningkatan

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Pembangunan Model Rostow€¦ · negara berkembang yang ingin maju harus melalui tahap-tahap pembangunan yaitu: (1) The ... menjelaskan tentang bagaimana

62

pendapatan masyarakat; dan (7) salah satu sumber pemantapan ketahanan pangan

nasional.

Pengukuran faktor sumber daya alam didekati dari sisi produksi yang

diproksi dari jumlah nilai produk domestik regional bruto (PDRB) sektor primer

yang meliputi sektor pertanian dan sektor pertambangan/penggalian yang dimiliki

dan dimanfaatkan serta dicapai tiap daerah. Sektor pertanian mencakup: subsektor

pertanian tanaman pangan, subsektor perkebunan, subsektor peternakan, subsektor

kehutanan dan subsektor perikanan. Sektor pertambangan dan penggalian

mencakup subsektor minyak dan gas bumi, subsektor pertambangan tanpa minyak

dan gas (migas) serta subsektor penggalian (BPS Provinsi Papua, 2014).

2.7 Konsep Tenaga Kerja Terserap

Menurut Subri (2003), bahwa tenaga kerja diartikan penduduk usia kerja

(berusia 15-64 tahun) atau jumlah seluruh penduduk dalam suatu negara yang

dapat memproduksi barang dan jasa jika ada permintaan terhadap tenaga mereka,

dan jika mereka mau berpartisipasi dalam aktivitas tersebut. Teori Neo Klasik

menyebutkan salah satu faktor produksi yang memiliki sifat mobilitas adalah

tenaga kerja. Peningkatan tenaga kerja disektor produksi diasumsikan dapat

meningkatkan permintaan terhadap layanan sektor jasa baik secara langsung

maupun tidak langsung (Setiono, 2011).

Menurut Sjafrizal (2012), bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi

ketimpangan pembangunan antar wilayah adalah karena perbedaan kondisi

demografis. Demografis disini meliputi perbedaan tingkat pertumbuhan dan

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Pembangunan Model Rostow€¦ · negara berkembang yang ingin maju harus melalui tahap-tahap pembangunan yaitu: (1) The ... menjelaskan tentang bagaimana

63

struktur kependudukan, perbedaan tingkat pendidikan dan kesehatan, serta

perbedaan kondisi ketenagakerjaan termasuk didalamnya adalah tingkat

pengangguran. Daerah dengan kondisi demografisnya baik akan mempunyai

produktivitas kerja yang lebih tinggi sehingga akan mendorong peningkatan

investasi ke daerah bersangkutan. Lessman (2006) melihat kondisi demografis

dari sisi tingkat pengangguran suatu wilayah, dimana tingkat pengangguran yang

tinggi berhubungan dengan makin tingginya ketimpangan di wilayah tersebut.

Pertumbuhan tenaga kerja secara tradisional dianggap sebagai salah satu

faktor positif yang memacu pertumbuhan ekonomi, jadi semakin besar jumlah

tenaga kerja berarti akan menambah jumlah tenaga kerja produktif sehingga akan

meningkatkan produktivitas dan akan memacu pertumbuhan ekonomi. Hal ini

sejalan dengan teori Neo Klasik menyatakan bahwa tenaga kerja merupakan salah

satu faktor yang menjelaskan tinggi rendahnya pertumbuhan ekonomi selain

modal dan teknologi. Hubungan tingkat pengangguran dengan ketimpangan

pembangunan sangat berkaitan dengan proses pembangunan dan pertumbuhan

ekonomi suatu negara atau wilayah bersangkutan.

Dalam penelitian ini pengukuran variabel tenaga kerja terserap

menggunakan jumlah penduduk berumur 15 tahun keatas yang melakukan

pekerjaan dengan maksud memperoleh upah atau membantu memperoleh

pendapatan atau keuntungan, dengan lama bekerja paling sedikit satu jam secara

kontinyu dalam seminggu diukur jumlahnya tiap tahun dalam satuan jiwa (Subri,

2003; BPS Provinsi Papua, 2014).

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Pembangunan Model Rostow€¦ · negara berkembang yang ingin maju harus melalui tahap-tahap pembangunan yaitu: (1) The ... menjelaskan tentang bagaimana

64

2.8 Konsep Aglomerasi

Menurut Teori Klasik, aglomerasi disebut sebagai suatu bentuk spasial

dengan konsep penghematan aglomerasi melalui konsep eksternalitas. Terkait

konsep ini para ekonom sering menyebut istilah penghematan internal dan

eksternal (internal economies dan external economies). Penghematan internal

adalah suatu pengurangan biaya secara internal di dalam suatu perusahaan atau

pabrik. Beberapa faktor yang berperan dalam pengurangan biaya secara internal

ini meliputi pembagian kerja, digantinya tenaga manusia dengan mesin ataupun

menjaga titik optimal operasi yang meminimumkan biaya. Penghematan eksternal

merupakan pengurangan biaya yang terjadi akibat aktifitas di luar lingkup

perusahaan atau pabrik. Penghematan eksternal dapat diraih oleh suatu industri

dengan beraglomerasi secara spasial karena perusahaan-perusahaan dalam industri

yang sama bersaing satu sama lain untuk memperoleh pasar atau konsumen.

Penghematan juga terjadi karena adanya tenaga terampil dan bahan baku dalam

daerah tersebut. Keterkaitan antar industri dan faktor-faktor pendukungnya

disebut kausalitas kumulatif (cumulative causation) (Kuncoro, 2002). Menurut

Kuncoro (2002), aglomerasi sebagai konsentrasi spasial dari aktifitas ekonomi di

kawasan perkotaan karena penghematan akibat lokasi yang berdekatan

(economies of proximity) yang diasosiasikan dengan kluster spasial dari

perusahaan, para pekerja, dan konsumen untuk meminimisasi biaya-biaya seperti

biaya transportasi, informasi, dan komunikasi.

Istilah aglomerasi pada awalnya dikenalkan oleh Weber (1868-1958),

sebagai salah satu faktor penting dalam upaya menjelaskan faktor-faktor yang

Page 32: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Pembangunan Model Rostow€¦ · negara berkembang yang ingin maju harus melalui tahap-tahap pembangunan yaitu: (1) The ... menjelaskan tentang bagaimana

65

menentukan lokasi industri. Pendekatan ini pada umumnya berdasarkan biaya

terendah memberikan gambaran faktor aglomerasi sebagai sebuah faktor

penyebab berkumpulnya beberapa kegiatan industri di suatu lokasi akibat adanya

potensi penghematan biaya. Penghematan yang terjadi dapat disebabkan oleh

biaya transport yang lebih murah, upah yang lebih murah ataupun penghematan

biaya-biaya lain yang berkaitan dengan produksi dan pemasaran (Setiono, 2011).

Menurut Marshal (1842-1924), mempopulerkan konsep externalitas positif yang

penerapannya juga dapat digunakan untuk menjelaskan fenomena terbentuknya

konsentrasi kegiatan industri di suatu lokasi. Menurutnya interaksi antar

perusahaan industri di suatu lokasi memungkinkan terjadinya limpasan (spillover)

pengetahuan dan teknologi antar perusahaan sehingga semakin meningkatkan

produktivitas lokasi yang bersangkutan (Setiono, 2011).

Menurut Marshal, Arrow, Romer (MAR) (Setiono, 2011), ada tiga sumber

utama externalitas positif aglomerasi yaitu: 1) externalitas input, adanya

konsentrasi produsen-produsen satu jenis industri tertentu membangkitkan

permintaan akan input dalam jumlah yang cukup signifikan sehingga menjadi

insentif serta daya tarik bagi pemasok input untuk datang dan berusaha di sekitar

lokasi. 2) externalitas pasar tenaga kerja, konsentrasi industri sejenis dapat

menciptakan pasar tenaga kerja spesialis yang semakin meningkatkan nilai jual

ketrampilan spesifik terhadap perusahaan dan lokasi bersangkutan. Hal ini terjadi

hubungan yang saling memperkuat antar tenaga kerja dan perusahaan industri

dalam hal pengembangan nilai-nilai spesifik ataupun citra terhadap lokasi yang

bersangkutan; 3) eksternalitas pengetahuan, merupakan kondisi yang terbentuk

Page 33: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Pembangunan Model Rostow€¦ · negara berkembang yang ingin maju harus melalui tahap-tahap pembangunan yaitu: (1) The ... menjelaskan tentang bagaimana

66

oleh atmosfir kegiatan di lokasi konsentrasi industri yang memfasilitasi proses

pertukaran informasi dan pengetahuan antar perusahaan khususnya dalam kaitan

dengan mekanisme limpasan teknologi dan pengetahuan. Christaller (1933)

menegaskan keterpusatan (aglomerasi) juga menjadi salah satu unsur dalam

mendukung peran dan tujuan dari pengembangan wilayah (Sakti Aji, 2011).

Menurut Tarigan (2004), keuntungan berlokasi pada tempat konsentrasi

atau terjadinya aglomerasi disebabkan faktor skala ekonomi (economic of scale)

dan economic of agglomeration. Economic of scale adalah keuntungan karena

dapat berproduksi berdasarkan spesialisasi sehingga produksi lebih besar dan

biaya per unit lebih efisien. Economic of agglomeration ialah keuntungan karena

di tempat itu terdapat berbagai keperluan dan fasilitas yang dapat digunakan oleh

perusahaan. Konsentrasi kegiatan ekonomi antar daerah yang cukup tinggi akan

cenderung mendorong meningkatnya ketimpangan pembangunan antar wilayah

sebab proses pembangunan daerah akan lebih cepat pada daerah dengan

konsentrasi kegiatan ekonomi yang lebih tinggi. Sedangkan konsentrasi kegiatan

ekonomi rendah proses pembangunan akan berjalan lebih lambat. Oleh karena itu,

ketidakmerataan ini menimbulkan ketimpangan pembangunan antar wilayah.

Begitu pula, konsentrasi penduduk di dalam dan di sekitar kota-kota besar

biasanya diikuti dengan adanya disparitas pendapatan antar daerah (Akita dan

Lukman,1995).

Pengukuran aglomerasi menggunakan konsep aglomerasi produksi yang

dihitung dari Share PDRB wilayah terhadap total PDRB wilayah yang lebih tinggi

dalam satuan persen (Bonet, 2006; Nazara, 1994; Suryaningrum, 2000; Winarto,

Page 34: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Pembangunan Model Rostow€¦ · negara berkembang yang ingin maju harus melalui tahap-tahap pembangunan yaitu: (1) The ... menjelaskan tentang bagaimana

67

2004; Sandhika dan Hendarto, 2012). Dalam penelitian ini variabel aglomerasi

menggunakan proporsi PDRB tiap kabupaten/kota terhadap PDRB Provinsi Papua

atas dasar harga konstan tanpa tambang tahun 2009-2013 dalam satuan persen

(BPS Provinsi Papua, 2014).

2.9 Konsep Pertumbuhan Ekonomi

Djojohadikusuma (1994) mengatakan pertumbuhan ekonomi berbeda

dengan pembangunan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi bersangkut paut dengan

proses peningkatan produksi barang dan jasa dalam kegiatan ekonomi masyarakat,

sementara pembangunan mengandung arti yang lebih luas. Proses pembangunan

mencakup perubahan pada komposisi produksi, perubahan pada pola penggunaan

alokasi sumber daya produksi diantara sektor-sektor kegiatan ekonomi, perubahan

pada pola distribusi kekayaan dan pendapatan diantara berbagai golongan pelaku

ekonomi, perubahan pada kerangka kelembagaan dalam kehidupan masyarakat

secara menyeluruh. Namun demikian pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu

ciri pokok dalam proses pembangunan, hal ini diperlukan berhubungan dengan

kenyataan adanya pertambahan penduduk. Bertambahnya penduduk dengan

sendirinya menambah kebutuhan akan pangan, sandang, pemukiman, pendidikan

pelayanan kesehatan dan penyedian infrastruktur. Adanya keterkaitan yang erat

antara pertumbuhan dan pembangunan ekonomi, ditunjukan pula dalam sejarah

munculnya teori-teori pertumbuhan dan pembangunan ekonomi.

Todaro dan Smith (2003) menyebutkan terdapat tiga faktor utama dalam

pertumbuhan ekonomi suatu negara, yaitu: (1) Akumulasi modal (capital

Page 35: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Pembangunan Model Rostow€¦ · negara berkembang yang ingin maju harus melalui tahap-tahap pembangunan yaitu: (1) The ... menjelaskan tentang bagaimana

68

accumulation) terjadi apabila sebagian dari pendapatan ditabung dan

diinvestasikan kembali dengan tujuan memperbesar output dan pendapatan di

kemudian hari. Pengadaan pabrik baru, mesin-mesin dan peralatan dan bahan

baku meningkatkan stok modal (capital stock) fisik suatu negara yakni total nilai

riil netto atas seluruh barang modal produktif secara fisik dan hal itu jelas

memungkinkan terjadinya peningkatan output di masa-masa yang akan datang; (2)

Pertumbuhan penduduk dan angkatan kerja, secara tradisional dianggap sebagai

salah satu faktor positif yang dapat memacu pertumbuhan ekonomi. Jumlah

tenaga kerja yang lebih besar berarti akan meningkatkan tenaga kerja produktif,

sedangkan pertumbuhan penduduk yang lebih besar berarti meningkatkan ukuran

pasar domestiknya; (3) Kemajuan teknologi, bagi kebanyakan ekonom

menyatakan kemajuan teknologi merupakan sumber pertumbuhan ekonomi yang

terpenting. Dalam pengertian yang paling sederhana, kemajuan teknologi terjadi

karena ditemukan cara baru atau perbaikan atas cara-cara lama dalam menangani

pekerjaan-pekerjaan tradisional. Kemajuan teknologi tersebut dapat beragam

sifatnya, yaitu pertama, teknologi yang bersifat netral. Kemajuan teknologi yang

netral terjadi apabila teknologi tersebut memungkinkan kita mencapai tingkat

produksi yang lebih tinggi dengan menggunakan jumlah dan kombinasi faktor

input yang sama. Kedua, kemajuan teknologi yang hemat tenaga kerja, dan ketiga,

kemajuan teknologi hemat modal. Di negara-negara dunia ketiga yang melimpah

tenaga kerja tetapi langka modal, kemajuan teknologi, hemat modal merupakan

sesuatu yang amat diperlukan. Kemajuan teknologi ini akan menghasilkan metode

produksi padat karya yang lebih efisien.

Page 36: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Pembangunan Model Rostow€¦ · negara berkembang yang ingin maju harus melalui tahap-tahap pembangunan yaitu: (1) The ... menjelaskan tentang bagaimana

69

Menurut Sukirno (1995), pertumbuhan ekonomi merupakan suatu

perubahan tingkat kegiatan ekonomi yang berlangsung dari tahun ke tahun. Untuk

mengetahui tingkat pertumbuhan ekonomi harus dibandingkan dengan pendapatan

nasional berbagai tahun yang dihitung berdasarkan atas harga konstan. Jadi

perubahan dalam nilai pendapatan hanya semata-mata disebabkan oleh suatu

perubahan dalam suatu tingkat kegiatan ekonomi. Laju pertumbuhan ekonomi

suatu daerah dapat dihitung melalui indikator perkembangan PDRB dari tahun ke

tahun. Suatu perekonomian dikatakan baik apabila tingkat kegiatan ekonomi masa

sekarang lebih tinggi daripada yang dicapai pada masa sebelumnya.

Susanti dkk. (1995) menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi merupakan

salah satu indikator penting guna menganalisis pembangunan ekonomi yang

terjadi di suatu negara atau daerah. Perekonomian dikatakan mengalami

pertumbuhan apabila jumlah balas jasa riil terhadap penggunaan faktor-faktor

produksi pada tahun tertentu lebih besar daripada tahun sebelumnya. Indikator

yang lazim digunakan untuk menghitung tingkat pertumbuhan ekonomi adalah

tingkat pertumbuhan angka-angka pendapatan seperti produk domestik regional

bruto (PDRB). Pada bagian lainnya Arsyad (1999) mengatakan ada dua konsep

pertumbuhan ekonomi, yaitu: (1) pertumbuhan ekonomi adalah proses dimana

terjadi kenaikan pendapatan nasional riil. Perekonomian dikatakan tumbuh atau

berkembang apabila terjadi pertumbuhan output riil. Output riil suatu

perekonomian bisa juga tetap konstan atau mengalami penurunan. Perubahan

ekonomi meliputi pertumbuhan, statis ataupun penurunan, dimana pertumbuhan

adalah perubahan yang bersifat positif sedangkan penurunan merupakan

Page 37: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Pembangunan Model Rostow€¦ · negara berkembang yang ingin maju harus melalui tahap-tahap pembangunan yaitu: (1) The ... menjelaskan tentang bagaimana

70

perubahan yang bersifat negatif; dan (2) pertumbuhan ekonomi terjadi apabila ada

kenaikan output perkapita dalam hal ini pertumbuhan ekonomi menggambarkan

kenaikan taraf hidup yang diukur dengan output total riil perkapita. Oleh karena

itu pertumbuhan ekonomi terjadi apabila tingkat kenaikan output total riil >

daripada tingkat pertambahan penduduk, sebaliknya terjadi penurunan taraf hidup

actual bila laju kenaikan jumlah penduduk lebih cepat daripada laju pertambahan

output total riil. Pertumbuhan tidak muncul di berbagai daerah pada waktu yang

sama, pertumbuhan hanya terjadi di beberapa tempat yang disebut pusat

pertumbuhan dengan intensitas yang berbeda. Pertumbuhan ekonomi daerah

merupakan suatu proses pemerintah daerah dan masyarakatnya dalam mengelola

sumberdaya yang ada untuk menciptakan lapangan kerja baru dan merangsang

pertumbuhan kegiatan ekonomi dalam wilayah tersebut (Arsyad, 1999).

Widodo (2001) mengatakan bahwa untuk mengetahui pertumbuhan

ekonomi suatu daerah dapat dilihat dari perkembangan PDRB pada daerah

tersebut. Pada awal pembangunan ekonomi suatu negara, umumnya perencanaan

pembangunan ekonomi berorientasi pada masalah pertumbuhan (growth). Hal ini

bisa dimengerti mengingat penghalang utama bagi pembangunan negara sedang

berkembang adalah terjadinya kekurangan modal. Lebih jauh diterangkan, bahwa

laju pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikkan output perkapita dalam

jangka panjang. Penekanan pada proses karena mengandung unsur dinamis,

perubahan, atau perkembangan. Oleh karena itu, pemahaman indikator

pertumbuhan ekonomi biasanya akan dilihat dalam kurun waktu tetentu, misalnya

tahunan. Laju pertumbuhan ekonomi akan diukur melalui indikator

Page 38: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Pembangunan Model Rostow€¦ · negara berkembang yang ingin maju harus melalui tahap-tahap pembangunan yaitu: (1) The ... menjelaskan tentang bagaimana

71

perkembangan PDRB dari tahun ke tahun. Pertumbuhan ekonomi pada prinsipnya

harus dinikmati penduduk, maka pertumbuhan ekonomi yang tinggi belum tentu

dapat dinikmati penduduk, jika pertumbuhan penduduk jauh lebih tinggi. Dengan

kata lain, mengkaitkan laju pertumbuhan ekonomi dengan laju pertumbuhan

penduduk akan memberi indikator yang lebih realistis.

Sagir (2009) mengatakan bahwa ekonomi harus tetap tumbuh terkelola

jika kehidupan manusia ingin terus maju dan sejahtera. Salah satu manfaat

pertumbuhan ekonomi adalah pengentasan kemiskinan. Kemiskinan dampak

negatifnya adalah keterbelakangan yang bersumber dari kebodohan dan atau

kekurangan gizi sumber daya manusianya. Kondisi negatif tersebut menjadi wajar

adanya karena SDM yang miskin pada umumnya bodoh/tidak terdidik dan

menganggur sehingga tidak bisa menghasilkan nafkah. Yulianita (2009)

mengatakan pertumbuhan ekonomi menunjukkan sejauh mana aktivitas

perekonomian akan menghasilkan tambahan pendapatan masyarakat pada suatu

periode tertentu. Indikator pertumbuhan ekonomi dapat digunakan untuk

menentukan sebuah keberhasilan pembangunan yang telah dicapai dan bahan

evaluasi untuk perencanaan dalam menentukan kebijakan prioritas arah

pembangunan yang akan datang. Dewanto dkk. (2014) juga memperkuat pendapat

di atas, bahwa konsep dasar pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan hasil

kegiatan ekonomi seluruh unit ekonomi dalam suatu wilayah, atau bisa juga

dikatakan pertumbuhan ekonomi suatu wilayah adalah peningkatan Produk

Domestik Regional Bruto atau Produk Domestik Regional Neto, dimana produk

Page 39: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Pembangunan Model Rostow€¦ · negara berkembang yang ingin maju harus melalui tahap-tahap pembangunan yaitu: (1) The ... menjelaskan tentang bagaimana

72

atau hasil kegiatan ekonomi dari seluruh unit ekonomi domestik berada dalam

wilayah kekuasaan atau administratif seperti negara, provinsi, atau kabupaten.

Pengukuran Laju pertumbuhan ekonomi suatu daerah dapat dihitung

melalui indikator perkembangan PDRB dari tahun ke tahun (Sukirno, 1995;

Widodo, 2001; Prasetyo, 2011; Setiono, 2011; Dewanto dkk., 2014). Dalam

penelitian ini variabel pertumbuhan ekonomi menggunakan perubahan PDRB atas

dasar harga konstan (tanpa tambang) pada tiap kabupaten/kota di Provinsi Papua

tahun 2009-2013 dalam satuan persen (BPS Provinsi Papua, 2014).

2.10 Pengaruh Antar Variabel Penelitian

2.10.1 Pengaruh Faktor Sumber Daya Alam Terhadap Aglomerasi

Pandangan klasik mengatakan pembangunan ekonomi di daerah yang kaya

sumber daya alam akan lebih cepat maju dibandingkan dengan daerah yang

miskin sumber daya alam. Aglomerasi dinyatakan sebagai suatu bentuk spasial

dengan penghematan. Terkait dengan penghematan para ekonom sering menyebut

istilah penghematan internal dan eksternal. Penghematan internal adalah suatu

pengurangan biaya secara internal di dalam suatu perusahaan atau pabrik.

Penghematan eksternal merupakan pengurangan biaya yang terjadi akibat aktifitas

di luar lingkup perusahaan atau pabrik. Penghematan eksternal dapat diraih oleh

suatu industri dengan beraglomerasi secara spasial karena perusahaan-perusahaan

dalam industri yang sama bersaing satu sama lain untuk memperoleh pasar atau

konsumen. Penghematan juga terjadi karena adanya tenaga terampil dan bahan

baku dalam daerah tersebut (Kuncoro, 2012).

Page 40: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Pembangunan Model Rostow€¦ · negara berkembang yang ingin maju harus melalui tahap-tahap pembangunan yaitu: (1) The ... menjelaskan tentang bagaimana

73

Aglomerasi dengan penghematan bahan baku salah satunya adalah

ketersediaan faktor sumber daya alam menjadi sangat penting. Tarigan (2014)

menyatakan bahwa aglomerasi menyebabkan kebutuhan akan bahan baku dan

tenaga kerja yang dipasok dari wilayah belakangnya akan meningkat tajam.

Menurut Jinghan (2012), sumber daya alam tergantung pada kegunaannya, dan

kegunannya senantiasa berubah sepanjang waktu karena perubahan dalam teknik

atau penemuan baru. Sjafrizal (2012) mengatakan daerah dengan kandungan

sumber daya alam yang cukup banyak akan dapat memproduksi barang-barang

tertentu dengan biaya relatif murah dibandingkan dengan daerah lain yang

mempunyai kandungan sumber daya alam yang lebih sedikit. Arsyad (1992)

menegaskan peranan sektor pertanian dalam pembangunan ekonomi sangat

penting karena sebagian anggota masyarakat di negara-negara miskin

menggantungkan hidupnya pada sektor tersebut. Mubyarto (1995) menyatakan

bahwa sektor pertanian memiliki arti penting dalam pembangunan ekonomi.

Hoover dan Giarratani (1987) menyebutkan tiga pilar penting dalam

proses pembangunan wilayah, yaitu: (i) Keunggulan komparatif berhubungan

dengan keadaan ditemukannya sumber-sumber daya tertentu yang secara fisik

relatif sulit atau memiliki hambatan untuk digerakkan antar wilayah. Hal ini

disebabkan adanya faktor-faktor lokal (bersifat khas atau endemik, misalnya iklim

dan budaya) yang mengikat mekanisme produksi sumber daya tersebut sehingga

wilayah memiliki komparatif. Sejauh ini karakteristik tersebut senantiasa

berhubungan dengan produksi komoditas dari sumber daya alam, antara lain

pertanian, perikanan, pertambangan, kehutanan, dan kelompok usaha sektor

Page 41: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Pembangunan Model Rostow€¦ · negara berkembang yang ingin maju harus melalui tahap-tahap pembangunan yaitu: (1) The ... menjelaskan tentang bagaimana

74

primer lainnya; (ii) Aglomerasi yang merupakan fenomena eksternal yang

berpengaruh terhadap pelaku ekonomi berupa meningkatnya keuntungan ekonomi

secara spasial. Hal ini terjadi karena berkurangnya biaya-biaya produksi akibat

penurunan jarak dalam pengangkutan bahan baku dan distribusi produk; dan (iii)

Biaya transpor adalah yang paling kasat mata mempengaruhi aktivitas

perekonomian. Implikasinya adalah biaya yang terkait dengan jarak dan lokasi

tidak dapat lagi diabaikan dalam proses produksi dan pembangunan wilayah.

Penghematan dan efisiensi dalam proses produksi melalui aglomerasi

sangat penting. Hal ini sejalan dengan Montgomery (1988) yang menyatakan

bahwa aglomerasi adalah konsentrasi spasial dari aktivitas ekonomi di kawasan

perkotaan karena penghematan akibat lokasi yang berdekatan (economies of

proximity) yang diasosiasikan dengan kluster spasial dari perusahaan, para pekerja

dan konsumen. Daerah-daerah dimana konsentrasi kegiatan ekonomi terjadi akan

memperoleh manfaat yang disebut dengan ekonomi aglomerasi (agglomeration

economies). Menurut Bradley and Gans (1996), bahwa ekonomi aglomerasi

adalah eksternalitas yang dihasilkan dari kedekatan geografis dari kegiatan

ekonomi. Pandangan yang searah juga diungkapkan Krugman (1998), bahwa

aglomerasi (agglomeration) baik aktivitas ekonomi dan penduduk di perkotaan

menjadi isu sentral dalam literatur geografi ekonomi, strategi bisnis dan

peningkatan daya saing nasional dan studi-studi regional. Menurut Malmberg dan

Maskell (2001), aglomerasi berkaitan dengan konsentrasi spasial dari penduduk

dan kegiatan-kegiatan ekonomi. Salah satu keuntungan dari adanya aglomerasi

adalah penghematan bahan baku yaitu ketersediaan dan kemudahan dalam

Page 42: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Pembangunan Model Rostow€¦ · negara berkembang yang ingin maju harus melalui tahap-tahap pembangunan yaitu: (1) The ... menjelaskan tentang bagaimana

75

pemanfaatan sumber daya alam di wilayah tersebut. Pandangan ini sejalan dengan

Sakti Adji (2013) yang mengatakan bahwa sumber daya alam yang potensial

merupakan salah satu unsur fundamental dalam pengembangan wilayah.

Menurut Richardson (1977), faktor-faktor geografis yang ikut menentukan

munculnya industri di suatu wilayah terdiri dari bahan mentah, sumber daya

tenaga, suplai tenaga kerja, suplai air, pemasaran, dan fasilitas transportasi. Begitu

juga Kuncoro (2010) menyebutkan bahwa salah satu peran sektor pertanian dalam

perekonomian Indonesia adalah penyedia pangan penduduk dan bahan baku bagi

industri. Purnomo (2014) juga menyatakan bahwa pemusatan industri dapat terjadi

disuatu lokasi karena terkonsentrasinya beberapa faktor yang dibutuhkan dalam

kegiatan produksi, misalnya, bahan–bahan mentah, tenaga kerja, energi, pasar,

izin mendirikan usaha, pajak yang lebih murah, penanggulangan limbah industri.

Rostow (Adisasmita, 2013) dalam masa perhatian sebelum mencapai tahap

lepas landas mengatakan bahwa perkembangan ekonomi dimungkinkan adanya

kenaikan produktifitas di sektor pertanian. Sumbangan sektor pertanian

menyebabkan sektor tersebut memegang peranan penting, adalah : (1) kemajuan

sektor pertanian diperlukan untuk mengirim agar penyediaan bahan makanan bagi

penduduk bertambah akan tetap tersedia, (2) perkembangan sektor pertanian dapat

menunjang perkembangan sektor industri dan kenaikan produktifitas di sektor

pertanian akan memperluas pasar komoditas hasil pertanian. Kenaikan pendapatan

petani akan memperluas pasar industri barang-barang konsumsi, dan (3)

kesanggupan sektor pertanian menyediakan bahan pangan yang cukup akan

menghindarkan penggunaan devisa untuk mengimpor bahan makanan sehingga

Page 43: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Pembangunan Model Rostow€¦ · negara berkembang yang ingin maju harus melalui tahap-tahap pembangunan yaitu: (1) The ... menjelaskan tentang bagaimana

76

dapat digunakan untuk mengimpor barang-barang lain yang lebih berguna (seperti

mesin-mesin pabrik, pupuk dan sebagainya). Merujuk dari teori dan pandangan

tersebut dapat disintesa bahwa pengaruh faktor sumber daya alam terhadap

aglomerasi memiliki arah yang positif, artinya bahwa perubahan meningkatnya

faktor sumber daya alam akan dapat menyebabkan meningkatkan aglomerasi

akibat dari meningkatnya permintaan dan penawaran baik untuk input produksi

industri pengolahan maupun kebutuhan pangan untuk konsumsi penduduk.

Secara empiris hasil penelitian sebelumnya yang terkait dengan pengaruh

sumber daya alam terhadap aglomerasi sebelumnya yaitu : Kim (1995) menguji

sejauh mana lokalisasi industri (aglomerasi industri) yang dapat dijelaskan dengan

determinan skala ekonomi dan sumber daya (scale economies and resources).

Ukuran pabrik rata-rata atas dasar pekerja produksi (production workers),

digunakan sebagai ukuran skala ekonomi (scale economic). Sedangkan intensitas

bahan baku (raw material intensity) digunakan sebagai ukuran sumber daya

(resources). Salah satu hasil penelitiannya menemukan bahwa sumber daya yang

diukur dari intensitas bahan baku (raw material intensity) berpengaruh negatif dan

signifikan terhadap lokalisasi industri (aglomerasi industri). Bradley and Gans

(1996) mengatakan bahwa ekonomi aglomerasi adalah eksternalitas yang

dihasilkan dari kedekatan geografis dalam kegiatan ekonomi. Salah satu hasil

penelitiannya mendukung model empiris dimana aglomerasi yang diproksi dari

spesialisasi regional dapat dijelaskan oleh faktor resource yang digunakan (raw

material intensity).

Page 44: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Pembangunan Model Rostow€¦ · negara berkembang yang ingin maju harus melalui tahap-tahap pembangunan yaitu: (1) The ... menjelaskan tentang bagaimana

77

2.10.2 Pengaruh Faktor Sumber Daya Alam Terhadap Pertumbuhan

Ekonomi

Sumber daya alam sangat penting karena merupakan salah satu faktor

produksi yang berkontribusi mempengaruhi pertumbuhan ekonomi (Solow, 1954;

Stiglitz, 2000). Prasetyo (2011) bahwa pertumbuhan ekonomi berhubungan erat

dengan pertumbuhan input yang meliputi: modal manusia (human capital),

sumber daya alam (natural capital), pembentukan (built capital) dan modal sosial

(social capital). Menurut Sukirno (2006), peningkatan pertumbuhan ekonomi

melalui indikator Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) menggambarkan

kemampuan suatu daerah mengelola sumber daya alam yang dimilikinya. Oleh

karena itu besaran PDRB yang dihasilkan oleh masing-masing daerah sangat

bergantung kepada potensi sumber daya alam dan faktor produksi daerah tersebut.

Adisasmita R. (2013) pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh faktor-

faktor produksi yang dimiliki yaitu: tenaga kerja, modal, sumber daya alam, dan

teknologi. Wilayah cepat berkembang memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi

yang tinggi karena memiliki faktor-faktor produksi yang cukup potensial. Ciri dari

wilayah yang cepat berkembang adalah memiliki infrastruktur yang tersedia

cukup, kapasitas produksi meningkat, output yang dihasilkan bertambah, nilai

produksi seluruh sektor (PDRB) meningkat, menimbulkan pertumbuhan ekonomi

yang tinggi dan meningkatkan kesejahteraan rakyat, mengurangi tingkat

pengangguran dan kemiskinan.

Badrudin (1999) mengungkapkan bahwa terjadinya tingkat pertumbuhan

ekonomi antar wilayah karena adanya potensi sumber daya yang tidak merata.

Sukirno (2000) mengemukakan bahwa bila negara mempunyai kekayaan sumber

Page 45: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Pembangunan Model Rostow€¦ · negara berkembang yang ingin maju harus melalui tahap-tahap pembangunan yaitu: (1) The ... menjelaskan tentang bagaimana

78

daya alam yang dapat diusahakan dengan menguntungkan, maka pertumbuhan

ekonomi dapat dipercepat. Pandangan senada diperkuat lagi oleh Rustiadi dkk.

(2011) mengatakan bahwa sumber daya alam adalah mesin pertumbuhan (the

engine of growth) dimana dalam pemanfaatannya manusia mentransformasikan

menjadi sumberdaya buatan yang memiliki nilai lebih tinggi yang menyebabkan

produktivitas dan kesejahteraan manusia menjadi lebih tinggi atau lebih baik.

Berdasarkan teori tersebut dapat dirumuskan sintesa bahwa sumber daya alam

adalah salah satu faktor produksi untuk dimanfaatkan dan menguntungkan yang

menjadi mesin pertumbuhan ekonomi suatu wilayah. Merujuk dari teori dan

pandangan tersebut dapat disintesa bahwa pengaruh faktor sumber daya alam

terhadap pertumbuhan ekonomi memiliki arah yang positif, artinya bahwa

peningkatan produksi faktor sumber daya alam akan dapat meningkatkan laju

pertumbuhan ekonomi di wilayah bersangkutan.

Secara empiris hasil penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan

Gebremariam, et al (2004) bahwa meningkatnya PDRB atau dengan kata lain

pertumbuhan ekonomi yang tinggi akan membawa peningkatan pada kapasitas

produksi bagi perekonomian. Meningkatnya kapasitas produksi berarti akan

meningkatkan permintaan input produksi yang salah salah satunya adalah faktor

produksi sumber daya alam. Meningkatnya produksi sektor sumber daya alam

akan mampu meningkatkan kontribusi terhadap PDRB dan pada akhirnya

meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi di wilayah bersangkutan. Pryor and

Holt (1998) hasil studinya menunjukkan bahwa kontribusi agrobisnis dalam

perkembangan ekonomi nasional (GDP) mencapai 53 persen lebih tinggi dari

Page 46: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Pembangunan Model Rostow€¦ · negara berkembang yang ingin maju harus melalui tahap-tahap pembangunan yaitu: (1) The ... menjelaskan tentang bagaimana

79

Malaysia, Korea Selatan, Argentina maupun Brazil. Dampak dari peningkatan

GDP tersebut mampu meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi di negara

bersangkutan.

2.10.3 Pengaruh Faktor Sumber Daya Alam Terhadap Ketimpangan

Distribusi Pendapatan Antar Wilayah

Sumber daya alam sangat penting karena merupakan salah satu faktor

produksi yang berkontribusi mempengaruhi pertumbuhan ekonomi (Solow, 1954;

Stiglitz, 2000). Sumber daya alam yang dimiliki tiap wilayah menjadi salah satu

faktor penyebab terjadinya ketimpangan antar wilayah (Sjafrizal, 2012; Jinghan,

2012; Adisasmita, 2013). Sjafrizal (2012) mengatakan daerah dengan kandungan

sumber daya alam yang cukup banyak akan dapat memproduksi barang-barang

tertentu dengan biaya relatif murah dibandingkan dengan daerah lain yang

mempunyai kandungan sumber daya alam yang lebih sedikit. Arsyad (1992)

menegaskan peranan sektor pertanian dalam pembangunan ekonomi sangat

penting karena sebagian anggota masyarakat di negara-negara miskin

menggantungkan hidupnya pada sektor tersebut. Mubyarto (1995) menyatakan

bahwa sektor pertanian memiliki arti penting dalam pembangunan ekonomi.

Hoover dan Giarratani (1987) menyebutkan salah satu pilar penting dalam

proses pembangunan wilayah yaitu keunggulan komparatif yang berhubungan

dengan keadaan ditemukannya sumber-sumber daya tertentu yang secara fisik

relatif sulit atau memiliki hambatan untuk digerakkan antar wilayah. Hal ini

disebabkan adanya faktor-faktor lokal (bersifat khas atau endemik, misalnya iklim

dan budaya) yang mengikat mekanisme produksi sumber daya tersebut sehingga

Page 47: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Pembangunan Model Rostow€¦ · negara berkembang yang ingin maju harus melalui tahap-tahap pembangunan yaitu: (1) The ... menjelaskan tentang bagaimana

80

wilayah memiliki komparatif. Sejauh ini karakteristik tersebut senantiasa

berhubungan dengan produksi komoditas dari sumber daya alam, antara lain

pertanian, perikanan, pertambangan, kehutanan, dan kelompok usaha sektor

primer lainnya. Merujuk dari teori dan pandangan tersebut dapat dinyatakan

bahwa perubahan peningkatan faktor sumber daya alam memiliki arah yang

negatif terhadap ketimpangan distribusi pendapatan antar wilayah, artinya bahwa

perubahan meningkatnya faktor sumber daya alam akan dapat menyebabkan

menurunkan ketimpangan distribusi pendapatan antar wilayah.

Secara empiris pengaruh faktor sumber daya alam terhadap ketimpangan

antar wilayah telah dibuktikan oleh peneliti sebelumnya antara lain yaitu:

Yeniwati (2013) tentang ketimpangan ekonomi antar Provinsi di Sumatera periode

tahun 2005-2011 mengungkapkan salah satu temuan penelitiannya bahwa sumber

daya alam berpengaruh negatif signifikan terhadap ketimpangan ekonomi antar

Provinsi di Sumatera. Fakta ini menunjukkan bahwa jika sumber daya alam

meningkat maka ketimpangan ekonomi antar provinsi di wilayah bersangkutan

akan menurun. Pieters (2010) melakukan studi tentang bagaimana pertumbuhan

sektoral dan ketimpangan di India dengan analisis diperpanjang dari Sistem

Neraca Sosial Ekonomi (SAM). Salah satu temuan hasil penelitiannya

menyimpulkan bahwa hanya pertumbuhan pertanian mengurangi ketimpangan.

Hasil studinya mendukung Ravallion and Datt (1996) yang menemukan fakta

bahwa pertumbuhan di sektor primer dan tersier mengurangi kemiskinan,

sementara pertumbuhan di sektor sekunder tidak. Kesimpulan yang sama juga

dikatakan Khan and Thorbecke (1989) dan James and Khan (1997) dalam hasil

Page 48: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Pembangunan Model Rostow€¦ · negara berkembang yang ingin maju harus melalui tahap-tahap pembangunan yaitu: (1) The ... menjelaskan tentang bagaimana

81

studinya menegaskan bahwa teknologi padat karya tradisional lebih egaliter

daripada teknologi modern padat modal. Alasannya adalah produksi dengan

menggunakan teknologi tradisional menciptakan lebih banyak lapangan kerja

langsung dan tidak langsung, serta lebih banyak pendapatan untuk rumah tangga

pedesaan.

2.10.4 Pengaruh Tenaga Kerja Terserap Terhadap Aglomerasi

Tenaga kerja terserap di suatu wilayah mencerminkan persentase seberapa

besar tenaga kerja usia produktif di suatu wilayah dapat diserap oleh lapangan

kerja yang tersedia. Semakin tinggi angka atau persentase tenaga kerja terserap

maka semakin baik pula produktivitas ekonomi di wilayah itu. Menurut Kuncoro

(2002), aglomerasi sebagai konsentrasi spasial dari aktifitas ekonomi di kawasan

perkotaan karena penghematan akibat lokasi yang berdekatan (economies of

proximity) yang diasosiasikan dengan kluster spasial dari perusahaan, para

pekerja, dan konsumen untuk meminimisasi biaya-biaya seperti biaya transportasi,

informasi, dan komunikasi. Penghematan juga terjadi karena adanya tenaga

terampil dan bahan baku dalam daerah tersebut (Kuncoro, 2012). Menurut

Tarigan (2014), aglomerasi menyebabkan kebutuhan akan bahan baku dan tenaga

kerja yang dipasok dari wilayah belakangnya akan meningkat tajam. Aglomerasi

juga mampu meningkatkan pertumbuhan penduduk yang berpotensi

meningkatkan pasar. Hal ini sejalan dengan pandangan Arsyad (1999)

menyatakan bahwa pertumbuhan penduduk dan hal - hal yang berhubungan

dengan kenaikan jumlah angkatan kerja (labor force) secara tradisional dianggap

sebagai faktor positif dalam merangsang pertumbuhan ekonomi. Artinya semakin

Page 49: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Pembangunan Model Rostow€¦ · negara berkembang yang ingin maju harus melalui tahap-tahap pembangunan yaitu: (1) The ... menjelaskan tentang bagaimana

82

banyak angkatan kerja yang bekerja berarti semakin banyak faktor produksi

tenaga kerja, sedangkan semakin banyak penduduk akan meningkatkan potensi

pasar domestik.

Sukirno (2000) menyatakan penduduk merupakan faktor penting dalam

peningkatan produksi dan kegiatan ekonomi kerena dalam penyediaan lapangan

kerja, tenaga ahli dan usahawan diperoleh dari penduduk itu sendiri. Arsyad

(1999) menyatakan pertumbuhan penduduk yang tinggi juga membuka potensi

pasar yang besar apabila dapat dimanfaatkan dengan baik. Menurut Sakti Aji

(2011), dua unsur fundamental dalam pengembangan wilayah adalah (i) penduduk

dalam jumlah yang cukup dan berkualitas, dan (ii) adanya pusat yang berfungsi

sebagai pusat kegiatan pelayanan distribusi (pemasaran) barang-barang kebutuhan

penduduk yang berada dipusat-pusat, sedang dan kecil.

Menurut Setiono (2011), mengatakan ada tiga sumber utama externalitas

positif aglomerasi yaitu: 1) externalitas input, adanya konsentrasi produsen-

produsen satu jenis industri tertentu membangkitkan permintaan akan input dalam

jumlah yang cukup signifikan sehingga menjadi insentif serta daya tarik bagi

pemasok input untuk datang dan berusaha di sekitar lokasi. 2) externalitas pasar

tenaga kerja, konsentrasi industri sejenis dapat menciptakan pasar tenaga kerja

spesialis yang semakin meningkatkan nilai jual ketrampilan spesifik terhadap

perusahaan dan lokasi bersangkutan. Hal ini terjadi hubungan yang saling

memperkuat antar tenaga kerja dan perusahaan industri dalam hal pengembangan

nilai-nilai spesifik ataupun citra terhadap lokasi yang bersangkutan; dan 3)

eksternalitas pengetahuan, merupakan kondisi yang terbentuk oleh atmosfir

Page 50: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Pembangunan Model Rostow€¦ · negara berkembang yang ingin maju harus melalui tahap-tahap pembangunan yaitu: (1) The ... menjelaskan tentang bagaimana

83

kegiatan di lokasi konsentrasi industri yang memfasilitasi proses pertukaran

informasi dan pengetahuan antar perusahaan khususnya dalam kaitan dengan

mekanisme limpasan teknologi dan pengetahuan. Dengan pemahaman teorikal

tersebut dapat disintesa bahwa terdapat relasi positif antara tenaga kerja terserap

dan agolmerasi. Artinya jika terjadi perubahan peningkatan jumlah tenaga kerja

terserap berarti akan dapat berpengaruh positif terhadap perubahan aglomerasi di

wilayah bersangkutan.

Secara empiris teori ini dibuktikan dari hasil studi Tiffani (2014)

mengatakan bahwa aglomerasi dapat terbentuk karena adanya tenaga kerja yang

berpindah, karena adanya upah yang lebih tinggi pada sebuah daerah, tenaga kerja

ini berpindah dari tempat yang mempunyai upah rendah ke daerah dengan upah

yang tinggi. Tenaga kerja dihargai dengan upah yang disesuaikan dengan

produktivitasnya. Jika tenaga kerja mengharapkan upah yang tinggi maka harus

diimbangi dengan produktivitas yang maksimal. Daerah dengan tingkat upah yang

tinggi akan mendorong tingkat produktivitas tenaga kerjanya, sehingga daerah

dengan tingkat upah yang tinggi akan lebih unggul dalam produktivitas tenaga

kerja dan mampu mendorong perekonomian ke arah yang lebih baik. Tenaga kerja

yang berpindah tersebut akan membentuk pemusatan yang akhirnya menghasilkan

aglomerasi.

2.10.5 Pengaruh Tenaga Kerja Terserap Terhadap Pertumbuhan Ekonomi

Tenaga kerja sangat penting karena merupakan salah satu faktor produksi

yang berkontribusi mempengaruhi pertumbuhan ekonomi (Solow, 1954; Stiglitz,

2000). Prasetyo (2011) bahwa pertumbuhan ekonomi berhubungan erat dengan

Page 51: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Pembangunan Model Rostow€¦ · negara berkembang yang ingin maju harus melalui tahap-tahap pembangunan yaitu: (1) The ... menjelaskan tentang bagaimana

84

pertumbuhan input yang meliputi: modal manusia (human capital), sumber daya

alam (natural capital), pembentukan (built capital) dan modal sosial (social

capital). Menurut Adisasmita R. (2013), pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh

faktor-faktor produksi yang dimiliki yaitu: tenaga kerja, modal, sumber daya

alam, dan teknologi. Wilayah cepat berkembang memiliki tingkat pertumbuhan

ekonomi yang tinggi karena memiliki faktor-faktor produksi yang cukup

potensial. Menurut Nicholson (1999) tenaga kerja adalah salah satu faktor

produksi yang berperan penting dalam mengintegrasikan modal dan teknologi

dalam proses produksi. Sukirno (2000) menyatakan penduduk merupakan faktor

penting dalam peningkatan produksi dan kegiatan ekonomi kerena dalam

penyediaan lapangan kerja, tenaga ahli dan usahawan diperoleh dari penduduk itu

sendiri. Jumlah angkatan kerja yang bekerja secara tradisional merupakan faktor

positif dalam upaya peningkatan pertumbuhan ekonomi. Semakin banyak

angkatan kerja yang bekerja maka semakin besar juga tingkat produksi yang

dihasilkan dan berimbas kepada naiknya pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan

penduduk yang tinggi juga membuka potensi pasar yang besar apabila dapat

dimanfaatkan dengan baik (Arsyad, 1999). Menurut Suparmoko dan Maria

(2000), bahwa angkatan kerja yang bekerja merupakan salah satu faktor produksi

yang penting untuk peningkatan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) suatu

daerah. Sejalan dengan itu Todaro (2003) juga menyatakan bahwa pertumbuhan

angkatan kerja dan pertumbuhan penduduk secara tradisional dianggap sebagai

salah satu faktor positif yang memacu pertumbuhan ekonomi. Dengan merujuk

dari teori dan pandangan tersebut dapat disintesa bahwa tenaga kerja terserap

Page 52: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Pembangunan Model Rostow€¦ · negara berkembang yang ingin maju harus melalui tahap-tahap pembangunan yaitu: (1) The ... menjelaskan tentang bagaimana

85

memiliki pengaruh dengan arah positif terhadap pertumbuhan ekonomi, artinya

bahwa jika terjadi perubahan peningkatan jumlah tenaga kerja terserap, maka akan

dapat meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi di wilayah bersangkutan.

Secara empiris pengaruh tenaga kerja terserap terhadap pertumbuhan

ekonomi telah dibuktikan beberapa peneliti sebelumnya diantaranya: Pribadi, et al

(2015) salah satu temuan studinya bahwa tenaga kerja berpengaruh signifikan

terhadap pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Gresik 2004-2013. Maharani dan

Isnowati (2014) melakukan studi di Provinsi Jawa Tengah dan salah satu

temuannya menyatakan bahwa tenaga kerja berpengaruh positif dan signifikan

terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Jawa Tengah. Suparmoko dan Maria

(2000) mengungkapkan bahwa angkatan kerja yang bekerja merupakan salah satu

faktor produksi yang penting untuk peningkatan Produk Domestik Regional Bruto

(PDRB) suatu daerah. Peningkatan PDRB menyebabkan terjadinya peningkatan

laju pertumbuhan ekonomi. Nuryadin, et al (2007) dalam studinya menemukan

fakta bahwa variabel laju angkatan kerja berpengaruh positif signifikan terhadap

pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Dengan kenyataan seperti itu, maka

pemerintah di Indonesia harus terus meningkatkan kualitas angkatan kerjanya agar

nantinya menjadi tenaga kerja yang unggul, terampil dan dapat diandalkan dalam

mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Sabir (2015) menemukan bahwa

pertumbuhan ekonomi memberi kontribusi positif dan signifikan terhadap

penyerapan tenaga kerja pada kabupaten/kota di Provinsi Sulawesi Selatan. Riyad

(2012) menyelidiki sejumlah faktor yang mempengaruh terhadap pertumbuhan

ekonomi di enam negara ASEAN (Indonesia, Singapura, Malaysia, Thailand,

Page 53: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Pembangunan Model Rostow€¦ · negara berkembang yang ingin maju harus melalui tahap-tahap pembangunan yaitu: (1) The ... menjelaskan tentang bagaimana

86

Philipina dan Vietnam) periode 1990-2009 dan menemukan fakta empirik bahwa

faktor jumlah tenaga kerja memberi kontribusi besar terhadap peningkatan

pertumbuhan ekonomi di enam negara ASEAN tersebut. Hasanah F. (2016)

melakukan penelitian tentang analisis pengaruh aglomerasi industri, angkatan

kerja dan human capital investment terhadap pertumbuhan ekonomi

kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah tahun 2012 - 2014. Salah satu hasil

penelitian menunjukkan bahwa angkatan kerja berpengaruh positif dan signifikan

terhadap pertumbuhan ekonomi. Siregar dan Wahyuniarti (2008), yang

menyatakan bahwa adanya pertumbuhan ekonomi mengindikasikan semakin

banyaknya orang yang bekerja. Penduduk yang masih menganggur akan

memperoleh peluang bekerja yang lebih besar, dan di sisi lain, para pekerja yang

sudah bekerja tapi dengan gaji yang rendah, dapat mencari pekerjaan lain dengan

pendapatan yang lebih besar dan jumlah penduduk miskin berpendapatan rendah

akan berkurang.

2.10.6 Pengaruh Tenaga Kerja Terserap Terhadap Ketimpangan Distribusi

Pendapatan Antar Wilayah

Tenaga kerja terserap diduga memiliki pengaruh terhadap ketimpangan

distribusi antar wilayah. Perubahan besar kecilnya jumlah tenaga kerja yang

terserap akan memberikan pengaruh terhadap tinggi rendahnya ketimpangan antar

wilayah (Sjafrizal, 2012, Jinghan, 2012, Adisasmita, 2013). Tenaga kerja sebagai

salah satu faktor produksi diduga memiliki pengaruh terhadap ketimpangan

wilayah karena tenaga kerja yang terserap merupakan indikator dari proses

pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah. Pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah

Page 54: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Pembangunan Model Rostow€¦ · negara berkembang yang ingin maju harus melalui tahap-tahap pembangunan yaitu: (1) The ... menjelaskan tentang bagaimana

87

akan meningkatkan sumbangan atau kontribusi wilayah tersebut terhadap PDRB

total dan juga memberi efek penarikan tenaga kerja terampil ke pusat-pusat

pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi yang memusat di wilayah-wilayah

tertentu akan menimbulkan ketimpangan wilayah karena terjadi pergeseran

jumlah tenaga kerja terampil yang ingin mengakses kesempatan kerja yang

banyak dijumpai di daerah pusat pertumbuhan ekonomi.

Hal tersebut sejalan dengan hasil studi Williamson (1965) menyatakan

bahwa selama tahap awal pembangunan, ketimpangan wilayah menjadi lebih

besar dan pembangunan terkonsentrasi di daerah-daerah tertentu. Pada tahap yang

lebih matang dari pertumbuhan ekonomi tampak adanya keseimbangan antar

daerah maka ketimpangan berkurang dengan signifikan. Menurut Williamson

(1965), ketimpangan antar daerah yang semakin membesar disebabkan oleh,

pertama adanya migrasi tenaga kerja, migrasi kapital dan adanya pembangunan

sarana publik pada daerah yang lebih padat dan potensial. Selain itu kurangnya

keterkaitan antar daerah dapat memyebabkan terhambatnya proses efek sebar dari

proses pembangunan yang berdampak pada semakin besarnya ketimpangan yang

terjadi. Pembangunan yang selama ini telah menghasilkan pertumbuhan yang

cukup tinggi ternyata belum sepenuhnya dinikmati secara merata oleh seluruh

lapisan atau berbagai golongan penduduk seluruh daerah atau dengan kata lain

belum sepenuhnya dapat mengatasi permasalahan ketimpangan antar daerah.

Dengan demikian merujuk dari pemahaman teori dan pandangan tersebut dapat

disintesa bahwa tenaga kerja terserap memiliki pengaruh dengan arah yang negatif

terhadap ketimpangan distribusi pendapatan antar wilayah, artinya jika terjadi

Page 55: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Pembangunan Model Rostow€¦ · negara berkembang yang ingin maju harus melalui tahap-tahap pembangunan yaitu: (1) The ... menjelaskan tentang bagaimana

88

perubahan peningkatan jumlah tenaga kerja terserap, maka akan dapat

menurunkan ketimpangan distribusi pendapatan antar wilayah bersangkutan.

Secara empiris penelitian Lessman (2006) menyatakan bahwa pengangguran

yang tinggi berpengaruh terhadap makin tingginya ketimpangan wilayah. Hal ini berarti

jika tenaga kerja terserap meningkat maka akan dapat menurunkan tingkat ketimpangan

wilayah. Hasil studi Kurniawan dan Sugiyanto (2013) menemukan bahwa tingkat

jumlah orang yang bekerja berpengaruh negatif terhadap ketimpangan wilayah di

Provinsi Jawa Tengah. Hal ini berarti jumlah orang yang bekerja semakin

meningkat sebagai faktor input bagi pembangunan suatu daerah menjadi lebih

optimal di wilayah Provinsi Jawa Tengah karena dapat meningkatkan distribusi

pendapatan yang lebih merata sehingga dapat mengurangi adanya ketimpangan.

2.10.7 Pengaruh Aglomerasi Terhadap Ketimpangan Distribusi Pendapatan

Antar Wilayah

Bendavid-Val (1991) mengatakan aktivitas di suatu daerah ditentukan

oleh aktivitas basis (sektor basis) sedangkan aktivitas-aktivitas non basis

merupakan konsekwensi dari pembangunan menyeluruh tersebut. Sementara itu,

sektor bukan basis merupakan aktivitas-aktivitas pendukung. Bertambah

banyaknya kegiatan basis di suatu daerah akan menambah arus pendapatan ke

dalam daerah dan peningkatan permintaan barang dan jasa, sehingga

menimbulkan kenaikan volume kegiatan bukan basis. Sebaliknya berkurangnya

kegiatan basis akan menyebabkan berkurangnya pendapatan yang masuk ke

daerah dan turunnya permintaan barang dan jasa dari kegiatan bukan basis. Hal ini

dipicu oleh kecenderungan bahwa sumber daya modal, manusia, dan teknologi

bergerak ke arah pusat-pusat industri maju yang umumnya telah memiliki sarana

Page 56: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Pembangunan Model Rostow€¦ · negara berkembang yang ingin maju harus melalui tahap-tahap pembangunan yaitu: (1) The ... menjelaskan tentang bagaimana

89

dan prasarana bisnis yang memadai. Jika pemerintah tidak melakukan campur

tangan, maka kecenderungan ini dapat memicu terjadi ketimpangan antar wilayah

yang makin melebar.

Akita dan Lukman (1995) mengatakan konsentrasi kegiatan ekonomi yang

tinggi di daerah tertentu menjadi salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya

disparitas pembangunan antar daerah. Pembangunan ekonomi di daerah dengan

konsentrasi kegiatan ekonomi tinggi cenderung tumbuh pesat dibandingkan

daerah yang memiliki tingkat konsentrasi kegiatan ekonomi rendah. Begitu pula,

konsentrasi penduduk di dalam dan di sekitar kota-kota besar biasanya diikuti

dengan adanya disparitas pendapatan antar daerah. Pandangan senada juga

diungkapkan oleh Sjafrizal (2008) mengatakan terjadinya konsentrasi kegiatan

ekonomi yang cukup tinggi akan mendorong terjadinya ketimpangan

pembangunan antar wilayah. Konsentrasi ini tercermin dalam kegiatan

aglomerasi. Pertumbuhan ekonomi daerah dengan konsentrasi ekonomi yang lebih

tinggi akan lebih cepat. Kondisi tersebut selanjutnya akan mendorong

pembangunan daerah melalui peningkatan penyediaan lapangan kerja dan

pendapatan masyarakat. Hal yang sebaliknya juga berlaku, bilamana konsentrasi

ekonomi suatu darah rendah maka akan mendorong terjadinya pengangguran dan

tingkat pendapatan masyarakat yang rendah. Myrdal (Jhingan,1993) dalam

teorinya mengenai dampak balik (backwasheffect) dan dampak sebar

(spreadeffect) mengemukakan bahwa dampak balik cenderung membesar dan

dampak sebar yang semakin mengecil membuat ketimpangan wilayah di negara-

negara terbelakang. Kuncoro (2012) yang menyebutkan bahwa salah satu faktor

Page 57: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Pembangunan Model Rostow€¦ · negara berkembang yang ingin maju harus melalui tahap-tahap pembangunan yaitu: (1) The ... menjelaskan tentang bagaimana

90

penyebab ketimpangan antar wilayah adalah adanya konsentrasi pembangunan

antar wilayah. Dengan demikian merujuk dari pemahaman teori dan pandangan

tersebut dapat disintesa bahwa pengaruh aglomerasi memiliki arah yang positif

terhadap ketimpangan distribusi pendapatan antar wilayah. Artinya bahwa jika

terjadi perubahan peningkatan aglomerasi, maka akan dapat menyebabkan

meningkatnya ketimpangan distribusi pendapatan antar wilayah.

Secara empiris penelitian sebelumnya diantaranya dilakukan oleh Bonet

(2006) yang menganalisis pengaruh variabel aglomerasi produksi terhadap

ketimpangan pendapatan regional. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

aglomerasi produksi dan ketimpangan pendapatan regional terdapat hubungan

yang positif dan signifikan. Hal itu berarti terjadinya peningkatan aglomerasi

produksi, maka akan meningkatkan ketimpangan pendapatan regional. Yeniwati

(2013) yang melakukan penelitian tentang ketimpangan ekonomi antar provinsi di

Sumatera periode tahun 2005-2010 yang salah satu hasil temuannya

menyimpulkan bahwa aglomerasi berpengaruh positif signifikan terhadap

ketimpangan antar provinsi di Sumatera. Hal ini memperlihatkan jika terjadi

peningkatan aglomerasi, maka akan meningkatkan ketimpangan antar provinsi di

Sumatera. Hasil yang senada juga diungkapkan Ginting (2014) yang menemukan

bahwa aglomerasi memiliki pengaruh positif terhadap ketimpangan pembangunan

antar wilayah di Indonesia. Hal ini menggambarkan bahwa setiap terjadi

aglomerasi disuatu wilayah dapat mendorong terjadinya ketimpangan

pembangunan antar wilayah di Indonesia.

Page 58: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Pembangunan Model Rostow€¦ · negara berkembang yang ingin maju harus melalui tahap-tahap pembangunan yaitu: (1) The ... menjelaskan tentang bagaimana

91

2.10.8 Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Ketimpangan Distribusi

Pendapatan Antar Wilayah

Tolak ukur keberhasilan pembangunan dapat dilihat dari pertumbuhan

ekonomi, struktur ekonomi, dan semakin kecilnya kesenjangan pendapatan antar

penduduk, antar daerah dan antar sektor. Tujuan utama dari usaha-usaha

pembangunan ekonomi selain menciptakan pertumbuhan yang setinggi-tingginya,

harus pula menghapus atau mengurangi tingkat kemiskinan, kesenjangan

pendapatan, dan tingkat pengangguran (Todaro dan Smith, 2003).

Menurut Todaro (2005), pertumbuhan ekonomi sebagai sebuah proses

peningkatan output dari waktu ke waktu menjadi indikator penting untuk

mengukur keberhasilan pembangunan suatu negara. Menurut Sukirno (1995),

pertumbuhan ekonomi merupakan suatu perubahan tingkat kegiatan ekonomi

yang berlangsung dari tahun ke tahun. Untuk mengetahui tingkat pertumbuhan

ekonomi harus dibandingkan dengan pendapatan nasional berbagai tahun yang

dihitung berdasarkan atas harga konstan. Laju pertumbuhan ekonomi suatu daerah

dapat dihitung melalui indikator perkembangan PDRB dari tahun ke tahun.

Menurut Sjafrizal (2008), ketimpangan antar wilayah terjadi karena

perbedaan endowment factor berupa kekayaan sumber daya alam serta demografi

yang dimiliki oleh masing-masing wilayah. Kekayaan alam yang dimiliki oleh

suatu daerah dapat berpengaruh terhadap proses produksi daerah tersebut dan

membedakaanya satu dengan yang lain. Daerah yang memiliki ketersediaan

sumber daya alam yang tinggi dapat memproduksi barang-barang tertentu dalam

jumlah yang lebih besar dan harga yang lebih murah daripada daerah yang

memiliki keterbatasan dalam sumber daya alam yang dimiliki. Kondisi yang

Page 59: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Pembangunan Model Rostow€¦ · negara berkembang yang ingin maju harus melalui tahap-tahap pembangunan yaitu: (1) The ... menjelaskan tentang bagaimana

92

demikian akan menyebabkan pertumbuhan ekonomi daerah yang kaya akan

sumber daya alam memiliki pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi daripada

daerah yang kekurangan sumber daya alam. Hal ini akan dapat mendorong

terjadinya ketimpangan antar wilayah yang satu dengan lainnya.

Kuznets (1955) berpendapat bahwa pada tahap awal pertumbuhan

ekonomi, disitribusi pendapatan cenderung memburuk, tetapi pada tahap

selanjutnya, distribusi pendapatan akan membaik yang kemudian dikenal dengan

kurva Kuznets “U-terbalik (Todaro, 2003). Dengan kata lain, ketimpangan akan

selalu ada dalam proses pembangunan suatu wilayah terutama pada tahap awal,

namun seiring dengan perkembangan dan pendewasaan perekonomian, maka

tingkat ketimpangan akan menurun. Studi tentang ketimpangan ekonomi yang

lebih bersifat makro digagas oleh Williamson (1965) yang memformulasikan

konsep teori tentang ketimpangan wilayah pada suatu Negara. Inter-regional

disparity yag menjadi obyek studi Williamson berbeda dengan pendekatan Kuznet

yang memformulasikan ketimpangan pendapatan individual. Willaimson yang

melakukan ivestigasi terhadap ketimpangan regional dan mendapatkan fakta

bahwa terdapat perbedaan yang tajam dari distribusi pendapatan antar wilayah

yang berbeda satu sama lainnya.

Sejumlah pandangan yang memperkuat pola pengaruh ketimpangan antar

wilayah dengan pertumbuhan ekonomi antara lain dikemukakan oleh

Bourguignon (1996), yang mendapatkan fakta empirik bahwa ketimpangan antar

wilayah memiliki hubungan positif dengan pertumbuhan ekonomi. Perotti (1996)

yang mendapatkan relasi positif antara pertumbuhan ekononi dengan ketimpangan

Page 60: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Pembangunan Model Rostow€¦ · negara berkembang yang ingin maju harus melalui tahap-tahap pembangunan yaitu: (1) The ... menjelaskan tentang bagaimana

93

wilayah. Dinyatakan bahwa kesenjangan pendapatan antar wilayah akan

membawa resiko sosial dan ketidak-stabilan politik. Galor dan Tsiddon (1997)

menemukan adanya keterkaitan positif antara pertumbuhan ekonomi dengan

ketimpangan wilayah. Hal yang searah diungkapkan Aghion dan Bolton (1997)

menemukan ada dampak positif dari penurunan kesenjangan pendapatan dengan

pertumbuhan ekonomi. Gradstein (2007) dalam kajiannya menunjukkan bahwa

penurunan kesenjangan pendapatan antar wilayah akan menstimulasi investasi

untuk menggerakkan pertumbuhan ekonomi. Kefi dan Zouhaier (2012)

menyajikan model ketimpangan pendapatan antar wilayah yang dipengaruhi oleh

laju pertumbuhan ekonomi menyimpulkan bahwa pertumbuhan ekonomi yang

tidak berfungsi menurunkan kesenjangan pendapatan antar wilayah dapat memicu

persoalan sosial dan gangguan pergerakan investasi. Forbes (2000) mendapatkan

fakta empirik bahwa terjadinya ketimpangan wilayah berdampak pada penurunan

pertumbuhan ekonomi. Dengan demikian merujuk dari teori dan pandangan

tersebut dapat disintesa bahwa pengaruh pertumbuhan ekonomi memiliki arah

yang positif terhadap ketimpangan antar wilayah. Artinya bahwa jika terjadi

perubahan peningkatan pertumbuhan ekonomi maka akan dapat menyebabkan

meningkatnya ketimpangan distribusi pendapatan antar wilayah.

Penelitian empiris pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap ketimpangan

antar wilayah telah dibuktikan beberapa peneliti sebelumnya misalnya, Wei dan

Fan (2000) melakukan penelitian tentang ketimpangan wilayah di Propinsi

Jiangsu RRC, menemukan fakta bahwa pertumbuhan ekonomi yang cepat di kota-

kota menyumbang ketimpangan antar daerah. Hasil penelitian Jalil (2012) tentang

Page 61: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Pembangunan Model Rostow€¦ · negara berkembang yang ingin maju harus melalui tahap-tahap pembangunan yaitu: (1) The ... menjelaskan tentang bagaimana

94

ketimpangan pendapatan dengan pertumbuhan ekonomi menunjukkan pola yang

positif, dimana pertumbuhan ekonomi memiliki keterkaitan erat dan memberikan

pengaruh terhadap dinamika ketimpangan pendapatan. Nugroho dan

Soeliastianingsih (2007) salah satu hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa

pertumbuhan ekonomi berpengaruh positif terhadap ketimpangan pendapatan

antar kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah. Fakta serupa juga diungkapkan

oleh Bakri, et al (2015) dalam studinya menemukan bahwa pertumbuhan ekonomi

berpengaruh positif dan signifikan terhadap ketimpangan pembangunan di

Provinsi Sumatera Barat. Pangkiro, et al (2016) dalam studinya menemukan

bahwa pertumbuhan ekonomi berpengaruh positif signifikan terhadap

ketimpangan ekonomi di Provinsi Sulawesi Utara.

2.11 Penelitian Terdahulu

Penelitian empiris yang ada relevansinya dengan penelitian ini terkait

analisis pengaruh sektor sumber daya alam, tenaga kerja terserap, aglomerasi dan

pertumbuhan ekonomi terhadap ketimpangan pembangunan antar kabupaten/kota

telah menarik perhatian beberapa peneliti sebelumnya, meskipun dengan lokasi,

waktu pengamatan, populasi, teknik pengambilan sampel, variasi peubah dan

pendekatan analisis statistik yang berbeda-beda. Ada pula penelitian yang

memasukkan variabel tambahan seperti: jumlah penduduk, investasi, neraca

berjalan dan lainnya. Beberapa hasil penelitian empiris terdahulu antara lain :

Wei dan Fan (2000) melakukan penelitian tentang ketimpangan wilayah di

Propinsi Jiangsu RRC, menemukan bahwa pertumbuhan yang cepat di kota-kota

Page 62: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Pembangunan Model Rostow€¦ · negara berkembang yang ingin maju harus melalui tahap-tahap pembangunan yaitu: (1) The ... menjelaskan tentang bagaimana

95

menyumbang ketimpangan antar daerah. Dijelaskan sejak bergulirnya reformasi,

pertumbuhan bagian selatan (Yunan) bahkan lebih cepat dan memperlebar

ketimpangannya dibandingkan dengan bagian tengah (Suzhong) dan utara (Subei).

Namun berbeda dengan Papanek dan Kin (1986) hasil studinya menemukan

bahwa, tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi lebih sering dikaitkan dengan

ketimpangan pendapatan yang lebih rendah. Birdsall, et al (1995) menolak

pandangan teori ketidakmerataan, dan mengatakan justru dengan pemerataan,

pertumbuhan yang dicapai bisa lebih tinggi. Kesimpulan tersebut diambil

berdasarkan hasil analisis yang dilakukan dengan model regresi terhadap sembilan

negara di Asia Timur yaitu: Hongaria, Indonesia, Jepang, Korea, Malaysia,

Singapura, Taiwan, China dan Thailand. Meskipun selama tiga dasa warsa

pertumbuhan ekonomi di negara-negara tersebut tinggi, kemerataan pendapatan

menjadi semakin baik atau minimal tetap. Fenomena ini bisa dilihat dari

menurunnya proporsi penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan.

Nuryadin et al. (2007) melakukan penelitian tentang aglomerasi dan

pertumbuhan ekonomi peran karateristik regional di Indonesia periode tahun

1994-2003. Analisis yang digunakan regresi data panel dengan metode GLS

(Generalized Least Squares). Hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa

aglomerasi berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap laju pertumbuhan

ekonomi regional (PDRB riil). Laju angkatan kerja berpengaruh positif dan

signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Laju inflasi berpengaruh negatif dan

signifikan terhadap laju pertumbuhan PDRB riil. Laju Openness memiliki arah

yang konsisten yaitu signifikan dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi

Page 63: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Pembangunan Model Rostow€¦ · negara berkembang yang ingin maju harus melalui tahap-tahap pembangunan yaitu: (1) The ... menjelaskan tentang bagaimana

96

regional. Tingkat pendidikan berpengaruh negatif namun tidak signifikan terhadap

laju pertumbuhan PDRB riil.

Noegroho dan Soelistianingsih (2007) hasil studinya dengan estimasi

menggunakan data panel menunjukan bahwa faktor ketimpangan pendapatan,

migrasi keluar dan pengeluaran pemerintah daerah mempunyai pengaruh yang

positip dan signifikan bagi pertumbuhan ekonomi regional, sebaliknya inflasi

regional berpengaruh negatif.

Sasana (2009) melakukan analisis tentang dampak pertumbuhan ekonomi,

kesenjangan antar daerah dan tenaga kerja terserap terhadap kesejahteraan di

kabupaten/kota Provinsi Jawa Tengah dalam era desentralisasi fiskal. Tujuannya

adalah menganalisis pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap kesejahteraan di

kabupaten/kota Provinsi Jawa Tengah, menganalisis pengaruh kesenjangan

terhadap kesejahteraan di kabupaten/kota Provinsi Jawa Tengah, dan menganalisis

pengaruh variabel tenaga kerja terserap terhadap kesejahteraan di kabupaten/kota

Provinsi Jawa Tengah. Penelitian menggunakan data sekunder panel data yaitu

gabungan antara data time series selama periode lima tahun (2001-2005) dengan

data cross section 35 kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah. Teknik analisis

menggunakan analisis jalur (path analysis), yang diaplikasikan sebagai model

untuk menganalisis pengaruh secara langsung maupun tidak langsung variabel

eksogen terhadap variabel endogen. Simpulan penelitiannya bahwa pertumbuhan

ekonomi berpengaruh signifikan dan mempunyai hubungan yang positif terhadap

kesejahteraan masyarakat di kabupaten/kota Provinsi Jawa Tengah. Kesenjangan

ekonomi antar daerah berpengaruh signifikan dan mempunyai hubungan yang

Page 64: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Pembangunan Model Rostow€¦ · negara berkembang yang ingin maju harus melalui tahap-tahap pembangunan yaitu: (1) The ... menjelaskan tentang bagaimana

97

negatif terhadap kesejahteraan masyarakat di kabupaten/kota Provinsi Jawa

Tengah. Tenaga kerja terserap berpengaruh positif dan signifikan terhadap

kesejahteraan masyarakat di kabupaten/kota Provinsi Jawa Tengah.

Mopangga (2011) melakukan penelitian tentang analisis ketimpangan

pembangunan dan pertumbuhan ekonomi di Provinsi Gorontalo. Tujuan penelitian

untuk menganalisis pengaruh PDRB perkapita, IPM dan ratio belanja infrastruktur

terhadap indeks ketimpangan pembangunan antar kabupaten/kota di Provinsi

Gorontalo selama periode tahun 2001-2008. Teknik analisis menggunakan dua

pendekatan yaitu analisis deskriptif dengan model Shift Share dan matriks

Tipologi Klassen untuk menjelaskan struktur ekonomi di Provinsi Gorontalo.

Pendekatan kuantitatif panel data menggunakan model regresi berganda dengan

fixed effect model (FEM). Hasil penelitian ditemukan, bahwa ketimpangan di

Provinsi Gorontalo diawal pembangunan cenderung meningkat (divergence) dan

berangsur menurun (convergence) seperti yang ditunjukkan oleh kurva

ketimpangan pembangunan dalam Hipotesa Neo-Klasik. Secara simultan

perbedaan PDRB perkapita, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan Rasio

Belanja Infrastruktur (RBI) sangat signifikan sebagai sumber utama ketimpangan

di Provinsi Gorontalo. Secara parsial dengan menggunakan Indeks Willliamson,

maka PDRB perkapita signifikan, begitu pula IPM dan RBI sangat signifikan

sebagai sumber ketimpangan di Provinsi Gorontalo.

Nuriansyah dan Kusnendi (2011) melakukan penelitian dengan judul

pengaruh PDRB perkapita, pertumbuhan penduduk dan inflasi terhadap

kesenjangan distribusi pendapatan antar daerah di Jawa Barat periode 1985-2009.

Page 65: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Pembangunan Model Rostow€¦ · negara berkembang yang ingin maju harus melalui tahap-tahap pembangunan yaitu: (1) The ... menjelaskan tentang bagaimana

98

Metode penelitian menggunakan pendekatan deskriptif dan regresi linier berganda

dengan bantuan aplikasi program Eviews 6.1 dan SPSS 16.0. Hasil penelitian

menunjukkan, bahwa secara parsial PDRB perkapita dan pertumbuhan penduduk

memiliki pengaruh positif terhadap kesenjangan distribusi pendapatan, sedangkan

inflasi memiliki pengaruh yang negatif. Secara bersama-sama PDRB perkapita,

pertumbuhan penduduk, dan inflasi mempengaruhi kesenjangan distribusi

pendapatan antar daerah di Provinsi Jawa Barat. Ditemukan pula nilai koefisien

determinasi dari ketiga variabel bebas tersebut berpengaruh atau berkontribusi

terhadap variabel terikat sebesar 34,27 persen dan sisanya sebesar 66,52 persen

dipengaruhi oleh faktor lain diluar model.

Yeniwati (2013) melakukan penelitian tentang analisis ketimpangan

ekonomi antar Provinsi di Sumatera. Tujuan penelitiannya untuk mengidentifikasi

ketimpangan pembangunan ekonomi dengan pendekatan PDRB perkapita atas

harga konstan tahun 2000 pada 10 provinsi yang ada di Sumatera selama periode

tahun 2005-2010. Kemudian untuk mengetahui: (1) pengaruh investasi terhadap

ketimpangan ekonomi di Sumatera; (2) pengaruh aglomerasi terhadap

ketimpangan ekonomi di wilayah Sumatera; dan (3) pengaruh sumber daya alam

terhadap ketimpangan ekonomi di Sumatera. Metode analisis untuk mengetahui

ketimpangan pembangunan ekonomi digunakan indeks Williamson. Sedangkan

untuk mengetahui pengaruh sejumlah variabel terhadap ketimpangan

pembangunan menggunakan panel data dengan Random Effect Model (REM).

Hasil penelitian menunjukkan, bahwa dari 10 provinsi yang ada di Sumatera yang

memiliki indeks ketimpangan yang lebih besar dari rata-rata Sumatera ada 5

Page 66: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Pembangunan Model Rostow€¦ · negara berkembang yang ingin maju harus melalui tahap-tahap pembangunan yaitu: (1) The ... menjelaskan tentang bagaimana

99

provinsi. Hasil estimasi menunjukkan pengaruh negatif dan signifikan antara

investasi dengan ketimpangan ekonomi di wilayah Sumatera. Variabel aglomerasi

berpengaruh positif dan signifikan terhadap ketimpangan ekonomi di wilayah

Sumatera. Dan variabel sumber daya alam berpengaruh negatif terhadap

ketimpangan ekonomi di wilayah Sumatera.

Penelitian ini adalah tentang analisis ketimpangan distribusi pendapatan

antar kabupaten/kota di Provinsi Papua yang merupakan pengembangan dan

perluasan dari hasil kajian empiris penelitian sebelumnya yang sudah dilakukan

oleh: Sasana (2009), Mopangga (2011), Nuriansyah dan Kusnendi (2011),

Yeniwati (2013); Nuryadin et al. (2013) dengan lokasi, waktu, jumlah variabel,

populasi, sample dan model analisis yang berbeda. Terdapat kesamaan dan

perbedaan penelitian ini dengan hasil kajian empiris penelitian sebelumnya seperti

yang diuraikan di muka. Persamaannya adalah dalam hal penggunaan data panel,

variabel eksogen maupun model analisis data. Perbedaannya adalah tujuan dan

lokasi penelitian, periode waktu pengamatan, populasi, jumlah sample, dan jumlah

variabel eksogen yang digunakan untuk menjelaskan variabel endogen

ketimpangan distribusi pendapatan antar kabupaten/kota di Provinsi Papua

periode 2009-2013. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah hasil

kompilasi dari peneliti sebelumnya yang pernah dilakukan terdiri dari dua variabel

eksogen yaitu: faktor sumber daya alam dan tenaga kerja terserap serta tiga

variabel endogen yaitu aglomerasi, pertumbuhan ekonomi dan ketimpangan

distribusi pendapatan antar wilayah. Keterbaharuan penelitian (research novelty)

ini adalah menggunakan pendekatan kuantitatif dengan statistik deskriptif dan

Page 67: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Pembangunan Model Rostow€¦ · negara berkembang yang ingin maju harus melalui tahap-tahap pembangunan yaitu: (1) The ... menjelaskan tentang bagaimana

100

inferensia model path analysis dengan regresi persamaan simultan untuk

menjawab masalah dan tujuan penelitian tentang bagaimana pengaruh langsung

antar variabel eksogen terhadap variabel endogen dan pengaruh tidak langsung

variabel eksogen faktor sumber daya alam dan tenaga kerja terserap terhadap

ketimpangan distribusi pendapatan antar kabupaten/kota di Provinsi Papua

melalui mediasi variabel aglomerasi dan pertumbuhan ekonomi dengan Sobel test.

Hasil penelitian akan menjadi simpulan dan informasi terbaru sebagai

jawaban dari masalah pokok dalam research ini. Kemudian dari simpulan tersebut

menjadi saran bagi para pemangku kepentingan (stakeholders) utamanya

pemerintah kabupaten/kota di Provinsi Papua sebagai bahan evaluasi dan

pertimbangan terbaru dalam pengambilan keputusan (decision making) maupun

menetapkan kebijakan strategis (strategic policy) dalam usaha perbaikan dan

mendorong akselerasi pemerataan pembangunan guna mengurangi atau tidak

semakin melebarnya ketimpangan distribusi pendapatan antar kabupaten/kota di

Provinsi Papua secara berkesinambungan ke depan.