perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/4510/1/207671812201104011.pdfHUBUNGAN ANTARA...

89
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user HUBUNGAN ANTARA PENERAPAN POLA ASUH OTORITER ORANG TUA DENGAN DISTRES PADA REMAJA DI SMA N 1 MUNTILAN SKRIPSI Dalam rangka penyusunan skripsi sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Psikologi Program Pendidikan Strata I Psikologi Pembimbing I : Dra. Salmah Lilik, Msi. Pembimbing II : Rin Widya Agustin, M.Psi. Disusun Oleh: MIFTAKHUL FAIZAH G0106066 PRODI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

Transcript of perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/4510/1/207671812201104011.pdfHUBUNGAN ANTARA...

Page 1: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/4510/1/207671812201104011.pdfHUBUNGAN ANTARA PENERAPAN POLA ASUH OTORITER ORANG TUA DENGAN DISTRES PADA REMAJA DI SMA N 1 MUNTILAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

HUBUNGAN ANTARA PENERAPAN POLA ASUH OTORITER

ORANG TUA DENGAN DISTRES PADA REMAJA

DI SMA N 1 MUNTILAN

SKRIPSI

Dalam rangka penyusunan skripsi sebagai salah satu syarat guna memperoleh

gelar Sarjana Psikologi Program Pendidikan Strata I Psikologi

Pembimbing I : Dra. Salmah Lilik, Msi.

Pembimbing II : Rin Widya Agustin, M.Psi.

Disusun Oleh:

MIFTAKHUL FAIZAH

G0106066

PRODI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2010

Page 2: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/4510/1/207671812201104011.pdfHUBUNGAN ANTARA PENERAPAN POLA ASUH OTORITER ORANG TUA DENGAN DISTRES PADA REMAJA DI SMA N 1 MUNTILAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 3: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/4510/1/207671812201104011.pdfHUBUNGAN ANTARA PENERAPAN POLA ASUH OTORITER ORANG TUA DENGAN DISTRES PADA REMAJA DI SMA N 1 MUNTILAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 4: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/4510/1/207671812201104011.pdfHUBUNGAN ANTARA PENERAPAN POLA ASUH OTORITER ORANG TUA DENGAN DISTRES PADA REMAJA DI SMA N 1 MUNTILAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

PERNYATAAN KEASLIAN

Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa dalam skripsi ini tidak

terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu

perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau

pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis

diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Jika terdapat hal-hal yang

tidak sesuai dengan isi pernyataan ini, maka saya bersedia derajat kesarjanaan saya

dicabut.

Surakarta, 4 April 2011

Miftakhul Faizah

Page 5: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/4510/1/207671812201104011.pdfHUBUNGAN ANTARA PENERAPAN POLA ASUH OTORITER ORANG TUA DENGAN DISTRES PADA REMAJA DI SMA N 1 MUNTILAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

MOTTO

Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang

bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras,

dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan

selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.

(Qs. At Tahrim ayat 6)

Parenting is a very important professions, but no test of fitness for it is imposed in the

interest of children.

(George Bernard Shaw, Everybody’s Political About What, 1944)

It is not enough for parents to understand children. They must accord children the

previlege of understanding them.

(Milton Sapirstein, Paradoxes of Everyday Life, 1955)

Orang tua yang baik adalah orang tua yang memperlakukan anak secara bijaksana dan

mampu mengantarkan anak pada jalan yang baik.

(Penulis)

Page 6: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/4510/1/207671812201104011.pdfHUBUNGAN ANTARA PENERAPAN POLA ASUH OTORITER ORANG TUA DENGAN DISTRES PADA REMAJA DI SMA N 1 MUNTILAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

UCAPAN TERIMA KASIH DAN PENGHARGAAN

Seiring dengan doa dan rasa syukur serta ridho ALLAH

SWT, skripsi ini penulis persembahkan kepada:

1. Bpk. Akhmad Syukri dan Ibu Siti Nafsiyah selaku orang tua

yang selalu mencurahkan perhatian, dukungan, kasih sayang,

rasa cinta, pengorbanan serta doa yang tulus tiada hentinya.

2. Kakak-kakakku yang selalu memberikan perhatian, dukungan

serta arahan-arahannya dalam setiap langkahnya.

3. Guru-guruku yang selalu memberikan ilmu dan pelajaran yang

tiada tara.

4. Almamaterku tercinta.

Page 7: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/4510/1/207671812201104011.pdfHUBUNGAN ANTARA PENERAPAN POLA ASUH OTORITER ORANG TUA DENGAN DISTRES PADA REMAJA DI SMA N 1 MUNTILAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat,

nikmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi sebagai syarat

untuk mendapatkan gelar Sarjana Psikologi Program Pendidikan Strata 1 Psikologi.

Shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada junjungan kita nabi Muhammad SAW

beserta keluarga, sahabat dan pengikutnya yang setia.

Penulis menyadari bahwa skripsi dengan judul “Hubungan antara Penerapan Pola

Asuh Otoriter Orang Tua dengan Distres pada Remaja di SMA N 1 Muntilan” dapat

diselesaikan karena tidak terlepas dari bimbingan, arahan, bantuan, dorongan dan

semangat, serta doa dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis dengan penuh

penghargaan dan kerendahan hati mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada :

1. Bapak Prof. Dr. A.A. Subiyanto, dr. M.S selaku Dekan Fakultas Kedokteran

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Bapak Drs. Hardjono, M.Si selaku Ketua Program Studi Psikologi Fakultas

Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Ibu Dra. Salmah Lilik, M.Si selaku dosen pembimbing utama yang telah bersedia

meluangkan waktu disela-sela kesibukannya untuk memberikan bimbingan,

pengarahan, dan saran dengan penuh kesabaran.

4. Ibu Rin Widya Agustin, M.Psi selaku dosen pembimbing pendamping yang telah

meluangkan waktu untuk mendampingi penulis dalam memperbaiki kekurangan-

kekurangan dalam penyusunan skripsi ini dengan penuh kesabaran.

Page 8: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/4510/1/207671812201104011.pdfHUBUNGAN ANTARA PENERAPAN POLA ASUH OTORITER ORANG TUA DENGAN DISTRES PADA REMAJA DI SMA N 1 MUNTILAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5. Ibu Dra. Makmuroch, M.S. selaku dosen penguji utama yang telah bersedia

menguji dan mengarahkan penulis.

6. Bapak Nugraha Arif Karyanta, S.Psi. selaku penguji pendamping yang telah

bersedia menguji dan mengarahkan penulis.

7. Seluruh dosen dan staf Program Studi Psikologi yang telah banyak memberikan

ilmu, motivasi serta pengalaman yang sangat berarti selama kuliah.

8. Bapak Drs. Asep Sukendar, M.Pd, selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Muntilan

beserta staf pengajar dan TU yang telah mengijinkan penulis mengadakan

penelitian di sekolah yang Bapak bina.

9. Bapak Suraji, S.Pd selaku Wakasek Kesiswaan yang telah memberikan bimbingan

pada penulis selama penelitian berlangsung khususnya dalam mengatur jadwal

penelitian.

10. Ibu Sri Mulyani, S.Pd selaku Humas SMA N 1 Muntilan yang telah memberikan

informasi dalam melakukan ijin penelitian serta meluangkan waktu dalam

menceritakan sejarah berdirinya SMA N 1 Muntilan.

11. Siswa-siswi SMA N 1 Muntilan atas bantuan dan kerja samanya dalam

berpartisipasi menjadi sampel penelitian.

12. Ayah dan Ibu tercinta yang telah mencurahkan perhatian, dukungan, kasih sayang,

rasa cinta, pengorbanan serta doa yang tulus tiada hentinya hingga terselesaikannya

penyusunan skripsi.

13. Kakak-kakakku yang selalu memberikan perhatian, dukungan, semangat, arahan

serta kasih sayang dan do’a yang tiada hentinya hingga terselesaikannya

penyusunan sripsi.

14. Sahabat-sahabatku tercinta, Ari (nyut-nyut), Rindang (nyut), Ratih (ndut) dan Icha

(Chiwek) yang bersedia dalam berbagi canda tawa dan lara sedih dalam setiap

Page 9: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/4510/1/207671812201104011.pdfHUBUNGAN ANTARA PENERAPAN POLA ASUH OTORITER ORANG TUA DENGAN DISTRES PADA REMAJA DI SMA N 1 MUNTILAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

permasalahan yang penulis alami. Terima kasih juga atas bantuan, semangat serta

masukan-masukan yang telah diberikan hingga skripsi ini dapat terselesaikan.

Jangan sampai persahatan kita terlepas dan tetap ikhtiar menjalani hidup ini.

15. Teman-teman seperjuangan (Vina, Ulva, Fadillah, Mahardika, Chandra, arfi) yang

selalu memberikan bantuannya hingga terselesaikannya penyusunan skripsi ini.

16. Seluruh mahasiswa Psikologi khususnya angkatan 2006 atas semua bantuan yang

diberikan, dorongan, serta do’a untuk kelancaran dalam penyusunan skripsi ini.

17. Ibu Soelandjari Soeharto selaku ibu kos selama 4 tahun yang selalu memberi

wejangan-wejangan serta do’a dan arahan-arahan terhadap setiap tindakan yang

penulis lakukan.

18. Adik-adik kos Ria, yang selalu memberikan perhatian dalam sakit ataupun sehat,

bersedia mendengarkan keluhan-keluhan yang dirasakan penulis serta selalu

memberikan canda tawa dalam setiap langkah hidup yang penulis lalui selama

tinggal.

19. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu

dalam terselesaikannya skripsi ini.

Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari sempurna, dengan tangan terbuka,

penulis menerima segala kritik dan saran yang membangun. Semoga skripsi ini dapat

memberikan manfaat, baik bagi penulis sendiri maupun pembaca pada umumnya.

Surakarta, 4 April 2011

Miftakhul Faizah

Page 10: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/4510/1/207671812201104011.pdfHUBUNGAN ANTARA PENERAPAN POLA ASUH OTORITER ORANG TUA DENGAN DISTRES PADA REMAJA DI SMA N 1 MUNTILAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

HUBUNGAN ANTARA PENERAPAN POLA ASUH OTORITER

ORANG TUA DENGAN DISTRES PADA REMAJA

DI SMA N 1 MUNTILAN

Miftakhul Faizah

Universitas Sebelas Maret Surakarta

ABSTRAK

Berbagai permasalahan yang dialami remaja dari waktu ke waktu

sangatlah komplek dan beraneka ragam, tentu saja dengan sumber permasalahan

yang berbeda-beda pula. Permasalahan tersebut diantaranya meliputi perilaku

merokok, penyalahgunaan obat terlarang, seks bebas, AIDS bahkan bunuh diri.

Fenomena dari berbagai bentuk permasalahan remaja di atas merupakan

manifestasi dari stres yang dialami oleh remaja. Stres merupakan kondisi sebagai

hasil interaksi individu dan lingkungan, di mana individu merasakan pertentangan

antara tuntutan situasi dan sumber biologis, psikologis, dan sistem sosial. Kondisi

ketertekanan yang semakin menumpuk akan membawa remaja pada kondisi stres.

Stres yang tidak dapat diatasi memunculkan distres dalam diri remaja. Ada

banyak faktor yang mempengaruhi terbentuknya distres yang meliputi faktor fisik,

faktor lingkungan, faktor emosi dan kepribadian, serta faktor sosiokultural. Pola

pengasuhan orang tua merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi distres

dalam diri remaja.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara penerapan pola

asuh otoriter orang tua dengan distres pada remaja di SMA N 1 Muntilan.

Hipotesis yang diajukan adalah ada hubungan positif yang signifikan antara

penerapan pola asuh otoriter orang tua dengan distres pada remaja di SMA N 1

Muntilan.

Subjek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA N 1 Muntilan.

Sampel dalam penelitian ini sebanyak 59 siswa. Teknik pengambilan sampel

menggunakan teknik purposive sampling. Data penelitian ini diperoleh dengan

menggunakan Skala Penerapan Pola Asuh Otoriter Orang Tua dan Kuesioner

Distres dengan modifikasi dari Goldberg. Skala Penerapan Pola Asuh Otoriter

Orang Tua terdiri dari 49 aitem valid dengan koefisien reliabilitas 0,922.

Kuesioner Distres terdiri dari 47 aitem valid dengan koefisien reliabilitas 0,895.

Analisis data menggunakan teknik analisis Koefisien Kontingensi

(Contingency Coefficient) yang dalam penghitungannya menggunakan analisis

Chi-Square, diperoleh koefisien korelasi sebesar 0,659, p-value sebesar 0,011 <

0,05 dan X2hitung lebih besar dari X

2tabel (45,187 > 38,885). Hal ini berarti ada

hubungan positif yang signifikan antara penerapan pola asuh otoriter orang tua

dengan distres pada remaja di SMA N 1 Muntilan.

Kata Kunci: Penerapan Pola Asuh Otoriter Orang tua, Distres.

Page 11: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/4510/1/207671812201104011.pdfHUBUNGAN ANTARA PENERAPAN POLA ASUH OTORITER ORANG TUA DENGAN DISTRES PADA REMAJA DI SMA N 1 MUNTILAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

CORRELATION BETWEEN APPLICATION OF AUTHORITARIAN

PARENTING STYLE PATTERNWITH

ADOLESCENTS DISTRESS

IN SMA N 1 MUNTILAN

Miftakhul Faizah

Sebelas Maret University in Surakarta

ABSTRACT

The various problem of adolescents in over times are complicated and diverse,

and source of these problems also various. This problems include of smoke behavior,

addictive abuse, free sex and even suicide. The phenomenon of various forms of

adolescent problems mentioned above is a manifestation of stress experienced in

adolescents. Stress is a condition as a result from interaction between person and

environment, which is the person feeling disperancy between the demands of a situation

and biological, psychological, and social system resources. Pressures condition that

become congest will carry on adolescent to stress condition. Stressful that can not be

coped will cause adolescent distress. There are many factors that influence distress,

consists of physical factors, emotional and personality factors and socio-cultural factors.

Parenting style is one of many factors that influence adolescent distress.

The goal of this research is to know the correlation between application of

authoritarian parenting style pattern with adolescents distress in SMA N 1 Muntilan.

Hypothesis of the research is there was positive significant correlation between

application of authoritarian parenting style pattern with adolescents distress in SMA N 1

Muntilan.

The subject of this research are all of students first grade in SMA N 1 Muntilan.

The samples of this research as many as 59 students. This research use purposive

sampling. Application of authoritarian parenting style pattern scale and modification of

distress questionnaire by Goldberg were used to collect the data. Application of

authoritarian parenting style pattern scale had obtained 49 valid items with 0,922

reliability coefficient. Distress questionnaire had obtained 47 valid items with 0,895

reliability coefficient.

Contingency Coefficient analysis technique that use Chi-Square analysis were

used to analize the data, resulting 0,659 as the correlation coefficient value, p-value were

result 0,011 < 0,05 and X2arithmetic > X

2table (45,187 > 38,885). Conclutions of this

research is there are positive significant correlation between application of authoritarian

parenting style pattern with adolescents distress in SMA N 1 Muntilan.

Keywords: application of authoritarian parenting style pattern, distress

Page 12: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/4510/1/207671812201104011.pdfHUBUNGAN ANTARA PENERAPAN POLA ASUH OTORITER ORANG TUA DENGAN DISTRES PADA REMAJA DI SMA N 1 MUNTILAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i

HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................ ii

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. iii

PERNYATAAN KEASLIAN ............................................................................. iv

MOTTO ................................................................................................................ v

UCAPAN TERIMA KASIH DAN PENGHARGAAN ..................................... vi

KATA PENGANTAR ......................................................................................... vii

ABSTRAK ........................................................................................................... xi

ABSTRACT.......................................................................................................... xii

DAFTAR ISI ........................................................................................................ xiii

DAFTAR TABEL ................................................................................................ xvi

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xviii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1

B. Rumusan Masalah................................................................................ 8

C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 8

D. Manfaat Penelitian ............................................................................... 8

1. Manfaat Teoritis............................................................................. 8

2. Manfaat Praktis .............................................................................. 8

BAB II LANDASAN TEORI

A. Distres .................................................................................................. 10

1. Pengertian Distres ........................................................................... 11

2. Gejala-gejala Distres....................................................................... 12

3. Sumber-sumber Distres................................................................... 16

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Distres pada Remaja ............... 21

B. Pola Asuh Otoriter ............................................................................... 22

1. Pengertian Pola asuh Otoriter ......................................................... 22

Page 13: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/4510/1/207671812201104011.pdfHUBUNGAN ANTARA PENERAPAN POLA ASUH OTORITER ORANG TUA DENGAN DISTRES PADA REMAJA DI SMA N 1 MUNTILAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2. Karakteristik Pola Asuh Otoriter Berdasarkan Aspek-aspek Pola

Asuh Orang Tua ................................................................................ 24

3. Pengaruh Pola Asuh Otoriter bagi Remaja ..................................... 28

C. Hubungan antara Penerapan Pola Asuh Otoriter Orang tua dengan

Distres pada Remaja ................................................................................ 30

D. Kerangka Pemikiran............................................................................. 34

E. Hipotesis .............................................................................................. 34

BAB III METODE PENELITIAN

A. Identifikasi Variabel............................................................................. 35

B. Definisi Operasional ............................................................................ 35

C. Populasi, Sampel dan Sampling........................................................... 37

D. Metode Pengumpulan Data.................................................................. 38

E. Validitas dan Realibilitas Alat Ukur .................................................... 43

F. Analisis Data........................................................................................ 45

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Persiapan Penelitian ............................................................................. 46

1. Orientasi Kancah Penelitian............................................................ 46

2. Persiapan Administrasi Penelitian .................................................. 49

3. Persiapan Alat Ukur........................................................................ 50

4. Pelaksanaan Uji Coba ..................................................................... 50

5. Uji Validitas dan Reliabilitas .......................................................... 51

6. Penyusunan Alat Ukur Penelitian ................................................... 55

B. Pelaksanaan Penelitian......................................................................... 56

1. Penentuan Sampel Penelitian.......................................................... 56

2. Penelitian ........................................................................................ 57

C. Hasil Analisis Data Penelitian ............................................................. 59

1. Uji Asumsi ...................................................................................... 59

2. Uji Hipotesis ................................................................................... 61

3. Analisis Deskriptif .......................................................................... 62

D. Pembahasan.......................................................................................... 66

Page 14: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/4510/1/207671812201104011.pdfHUBUNGAN ANTARA PENERAPAN POLA ASUH OTORITER ORANG TUA DENGAN DISTRES PADA REMAJA DI SMA N 1 MUNTILAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan .......................................................................................... 70

B. Saran .................................................................................................... 70

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 73

Page 15: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/4510/1/207671812201104011.pdfHUBUNGAN ANTARA PENERAPAN POLA ASUH OTORITER ORANG TUA DENGAN DISTRES PADA REMAJA DI SMA N 1 MUNTILAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Penilaian Pernyataan Favorable dan Pernyataan Unfavorable

Untuk Kuesioner Distres dari Goldberg (1972) ................................ 38

Tabel 3.2 Penilaian Pernyataan Favorable dan Pernyataan Unfavorable

Untuk Skala Penerapan Pola Asuh Otoriter ...................................... 38

Tabel 3.3 Perbandingan Validitas GHQ-60 dengan Beberapa Skala Lain ........ 41

Tabel 3.4 Hasil Perbandingan Sencitivity dan Specifisity dari ke Empat Versi

GHQ pada Pasien Praktik Umum dan Pasien Tidak Rawat Inap ...... 41

Tabel 3.5 Blue Print Kuesioner Distres dari Goldberg (1972) .......................... 42

Tabel 3.6 Blue Print Skala Pola Asuh Otoriter ................................................. 43

Tabel 4.1 Distribusi Butir Aitem Valid dan Gugur pada Skala Penerapan Pola

Asuh Otoriter Orang Tua................................................................... 53

Tabel 4.2 Distribusi Butir Aitem Valid dan Gugur pada Kuesioner Distres ..... 54

Tabel 4.3 Distribusi Aitem Skala Penerapan Pola Asuh Otoriter Orang Tua ... 55

Tabel 4.4 Distribusi Aitem Kuesioner Distres................................................... 56

Tabel 4.5 Hasil Uji Normalitas One Sample Kolmogorov-Smirnov .................. 59

Tabel 4.6 Hasil Uji Linearitas ........................................................................... 60

Tabel 4.7 Hasil Uji Korelasi dengan Analisis Chi-Square ................................ 61

Tabel 4.8 Hasil Uji Korelasi dengan Analisis Contingency Coefficien............. 62

Tabel 4.9 Statistik Deskriptif............................................................................. 63

Tabel 4.10 Norma Kategori Skor Subjek ............................................................ 63

Tabel 4.11 Kriteria Kategori Skala Penerapan Pola Asuh Otoriter Orang Tua

dan Distribusi Skor Subjek................................................................ 64

Tabel 4.12 Kriteria Kategori Kuesioner Distres dan Distribusi Skor Subjek...... 65

Page 16: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/4510/1/207671812201104011.pdfHUBUNGAN ANTARA PENERAPAN POLA ASUH OTORITER ORANG TUA DENGAN DISTRES PADA REMAJA DI SMA N 1 MUNTILAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Model yang Menunjukkan Hubungan antara Pemindahan Hak,

Otoriter, dan Ketidakadilan dengan Kedudukan Sosial dan

Distres ............................................................................................. 21

Gambar 2.2 Kerangka Berpikir Hubungan antara Penerapan Pola Asuh

Otoriter Orang Tua dengan Distres pada Remaja ........................... 34

Gambar 4.1 Diagram mengenai tingkatan distres pada remaja sebagai akibat

dari penerapan pola asuh otoriter orang tua. ................................... 67

Page 17: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/4510/1/207671812201104011.pdfHUBUNGAN ANTARA PENERAPAN POLA ASUH OTORITER ORANG TUA DENGAN DISTRES PADA REMAJA DI SMA N 1 MUNTILAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran ........................................................................................................ 77

Lampiran A Alat Ukur Penelitian Sebelum Uji Coba ................................... 78

1. Skala Penerapan Pola Asuh otoriter

2. Kuesioner Distres dari Goldberg (1972)

Lampiran B Sebaran Data Nilai Uji Coba Alat Ukur .................................... 90

1. Skala Penerapan Pola Asuh Otoriter Orang Tua

2. Kuesioner Distres

Lampiran C Validitas Alat Ukur.................................................................... 115

1. Skala Penerapan Pola Asuh Otoriter Orang Tua

2. Kuesioner Distres

Lampiran D Reliabilitas Alat Ukur ................................................................ 127

1. Skala Penerapan Pola Asuh Otoriter Orang Tua

2. Kuesioner Distres

Lampiran E Alat Ukur Penelitian .................................................................. 129

1. Skala Penerapan Pola Asuh Otoriter Orang Tua

2. Kuesioner Distres

Lampiran F Sebaran Nilai Data Penelitian .................................................... 139

1. Skala Penerapan Pola Asuh Otoriter Orang Tua

2. Kuesioner Distres

Lampiran G ................................................................................................... 164

1. Uji Normalitas

2. Uji Linearitas

3. Analisis Deskriptif

4. Uji Hipotesis

Lampiran H Surat Ijin Penelitian dan Surat Tanda Bukti Penelitian ............. 169

Page 18: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/4510/1/207671812201104011.pdfHUBUNGAN ANTARA PENERAPAN POLA ASUH OTORITER ORANG TUA DENGAN DISTRES PADA REMAJA DI SMA N 1 MUNTILAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada era globalisasi ini berbagai permasalahan yang dialami remaja

sangatlah komplek dan beraneka ragam, tentu saja dengan sumber permasalahan

yang berbeda-beda pula. Permasalahan remaja yang terjadi berupa masalah

penyesuaian sosial; masalah kenakalan remaja berupa tindakan pencurian,

kekerasan dan pemerkosaan; serta masalah penyesuaian perilaku seperti perilaku

seks bebas, perilaku merokok, mengkonsumsi narkoba bahkan masalah

kriminalitas dan bunuh diri. Berdasarkan data NSA (National Survey of

Adolescent) jumlah remaja SMA yang melakukan bunuh diri mengalami

peningkatan dari 7,3% pada tahun 1991 menjadi 8,4% pada tahun 2005.

Peningkatan tersebut menandai adanya peningkatan permasalahan remaja dari

generasi ke generasi sejalan dengan berkembangnya peradaban manusia.

Badan Narkotika Nasional (BNN) melaporkan jumlah kasus

penyalahgunaan Narkoba di Indonesia dari tahun 1998-2003 adalah 20.301

orang, di mana 70% diantaranya berusia antara 15-19 tahun. Mengutip makalah

ilmiah yang ditulis Widianti (2007), yaitu berdasarkan data yang dihimpun oleh

Departemen Kesehatan sampai Juni 2003 jumlah pengidap HIV atau AIDS atau

ODHA (Orang Yang Hidup Dengan HIV atau AIDS) di Indonesia adalah 3.647

orang terdiri dari pengidap HIV 2.559 dan penderita AIDS 1.088 orang. Dari

Page 19: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/4510/1/207671812201104011.pdfHUBUNGAN ANTARA PENERAPAN POLA ASUH OTORITER ORANG TUA DENGAN DISTRES PADA REMAJA DI SMA N 1 MUNTILAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

jumlah tersebut, kelompok usia 15-19 berjumlah 151 orang (4,14%), 19-24

berjumlah 930 orang (25,50%). Hal ini berarti bahwa jumlah terbanyak penderita

HIV atau AIDS adalah remaja dan orang muda.

Fenomena dari berbagai permasalahan yang dialami oleh remaja

merupakan manifestasi dari distres. Menurut Mirowsky & Catherine (2003)

distres mengacu masalah kepribadian seperti anti sosial atau saling bermusuhan,

kemunduran kecerdasan atau penyalahgunaan obat terlarang, bentuk manik atau

emosi yang tidak stabil, atau ketergantungan terhadap alkohol atau bahan kimia

lain. Gunarsa (1985) mengemukakan bahwa masa remaja merupakan masa

peralihan antara masa anak dan masa dewasa yakni antara 12 sampai 21 tahun.

Pada masa ini remaja mengalami berbagai macam perubahan-perubahan

karakteristik dalam diri remaja. Santrock (2002) mengemukakan bahwa

perubahan-perubahan pada remaja tersebut diantaranya adalah perubahan fisik

yang meliputi perubahan pubertas; perubahan kognitif yang meliputi

berkembangnya penalaran logis, meningkatnya pemikiran abstrak, idealistis,

maupun egosentris; perubahan sosioemosional meliputi kelekatan dengan orang

tua serta pencapaian otonomi; serta perubahan hubungan sosial remaja dalam

lingkungan sekolah, teman sebaya, maupun lingkungan sekolah.

Remaja menurut perkembangannya berada dalam kondisi yang labil baik

dalam fisik, psikis, emosi maupun perilakunya. Dalam kondisi demikian, remaja

mudah dipengaruhi sehingga mempunyai potensi yang besar terhadap berbagai

macam permasalahan seperti yang telah diuraikan sebelumnya. Remaja dengan

karakteristik perkembangannya mengalami berbagai perubahan fisik dan mental

Page 20: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/4510/1/207671812201104011.pdfHUBUNGAN ANTARA PENERAPAN POLA ASUH OTORITER ORANG TUA DENGAN DISTRES PADA REMAJA DI SMA N 1 MUNTILAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

mengarahkan pada kebutuhan remaja akan perlakuan khusus dari orang tua. Di

satu sisi, remaja membutuhkan kesempatan untuk belajar meraih otonomi,

mengatur diri sendiri, membuat keputusan dan bertanggung jawab terhadap

keputusan tersebut sehingga cenderung menolak intervensi dari pihak lain, dalam

hal ini orang tua. Di sisi lain, remaja juga membutuhkan perhatian, pengawasan,

serta bimbingan dari orang tua.

Sarafino (1998) mengungkapkan bahwa stres merupakan kondisi sebagai

hasil interaksi antara individu dan lingkungan, dimana individu merasakan

pertentangan antara tuntutan situasi dan sumber biologis, psikologis, dan sosial

yang dimiliki. Kondisi ketertekanan yang semakin menumpuk akan membawa

remaja pada kondisi stres. Maramis (2005) mengungkapkan bahwa tekanan

sehari-hari walaupun kecil, tetapi bila bertumpuk-tumpuk, dapat menjadi stres

yang hebat. Stres merupakan suatu kondisi psikologis dimana seseorang merasa

tertekan karena suatu persoalan yang dihadapinya (Koentjoro, 2007).

Hubungan antara orang tua dengan remaja terbangun melalui pola

pengasuhan yang diterapkan oleh orang tua. Pola pengasuhan yang pada dasarnya

mempunyai tujuan yang baik bagi perkembangan anak-anak, sehingga menjadi

individu yang dewasa secara sosial (Santrock, 2002).

Sejalan dengan tahap-tahap perkembangan yang terjadi pada remaja

berpengaruh pula terhadap kebutuhan akan perubahan pola pengasuhan pada

orang tua. Orang tua merasa khawatir remaja mereka mengalami degradasi moral

dalam masa perkembangannya. Orang tua mulai memikirkan kemungkinan-

kemungkinan munculnya perilaku menyimpang pada perkembangan remaja,

Page 21: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/4510/1/207671812201104011.pdfHUBUNGAN ANTARA PENERAPAN POLA ASUH OTORITER ORANG TUA DENGAN DISTRES PADA REMAJA DI SMA N 1 MUNTILAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

sehingga orang tua semakin memperketat ruang gerak remaja. Orang tua semakin

meningkatkan sikap keras pada pola pengasuhannya dengan mengendalian

perilaku remaja secara ketat serta menekan remaja agar mengikuti aturan-aturan

sesuai standar orang tua (Santrock, 2002). Pilihan-pilihan dalam pengambilan

keputusan ditetapkan oleh orang tua dengan batasan-batasan dan aturan yang

mereka tetapkan sendiri bahkan tanpa memberikan penjelasan pada remaja.

Sikap orang tua yang demikian merupakan bentuk dari pola asuh otoriter.

Menurut Hurlock (2002), pola asuh yang otoriter memiliki ciri-ciri sikap ortu

kaku dan keras, menuntut anak untuk patuh pada semua perintah dan kehendak

orang tua, pengontrolan terhadap tingkah laku anak yang sangat ketat serta kurang

memberikan kepercayaan pada anak dan sering memberikan hukuman pada anak

ketika anak melakukan pelanggaran terhadap aturan yang telah ditetapkan.

Berlawanan dengan kebutuhan remaja, orang tua sering tidak memahami

perubahan yang terjadi sehingga tidak menyadari anak telah tumbuh menjadi

seorang remaja, remaja yang masih berada pada tahap belajar terhadap berbagai

perubahan serta peristiwa yang mereka alami. Perubahan-perubahan kognisi

dimana remaja mengalami perkembangan penalaran logis, peningkatan dalam

berpikir abstrak, idealistis, maupun egosentris mengarahkan dan dorongan remaja

untuk mendapatkan dan meraih otonomi (Santrock, 2002). Hukum Trotzalter

mengatakan bahwa pada masa-masa remaja terjadi perubahan mencolok dalam

dirinya baik aspek fisik maupun psikis sehingga menimbulkan reaksi emosional

dan perilaku radikal. Wujud nyata perilaku seringkali ditunjukkan dengan sikap

mampu berdiri sendiri, mampu mengerjakan sesuatu secara sendiri, dan merasa

Page 22: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/4510/1/207671812201104011.pdfHUBUNGAN ANTARA PENERAPAN POLA ASUH OTORITER ORANG TUA DENGAN DISTRES PADA REMAJA DI SMA N 1 MUNTILAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

tidak perlu bantuan orang lain sehingga seringkali timbul sikap menentang ketika

ada stimulus dari orang lain yang dirasa kurang sesuai (Ali & Mohammad, 2008).

Pola asuh otoriter yang diterapkan oleh orang tua sangat berlawanan

dengan perubahan karakteristik yang terjadi dalam diri remaja. Pada saat remaja

mencurahkan perhatiannya dalam mengatasi masalah yang timbul pada masa

perkembangan, remaja dituntut untuk tidak lagi bertingkah laku seperti anak-anak

akan tetapi mereka belum sepenuhnya dipercaya untuk berperan seperti orang

dewasa. Remaja dinilai belum sepenuhnya mampu memegang otonomi,

bertanggung jawab dalam menyelesaikan masalah dan mengambil keputusan

sendiri. Kondisi demikian mendorong remaja melakukan penolakan maupun

pemberotakan terhadap penerapan pola pengasuhan orang tua karena tidak sesuai

dengan harapan serta kebutuhan remaja.

Sejalan dengan perubahan karakteristik yang khas pada perkembangan

remaja yang berupaya menuntut adanya kesempatan maupun kebebasan untuk

menentukan sendiri pilihan-pilihannya, orang tua mengharuskannya mengikuti

aturan dan standar-standar yang ditetapkan tanpa kompromi dengan remaja.

Kondisi demikian menjadi stressor yang menimbulkan perasaan ketertekanan

dalam diri remaja yang pada akhirnya mempengaruhi kondisi fisik, psikologi

maupun sosial pada remaja. Menurut Mirowsky & Catherine (2003) distres

merupakan salah satu konsekuensi utama dari suatu perenggangan hubungan.

Yusuf (2009) mengatakan bahwa keluarga yang hubungan antar anggota

keluarganya tidak harmonis, penuh konflik, atau gap communication dapat

mengembangkan masalah-masalah kesehatan mental (mental illness) bagi anak.

Page 23: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/4510/1/207671812201104011.pdfHUBUNGAN ANTARA PENERAPAN POLA ASUH OTORITER ORANG TUA DENGAN DISTRES PADA REMAJA DI SMA N 1 MUNTILAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Menurut WHO (2008), kesehatan mental adalah suatu keadaan kesejahteraan yang

mana tiap individu mampu mengoptimalkan kemampuannya, dapat mengatasi

stress dalam hidupnya, dapat bekerja secara produktif dan bermanfaat serta dapat

berkontribusi terhadap komunitasnya. Mirowsky & Catherine (2003) distres

secara konseptual dianggap sebagai sakit mental dilihat dari sejumlah symptom

yang ditunjukkan seperti depresi dan cemas.

Penelitian yang dilakukan oleh Nasution (2008) menyimpulkan bahwa

stres pada remaja itu disebabkan oleh berbagai faktor, tetapi faktor yang paling

banyak mempengaruhi remaja berhubungan dengan orang tua, akademik dan

teman sebaya. Hal ini berarti berbagai bentuk permasalahan pada remaja

dilatarbelakangi oleh kondisi stres yang salah satunya bersumber dari hubungan

orang tua dengan remaja.

Ghofur, dkk (2009) dalam penelitiannya mengenai “Pengaruh Pola Asuh

Orang Tua terhadap Perkembangan Karakteristik Anak” memberikan penjelasan

bahwa pengaruh pola asuh otoriter akan menghasilkan karakteristik anak yang

penakut, pendiam, tertutup, tidak berinisiatif, gemar menentang, suka melanggar

norma-norma, berkepribadian lemah, cemas dan terkesan menarik diri. Analisis

dari karya ilmiah oleh Fitri, dkk (2006) menyatakan ada hubungan yang signifikan

antara sikap authoritarian oleh orang tua terhadap kesehatan mental anak.

Kesenjangan yang terjadi antara remaja dan orang tua semakin meninggi

karena masa remaja adalah periode ”badai dan stress” yang ditandai oleh

ketegangan emosi, kemurungan, kekacauan dalam diri dan pemberontakan

(Atkinson, 1981). Remaja yang tidak mampu menanggulangi kondisi yang

Page 24: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/4510/1/207671812201104011.pdfHUBUNGAN ANTARA PENERAPAN POLA ASUH OTORITER ORANG TUA DENGAN DISTRES PADA REMAJA DI SMA N 1 MUNTILAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

dialami akan mengalami gangguan baik dalam fungsi fisik, psikologis, intelektual

maupun interpersonal sebagai akibat dari stres yang dirasakan. Kondisi demikian

yang dinamakan sebagai kondisi distres.

Uraian latar belakang permasalahan di atas menyatakan bahwa orang tua

dengan penerapan pola asuh otoriter memberi batasan serta aturan yang tegas

tanpa adanya kompromi terhadap remaja. Hal ini menyebabkan tidak ada

kesempatan bagi remaja untuk belajar meraih otonomi, mengatur diri sendiri,

membuat keputusan dan bertanggung jawab terhadap keputusan tersebut.

Sementara itu, remaja juga membutuhkan perhatian, pengawasan, serta bimbingan

dari orang tua. Remaja pun merasa tertuntut dalam memenuhi harapan serta

keinginan orang tua. Kondisi yang dialami remaja yaitu antara keinginannya

sendiri dengan tuntutan dari orang tua mengarahkan pada situasi keterpaksaan

yang sulit dihadapi oleh remaja sehingga memungkinkan terjadinya distres pada

remaja. Inilah yang mendasari peneliti untuk mengadakan suatu penelitian dengan

tujuan untuk mengetahui apakah ada ”Hubungan antara Penerapan Pola Asuh

Otoriter Orang Tua dengan Distres pada Remaja. Hal ini untuk membuktikan

apakah pola asuh otoriter memberikan dampak buruk tersebut berupa keadaaan

distres pada remaja yang menjadi akibat dari penerapan pola asuh orang tuanya.

Page 25: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/4510/1/207671812201104011.pdfHUBUNGAN ANTARA PENERAPAN POLA ASUH OTORITER ORANG TUA DENGAN DISTRES PADA REMAJA DI SMA N 1 MUNTILAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan permasalahannya

adalah:

”Apakah Ada Hubungan antara Penerapan Pola Asuh Otoriter Orang Tua

dengan Distres pada Remaja?”.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui hubungan antara penerapan

pola asuh otoriter orang tua dengan dampak yang dirasakan oleh remaja berupa

kondisi distres pada remaja.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis:

Hasil dari penelitian diharapkan dapat menambah dan memperkaya wawasan

keilmuan dan pengetahuan tentang penerapan pola asuh orang tua dengan

distres pada remaja.

2. Manfaat Praktis:

a) Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan masukan bagi remaja

gambaran mengenai kondisi distres yang dialami sebagai akibat dari pola

pengasuhan orang tua yang otoriter sehingga dapat memberikan

pertimbangan dalam bertindak serta berperilaku secara lebih sehat lagi.

b) Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi orang

tua bahwa penerapan pola asuh dengan sistem otoriter dapat

Page 26: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/4510/1/207671812201104011.pdfHUBUNGAN ANTARA PENERAPAN POLA ASUH OTORITER ORANG TUA DENGAN DISTRES PADA REMAJA DI SMA N 1 MUNTILAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

menimbulkan atau memunculkan gangguan distres pada remaja. Dengan

demikian dapat menjadi bahan pertimbangan dalam memberikan

perlakuan terhadap remaja dengan berupaya lebih memahami,

mempertimbangkan dan menghormati kebutuhan-kebutuhan dan

harapan-harapan remaja dalam rangka menghindari distres.

c) Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi

masyarakat umum bahwa penerapan pola asuh orang tua yang otoriter

dapat memunculkan gangguan distres pada remaja sehingga diharapkan

dapat memberikan pola pengasuhan yang sesuai dengan perkembangan

remaja dalam rangka menghindari distres.

d) Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi pihak-

pihak terkait yang peduli terhadap permasalahan remaja yaitu dengan

memberikan dukungan terhadap orang tua dalam pola pengasuhannya.

Dengan demikian dapat dilakukan sosialisasi mengenai bagaimana cara

menyingkapi karakteristik remaja yang tidak sesuai dengan yang

diharapkan dalam rangka menghindari distres.

Page 27: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/4510/1/207671812201104011.pdfHUBUNGAN ANTARA PENERAPAN POLA ASUH OTORITER ORANG TUA DENGAN DISTRES PADA REMAJA DI SMA N 1 MUNTILAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Distres

Sarafino (1998) mengungkapkan bahwa stres merupakan kondisi sebagai

hasil ketika individu dan lingkungan melakukan transaksi, individu merasakan

pertentangan, antara nyata atau tidak, antara tuntutan kondisi serta sumber

biologis, psikologis, dan sistem sosial.

Baum et al (1984 dalam Niven, 2002) menyatakan bahwa stres sudah

menjadi konsep yang popular untuk menjelaskan variasi luas dari hasil akhir, yang

kebanyakan negatif, yang sebenarnya tidak membutuhkan penjelasan. Mereka

mengatakan bahwa stres digunakan sebagai label untuk gejala psikologis yang

mendahului penyakit, reaksi ansietas, ketidaknyamanan dan banyak keadaan lain.

Dalam psikologi, stres mengacu pada keadaan individu sebagai hasil dari

beberapa interaksi dengan lingkungan. Dalam psikologi-fisiologi, stres merupakan

suatu stimulus untuk dapat mengetahui tekanan atau ketegangan yang tidak

dengan mudah disesuaikan dengan tubuh dan membuat kerusakan kesehatan atau

tingkah laku pada diri (Pestonjee, 1992).

Selama jangka waktu tertentu, kemampuan untuk bereaksi terhadap stres

dalam keadaan ini mengorbankan tubuh, yaitu sistem individu berangsur-angsur

menjadi kehabisan tenaga, mengakibatkan kerentanan terhadap penyakit

meningkat dan penurunan resistensi terhadap stres itu sendiri (Innes, 1981 dalam

Niven, 2002). Sedang menurut Thor Dahl (1980 dalam Olson & John, 2003), stres

Page 28: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/4510/1/207671812201104011.pdfHUBUNGAN ANTARA PENERAPAN POLA ASUH OTORITER ORANG TUA DENGAN DISTRES PADA REMAJA DI SMA N 1 MUNTILAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

yang tidak sehat tergabung dengan kebosanan dan motivasi rendah serta

merupakan perasaan tidak nyaman atau distres.

Dari berbagai pengertian stres yang dikemukakan oleh berbagai tokoh

diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa stres merupakan keadaan di mana

seseorang berada pada kondisi yang lemah sebagai hasil dari transaksi antara

kemampuan diri dengan kondisi lingkungan.

1. Pengertian Distres

Wheaton (dalam Mirowsky & Catherine, 2003) dalam penelitiannya

menemukan gambaran, keadaan yang penuh dengan stres tidak bisa lepas dari

kejadian yang menyertainya. Distres diasosiasikan dengan kejadian yang

tergantung pada situasi yang menyertai, yaitu kejadian pada konteks

pengalaman individu, kondisi pada saat ini dan kondisi terbaru. Distres

merupakan suatu bentuk perasaan tidak menyenangkan secara subjektif

(Mirowsky & Catherine, 2003). Sementara Mc Cubin and Patterson (dalam

Rice, 1999) mendefinisikan distres sebagai organisasi yang tidak seimbang

atau ketidakmampuan individu dalam memecahkan masalah saat menghadapi

stres yang juga bersumber dari keluarga yang tidak harmonis.

Sesuai dengan konsep distres yang dijelaskan para ahli di atas,

Hardjana (1994) mengungkapkan bahwa distres merupakan stres yang

merugikan dan merusak atau stres yang destruktif. Distres merupakan bentuk

perasaan yang ditandai dengan keadaan yang tidak baik dalam kehidupan kita

(Ashurst & Zaida, 2001).

Page 29: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/4510/1/207671812201104011.pdfHUBUNGAN ANTARA PENERAPAN POLA ASUH OTORITER ORANG TUA DENGAN DISTRES PADA REMAJA DI SMA N 1 MUNTILAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Larsen & David (2007) menyatakan, stres yang berat menimbulkan

perasaan distres. Tubuh kita mengungkapkan distres dengan cara yang

bermacam-macam, sering dalam bentuk mudah tersinggung, marah, cemas,

depresi, capai, sakit kepala, sakit perut, hipertensi, migrain, atau perut mulas.

Bahkan, stres dapat menyebabkan sakit yang lebih serius, seperti kanker,

diabetes, atau disfungsi tiroid. Sedangkan Goldberg (1972 dalam McDowell

& Claire, 1996) mendefinisikan bahwa distres merupakan ketidakmampuan

untuk menunjukkan fungsi-fungsi kesehatan secara normal yang ditunjukkan

dengan gangguan kepribadian atau pola penyesuaian.

Berdasar berbagai pengertian mengenai distres yang telah

dikemukakan oleh berbagai ahli di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa

distres merupakan suatu kondisi yang tidak menyenangkan dimana seseorang

tidak mampu menunjukkan fungsi-fungsi kesehatan secara normal serta tidak

mampu mengatasi, mengubah, melawan, maupun menanggulangi kondisi

stres yang dialami sehingga memunculkan kondisi yang lebih buruk dari

kondisi sebelumnya.

2. Gejala-Gejala Distres

Stres tidak hanya menyangkut segi lahir saja, tetapi juga batin kita.

Tidak mengherankan bila gejala (symptom) stres ditemukan dalam segala segi

diri kita yang penting. Ashurst & Zaida (2001) menyatakan bahwa distres

atau sakit mental dimanifestasikan dengan gejala fisik atau mental. Stres

ditemukan pada seluruh aspek dalam diri, termasuk didalamnya kecemasan,

murung, putus asa, benci, marah, dan cinta. Jika stres yang terjadi sangat kuat

Page 30: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/4510/1/207671812201104011.pdfHUBUNGAN ANTARA PENERAPAN POLA ASUH OTORITER ORANG TUA DENGAN DISTRES PADA REMAJA DI SMA N 1 MUNTILAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

atau ada banyak kumpulan dari stres, serta jika identifikasi pada dasarnya

tidak kuat (yang kemungkinan berasal dari hubungan antara orang tua-anak),

maka individu merasa terancam dan tidak dapat mengatasi. Emosi yang kacau

dihasilkan oleh stres, dengan gejala mental dan fisik saat kesulitan tidur,

mudah tersinggung, menurunnya nafsu makan, berlebihan, dan lain-lain.

Perasaan yang bergejolak sering tertahan, mendesak, atau terencana dan

hanya kecemasan yang dirasakan, dengan berbagai gejala mental dan fisik

yang terbentuk dari kondisi marah dan gusar.

Menurut Hardjana (1994) gejala-gejala tersebut meliputi gejala fisikal,

gejala emosional, gejala intelektual, serta gejala interpersonal. Gejala itu tentu

saja berbeda pada setiap orang karena pengalaman stres amat pribadi sifatnya.

a. Gejala fisikal yang meliputi: Sakit kepala, pusing, pening; tidur tidak

teratur seperti insomnia, tidur terlantur, bangun terlalu awal; sakit

punggung terutama bagian bawah; mencret-mencret dan radang usus

besar; sulit buang air besar, sembelit; gatal-gatal pada kulit; urat tegang

terutama pada leher dan bahu; terganggu pencernaannya atau bisulan;

tekanan darah tinggi atau serangan jantung; keringat berlebihan; berubah

selera makan; lelah atau kehilangan daya energy; banyak melakukan

kekeliruan atau kesalahan dalam kerja dan hidup.

b. Gejala emosional yang meliputi: gelisah atau cemas; sedih, depresi, mudah

menangis; merana jiwa dan hati (mood) berubah-ubah cepat; mudah panas

dan marah; gugup; rasa harga diri menurun atau merasa tidak aman; terlalu

peka dan mudah tersinggung; marah-marah; gampang menyerang orang

Page 31: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/4510/1/207671812201104011.pdfHUBUNGAN ANTARA PENERAPAN POLA ASUH OTORITER ORANG TUA DENGAN DISTRES PADA REMAJA DI SMA N 1 MUNTILAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

dan bermusuhan; emosi mengering atau kehabisan sumber daya mental

(burn out).

c. Gejala intelektual yang meliputi: susah berkonsentrasi atau memusatkan

pikiran; sulit membuat keputusan; mudah terlupa; pikiran kacau; daya

ingat menurun; melamun secara berlebihan; pikiran dipenuhi oleh satu

pikiran saja; kehilangan rasa humor yang sehat; produktivitas atau prestasi

kerja menurun; mutu kerja rendah; dalam kerja bertambah jumlah

kekeliruan yang dibuat.

d. Gejala interpersonal yang meliputi: kehilangan kepercayaan kepada orang

lain; mudah mempersalahkan orang lain; mudah membatalkan janji atau

tidak memenuhinya; suka mencari kesalahan orang lain dan menyerang

dengan kata-kata; mengambil sikap terlalu membentengi dan

mempertahankan diri; mendiamkan orang lain.

Sementara itu Mirowsky & Catherine (2003) membagi distres menjadi

dua bentuk, yaitu depresi dan kecemasan. Penjelasannya adalah sebagai

berikut:

a. Depresi merupakan perasaan sedih, hilangnya semangat, merasa sendiri,

tidak ada harapan, tidak berharga, merasa akan mati, mempunyai kesulitan

tidur, menangis, merasa segala sesuatu adalah usaha, dan tidak bisa dalam

meraih sesuatu.

b. Ansietas adalah suatu ketegangan, kecapaian, khawatir, mudah

tersinggung, dan ketakutan.

Page 32: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/4510/1/207671812201104011.pdfHUBUNGAN ANTARA PENERAPAN POLA ASUH OTORITER ORANG TUA DENGAN DISTRES PADA REMAJA DI SMA N 1 MUNTILAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Mirowsky & Catherine (2003) juga menambahkan depresi dan

kecemasan dibentuk oleh suasana hati dan rasa tidak enak badan. Suasana

hati mengacu pada perasaan seperti sedih karena depresi atau khawatir karena

cemas. Rasa tidak enak badan mengacu pada bagian tubuh, seperti tidak

berdaya dan kekacauan karena depresi atau gelisah dan bagian yang sakit

seperti sakit kepala, sakit perut, pusing karena cemas. Bentuk distres tidak

hanya mengacu pada masalah kepribadian seperti anti sosial atau saling

bermusuhan, namun termasuk juga kemunduran kecerdasan atau

penyalahgunaan obat terlarang, bentuk manik atau emosi yang tidak stabil,

atau ketergantungan terhadap alkohol atau bahan kimia lain. Distres juga

merupakan hasil dari jenis-jenis masalah atau situasi yang dibuat, tetapi

terlihat secara nyata.

Goldberg (1972 dalam McDowell & Claire, 1996) mengidentifikasi

kondisi distres yang meliputi gejala somatik, kecemasan dan insomnia,

disfungsi sosial dan depresi umum. Selanjutnya Goldberg (1972 dalam

McDowell & Claire, 1996) merancang alat pengukuran berupa GHQ

(General Health Questionnaire) yang merupakan desain alat pengukuran

dengan model self-administration untuk melakukan skrening dalam

mendeteksi secara umum, mendiagnosis penyakit psikiatrik. Metode ini bisa

digunakan untuk melakukan survey atau gambaran klinis dalam

mengidentifikasi kasus yang potensial, menguji diagnosis penyakit untuk

tujuan psikiatrik. Alat ukur ini juga digunakan untuk menguji kemampuan

Page 33: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/4510/1/207671812201104011.pdfHUBUNGAN ANTARA PENERAPAN POLA ASUH OTORITER ORANG TUA DENGAN DISTRES PADA REMAJA DI SMA N 1 MUNTILAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

seseorang dalam aktivitas kesehatannya sehari-hari dan mengukur gejala

distres.

GHQ dirancang untuk mengidentifikasi dua masalah dasar psikiatrik,

yaitu ketidakmampuan untuk menunjukkan fungsi-fungsi kesehatan secara

normal dan menemukan fenomena baru dari kondisi distres secara alami. Hal

ini difokuskan pada kerusakan fungsi-fungsi secara normal daripada sifat

sepanjang hidup, kemudian ini hanya menampilkan personality disorder atau

pola penyesuaian di mana ada hubungannya dengan kondisi distres. GHQ

tidak cenderung mendeteksi sakit yang sangat seperti schizophrenia atau

depresi psikotik, walaupun hasil dari beberapa penelitian dapat mendeteksi

kondisi tersebut. GHQ dirancang untuk menampilkan empat elemen dalam

mengidentifikasi kondisi distres, yaitu depresi, kecemasan, gangguan sosial,

dan hypochondriasis (terutama dalam mengidentifikasi symptom organik).

Dari berbagai gejala-gejala distres yang diungkapkan oleh ahli-ahli di

atas, dapat diambil kesimpulan bahwa seseorang yang terindikasi mengalami

distres dapat dilihat dari gejala fisik, depresi, kecemasan, gangguan sosial.

Masing-masing gejala memiliki karakteristik yang berbeda-beda dalam

mengungkapkan kondisi distres yang terjadi.

3. Sumber-sumber Distres

Kebanyakan dari kita menganggap stres sebagai kejadian yang

merupakan akibat dari lingkungan yang menempatkan tuntutan pada diri kita.

Sampai pada tingkat tertentu, apa yang dilihat remaja sebagai sesuatu yang

Page 34: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/4510/1/207671812201104011.pdfHUBUNGAN ANTARA PENERAPAN POLA ASUH OTORITER ORANG TUA DENGAN DISTRES PADA REMAJA DI SMA N 1 MUNTILAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

menimbulkan stres tergantung pada bagaimana mereka menilai dan

menginterpretasikan suatu kejadian secara kognitif (Santrock, 2003).

Kehidupan yang menekan dan cara orang mengatasi kejadian yang

menekan berdampak pada kesehatan dan penyakit (Taylor, 2009). Taylor

(2009) menyatakan bahwa setiap kejadian yang mengharuskan seseorang

menyesuaikan diri, membuat perubahan atau mengeluarkan sumber daya,

berpotensi menimbulkan stres. Tinggal di lingkungan yang berisik, penuh

kejahatan, tidak hanya membuat hari-hari menjadi semakin stres, tetapi juga

menimbulkan efek buruk kumulatif terhadap kesehatan.

Hal yang menimbulkan stres disebut stressor. Hardjana (1994)

mengungkapkan bahwa hal, kejadian, peristiwa, orang, keadaaan dan

lingkungan yang dirasa mengancam atau merugikan itu disebut stressor.

Menurutnya stres dapat bersumber pada orang yang mengalami stres lewat

penyakit (illness) dan pertentangan (conflict). Sumber stres juga bisa ada pada

orang yang terkena stres itu sendiri (internal sources) atau luarnya (external

sources), yang bisa ada pada keluarga dan lingkungan, baik lingkungan kerja

maupun lingkungan sekeliling.

Sementara McCubbin and Patterson (1983 dalam Rice, 1999)

menentukan, stressor disebabkan karena kejadian hidup atau dampak dari

suatu perubahan dalam kesatuan keluarga yang menghasilkan atau yang

mempunyai potensi menghasilkan keadaan stres, serta perubahan pada sistem

sosial keluarga. Meninggalnya orang tua, dirawatnya anggota keluarga di

Rumah Sakit, kehilangan pemasukan, kepergian anggota keluarga dalam

Page 35: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/4510/1/207671812201104011.pdfHUBUNGAN ANTARA PENERAPAN POLA ASUH OTORITER ORANG TUA DENGAN DISTRES PADA REMAJA DI SMA N 1 MUNTILAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

tugas militer, atau adanya anggota keluarga yang dipenjara, semuanya

merupakan beberapa kualifikasi yang dipandang sebagai stressor.

Begitu juga dengan Sarafino (1998) yang menyatakan bahwa kejadian

atau sesuatu hal yang dirasakan sebagai ancaman atau bahaya, yang

menghasilkan perasaan tegang disebut stressor. Sarafino (1998) juga

melakukan penelitian, yaitu banyaknya kejadian yang menyebabkan suatu

stressor, yang meliputi: a). kejadian bencana, seperti topan dan gempa bumi,

b). kejadian dalam kehidupan yang besar, seperti kehilangan seseorang yang

dicintai atau kehilangan pekerjaan dan c). sesuatu hal yang terus-menerus

terjadi, seperti kehidupan sakit pada sakit tulang.

Maramis (2005) menyebutkan bahwa stres bersumber pada a).

frustrasi, timbul bila ada aral melintang antara kita dan maksud (tujuan) kita,

yang disebabkan oleh norma-norma, adat-istiadat, perubahan yang terlalu

cepat; b). konflik, terjadi bila kita tidak dapat memilih antara dua atau lebih

macam kebutuhan atau tujuan; c). Tekanan; d). krisis, yaitu keadaan

mendadak yang menimbulkan stres pada seseorang individu atau kelompok.

Ashurst & Zaida (2001) menyatakan bahwa distres merupakan kondisi

yang ditandai dengan keadaan yang tidak baik dalam kehidupan kita yang

semuanya dibentuk oleh kondisi sakit pada tubuh, dengan lingkungan kita,

dan dengan orang lain.

Menurut Mirowsky & Catherine (2003), kontrol yang berlebihan

dalam perkawinan merupakan bentuk dari ketidakadilan, kontrol yang

berlebihan pada pekerjaan dapat memicu konflik dan frustrasi, dukungan dari

Page 36: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/4510/1/207671812201104011.pdfHUBUNGAN ANTARA PENERAPAN POLA ASUH OTORITER ORANG TUA DENGAN DISTRES PADA REMAJA DI SMA N 1 MUNTILAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

sesama merupakan dasar untuk bermusyawarah dan berkompromi, bukan

suatu cara untuk saling menjatuhkan. Mirowsky & Catherine (2003)

menambahkan bahwa ketidakadilan, konflik dan kurangnya dukungan

merupakan pemicu distres. Faktor yang menjadi penyebab distres meliputi

faktor sosial, diantaranya kesulitan ekonomi, pendidikan, umur, jenis

kelamin, kontrol individu, dukungan sosial dan ketidak percayaan.

Mirowsky & Catherine (2003) menyatakan ada tiga pola dari

pemahaman individu mengenai diri sendiri dan sosial sebagai penjelasan pola

sosial mengenai penyebab distres, yaitu pemindahan hak, otoriter, dan

ketidakadilan. Kedudukan atau posisi sosial dalam masyarakat yang meliputi

pendidikan, pekerjaan, pendapatan, status minoritas, umur, jenis kelamin,

status perkawinan, kedudukan sebagai orang tua akan menciptakan suatu

kondisi yang mengarah pada pola pemahaman individu dalam kehidupan

bermasyarakat

Pemindahan hak adalah lepasnya atau terpisahnya sesuatu hal dari diri

sendiri ataupun orang lain. Ketidakberdayaan merupakan terpisahnya hal

yang sangat penting dari hidup atau ketidakmampuan untuk mencapai hasil

akhir. Ketidakberdayaan merupakan kesadaran kognitif dari suatu kenyataan.

Ketidakberdayaan sebagai variabel sosio-psikologikal, berbeda dengan

kondisi secara objektif yang dihasilkan dan distres pada individu mungkin

dirasakan sebagai konsekuensinya.

Otoriter didefinisikan dan didiskripsikan sebagai konsep teoritik yang

tidak mempunyai definisi yang jelas. Dalam hal ini dapat di lihat ketika

Page 37: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/4510/1/207671812201104011.pdfHUBUNGAN ANTARA PENERAPAN POLA ASUH OTORITER ORANG TUA DENGAN DISTRES PADA REMAJA DI SMA N 1 MUNTILAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

seseorang mempunyai sikap dan kepercayaan untuk memerintah secara

diktator. Otoriter mempuyai dua elemen penting dalam memberi kontribusi

pada distress, yaitu: 1. Infleksibiliti dalam praktek pergaulan dan masalah

interpersonal dan 2. Kecurigaaan dan ketidakpercayaan. Dua elemen tersebut,

secara luas otoriter, merupakan suatu bentuk penyebab distres.

Infleksibiliti merupakan suatu karakteristik dengan kecenderungan

cara-cara yang disukai dalam mengatasi situasi yang penuh dengan stres;

kurangnya strategi dalam memecahkan masalah; menaruh kepercayaan pada

konformitas dan kepatuhan sebagai strategi koping; menerapkan kekuasaan

tentang aturan dan standar; ketidakmampuan untuk menggambarkan

pandangan yang kontradiksi dan solusi yang kompleks; dan menggunakan

tradisi sebagai adaptasi (Kohn and Schooler 1982; Wheaton 1983; dalam

Mirowsky & Catherine, 2003). Ketidakpercayaan, hal yang berlawanan

dengan kepercayaan, adalah tidak mendukung maksud dan tingkah laku orang

lain, mementingkan diri sendiri, dan tidak tulus. Ketidakpercayaan adalah

hilangnya kepercayaan pada orang lain yaitu keluar dari prasangka baik.

Teori ketidakadilan mengatakan bahwa pengorbanan dalam hubungan

yang tidak adil merupakan distress. Ketidakadilan yang terlihat merupakan

pelanggaran terhadap norma secara umum dan mungkin merupakan

pencelaan terhadap orang lain. Teori ketidakadilan mengatakan bahwa

eksploitasi dalam suatu hubungan yang tidak adil juga merupakan ditres,

misalnya saja mengambil keuntungan orang lain.

Page 38: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/4510/1/207671812201104011.pdfHUBUNGAN ANTARA PENERAPAN POLA ASUH OTORITER ORANG TUA DENGAN DISTRES PADA REMAJA DI SMA N 1 MUNTILAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Berikut ini adalah pola atau model dari hubungan ketiga pola

pemahaman inidividu dengan kedudukan sosial dan kondisi distres:

Gambar 2. 1 Model yang Menunjukkan Hubungan antara Pemindahan Hak,

Otoriter, dan Ketidakadilan dengan Kedudukan Sosial dan Distres.

Sumber: Mirowsky & Catherine (2003)

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Distres pada Remaja

Menurut Mirowsky & Catherine (2003), faktor-faktor yang

mempengaruhi distres meliputi, status sosial ekonomi, jenis kelamin, umur,

kondisi perkawinan, kedudukan sebagai orang tua, dan variabel lain berupa

sosiodemografik yang menunjuk pada kondisi secara objektif dari kehidupan

Kedudukan Sosial:

Pendidikan

Pekerjaan

Pendapatan

Status minoritas

Umur & Jenis kelamin

Status perkawinan

Kedudukan sebagai

orang tua

Pemindahan Hak:

Ketidakberdayaan

Isolasi

Perenggangan diri

Tersia-sia

Tidak adanyanorma

Otoriter:

Tidak fleksibel

Ketidakpercayaan

Ketidakadilan:

Pengorbanan

Eksploitasi

Distres:

Depresi

Kecemasan

Page 39: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/4510/1/207671812201104011.pdfHUBUNGAN ANTARA PENERAPAN POLA ASUH OTORITER ORANG TUA DENGAN DISTRES PADA REMAJA DI SMA N 1 MUNTILAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

sosial; pengalaman pola-pola sosial, perkembangan kepercayaan dalam

masayarakat, hubungan antar manusia, antara diri sendiri dan hubungan satu

dengan yang lain serta hubungan dengan sosial. Tingkat distres juga

tergantung pada lingkungan yang dipercayai.

Santrock (2003) mengungkapkan mengungkapkan mengenai apa yang

membuat situasi tertentu menyebabkan stress dan situasi lainnya tidak terlalu

menyebabkan stress pada remaja Menurut Santrock (2003) ada beberapa

faktor yang menentukan pengalaman tertentu pada remaja yang menimbulkan

stres. Faktor-faktor tersebut meliputi:

a. Faktor fisik, seperti respon tubuh terhadap stres.

b. Faktor lingkungan, seperti beban yang terlalu berat, konflik, dan frustrasi,

kejadian besar yang buruk dan kesusahan, serta dan gangguan sehari-hari.

c. Faktor emosi dan kepribadian, seperti marah dan mempunyai musuh.

d. Faktor sosiokultural, seperti kemiskinan.

B. Pola Asuh Otoriter

1. Pengertian Pola Asuh Otoriter

Gunarsa (1985) mengemukakan pada pola asuh otoriter orang tua

menentukan aturan-aturan dan batasan-batasan yang mutlak harus ditaati oleh

anak. Anak harus patuh dan tunduk dan tidak ada pilihan lain yang sesuai

dengan kemauan atau pendapatnya sendiri dengan ancaman dan hukuman.

Orang tua memerintah dan memaksa tanpa kompromi. Orang tua menentukan

tanpa memperhitungkan keadaan anak, tanpa menyelami keinginan dan sifat-

Page 40: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/4510/1/207671812201104011.pdfHUBUNGAN ANTARA PENERAPAN POLA ASUH OTORITER ORANG TUA DENGAN DISTRES PADA REMAJA DI SMA N 1 MUNTILAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

sifat khusus anak yang berbeda antara anak yang satu dengan anak yang

lainnya. Anak harus patuh dan menurut saja semua peraturan dan

kebijaksanaan orang tua.

Papalia & Ruth (2009) menekankan bahwa dalam pola asuh otoriter

remaja tidak diperbolehkan menyatakan pendapat atau pertanyaan dengan

orang yang lebih dewasa dan mengajarkan bahwa mereka akan ”lebih

mengetahui ketika mereka tumbuh”. Yusuf (2009) mengemukakan adanya

karakteristik “Parenting Style” yang authoritharian yaitu dengan sikap dan

perilaku orang tua memiliki “acceptance” rendah, namun kontrolnya tinggi;

suka menghukum secara fisik; bersikap mengomando (mengharuskan atau

memerintah anak untuk melakukan sesuatu tanpa kompromi); bersikap kaku

(keras) serta cenderung emosional dan bersikap menolak terhadap perilaku

anak.

Selanjutnya, Hurlock (2002) menyatakan bahwa peraturan dan

pengaturan yang keras untuk memaksakan perilaku yang diinginkan

menandai semua jenis disiplin yang otoriter. Tekniknya mencakup hukuman

yang berat bila terjadi kegagalan memenuhi standar dan sedikit, atau sama

sekali tidak adanya persetujuan, pujian atau tanda-tanda penghargaan lainnya

bila anak memenuhi standar yang diharapkan.

Sama halnya dengan Baumrind (1971, dalam Santrock, 2002) yang

menyatakan bahwa pengasuhan yang otoriter adalah suatu gaya membatasi

dan menghukum yang menuntut anak untuk mengikuti perintah-perintah

orang tua dan menghormati pekerjaan dan usaha. Orang tua yang otoriter

Page 41: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/4510/1/207671812201104011.pdfHUBUNGAN ANTARA PENERAPAN POLA ASUH OTORITER ORANG TUA DENGAN DISTRES PADA REMAJA DI SMA N 1 MUNTILAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

menetapkan batas-batas yang tegas dan tidak memberi peluang yang besar

kepada anak-anak untuk berbicara (bermusyawarah). Ditambahkan pula oleh

Levin (1983) yang mengatakan bahwa orang tua dengan pola asuh otoriter

adalah menggabungkan kontrol yang tinggi dengan memberikan tekanan

untuk patuh padanya. Orang tua tidak memberikan alasan pada anaknya atau

tidak mendorongnya untuk memikirkan diri mereka sendiri.

Pola Asuh Otoriter (mungkin menjadi overprotective) menurut Berger

(2004) mempunyai karakteristik, antara lain: adanya tuntutan dari orang tua,

kekuasaan dalam aturan, lingkungan yang membatasi, pengendalian dengan

memberikan hukuman serta memimpin dengan kekuatan.

Kesimpulan dari berbagai pengertian diatas adalah bahwa pola asuh

otoriter merupakan suatu bentuk pola pengasuhan orang tua dengan

menerapkan peraturan yang keras dan tegas tanpa kompromi dengan anak.

Dalam hal ini, orang tua memegang kekuasaan tertinggi dalam menetapkan

keputusan serta kontrol yang tinggi dalam tindakan anak. Seorang anak tidak

diberi kesempatan untuk menyampaikan pendapatnya sehubungan dengan

aturan yang telah ditetapkan oleh orang tua.

2. Karakteristik Pola Asuh Otoriter Berdasarkan Aspek-aspek Pola Asuh

Orang Tua

Kohn (1963) mengemukakan bahwa aspek-aspek dalam pola asuh

orang tua antara lain pemberian disiplin, komunikasi, pemenuhan kebutuhan

dan pandangan terhadap remaja. Berikut ini akan dijelaskan mengenai

karakteristik pola asuh otoriter yang didasarkan pada masing-masing aspek

Page 42: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/4510/1/207671812201104011.pdfHUBUNGAN ANTARA PENERAPAN POLA ASUH OTORITER ORANG TUA DENGAN DISTRES PADA REMAJA DI SMA N 1 MUNTILAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

dalam pola asuh pada orang tua dari berbagai sumber yaitu (Hurlock, 2002;

Musen, 1984; Yusuf, 2009; Santrock, 2003; Ali & Mohammad, 2008) yang

meliputi:

a. Pemberian disiplin

Menurut Hurlock (2002) tujuan disiplin adalah membentuk

perilaku sedemikian rupa hingga ia akan sesuai dengan peran-peran yang

ditetapkan kelompok budaya, tempat individu itu diidentifikasi. Hurlock

(2002) menambahkan fungsi pokok disiplin adalah mengajar anak

menerima pengekangan yang diperlukan dan membantu mengarahkan

energi anak ke dalam jalur yang berguna dan diterima secara sosial.

Pemberian disiplin secara otoriter menganut konsep negatif yang berarti

pengendalian dengan kekuasaan luar, yang biasanya diterapkan secara

sembarangan, merupakan bentuk pengekangan melalui cara yang tidak

disukai dan menyakitkan.

Menurut Hurlock (2002) unsur-unsur disiplin meliputi:

1) Peraturan dan hukum yang berfungsi sebagai pedoman yang baik bagi

penilaian yang baik. Hurlock (2002) mengatakan peraturan

membantu mengekang perilaku yang tidak diinginkan. Dalam disiplin

otoriter, orang tua menetapkan peraturan-peraturan dan

memberitahukan anak untuk mematuhi peraturan tersebut. Orang tua

menetapkan peraturan tanpa adanya penjelasan mengapa anak harus

patuh dan tidak adanya kesempatan bagi anak untuk megemukakan

pendapat terhadap penetapan keputusan.

Page 43: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/4510/1/207671812201104011.pdfHUBUNGAN ANTARA PENERAPAN POLA ASUH OTORITER ORANG TUA DENGAN DISTRES PADA REMAJA DI SMA N 1 MUNTILAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2) Hukuman bagi pelanggaran peraturan dan hukum. Hukuman yang

berat dapat memberikan konsekuensi lain di samping pembatasan,

serta relatif menjadi kurang efektif dalam menghasilkan pengendalian

perilaku dalam diri anak (Musen, 1984). Dalam disiplin otoriter, jika

anak tidak mengikuti peraturan maka anak akan dihukum secara

keras. Hal ini dianggap sebagai cara untuk mencegah pelanggaran

peraturan di masa mendatang.

3) Hadiah untuk perilaku yang baik atau usaha untuk berperilaku sosial

yang baik. Dalam disiplin otoriter, anak tidak perlu adanya hadiah jika

anak telah mematuhi peraturan karena dianggap sebagai kewajiban

bagi anak untuk mematuhi. Pemberian hadiah juga dipandang dapat

mendorong anak untuk mengharapkan imbalan untuk melakukan

sesuatu yang diwajibkan orang tua.

b. Komunikasi

Yusuf (2009) mengungkapkan bahwa hubungan keluarga dimaknai

sebagai proses pengalaman berinteraksi dan berkomunikasi dengan

lingkungan keluarga. Komunikasi dalam keluarga akan sangat

berpengaruh pada perkembangan anak sehingga diperlukan komunikasi

dua arah untuk . Orang tua yang bersifat authoritarian membuat batasan

dan kendali yang tegas terhadap remaja dan hanya melakukan sedikit

komunikasi verbal (Santrock, 2003). Musen (1983) mengemukakan bahwa

pola asuh otoriter mempunyai karakteristik terhalangnya komunikasi

verbal antara orang tua dan anak.

Page 44: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/4510/1/207671812201104011.pdfHUBUNGAN ANTARA PENERAPAN POLA ASUH OTORITER ORANG TUA DENGAN DISTRES PADA REMAJA DI SMA N 1 MUNTILAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

c. Pemenuhan Kebutuhan

Keluarga dipandang sebagai instansi (lembaga) yang dapat

memenuhi kebutuhan insani (manusiawi), terutama kebutuhan bagi

pengembangan kepribadian dan perkembangan. Menurut Ali &

Mohammad (2008) ada sejumlah faktor dari dalam keluarga yang sangat

dibutuhkan oleh anak dalam proses perkembangan sosialnya, yaitu

kebutuhan rasa aman, dihargai, disayangi, diterima, dan kebebasan untuk

menyatakan diri. Rasa aman meliputi perasaan aman secara material dan

mental. Perasaan secara material berarti pemenuhan kebutuhan pakaian,

makanan, dan sarana lain yang diperlukan sejauh tidak berlebihan dan

tidak berada diluar kemampuan orang tua. Perasaan aman secara mental

berarti pemenuhan oleh orang tua berupa perlindungan emosional,

menjauhkan ketegangan, membantu dalam menyelesaikan masalah yang

sedang dihadapi dan memberikan bantuan dalam menstabilkan emosinya.

Pada pola asuh otoriter pemenuhan kebutuhan anak sangat jarang

terpenuhi, apalagi yang menyangkut pemenuhan secara mental. Seringkali

orang tua lebih menunjukkan sikap menekan kebutuhan mental remaja

dengan memberikan batasan-batasan tingkah laku. Musen (1983)

mengemukakan bahwa dalam pola asuh otoriter, orang tua menghalangi

harapan, permintaan serta kebutuhan anak.

d. Pandangan terhadap Remaja

Orang tua melihat remaja mereka berubah dari seorang anak yang selalu

menurut menjadi seorang yang tidak menurut, melawan, dan menentang

Page 45: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/4510/1/207671812201104011.pdfHUBUNGAN ANTARA PENERAPAN POLA ASUH OTORITER ORANG TUA DENGAN DISTRES PADA REMAJA DI SMA N 1 MUNTILAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

standar-standar orang tua (Santrock, 2002). Orang tua pun memandang

remaja sebagai anak yang harus diatur oleh orang tua agar menjadi baik

dan harus patuh pada aturan yang telah ditetapkan oleh orang tua.

3. Pengaruh Pola Asuh Otoriter bagi Remaja

Menurut Yusuf (2009) pengaruh dari karakteristik ”Parenting Style”

dengan sistem authoritarian mengahasilkan profil perilaku anak yang mudah

tersinggung, penakut, pemurung, tidak bahagia, mudah terpengaruh, mudah

stress, tidak mempunyai arah masa depan yang jelas serta tidak bersahabat.

Latipun (2007) juga mengungkapkan hal yang sama bahwa anak yang

dibesarkan dalam keluarga yang otoriter ini biasanya akan bersifat tenang,

tidak melawan, tidak agresif dan mempunyai tingkah laku yang baik. Anak

akan selalu berusaha menyesuaikan pendiriannya dengan kehendak orang lain

(yang berkuasa orang tua). Dengan demikian kreativitas anak akan berkurang,

daya fantasinya kurang, dengan demikian mengurangi kemampuan anak

untuk berpikiran abstrak. Ditambahkan oleh Gunarsa (1985) bahwa cara

otoriter menimbulkan akibat hilangnya kebebasan pada anak. Inisiatif dan

aktivitas-aktivitasnya menjadi ”tumpul”.

Pengaruh dari sikap orang tua yang otoriter menurut Santrock (2003)

seringkali menyebabkan remaja merasa cemas akan perbandingan sosial,

tidak mampu memulai suatu kegiatan, dan memiliki kemampuan komunikasi

yang rendah. Ali & Mohammad (2008) menambahkan akibat dari pola asuh

orang tua yang penuh dengan unjuk kuasa ini adalah timbul dan

berkembangnya rasa takut yang berlebihan pada anak sehingga tidak berani

Page 46: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/4510/1/207671812201104011.pdfHUBUNGAN ANTARA PENERAPAN POLA ASUH OTORITER ORANG TUA DENGAN DISTRES PADA REMAJA DI SMA N 1 MUNTILAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

mengambil inisiatif, tidak mengambil keputusan, dan tidak berani

memutuskan pilihan teman yang dianggap sesuai.Menurut Susilowati (2007)

mengakibatkan anak dan remaja cenderung tidak terlibat dalam masalah

perilaku dan menampilkan prestasi akademik yang baik di sekolah, tetapi

mengakibatkan tingkat depresi tinggi, rasa percaya diri dan kemampuan

sosial yang rendah.

Berbeda halnya dengan Ali & Mohammad (2008) yang menyatakan

bahwa dengan cara otoriter, ditambah dengan sikap keras, menghukum,

mengancam akan menjadikan anak patuh di hadapan orang tua tetapi

dibelakangnya ia akan memperlihatkan reaksi-reaksi menentang atau

melawan karena merasa dipaksa, misalnya saja perilaku-perilaku

menyimpang pada remaja.

Hardjana (1994) mengungkapkan dampak negatif yang mendatangkan

stres menuntut sumber daya orang yang terkena stres untuk mengatasinya.

Sumber daya yang terbatas tidak selalu mencukupi untuk mengatasi stres.

Dampak stres yang tidak mampu dihadapi dengan sumber daya yang ada, bisa

mengenai sistem biologis; sistem psikologis seperti mengganggu rasa aman,

merendahkan harga diri, dan mengurangi percaya diri; serta sistem sosial

seperti menjauhkan diri dari sesamanya. Lain halnya dengan Mirowsky &

Catherine (2003) yang menyatakan hal berbeda, bahwa distres merupakan

suatu masalah bagi seseorang yang menderita seperti perilaku antisosial,

minum-minuman keras, menggunakan narkoba. Dengan demikian, distres

Page 47: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/4510/1/207671812201104011.pdfHUBUNGAN ANTARA PENERAPAN POLA ASUH OTORITER ORANG TUA DENGAN DISTRES PADA REMAJA DI SMA N 1 MUNTILAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

dimanifestasikan dalam berbagai bentuk sebagai dampak dari penerapan pola

asuh otoriter.

C. Hubungan antara Penerapan Pola Asuh Otoriter pada Oang Tua

dengan Distres pada Remaja

Keluarga menurut Yusuf (2009) mempunyai peranan yang sangat penting

dalam upaya pengembangan pribadi anak. Keluarga juga merupakan lingkungan

mikro yang sangat penting bagi individu dan dapat menjadi pendorong bagi

kesehatan mental para anggota keluarganya jika situasinya baik, dan menjadi

penghambat bagi perkembangan kesehatan mental jika situasinya kurang baik

(Orford, 1992 dalam Latipun, 2007). Menurut Latipun (2007) kondisi keluarga

yang sehat dapat meningkatkan kesehatan mental anak dan anggota keluarga

lainnya. Sebaliknya, kondisi keluarga yang tidak kondusif dapat berakibat

gangguan mental bagi anak.

Pola pengasuhan merupakan hal yang dipandang sangat penting dalam

mewujudkan fungsi keluarga secara optimal. Fungsi keluarga adalah memberikan

keamanan, kenyamanan, pengasuhan, pendampingan, bimbingan, arahan,

pendidikan dan stimulasi yang memberikan pondasi pada pembentukan fungsi

intelektual serta mental spiritual bagi anak. Yusuf (2009) menguraikan fungsi

dasar keluarga adalah memberikan rasa memiliki, rasa aman, kasih sayang dan

mengembangkan hubungan yang baik diantara anggota keluarga. Hubungan cinta

kasih dalam keluarga tidak sebatas perasaan, akan tetapi juga menyangkut

pemeliharaan, rasa tanggung jawab, perhatian, pemahaman, respek dan keinginan

Page 48: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/4510/1/207671812201104011.pdfHUBUNGAN ANTARA PENERAPAN POLA ASUH OTORITER ORANG TUA DENGAN DISTRES PADA REMAJA DI SMA N 1 MUNTILAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

untuk menumbuhkembangkan anak. Keberfungsian keluarga ini sangat tergantung

pada peranan orang tua sebagai pelaku utama dalam pola pengasuhan terhadap

anak.

Menurut Rice & Kim (2002) ada tiga komponen pola pengasuhan yang

dapat diidentifikasi. Ke tiga komponen tersebut meliputi hubungan, otonomi, serta

peraturan. Pola pengasuhan yang baik adalah yang memenuhi ketiga kompenen

tersebut serta hubungan antara ketiganya berjalan dengan baik. Hubungan

berkaitan dengan kasih sayang, keseimbangan, cinta, perhatian antara orang tua

dan anak. Hubungan tersebut memberikan perasaan aman yang memberi

kesempatan pada anak untuk menjelajahi dunia luar. Dalam hal ini ada kaitannya

dengan otonomi anak yaitu kebebasan mengungkapkan pendapat, memiliki

rahasia, dan membuat keputusan untuk diri sendiri. Peraturan yang diterapkan

juga hanya sebatas memperingatkan dan mengawasi tingkah laku serta

mengurangi tingkah laku yang kurang sesuai sehingga anak tetap merasa aman

dalam hubungannya dengan orang tua dan anak juga tidak terpaksa dan takut

dalam menjalankan peraturan tersebut.

Levin (1983) mengatakan bahwa orang tua dengan pola asuh otoriter

menggabungkan kontrol yang tinggi dengan memberikan tekanan untuk patuh

padanya. Dalam hal ini, orang tua tidak membangun hubungan dengan remaja

serta mengambil kendali atas diri remaja. Dengan sikap demikian, remaja menjadi

tidak terbantu dalam pencapaian otonomi sehingga remaja mudah memiliki

permasalahan tingkah laku dan memiliki kesulitan menjadi seseorang yang

mampu berdiri sendiri. Akibat yang mungkin timbul adalah remaja tidak

Page 49: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/4510/1/207671812201104011.pdfHUBUNGAN ANTARA PENERAPAN POLA ASUH OTORITER ORANG TUA DENGAN DISTRES PADA REMAJA DI SMA N 1 MUNTILAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

mempunyai kesempatan untuk belajar mengambil keputusan dan bertanggung

jawab atas keputusannya tersebut. Pada penetapan peraturan, orang tua dengan

pola asuh otoriter tidak memberikan alasan pada anaknya apa yang menjadi dasar

dalam pembuatan peraturan sehingga tidak membantu serta mendorong anak

dalam perkembangan pemikirannya dan merasakan keterpaksaan menjalankannya.

Fungsi intelektual pada remaja merupakan wujud dari karakteristik

perkembangan remaja yang abstrak, logis serta idealis sehingga dapat berjalan

dengan baik serta optimal. Fungsi intelektual yang abstrak, logis serta idealis akan

mendorong remaja dalam mempertanyakan kondisi yang dialami sebagai akibat

dari pola pengasuhan orang tuanya. Di satu pihak remaja harus tunduk dan patuh

mengikuti kehendak orang tua. Di pihak lain tidak ada kesempatan dalam

mengungkapkan ide, gagasan, bahkan perasaannya. Tidak mengherankan bila

remaja seringkali terlihat membingungkan serta menjengkelkan dengan segala

tingkah lakunya yang merupakan suatu bentuk kompensasi dari ketidaknyamanan

dan ketidakmengertian remaja terhadap dirinya sendiri dengan keharusan

mewujudkan harapan orang tua (Hurlock, 2006).

Kondisi antara pola pengasuhan otoriter dan perkembangan karakteristik

pada remaja adalah berlawanan sehingga menimbulkan ketegangan perasaan

sehingga akan memicu timbulnya perasaan ketertekanan dalam diri remaja.

Menurut Hurlock (2006) keadaan tersebut membawa dampak terhadap

perkembangan emosinya dalam menanggapi perubahan-perubahan yang

dialaminya sehingga muncul tekanan dan akhirnya terbentuk menjadi stres.

Page 50: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/4510/1/207671812201104011.pdfHUBUNGAN ANTARA PENERAPAN POLA ASUH OTORITER ORANG TUA DENGAN DISTRES PADA REMAJA DI SMA N 1 MUNTILAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Kondisi stres yang tidak terkendali memunculkan kondisi yang lebih

buruk dari yang sebelumnya. Brecht (2000) menuliskan sebuah survei yang

dilakukan Better Health Commision pada akhir tahun 1980-an terhadap 10.000

orang Australia, menunjukkan bahwa lebih dari 65% penduduk tidak tahu

bagaimana menangani atau mengendalikan stres, atau merasa bahwa mereka tidak

punya kemampuan untuk itu. Jika remaja tidak mampu mengatasi kondisi stres

yang dialami, maka dapat menimbulkan dampak buruk bagi remaja, yaitu

melemahnya kondisi fisik, psikologis, emosional, maupun sosial. Kondisi

demikian dinamakan sebagai kondisi distres.

Menurut Mirowsky & Catherine (2003) distres merupakan salah satu

konsekuensi utama dari suatu perenggangan hubungan. Pola asuh otoriter

merupakan bentuk pola pengasuhan yang dapat memicu perenggangan hubungan

antara orang tua dan anak. Rowe & Walter (1993) memperkuat dengan

menyatakan pendapatnya bahwa stressor secara psikologis dicantumkan dalam

DSM-III-R yang salah satunya disebabkan karena pola pengasuhan dari orang tua.

Dengan demikian, dapat diambil kesimpulan bahwa pola asuh otoriter kurang atau

bahkan tidak memenuhi ketiga komponen pengasuhan orang tua sehingga dapat

menimbulkan dampak distres bagi remaja.

Page 51: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/4510/1/207671812201104011.pdfHUBUNGAN ANTARA PENERAPAN POLA ASUH OTORITER ORANG TUA DENGAN DISTRES PADA REMAJA DI SMA N 1 MUNTILAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Distres

D. Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran dari penelitian ini adalah:

Gambar 2. 2 Kerangka Berpikir Hubungan antara Penerapan Pola Asuh Otoriter

Orang Tua dengan Distres pada Remaja

E. HIPOTESIS

Berdasarkan landasan teori di atas maka hipotesis yang diajukan dalam

penelitian ini adalah “Ada Hubungan Positif antara Penerapan Pola Asuh Otoriter

Orang Tua dengan Distres pada Remaja”. Semakin tinggi penerapan pola asuh

otoriter oleh orang tua maka semakin tinggi kemungkinan remaja mengalami

distres.

Penerapan Pola

Asuh Otoriter

Orang Tua

Pada

Remaja

Page 52: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/4510/1/207671812201104011.pdfHUBUNGAN ANTARA PENERAPAN POLA ASUH OTORITER ORANG TUA DENGAN DISTRES PADA REMAJA DI SMA N 1 MUNTILAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Identifikasi Variabel

Variabel yang digunakan pada penelitian ini adalah :

Variabel bebas : Pola Asuh Otoriter

Variabel tergantung : Distres

B. Definisi Operasional

Definisi operasional yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Distres

Distres merupakan suatu kondisi yang tidak menyenangkan di mana

individu tidak mampu mengatasi maupun mengubah kondisi stres yang

dialami sehingga memunculkan kondisi yang mengarah ke dalam kondisi

yang lebih buruk dari sebelumnya, meliputi gejala fisik, emosional,

intelektual, kecemasan, depresi, serta gangguan sosial.

Pengukuran tingkat distres yang digunakan dalam penelitian ini

menggunakan kuesioner distres, yaitu General Health Questionnaire (GHQ)

dari Goldberg (1972 dalam McDowell & Claire, 1996) versi 60 yang

dimodifikasi oleh peneliti. GHQ-60 mengungkap empat elemen dalam

mengidentifikasi kondisi dari distres yang meliputi gejala somatik, kecemasan

dan insomnia, disfungsi sosial dan depresi umum. Apabila skor yang

diperoleh tinggi, mengindikasikan bahwa subjek berada pada kondisi distres.

Page 53: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/4510/1/207671812201104011.pdfHUBUNGAN ANTARA PENERAPAN POLA ASUH OTORITER ORANG TUA DENGAN DISTRES PADA REMAJA DI SMA N 1 MUNTILAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Sebaliknya bila skor yang diperoleh rendah mengindikasikan bahwa subjek

tidak mengalami kondisi distres atau tingkat distresnya rendah.

2. Pola Asuh Otoriter

Pola asuh otoriter merupakan suatu bentuk pola pengasuhan orang tua

dengan menerapkan peraturan serta batasan-batasan yang keras dan tegas,

adanya kontrol yang tinggi, serta tuntutan orang tua terhadap anak. Orang tua

memegang kekuasaan tertinggi dalam menetapkan suatu keputusan, sehingga

seorang anak tidak diberi kesempatan untuk menyampaikan pendapatnya

sehubungan dengan aturan yang telah ditetapkan.

Pengukuran pola asuh otoriter yang digunakan dalam penelitian ini

dibuat sendiri oleh peneliti dengan menggunakan karakteristik pola asuh

otoriter dari (Hurlock, 2002; Musen, 1984; Yusuf, 2009; Santrock, 2003; Ali,

2008) yang didasarkan pada masing-masing aspek pola asuh dari Kohn

(1971), yaitu pemberian disiplin, komunikasi, pemenuhan kebutuhan dan

pandangan terhadap remaja. Variabel ini diungkap dengan Skala Pola Asuh

Otoriter. Apabila skor yang diperoleh tinggi mengindikasikan adanya

penerapan pola asuh otoriter, sebaliknya bila skor yang diperoleh subjek

rendah mengindikasikan rendahnya atau tidak adanya penerapan pola asuh

otoriter.

Page 54: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/4510/1/207671812201104011.pdfHUBUNGAN ANTARA PENERAPAN POLA ASUH OTORITER ORANG TUA DENGAN DISTRES PADA REMAJA DI SMA N 1 MUNTILAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

C. Populasi, Sampel dan Sampling

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa-siswi SMA N 1

Muntilan. Sampel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh

siswa-siswi SMA N 1 Muntilan mulai dari kelas X.

Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling,

yaitu pemilihan sampel sesuai dengan yang dikehendaki (Latipun, 2004).

Pemilihan sampel didasarkan atas kriteria-kriteria yang telah ditetapkan oleh

peneliti, meliputi hal sebagai berikut:

1. Sampel mempunyai kedua orang tua yang masih lengkap,

2. Sampel mendapat penerapan pola asuh otoriter dengan kategori sedang

sampai tinggi.

Berikut ini merupakan proses sampling pada penelitian yang akan

dilakukan:

Mula-mula diberikan skala mengenai penerapan pola asuh otoriter orang

tua yang otoriter pada semua populasi. Kriteria penilaian skala mengindikasikan

adanya penerapan pola asuh otoriter orang tua dengan kategori sedang sampai

tinggi. Pengambilan sampel dilakukan pada subjek yang telah memenuhi ciri-ciri

tersebut di atas. Sampel yang telah ditetapkan kemudian diberikan kuesioner

distres.

Page 55: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/4510/1/207671812201104011.pdfHUBUNGAN ANTARA PENERAPAN POLA ASUH OTORITER ORANG TUA DENGAN DISTRES PADA REMAJA DI SMA N 1 MUNTILAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

D. Metode Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan dua macam skala, yaitu kuesioner distres dan

skala penerapan pola asuh otoriter. Kedua skala dipisahkan menjadi pernyataan

favorable dan pernyataan unfavorable.

Penilaian yang digunakan dalam kuesioner distres menggunakan

modifikasi skala yang sifatnya dikotomus, yaitu yang terdiri atas dua alternatif

jawaban. Dalam hal ini, peneliti menggunakan alternatif jawaban ”Ya” dan

”Tidak”. Berikut di bawah ini merupakan distribusi penilaian untuk kuesioner

distres:

Tabel 3. 1

Penilaian Pernyataan Favorable dan Pernyataan Unfavorable

Untuk Kuesioner Distres dari Goldberg (1972)

Alternatif Jawaban Favourable Unfavourable

Ya 1 0

Tidak 0 1

Penilaian yang digunakan dalam skala penerapan pola asuh otoriter

menggunakan modifikasi skala Likert dengan empat kategori jawaban yaitu

sebagai berikut:

Tabel 3. 2

Penilaian Pernyataan Favorable dan Pernyataan Unfavorable

Untuk Skala Penerapan Pola Asuh Otoriter

Alternatif Jawaban Favourable Unfavourable

SS (Sangat Sesuai) 3 0

S (Sesuai) 2 1

TS (Tidak Sesuai) 1 2

STS (Sangat Tidak Sesuai) 0 3

Page 56: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/4510/1/207671812201104011.pdfHUBUNGAN ANTARA PENERAPAN POLA ASUH OTORITER ORANG TUA DENGAN DISTRES PADA REMAJA DI SMA N 1 MUNTILAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1. Skala Distres

Skala distres yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan

kuesioner distres dari Goldberg (1972 dalam McDowell & Claire, 1996) yaitu

GHQ (General Health Questionnaire) versi 60 yang telah dimodifikasi oleh

peneliti. Peneliti memutuskan untuk menggunakan skala ini karena telah

mewakili gejala-gejala distres yang diungkapkan oleh berbagai ahli seperti

Hardjana (1994), Ashurst (2001) serta Mirowsky (2003).

Menurut Goldberg (1972 dalam McDowell & Claire, 1996), GHQ

dirancang untuk digunakan dalam populasi secara umum, terutama pada

rumah sakit atau pasien yang tidak menginap dirumah sakit. Pertanyaan yang

digunakan dalam GHQ berupa simptom (seperti perasaan atau pemikiran

yang tidak normal) dan jenis-jenis tingkah laku. Tekanan merupakan

perubahan kondisi, bukan permasalahan yang sangat berat, jadi itemnya

disesuaikan dengan kondisi yang sebenarnya untuk individu pada situasi

normal dengan respon mulai dari “lebih buruk dari biasanya” sampai “lebih

baik dari biasanya”.

GHQ telah diterjemahkan ke dalam 38 bahasa sesuai dengan kultur

budaya masing-masing negara dan dideskripsikan ke lebih dari 700 artikel

dalam jurnal kesehatan yang didukung oleh The National Library of Medicine

of the United States.

Versi dasar GHQ terdiri dari 60 item dan Goldberg

merekomendasikan untuk menggunakan versi ini, di mana versi ini memiliki

validitas superior. Alternatif dari Goldberg di sortir atau dipendekkan menjadi

Page 57: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/4510/1/207671812201104011.pdfHUBUNGAN ANTARA PENERAPAN POLA ASUH OTORITER ORANG TUA DENGAN DISTRES PADA REMAJA DI SMA N 1 MUNTILAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

beberapa versi, mulai dari 12, 20, 28 sampai 30 item. Item-item tersebut di

skor secara konvensional dengan model skala Likert dengan kategori respon

0-1-2-3. Ada alternatif lain, dengan skor dua poin dengan tingkatan

permasalahan masalah ada atau tidak ada. Pendekatan selanjutnya, dikenal

dengan skor GHQ, dengan menempatkan kode 0-0-1-1. Ada keuntungan pada

pendekatan Likert, korelasi antara dua metode skoring tersebut adalah 0.92

dan 0.94, jadi Goldberg merekomendasikan dengan sistem yang lebih

sederhana.

Reliabilitas GHQ ini telah diuji dengan tes-retest selama 6 bulan pada

pasien Rumah Sakit praktik umum di Ingris dengan koefisien korelasi 0.90

(N=20), yaitu ketika stabilitas kondisi pasien telah dikonfirmasi dengan

pengulangan pengujian psikiatri terstandar. Pada versi 60 item, reliabilitas

Split-half 0.95 untuk 853 responden. Nilai ini equivalen untuk GHQ-30

sebesar 0.92; untuk GHQ-20 sebesar 0.90; dan untuk GHQ-12 sebesar 0.83.

Reliabilitas Inter-rater pada 12 interviu menunjukkan disagreement

hanya 4% dari skor simptom. Estimasi konsistensi internal termasuk figure

split-half adalah 0.95 untuk GHQ-60, 0.92 untuk GHQ-30, 0.90 untuk GHQ-

20 dan 0.83 untuk GHQ-12. Koefisien alpha untuk GHQ-12 berkisar antara

0.82 sampai 0.90 pada empat penelitian.

Uji validitas dari instrument ini telah dilakukan studi di beberapa

negara yang berbeda dan dengan prosedur yang sesuai dan terarah. Goldberg

menyediakan tabel rangkuman empat penelitian yang membandingkan GHQ-

60 dengan interviu psikiatrik terstandart yang telah dikembangkan, yaitu

Page 58: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/4510/1/207671812201104011.pdfHUBUNGAN ANTARA PENERAPAN POLA ASUH OTORITER ORANG TUA DENGAN DISTRES PADA REMAJA DI SMA N 1 MUNTILAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Clinical Interview Shcedule (CIS). Penelitian di Inggris, Australia dan

Spanyol hasilnya sangat konsisten, dengan korelasi antara dua skala berkisar

antara 0.76 sampai 0.81. Hasil ditunjukkan dengan sensitivity dan specificity.

Tabel 3. 3

Perbandingan Validitas GHQ dengan Beberapa Skala Lain

Sensitivity

%

Specificity

%

Overall

Misclassification%

GHQ-60 95.7 87.8 10.3

GHQ-30 85.0 79.5 19.1

Cornell Index 73.5 81.7 17.8

HOS (Mcmillian) 75-84 56-68 22-40

22-ItemScale (Langner) 73.5 81.7 17.8

Hasil penelitian lain dilakukan oleh Benjamin, et.al, yang dikutip oleh

Goldberg (1972 dalam McDowell & Claire, 1996) dengan mengaplikasikan

GHQ-60 terhadap 92 wanita berumur 40-49 tahun. Hasil sensitifitas 54.5%

pada spesifikasi 91.5% dan korelasi Spearman bernilai 0.63. Penelitian juga

dilakukan dengan menggunakan ke empat versi GHQ yang dilakukan pada

pasien praktik umum di Sydney, Australia dan Tennant dengan hasil

sensitifitas dan spesifikasi yang disajikan dalam tabel berikut ini:

Tabel 3. 4

Hasil Perbandingan Sencitivity dan Specifisity dari ke Empat Versi GHQ

pada Pasien Praktik Umum dan Pasien Tidak Rawat Inap

Pasien Praktik Umum Pasien Tidak Rawat Inap

Sencitivity Specificity Sencitivity Specificity

GHQ-60 95.7 87.8 80.6 93.3

GHQ-30 91.4 87.0 64.5 91.6

GHQ-20 88.2 86.0 64.5 96.7

GHQ-12 93.5 78.5 74.2 95.0

Page 59: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/4510/1/207671812201104011.pdfHUBUNGAN ANTARA PENERAPAN POLA ASUH OTORITER ORANG TUA DENGAN DISTRES PADA REMAJA DI SMA N 1 MUNTILAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Dari hasil perbandingan mengenai Sencitivity serta Specificity yang

lebih tinggi dari versi yang lainnya, maka peneliti memutuskan untuk

menggunakan GHQ-60, yaitu dengan mempertimbangkan kemungkinan

mendapatkan reliabilitas dan validitas butir-butir item yang lebih tinggi.

Kuisioner yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 60 butir item

dengan 43 item pernyataan favorable dan 17 item pernyataan unfavorable.

Berikut dibawah ini adalah blue print skala dari kuisioner distres.

Tabel 3. 5

Blue Print Kuesioner Distres dari Goldberg (1972)

No. Aspek Aitem

Favorable Unfavorable

1. Gejala Somatik 2, 3, 4, 5, 6, 9, 10, 13 1, 16

2. Kecemasan 11, 12, 14, 15, 17, 18,

19, 20, 37, 44, 45, 55

7, 28

3. Gangguan Sosial 21, 22, 23, 24, 25, 26,

29, 34, 38, 48

27, 30, 31, 32, 33, 35,

36, 42, 47

4. Depresi Berat 8, 39, 40, 41, 43, 49,

50, 51, 52, 57, 58, 59,

60

46, 53, 54, 56

Jumlah 43 17

f % 73,33 26,67

2. Skala Pola Asuh Otoriter

Skala pola asuh otoriter yang digunakan dalam penelitian ini dibuat sendiri

oleh peneliti dengan menggunakan karakteristik pola asuh otoriter dari

(Hurlock, 2002; Musen, 1984; Yusuf, 2009; Santrock, 2003; Ali, 2008) yang

didasarkan pada masing-masing aspek pola asuh dari Kohn (1963) yaitu

pemberian disiplin, komunikasi, pemenuhan kebutuhan dan pandangan

Page 60: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/4510/1/207671812201104011.pdfHUBUNGAN ANTARA PENERAPAN POLA ASUH OTORITER ORANG TUA DENGAN DISTRES PADA REMAJA DI SMA N 1 MUNTILAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

terhadap remaja. Berikut dibawah ini adalah blue print Skala Penerapan Pola

Asuh Otoriter.

Tabel 3. 6

Blue Print Skala Penerapan Pola Asuh Otoriter

No Aspek Indikator Aitem

Favorable Unfavorable

1. Pemberian

Disiplin

- Pengekangan terhadap anak 3, 9 20, 52

- Pemaksaan terhadap

peraturan

11, 24 36, 58

- Pemberian hukuman berat

terhadap pelanggaran

peraturan

4, 25, 44 22, 37, 54

- Pemberian ijin 19, 46, 53 13, 48

2. Komunikasi - Pengambilan keputusan

sesuai kendali orang tua

2, 15, 45 5, 16, 21, 56

- Sedikit komunikasi verbal 43, 49 31, 38

3. Pemenuhan

Kebutuhan

- Kebutuhan rasa aman 1, 51 8, 26

- Kebutuhan dihargai 14, 23 27, 57

- Kebutuhan untuk disayangi 33, 55 30, 59

- Kebebasan menyatakan diri 41, 60 10, 32, 42

4. Pandangan

terhadap

anak

- Dianggap sebagai anak kecil 7, 28, 39 6, 12

- Penilaian yang salah

terhadap pendapat anak

18, 40 29, 35

- Keraguan terhadap

kemampuan anak

34, 47 17, 50

Jumlah 30 30

f % 50 50

E. Validitas dan Realibilitas Alat Ukur

1. Uji Validitas

Uji validitas alat ukur dalam penelitian ini, terlebih dahulu

menggunakan review professional judgment, yaitu penilaian alat ukur dengan

dibimbing oleh orang-orang yang sudah berkompeten dan ahli di bidangnya.

Dalam hal ini peneliti dibimbing oleh psikolog yang berkedudukan sebagai

dosen.

Page 61: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/4510/1/207671812201104011.pdfHUBUNGAN ANTARA PENERAPAN POLA ASUH OTORITER ORANG TUA DENGAN DISTRES PADA REMAJA DI SMA N 1 MUNTILAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Selanjutnya, dilakukan uji validitas butir-butir item yang ditunjukkan

dengan adanya korelasi terhadap skor total item. Perhitungannya dilakukan

dengan mengkorelasikan antara skor item dengan skor total item. Uji validitas

ini dimaksudkan untuk menyeleksi butir-butir item berdasarkan daya

diskriminasinya. Pengujian menggunakan uji dua sisi dengan taraf

signifikansi 0.05. Jika r hitung r tabel (uji 2 sisi dengan sig. 0.05) maka

instrumen atau aitem-aitem pernyataan berkorelasi signifikan terhadap skor

total (dinyatakan valid). Jika r hitung r tabel (uji 2 sisi dengan sig. 0.05)

maka instrumen atau aitem-aitem pernyataan berkorelasi tidak signifikan

terhadap skor total (dinyatakan tidak valid).

Penghitungan daya beda item menggunakan koefisien korelasi

Product Moment. Perhitungan koefisien korelasi dilakukan dengan bantuan

komputer menggunakan program Statistical Product and Service Solution (SPSS)

versi 16.0.

2. Uji Reliabilitas

Teknik yang digunakan untuk mengetahui reliabilitas alat ukur dalam

penelitian ini menggunakan koefisien Cronbach’s Alpha karena data

diperoleh lewat penyajian satu bentuk skala yang dikenakan hanya sekali saja

pada sekelompok responden (single-trial administration), sehingga problem

yang mungkin timbul pada pendekatan reliabilitas terulang dapat dihindari

(Azwar, 2003). Perhitungan reliabilitas dilakukan dengan bantuan komputer

menggunakan program Statistical Product and Service Solution (SPSS) versi 16.0.

Page 62: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/4510/1/207671812201104011.pdfHUBUNGAN ANTARA PENERAPAN POLA ASUH OTORITER ORANG TUA DENGAN DISTRES PADA REMAJA DI SMA N 1 MUNTILAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

F. Teknik Analisis Data

Metode analisis data merupakan metode yang digunakan untuk

menganalisis data hasil penelitian untuk diuji kebenarannya, sehingga diperoleh

suatu kesimpulan. Data mengenai distres bersifat dikotomus, yaitu terdiri atas dua

alternatif jawaban maka dikhawatirkan terdapat sebaran yang tidak normal, sehingga

penelitian ini mempersiapkan dua metode analisis berdasarkan distribusi. Langkah

selanjutnya adalah melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang diajukan

dengan analisis korelasi Product Momen ( Pearson) untuk mengukur data yang

berdistribusi normal dan linier (memenuhi syarat analisis korelasi Product

Momen). Selanjutnya untuk menguji hipotesis data yang berdistribusi tidak

normal menggunakan metode statistik nonparametrik dengan analisis Contingency

Coefficient yang dalam penghitungannya menggunakan analisis Chi square

merupakan suatu metode statistika non parametrik.

Analisis data dilakukan dengan bantuan program komputasi Statistical

Product and Service Solution (SPSS) for Windows Release 16.0. Analisis data

dilakukan untuk mengetahui korelasi atau hubungan antara penerapan pola asuh

otoriter orang tua dengan distres pada remaja.

Page 63: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/4510/1/207671812201104011.pdfHUBUNGAN ANTARA PENERAPAN POLA ASUH OTORITER ORANG TUA DENGAN DISTRES PADA REMAJA DI SMA N 1 MUNTILAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. PERSIAPAN PENELITIAN

1. Orientasi Kancah Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA N 1 Muntilan yang terletak di

Jalan Ngadiretno 1 Tamanagung, Muntilan, Magelang. SMA N 1 Muntilan

ini lahir berdasarkan SK/ Ijin Pendirian Sekolah dari Kanwil Depdiknas/

Dinas Pendidikan/ Depag. No. 106/ S / B/ III/ 65/ 66. Tgl./ Thn./ Bln. 28

JULI 1966 dengan akreditasi A.

SMA Negeri 1 Muntilan dulunya bernama SMA Blabak yang pada

awal berdirinya merupakan filial SMA Negeri 1 Kota Magelang pada Januari

tahun 1965, berlokasi di Blabak, Kecamatan Mungkid, Kabupaten Magelang.

Karena filial dari SMA Negeri 1 Kota Magelang maka yang berada di Blabak

merupakan lanjutan dari kelas yang ada di Magelang (kelas 1-1 sampai 1-9)

yaitu kelas 1-10, dan pada waktu itu Kepala Sekolahnya adalah Bapak

Banidin. Pada tahun 1966 SMA Negeri 1 Muntilan dinyatakan sebagai SMA

yang mandiri dengan nama SMA Negeri Blabak di Muntilan, berlokasi di

belakang klenteng Hok An Kiong, Jalan Pemuda Muntilan. Mulai tahun 1968

hingga sekarang SMA Negeri Blabak Muntilan menempati lokasi di Jalan

Ngadiretno dusun Ponggol dengan nama SMA Negeri 1 Muntilan

(berdasarkan nomenklatur sekolah yang diterbitkan Departemen Pendidikan

dan Kebudayaan Republik Indonesia). SMA N 1 Muntilan lebih dikenal

Page 64: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/4510/1/207671812201104011.pdfHUBUNGAN ANTARA PENERAPAN POLA ASUH OTORITER ORANG TUA DENGAN DISTRES PADA REMAJA DI SMA N 1 MUNTILAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

dengan nama SMA Ponggol karena letaknya bersebelahan dengan Desa

Ponggol.

SMA N 1 Muntilan merupakan sekolah favorit di Kabupaten

Magelang dan se Karisidenan Kedu, terbukti dengan banyaknya siswa yang

mendaftar yang mengalami peningkatan dari tahun ke tahun serta dengan

tingginya standar nilai yang ditetapkan oleh pihak sekolah. Hal tersebut

didukung juga oleh mutu sekolah dengan akreditasi A serta adanya fasilitas

sekolah yang memadai. Siswa SMA N 1 Muntilan berasal dari berbagai

macam daerah di Kabupaten Magelang dan sekitarnya.

SMA N 1 Muntilan mempunyai tujuan pendidikan di SMA N 1

Muntilan dengan mengembangkan antara lain:

a. Mengembangkan secara optimal potensi yang dimiliki peserta didik agar

menjadi manusia yang berakhlak mulia dan berilmu.

b. Membimbing peserta didik menemukan jati dirinya agar menjadi manusia

yang cakap, kreatif dan mandiri.

c. Mempersiapkan peserta didik melanjutkan ke perguruan tinggi sesuai

dengan bakat dan minatnya.

SMA N 1 Muntilan juga mempunyai Visi, Misi dan Tujuan, yang

meliputi:

a. Visi : “Unggul dalam IPTEK, Mantap dalam IMTAQ, Prima dalam

Olah Raga dan Seni serta Tangguh di Era Global”.

b. Misi :

1) Menyediakan sarana belajar yang memadai dan efektif.

Page 65: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/4510/1/207671812201104011.pdfHUBUNGAN ANTARA PENERAPAN POLA ASUH OTORITER ORANG TUA DENGAN DISTRES PADA REMAJA DI SMA N 1 MUNTILAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2) Meningkatkan kualitas pembinaan tim olimpiade sains.

3) Menumbuhkan minat belajar siswa secara optimal.

4) Mengoptimalkan pembinaan IMTAQ bagi seluruh komponen sekolah

untuk mewujudkan insan yang berakhlak mulia.

5) Menyediakan sarana dan prasarana olah raga dan seni yang memadai.

6) Melakukan pembinaan dan pengembangan apresiasi seni dan olah

raga.

7) Meningkatkan daya saing lulusan dengan kemampuan bahasa dan

ICT.

8) Menumbuhkan rasa cinta budaya nasional dan daerah.

c. Tujuan :

1) Mencapai nilai rata-rata ujian nasional 7,6.

2) Menghasilkan lulusan yang dapat diterima perguruan tinggi negeri dan

favorit sebesar 60%.

3) Memiliki siswa yang mampu meraih prestasi olimpiade tingkat

nasional.

4) Memiliki tim debat bahasa inggris yang mampu berprestasi di tingkat

propinsi.

5) Memiliki tim KIR yang mempu berprestasi di tingkat propinsi.

6) Memiliki perpustakaan sekolah yang berbasis komputer.

7) Memiliki sistem administrasi yang berbasis komputer.

8) Meraih prestasi dalam bidang olah raga dan seni di tingkat propinsi

dan nasional.

Page 66: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/4510/1/207671812201104011.pdfHUBUNGAN ANTARA PENERAPAN POLA ASUH OTORITER ORANG TUA DENGAN DISTRES PADA REMAJA DI SMA N 1 MUNTILAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9) Mempersiapkan siswa (20%) kelas X dan XI mampu berkomunikasi

menggunakan bahasa inggris.

10)Menyelenggarakan peringatan hari besar keagamaan di sekolah.

11)Menanamkan dan mengaplikasikan nilai-nilai budi pekerti dan nilai

luhur bangsa dalam rangka character building.

2. Persiapan Administrasi Penelitian

Persiapan administrasi penelitian meliputi segala urusan perijinan

yang diajukan pada pihak-pihak yang terkait dengan pelaksanaan penelitian.

Permohonan ijin tersebut meliputi tahap-tahap sebagai berikut:

a. Peneliti meminta surat pengantar ijin penelitian dari Program Studi

Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta yang

ditujukan kepada Kepala Sekolah SMA N 1 Muntilan dengan nomor

8200/ H27.1.17.3/ TU/ 2010 agar bisa melakukan penelitian di SMA N 1

Muntilan.

b. Setelah mendapatkan ijin dari pihak Sekolah maka peneliti diminta untuk

membawa surat pengantar dari Program Studi Psikologi Fakultas

Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta ke Badan Kesbangpol

dan PB (Kesatuan Bangsa, Politik, dan Penanggulangan Bencana)

Kabupaten Magelang dengan nomor 070/ 004/ 14/ 2011. Selanjutnya

diteruskan ke BPPT (Badan Pelayanan Perijinan Terpadu) Kabupaten

Magelang untuk mendapatkan persetujuan terhadap ijin pelaksanaan

penelitian dan mendapat ijin dengan nomor 070/ 0013/ 59/ 2011.

Page 67: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/4510/1/207671812201104011.pdfHUBUNGAN ANTARA PENERAPAN POLA ASUH OTORITER ORANG TUA DENGAN DISTRES PADA REMAJA DI SMA N 1 MUNTILAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

c. Setelah memenuhi berbagai persyaratan ijin terhadap pelaksanaan

penelitian, peneliti melakukan koordinasi dengan pihak sekolah terkait

dengan jadwal pelaksanaan penelitian.

3. Persiapan Alat Ukur

Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala psikologi.

Adapun skala psikologi yang digunakan dalam penelitian ini meliputi skala

penerapan pola asuh otoriter orang tua dan modifikasi kuesioner distres dari

Goldberg.

a. Skala Penerapan Pola Asuh Otoriter Orang Tua

Skala penerapan pola asuh otoriter orang tua mengungkap sejauh mana

pola asuh otoriter tersebut diterapkan pada subjek penelitian. Skala ini

terdiri atas 60 aitem pernyataan yang terdiri dari 30 aitem pernyataan

favorable dan 30 aitem pernyataan unfavorable.

b. Kuesioner Distres dari Goldberg

Kuesioner distres dari Goldberg ini mengungkap sejauh mana subjek

penelitian mengalami keadaan distres. Kuesioner ini terdiri atas 60 aitem

pernyataan yang terdiri dari 43 aitem pernyataan favorable dan 17 aitem

pernyataan unfavorable.

4. Pelaksanaan Uji Coba

Sebelum penelitian dilakukan, perlu adanya uji coba terhadap alat

ukur yang akan digunakan. Uji coba terhadap skala dilakukan dengan tujuan

untuk mengetahui validitas dan realibilitas alat ukur penelitian. Pengambilan

sampel untuk uji coba penelitian dilakukan terhadap kelas X yang terdiri atas

Page 68: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/4510/1/207671812201104011.pdfHUBUNGAN ANTARA PENERAPAN POLA ASUH OTORITER ORANG TUA DENGAN DISTRES PADA REMAJA DI SMA N 1 MUNTILAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3 kelas dari total keseluruhan terdiri atas 8 kelas, yaitu kelas X1, X2, X3.

Pengambilan sampel untuk uji coba penelitian disesuaikan dengan jadwal

salah satu mata pelajaran, yaitu PKn yang sejak awalnya telah dijanjikan

untuk dilakukannya uji coba penelitian dengan disediakan waktu pada akhir

mata pelajaran tersebut. Adapun skala yang diujicobakan terdiri atas skala

penerapan pola asuh otoriter orang tua dan skala distres.

Pelaksanaan uji coba penelitian dilakukan pada tanggal 6 Januari 2011

yang terdiri atas kelas X2 dan X3 serta tanggal 8 Januari 2011 terhadap kelas

X1 dengan keseluruhan sampel berjumlah 95 siswa. Pada saat uji coba

penelitian dilaksanakan, ada 2 siswa dari kelas X3 yang tidak mengikuti

karena berhalangan hadir. Seluruh eksemplar dibagi kepada 95 siswa dan

semuanya memenuhi syarat untuk penyekoran dan analisis data. Selanjutnya

dilakukan uji validitas dan realibilitas dari data yang diperoleh pada tiap-tiap

skala.

5. Uji Validitas dan Realibilitas

Penghitungan validitas aitem-aitem pernyataan untuk skala penerapan

pola asuh otoriter orang tua dan kuesioner distres dilakukan dengan

menggunakan teknik korelasi Product Moment dari Pearson, yaitu mencari

daya beda aitem dengan korelasi antara skor aitem dengan skor total aitem.

Sedangkan penghitungan reliabilitasnya dihitung dengan teknik analisis

reliabilitas Alpha Cronbach. Pengujian menggunakan uji dua sisi dengan taraf

signifikansi 0.05. Jika r hitung r tabel (uji 2 sisi dengan sig. 0.05) maka

instrumen atau aitem-aitem pernyataan berkorelasi signifikan terhadap skor

Page 69: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/4510/1/207671812201104011.pdfHUBUNGAN ANTARA PENERAPAN POLA ASUH OTORITER ORANG TUA DENGAN DISTRES PADA REMAJA DI SMA N 1 MUNTILAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

total (dinyatakan valid). Jika r hitung r tabel (uji 2 sisi dengan sig. 0.05)

maka instrumen atau aitem-aitem pernyataan berkorelasi tidak signifikan

terhadap skor total (dinyatakan tidak valid). Aitem-aitem yang tidak valid

dinyatakan gugur, sedangkan aitem-aitem yang valid dinyatakan tidak gugur

(Prayitno, 2008).

Uji reliabitas menggunakan taraf signifikansi 0.05, sehingga aitem-

aitem dinyatakan reliabel bila nilai alpha lebih besar dari r kritis product

moment. Aitem-aitem yang valid kemudian dimasukkan ke dalam uji

realibilitas.

a. Uji validitas dan reliabilitas skala penerapan pola asuh otoriter orang tua

Hasil dari uji validitas skala penerapan pola asuh otoriter orang tua

dapat diketahui bahwa dari 60 aitem pernyataan yang telah diujicobakan,

diperoleh indeks korelasi aitem berkisar antara -0.139 sampai dengan

0.709. Hasilnya menunjukkan ada 11 aitem pernyataan dinyatakan gugur,

yaitu aitem nomor 7, 14, 15, 19, 24, 41, 43, 45, 46, 53, 55 dikarenakan

rhitung < rtabel dengan taraf signifikansi 0.05 dan N = 95 dengan nilai kritis

0,202. Sedangkan hasil dari analisis aitem diperoleh 49 aitem pernyataan

valid dengan indeks korelasi berkisar antara 0.293 sampai dengan 0.709.

Hasil analisis reliabilitas skala menunjukkan koefisien Alpha

dengan nilai 0.922. Hal ini menunjukkan bahwa aitem-aitem pernyataan

dalam skala penerapan pola asuh otoriter orang tua sudah reliabel sebagai

alat ukur dalam penelitian. Adapun perincian aitem yang valid dan gugur

dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Page 70: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/4510/1/207671812201104011.pdfHUBUNGAN ANTARA PENERAPAN POLA ASUH OTORITER ORANG TUA DENGAN DISTRES PADA REMAJA DI SMA N 1 MUNTILAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Tabel 4.1

Distribusi Butir Aitem Valid dan Gugur pada

Skala Penerapan Pola Asuh Otoriter Orang Tua

No Aspek Indikator

Butir Aitem

JumlahFavorable Unfavorable

Valid Gugur Valid Gugur

1. Pemberian

Disiplin

- Pengekangan

terhadap anak

3,9 - 20, 52 - 4

- Pemaksaan terhadap

peraturan

11 24 36, 58 - 4

- Pemberian hukuman

berat terhadap

pelanggaran

peraturan

4, 25,

44

- 22,

37, 54

- 6

- Pemberian ijin - 19, 46,

53

13, 48 - 5

2. Komunikasi - Pengambilan

keputusan sesuai

kendali orang tua

2 15, 45 5, 16,

21, 56

- 7

- Sedikit komunikasi

verbal

49 43 31, 38 - 4

3. Pemenuhan

Kebutuhan

- Kebutuhan rasa

aman

1, 51 - 8, 26 - 4

- Kebutuhan dihargai 23 14 27, 57 - 4

- Kebutuhan untuk

disayangi

33 55 30, 59 - 4

- Kebebasan

menyatakan diri

60 41 10,

32, 42

- 5

4. Pandangan

terhadap

anak

- Dianggap sebagai

anak kecil

28, 39 7 6, 12 - 5

- Penilaian yang salah

terhadap pendapat

anak

18, 40 - 29, 35 - 4

- Keraguan terhadap

kemampuan anak

34, 47 - 17, 50 - 4

Jumlah 60

Page 71: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/4510/1/207671812201104011.pdfHUBUNGAN ANTARA PENERAPAN POLA ASUH OTORITER ORANG TUA DENGAN DISTRES PADA REMAJA DI SMA N 1 MUNTILAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

b. Uji validitas dan reliabilitas kuesioner distres

Hasil dari uji validitas kuesioner distres dapat diketahui bahwa dari

60 aitem pernyataan yang telah diujicobakan, diperoleh indeks korelasi

aitem berkisar antara 0.002 sampai dengan 0.672. Hasilnya menunjukkan

ada 13 aitem pernyataan dinyatakan gugur, yaitu aitem nomor 4, 10, 11,

15, 17, 19, 21, 26, 33, 41, 47, 57, 59 dikarenakan rhitung < rtabel dengan

taraf signifikansi 0.05 dan N = 95 dengan nilai kritis 0,202. Sedangkan

hasil dari analisis aitem diperoleh 47 aitem pernyataan valid dengan indeks

korelasi berkisar antara 0.210 sampai dengan 0.672.

Hasil analisis reliabilitas skala menunjukkan koefisien Alpha

dengan nilai 0.895. Hal ini menunjukkan bahwa aitem-aitem pernyataan

dalam kuesioner distres sudah reliabel sebagai alat ukur dalam penelitian.

Adapun perincian aitem yang valid dan gugur dapat dilihat pada tabel di

bawah ini.

Tabel 4.2

Distribusi Butir Aitem Valid dan Gugur pada Kuesioner Distres

No Aspek

Butir Aitem

JumlahFavorable Unfavorable

Valid Gugur Valid Gugur

1. Gejala

Somatik

2, 3, 5, 6, 9, 13 4, 10 1, 16 - 10

2. Kecemasan 12, 14, 18, 20,

37, 44, 45, 55

11, 15, 17,

19

7, 28 - 14

3. Gangguan

Sosial

22, 23, 24, 25,

29, 34, 38, 48

21, 26 27, 30, 31,

32, 35, 36,

42

33, 47 19

4. Depresi Berat 8, 39, 40, 43,

49, 50, 51, 52,

58, 60

41, 57, 59 46, 53, 54,

56

- 17

Jumlah 60

Page 72: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/4510/1/207671812201104011.pdfHUBUNGAN ANTARA PENERAPAN POLA ASUH OTORITER ORANG TUA DENGAN DISTRES PADA REMAJA DI SMA N 1 MUNTILAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6. Penyusunan Alat Ukur Penelitian

Setelah melakukan uji validitas dan reliabilitas, langkah selanjutnya adalah

melakukan penyusunan alat ukur dalam penelitian. Penyusunan alat ukur

hanya menggunakan aitem-aitem pernyataan yang telah dinyatakan valid,

dengan nomor urut yang baru. Sedangkan aitem-aitem pernyataan yang

dinyatakan tidak valid dihilangkan. Berikut ini adalah tabel sebaran aitem

dengan penomoran baru yang digunakan dalam penelitian.

Tabel 4.3

Distribusi Aitem Skala Penerapan Pola Asuh Otoriter Orang Tua

No Aspek Indikator Aitem Jumlah

Favorable Unfavorable

1. Pemberian

Disiplin

- Pengekangan

terhadap anak

3 (1), 9 (36) 20 (14), 52

(25)

4

- Pemaksaan terhadap

peraturan

11 (16) 36 (48), 58

(29)

3

- Pemberian hukuman

berat terhadap

pelanggaran

peraturan

4 (23), 25 (47),

44 (12)

22 (34), 37 (3),

54 (9)

6

- Pemberian ijin - 13 (42), 48

(38)

2

2. Komunikasi - Pengambilan

keputusan sesuai

kendali orang tua

2 (8) 5 (15), 16 (21),

21 (27), 56

(46)

5

- Sedikit komunikasi

verbal

49 (30) 31 (17), 38

(41)

3

3. Pemenuhan

Kebutuhan

- Kebutuhan rasa

aman

1 (6), 51 (39) 8 (28), 26 (2) 4

- Kebutuhan dihargai 23 (45) 27 (31), 57

(19)

3

- Kebutuhan untuk

disayangi

33 (20) 30 (37), 59

(11)

3

- Kebebasan

menyatakan diri

60 (32) 10 (24), 32

(49), 42 (7)

4

4. Pandangan

terhadap

anak

- Dianggap sebagai

anak kecil

28 (35), 39 (10) 6 (43), 12 (18) 4

Page 73: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/4510/1/207671812201104011.pdfHUBUNGAN ANTARA PENERAPAN POLA ASUH OTORITER ORANG TUA DENGAN DISTRES PADA REMAJA DI SMA N 1 MUNTILAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

- Penilaian yang salah

terhadap pendapat

anak

18 (40), 40 (22) 29 (5), 35 (33) 4

- Keraguan terhadap

kemampuan anak

34 (4), 47 (26) 17 (44), 50

(13)

4

Jumlah 49

Keterangan : nomor dalam tanda kurung (….) adalah nomor aitem baru untuk

penelitian.

Tabel 4.4

Distribusi Aitem Kuesioner Distres

No Aspek Aitem Jumlah

Favorable Unfavorable

1. Gejala Somatik 2 (44), 3 (8), 5 (14), 6

(27), 9 (37), 13 (33)

1 (22), 16 (30) 8

2. Kecemasan 12 (3), 14 (28), 18 (46), 20

(5), 37 (12), 44 (38), 45

(42), 55 (23)

7 ( 31), 28 (19) 10

3. Gangguan Sosial 22 (1), 23 (39), 24 (17), 25

(41), 29 (15), 34 (26), 38

(45), 48 (34)

27 (6), 30 (7), 31 (36), 32

(20), 35 (40), 36 (47), 42

(32)

15

4. Depresi Berat 8 (43), 39 (16), 40 (11), 43

(24), 49 (21), 50 (9), 51

(18), 52 (35), 58 (4), 60

(29)

46 (2), 53 (13), 54 (25),

56 (10)

14

Jumlah 47

Keterangan : nomor dalam tanda kurung (….) adalah nomor aitem baru untuk

penelitian.

B. Pelaksanaan Penelitian

A. Penentuan Sampel Penelitian

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa-siswi SMA

N 1 Muntilan kelas X4, X5, X6, X7, X8 yang berjumlah 161 siswa, namun

dalam pelaksanaan penelitian hanya 143 siswa yang ikut dalam pelaksanaan

penelitian karena siswa yang lain sedang mengikuti pelatihan PMR (Palang

Merah Remaja) oleh PMI setempat untuk diterjunkan dalam rangka

Page 74: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/4510/1/207671812201104011.pdfHUBUNGAN ANTARA PENERAPAN POLA ASUH OTORITER ORANG TUA DENGAN DISTRES PADA REMAJA DI SMA N 1 MUNTILAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

membantu penanganan korban lahar dingin merapi. Alasan penggunaan siswa

kelas X sebagai sampel penelitian karena dianggap mewakili populasi yang

telah ditentukan dalam penelitian ini. Siswa kelas X berada pada rentang usia

14-16 tahun sehingga sudah memasuki usia remaja dan sudah mewakili

subjek dalam penelitian.

Teknik pengambilan sampel dari populasi yang digunakan dalam

penelitian ini adalah purposive sampling, yaitu pemilihan sampel didasarkan

atas kriteria-kriteria berdasarkan tujuan penelitian yang telah ditentukan

sebelumnya.

B. Penelitian

Penelitian dilakukan pada tanggal 17 Januari 2011 dengan

menggunakan alat ukur penelitian berupa skala penerapan pola asuh otoriter

yang terdiri dari 49 aitem pernyataan. Pembagian skala dilakukan secara

bergilir kelas demi kelas selama 1 hari, yang meliputi kelas X4, X5, X6, X7

dan X8. Peneliti diberi kesempatan oleh pihak sekolah untuk menggunakan

satu jam mata pelajaran selama 45 menit untuk tiap kelasnya.

Pada awal pertemuan, peneliti melakukan perkenalan dan selajutnya

memberikan penjelasan mengenai tata cara pengisian dan pengerjaan skala.

Selama siswa melakukan pengerjaan terhadap skala penelitian, peneliti tetap

berada di dalam kelas sambil melakukan observasi sampai subjek selesai

mengerjakan kemudian peneliti mengumpulkan skala yang telah selesai

dikerjakan. Penelitian hanya berlangsung selama ±20 menit, waktu

selanjutnya peneliti gunakan untuk memberikan motivasi dengan melakukan

Page 75: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/4510/1/207671812201104011.pdfHUBUNGAN ANTARA PENERAPAN POLA ASUH OTORITER ORANG TUA DENGAN DISTRES PADA REMAJA DI SMA N 1 MUNTILAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

diskusi dengan siswa. Setelah data terkumpul selanjutnya dilakukan skoring

untuk mempersiapkan penelitian selanjutnya.

Penelitian pada tahap ke dua dilaksanakan setelah dilakukan

penghitungan terhadap skala penerapan pola asuh otoriter orang tua dan

didapatkan sejumlah siswa sebanyak 59 siswa yang mendapatkan penerapan

pola asuh otoriter orang tua dengan kategori sedang hingga tinggi. Setelah

didapatkan data hasil dari penghitungan skor mengenai siswa yang akan

dijadikan sebagai subjek penetian selanjutnya, peneliti melakukan koordinasi

dengan pihak sekolah untuk dilakukan penelitian lebih lanjut. Penelitian

selanjutnya akhirnya dilaksanakan pada tanggal 20 januari 2011, yaitu dengan

memberikan kuesioner distres dari Goldberg yang terdiri dari 47 aitem

pernyataan.

Penelitian dilakukan dengan memberitahukan pada siswa yang

bersangkutan untuk berkumpul pada istirahat jam ke dua di ruang kesenian

yang kapasitasnya lebih besar dari ruangan lainnya. Penelitian dilakukan

dengan memanfaatkan waktu istirahat pada jam ke dua karena mempunyai

jeda istirahat yang lebih panjang, yaitu selama 30 menit (pukul 11.45-12.15)

sehingga setelah penelitian selesai siswa dapat beristirahat kembali untuk

beribadah dan melanjutkan pelajaran selanjutnya.

Page 76: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/4510/1/207671812201104011.pdfHUBUNGAN ANTARA PENERAPAN POLA ASUH OTORITER ORANG TUA DENGAN DISTRES PADA REMAJA DI SMA N 1 MUNTILAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

C. Hasil Analisis Data Penelitian

Penghitungan analisis data dilakukan setelah uji asumsi yang meliputi uji

normalitas sebaran dan uji linearitas hubungan. Perhitungan dalam analisis ini

dilakukan dengan bantuan komputer seri program statistik SPSS for MS Windows

release versi 16.0.

1. Uji Asumsi

a. Uji normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah populasi data

berdistribusi normal atau tidak. Penelitian ini menggunakan uji One Sample

Kolmogorov-Smirnov dengan taraf signifikansi 0,05. Data dinyatakan

berdistribusi normal jika signifikansi lebih besar dari 5% atau 0,05 (Prayitno,

2008). Hasil uji normalitas terhadap ketiga variabel adalah sebagai berikut:

Tabel 4.5

Hasil Uji Normalitas One Sample Kolmogorov-Smirnov

Kolmogorov-Smirnova

Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Distres.080 59 .200

*.979 59 .398

PPAO.219 59 .000 .710 59 .000

a. Lilliefors Significance Correction

*. This is a lower bound of the true significance.

Ket: PPAO: Penerapan Pola Asuh Otoriter Orang Tua

Berdasarkan tabel tersebut di atas dapat dilihat hasil penghitungan uji

One Sample Kolmogorov-Smirnov dengan Asym. Sig (2-tailed) berupa harga

p. Hasil uji normalitas untuk variabel penerapan pola asuh otoriter orang tua

sebesar 0,000 dengan harga p < 0,05 sehingga dapat ditarik kesimpulan

Page 77: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/4510/1/207671812201104011.pdfHUBUNGAN ANTARA PENERAPAN POLA ASUH OTORITER ORANG TUA DENGAN DISTRES PADA REMAJA DI SMA N 1 MUNTILAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

bahwa data yang diuji berdistribusi tidak normal. Sedangkan hasi uji

normalitas untuk variabel distres sebesar 0,200 dengan harga p > 0,05

sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa data yang diuji berdistribusi

normal.

b. Uji Linearitas Hubungan

Uji linearitas hubungan dilakukan bertujuan untuk mengetahui apakah

dua variabel mempunyai hubungan yang linear atau tidak secara signifikan.

Uji linearitas dilakukan sebelum melakukan analisis korelasi atau regresi

linear. Penelitian ini menggunakan Test for Linearity dengan taraf

signifikansi 5% atau 0,05 (Prayitno, 2008). Menurutnya, dua variabel dapat

dikatakan mempunyai hubungan yang linier bila signifikansi (linearity)

kurang dari 0,05.

Tabel 4.6

Hasil Uji Linearitas

Sum of

Squares df

Mean

Square F Sig.

distres *

PPAO

Between

Groups

(Combined) 3002.255 25 120.090 3.045 .002

Linearity 868.121 1 868.121 22.012 .000

Deviation from

Linearity2134.134 24 88.922 2.255 .015

Within Groups 1301.474 33 39.439

Total 4303.729 58

Ket: PPAO: Penerapan Pola Asuh Otoriter Orang Tua

Dari hasil uji linearitas didapatkan nilai F sebesar 3,045 dengan nilai

signifikansi pada Linearity sebesar 0,000. Dengan demikian dapat ditarik

Page 78: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/4510/1/207671812201104011.pdfHUBUNGAN ANTARA PENERAPAN POLA ASUH OTORITER ORANG TUA DENGAN DISTRES PADA REMAJA DI SMA N 1 MUNTILAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

kesimpulan bahwa variabel penerapan pola asuh otoriter orang tua dan distres

terdapat hubungan yang linear karena 0,000 < 0,05.

2. Uji Hipotesis

a. Analisis Koefisien Kontingensi (Contingency Coefficient)

Dari hasil uji asumsi dapat diketahui sebaran data penerapan pola asuh

otoriter orang tua dan distres berdistribusi tidak normal dan linear. Dengan

demikian uji hipotesisnya menggunakan metode statistik nonparametrik.

Penelitian ini menggunakan uji hipotesis dengan analisis Koefisien

Kontingensi (Contingency Coefficient) yang dalam penghitungannya

menggunakan analisis Chi Square. Chi Square merupakan salah satu bentuk

dari statistik nonparametrik. Koefisien kontingensi (KK) digunakan untuk

mengetahui hubungan antara baris dan kolom. Dalam hal ini untuk

mengetahui keeratan hubungan antara penerapan pola asuh otoriter orang tua

dengan distres. Selanjutnya dilakukan penghitungan untuk menguji hipotesis,

untuk lebih jelasnya disajikan dalam tabel berikut ini:

Tabel 4.7

Hasil Uji Korelasi dengan Analisis Chi-Square

Value Df Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 45.187a

26 .011

Likelihood Ratio 19.899 26 .796

Linear-by-Linear Association 3.398 1 .065

N of Valid Cases 59

a. 52 cells (96,3%) have expected count less than 5. The minimum expected

count is ,05.

Page 79: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/4510/1/207671812201104011.pdfHUBUNGAN ANTARA PENERAPAN POLA ASUH OTORITER ORANG TUA DENGAN DISTRES PADA REMAJA DI SMA N 1 MUNTILAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Tabel 4.8

Hasil Uji Korelasi dengan Analisis Contingency Coefficient

Symmetric Measures

Value Approx. Sig.

Nominal by Nominal Contingency Coefficient .659 .011

N of Valid Cases 59

Dari hasil uji hipotesis tersebut diatas, dapat dilihat bahwa nilai

signifikasi (p-value) sebesar 0,011. Dengan demikian p-value < 0,05 sehingga

hasilnya signifikan. Nilai koefisien kontingensi antara penerapan pola asuh

otoriter orang tua dengan distres sebesar 0,659. Menurut Prayitno (2008)

kriteria hubungan antar variabel adalah bahwa semakin mendekati nilai 1

maka hubungan yang terjadi semakin erat dan jika mendekati 0 maka

hubungan semakin lemah. Dalam hal ini hubungan yang terjadi antara

variabel penerapan pola asuh otoriter orang tua dengan distres adalah erat.

b. Uji Signifikansi dengan X2

Dari tabel didapatkan nilai X2hitung sebesar 45,187. Nilai dikatakan

signifikan jika X2hitung > X

2tabel. Dengan menggunakan taraf signifikansi

0,05 dan df = 26, maka X2tabel menunjukkan nilai 38,885. Dengan demikian

X2hitung > X

2tabel (45,187 > 38,885) dan p-value (0,011 < 0,05), maka

hasilnya signifikan.

3. Analisis Deskriptif

Dari hasil data penyekoran penerapan pola asuh otoriter orang tua dan

distres diperoleh hasil statistik deskriptif mengenai data penelitian. Berikut ini

Page 80: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/4510/1/207671812201104011.pdfHUBUNGAN ANTARA PENERAPAN POLA ASUH OTORITER ORANG TUA DENGAN DISTRES PADA REMAJA DI SMA N 1 MUNTILAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

akan disajikan deskripsi data penelitian dan subjek penelitian sebagai

gambaran umum hasil penelitian.

Tabel 4.9

Statistik Deskriptif

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Distres 59 5.00 40.00 22.0678 8.61407

PPAO 59 49.00 131.00 60.9831 15.14356

Valid N (listwise) 59

Berdasarkan tabel statistik di atas, kemudian dilakukan kategorisasi

terhadap skor skala hasil penelitian. Kategorisasi ini kemudian dinyatakan

sebagai acuan atau norma dalam pengelompokkan skor subjek yang dikenai

skala. Kategorisasi yang digunakan adalah kategorisasi jenjang berdasarkan

model distribusi normal. Tujuan kategorisasi ini adalah menempatkan subjek

ke dalam kelompok-kelompok yang terpisah secara berjenjang menurut suatu

kontinum berdasarkan atribut yang diukur (Azwar, 2003). Kontinum jenjang

ini akan dibagi menjadi 3 kategori diagnosis yaitu rendah, sedang, dan tinggi.

Norma kategorisasi yang digunakan adalah sebagai berikut.

Tabel 4.10

Norma Kategori Skor Subjek

Kategorisasi Norma

Rendah 1,0 )

Sedang 1,0

Tinggi

Keterangan :

X : raw score skala

Page 81: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/4510/1/207671812201104011.pdfHUBUNGAN ANTARA PENERAPAN POLA ASUH OTORITER ORANG TUA DENGAN DISTRES PADA REMAJA DI SMA N 1 MUNTILAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

: mean atau nilai rata-rata

: standar deviasi

a. Skala Penerapan Pola Asuh Otoriter Orang Tua

Skala penerapan pola asuh otoriter orang tua dikategorisasikan untuk

mengetahui kategori nilai yang diperoleh subjek dalam penelitian. Skor

minimal yang diperoleh subjek adalah 49 X 0 = 0 dan skor maksimal yang

diperoleh subjek adalah 49 X 3 = 147, sehingga jarak sebarannya adalah 147

– 0 = 147 setiap satuan deviasi standarnya bernilai 147 : 6,0 = 24,5 24 dan

rerata hipotetiknya adalah 49 X 1,5 = 73,5 73. Apabila subjek digolongkan

dalam 3 kategori, maka didapat kategorisasi serta distribusi skor subjek

seperti pada tabel berikut:

Tabel 4.11

Kriteria Kategori Skala Penerapan Pola Asuh Otoriter Orang Tua dan

Distribusi Skor Subjek

Variabel Kategorisasi Komposisi Rerata

empirikKategori Skor Jumlah Presentase

(%)

Penerapan

Pola Asuh

Otoriter Orang

Tua

Rendah X < 49 84 58,74 -

Sedang 49 X < 98 56 39,16 60,98

Tinggi98 X

3 2,1 -

Pada tabel kategorisasi penerapan pola asuh otoriter orang tua

diatas, dapat dilihat bahwa rerata empirik subjek sebesar 61 termasuk

dalam kategori sedang, sehingga dapat disimpulkan secara umum subjek

mendapatkan penerapan pola asuh otoriter dari orang tua dengan tingkat

sedang.

Page 82: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/4510/1/207671812201104011.pdfHUBUNGAN ANTARA PENERAPAN POLA ASUH OTORITER ORANG TUA DENGAN DISTRES PADA REMAJA DI SMA N 1 MUNTILAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

b. Kuesioner Distres

Skala penerapan pola asuh otoriter orang tua dikategorisasikan

untuk mengetahui kategori nilai yang diperoleh subjek dalam penelitian.

Skor minimal yang diperoleh subjek adalah 47 X 0 = 0 dan skor maksimal

yang diperoleh subjek adalah 47 X 1 = 47, sehingga jarak sebarannya

adalah 47 – 0 = 47 setiap satuan deviasi standarnya bernilai 47 : 6,0 = 7,83

8 dan rerata hipotetiknya adalah 47 X 0,5 = 23,5 23. Apabila subjek

digolongkan dalam 3 kategori, maka didapat kategorisasi serta distribusi

skor subjek seperti pada tabel berikut:

Tabel 4.12

Kriteria Kategori Kuesioner Distres dan Distribusi Skor Subjek

Variabel Kategorisasi Komposisi Rerata

empirikKategori Skor Jumlah Presentase

(%)

Distres

Rendah X < 15 15 25,42 -

Sedang 15 X < 31 35 59,32 22,07

Tinggi 31 X 9 15,26 -

Pada tabel kategorisasi distres diatas, dapat dilihat bahwa rerata

empirik subjek sebesar 22,07 termasuk dalam kategori sedang, sehingga

dapat disimpulkan secara umum subjek mengalami kondisi distres dengan

tingkat sedang.

Page 83: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/4510/1/207671812201104011.pdfHUBUNGAN ANTARA PENERAPAN POLA ASUH OTORITER ORANG TUA DENGAN DISTRES PADA REMAJA DI SMA N 1 MUNTILAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

D. Pembahasan

Hasil dari analisis data penelitian mengenai hubungan antara penerapam

pola asuh otoriter orang tua dengan distres pada remaja di SMA N 1 Muntilan

didapatkan hasil koefisien kontingensi sebesar 0,659, p-value sebesar 0,011 < 0,05

dan X2hitung lebih besar dari X

2tabel (45,187 > 38,885). Berdasarkan nilai

koefisien kontingensi dapat disimpulkan bahwa faktor penerapan pola asuh

otoriter orang tua memiliki hubungan yang erat dengan distres pada remaja. Hal

ini berarti penerapan pola asuh otoriter orang tua dapat dijadikan prediktor untuk

memprediksi kondisi distres pada remaja.

Hasil dari penghitungan didapatkan koefisien korelasi yang bernilai

positif, hal ini mengindikasikan adanya hubungan yang positif. Nilai korelasi

kedua variabel terdapat hubungan yang erat, hal ini dapat dilihat dari hasil

koefisien korelasi sebesar 0,659. Perbandingan nilai X2hitung yang lebih besar

dari X2tabel menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara variabel

bebas dan tergantung sehingga hipotesis yang diajukan diterima. Dengan

demikian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara penerapan pola asuh

otoriter orang tua dengan distres pada remaja di SMA N 1 Muntilan. Nilai

koefisien korelasi yang bernilai positif mengindikasikan bahwa semakin tinggi

penerapan pola asuh otoriter orang tua maka semakin tinggi pula distres yang

dialami oleh remaja. Hasil positif yang signifikan menunjukkan bahwa penerapan

pola asuh otoriter orang tua mempunyai peran dalam menentukan kondisi distres

pada remaja.

Page 84: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/4510/1/207671812201104011.pdfHUBUNGAN ANTARA PENERAPAN POLA ASUH OTORITER ORANG TUA DENGAN DISTRES PADA REMAJA DI SMA N 1 MUNTILAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Pada penelitian ini penerapan pola asuh otoriter ini lebih menekankan pada

orang tua sehingga tidak hanya terpaku pada ayah atau ibu saja. Dalam hal ini

lebih mengarah kepada otoriter dalam pemenuhan kebutuhan remaja. Pada pola

asuh otoriter pemenuhan kebutuhan anak sangat jarang terpenuhi, apalagi yang

menyangkut pemenuhan secara mental. Seringkali orang tua lebih menunjukkan

sikap menekan kebutuhan mental remaja dengan memberikan batasan-batasan

tingkah laku. Musen (1983) mengemukakan bahwa dalam pola asuh otoriter,

orang tua menghalangi harapan, permintaan serta kebutuhan anak.

Penelitian ini hanya menggunakan subjek penelitian dengan penerapan

pola asuh otoriter orang tua pada kategori sedang hingga tinggi, namun telah

menunjukkan kondisi distres pada remaja yang mengarah pada tingkat sedang dan

tinggi sehingga dapat dikatakan bahwa ke dua variabel mempunyai hubungan

yang signifikan.. Di bawah ini disajikan grafik untuk lebih menjelaskan lagi

mengenai gambaran kondisi distres, yaitu sebagai berikut:

Page 85: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/4510/1/207671812201104011.pdfHUBUNGAN ANTARA PENERAPAN POLA ASUH OTORITER ORANG TUA DENGAN DISTRES PADA REMAJA DI SMA N 1 MUNTILAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Gambar 4.1 Diagram mengenai tingkatan distres pada remaja sebagai akibat dari

penerapan pola asuh otoriter orang tua.

Hasil dari analisis data diatas sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh

Nasution (2008) menyimpulkan bahwa stres pada remaja itu disebabkan oleh

berbagai faktor, tetapi faktor yang paling banyak mempengaruhi remaja

berhubungan dengan orang tua, akademik dan teman sebaya. Begitu juga dengan

McCubbin and Patterson (1983 dalam Rice, 1999) yang menentukan bahwa

stressor disebabkan karena kejadian hidup atau dampak dari suatu perubahan

dalam kesatuan keluarga yang menghasilkan atau yang mempunyai potensi

menghasilkan keadaan stres, serta perubahan pada sistem sosial keluarga. Seperti

hanya dengan penelitian yang dilakukan oleh Ghofur, dkk (2009) mengenai

“Pengaruh Pola Asuh Orang Tua terhadap Perkembangan Karakteristik Anak”

memberikan penjelasan bahwa pengaruh pola asuh otoriter akan menghasilkan

karakteristik anak yang penakut, pendiam, tertutup, tidak berinisiatif, gemar

menentang, suka melanggar norma-norma, berkepribadian lemah, cemas dan

terkesan menarik diri.

Ali & Mohammad (2008) menyatakan bahwa dengan cara otoriter,

ditambah dengan sikap keras, menghukum, mengancam akan menjadikan anak

patuh di hadapan orang tua tetapi dibelakangnya ia akan memperlihatkan reaksi-

reaksi menentang atau melawan karena merasa dipaksa, misalnya saja perilaku-

perilaku menyimpang pada remaja. Pendapat tersebut sejalan dengan Mirowsky &

Catherine (2003) yang mengungkapkan bahwa distres merupakan suatu masalah

bagi seseorang seperti perilaku antisosial, minum-minuman keras, menggunakan

narkoba.

Page 86: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/4510/1/207671812201104011.pdfHUBUNGAN ANTARA PENERAPAN POLA ASUH OTORITER ORANG TUA DENGAN DISTRES PADA REMAJA DI SMA N 1 MUNTILAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Berbagai macam hal yang mempengaruhi munculnya distres pada remaja

selain disebabkan oleh penerapan pola asuh otoriter orang tua. Menurut Mirosky

& Catherine (2003) menyatakan ada tiga pola dari pemahaman individu mengenai

diri sendiri dan sosial sebagai penjelasan pola sosial mengenai penyebab distres,

yaitu pemindahan hak, otoriter, dan ketidakadilan. Dalam hal ini faktor dari

otoriter memberikan sumbangan terhadap munculnya kondisi distres, disamping

faktor-faktor yang lainnya. Mirosky & Catherine (2003) juga mengungkapkan

faktor-faktor yang mempengaruhi distres meliputi, status sosial ekonomi, jenis

kelamin, umur, kondisi perkawinan, kedudukan sebagai orang tua, dan variabel

lain berupa sosiodemografik yang menunjuk pada kondisi secara objektif dari

kehidupan sosial; pengalaman pola-pola sosial, perkembangan kepercayaan dalam

masayarakat, hubungan antar manusia, antara diri sendiri dan hubungan satu

dengan yang lain serta hubungan dengan sosial.

Secara umum hasil penelitian menunjukkan ada hubungan positif dan

signifikan antara penerapan pola asuh otoriter orang tua dengan distres pada

remaja di SMA N 1 Muntilan. Namun penelitian ini masih memiliki keterbatasan

dan kekurangan. Salah satu diantaranya penelitian ini hanya dapat

digeneralisasikan secara terbatas pada populasi penelitian saja. Penerapan

populasi yang lebih luas dengan karakteristik yang berbeda perlu dilakukan

penelitian lebih lanjut dengan menggunakan atau menambah variabel-variabel lain

yang belum disertakan dalam penelitian ini, ataupun dengan menambah dan

memperluas ruang lingkupnya.

Page 87: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/4510/1/207671812201104011.pdfHUBUNGAN ANTARA PENERAPAN POLA ASUH OTORITER ORANG TUA DENGAN DISTRES PADA REMAJA DI SMA N 1 MUNTILAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, maka dapat disimpulkan

bahwa:

1. Ada hubungan positif yang signifikan antara penerapan pola asuh otoriter

orang tua dengan distres pada remaja di SMA N 1 Muntilan.

2. Nilai hubungan yang erat ditunjukkan dengan koefisien korelasi yang

mendekati nilai 1 namun masih berada pada nilai tengah disebabkan karena

penerapan pola asuh otoriter orang tua terhadap subjek cenderung sedang,

namun hal ini telah menunjukkan tingkat distres yang sedang dan tinggi pada

subjek.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan, dan kesimpulan yang telah

diuraikan, diajukan beberapa saran sebagai berikut :

1. Bagi Orang Tua

Diharapkan orang tua dapat memberikan penerapan pola pengasuhan yang

lebih memperhatikan perkembangan fisik, psikis, dan sosial pada anak serta

mempertimbangkan kebutuhan-kebutuhan dan harapan-harapan anak. Dengan

demikian pola pengasuhan yang diterapkan pada anak dapat diterima baik

oleh anak tanpa paksaan dan tekanan. Dalam hal ini diharapkan orang tua

dapat mempertimbangkan kembali penerapan pola pengasuhan yang otoriter

Page 88: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/4510/1/207671812201104011.pdfHUBUNGAN ANTARA PENERAPAN POLA ASUH OTORITER ORANG TUA DENGAN DISTRES PADA REMAJA DI SMA N 1 MUNTILAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

dalam rangka menghindari distres dan adanya kemungkinan perkembangan

pada anak yang mengarah pada hal-hal yang negatif. Dengan demikian akan

mendorong perkembangan fisik, psikis serta sosial yang sehat sehingga anak

akan terhindar dari kondisi distres.

2. Bagi Sekolah

Diharapkan sekolah dapat menciptakan lingkungan yang kondusif untuk

perkembangan mental siswa yang sehat, dalam hal ini adalah remaja. Jenjang

sekolah SMA merupakan fase perkembangan pada tingkat remaja, sehingga

merupakan fase yang membutuhkan perhatian ekstra. Remaja membutuhkan

arahan serta bimbingan yang baik, butuh untuk didengarkan, dihargai, serta

diperhatikan oleh perangkat sekolah. Dengan demikian diharapkan sekolah

dapat mengarahkan perangkat-perangkat sekolah untuk dapat menjalin

hubungan yang baik dengan siswa dengan mengupayakan penerapan dengan

pola pendekatan yang tidak otoriter sehingga mendukung tumbuhnya

kesehatan mental yang baik pada anak dalam rangka menghindari distres.

3. Bagi Remaja

Diharapkan remaja dapat mewaspadai pola pengasuhan otoriter orang tua,

dengan demikian remaja dapat melakukan koping ketika orang tua

menunjukkan penerapan pola asuh yang otoriter. Remaja sebagai anak juga

dapat membangun hubungan dengan orang tua seperti melakukan komunikasi

yang baik dengan orang tua dengan berupaya mempengaruhi lingkungan atau

orang tua atau sekolah untuk lebih memahami kebutuhan-kebutuhan remaja

sehingga tidak memberikan perlakuan dengan menerapkan pola asuh otoriter

Page 89: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/4510/1/207671812201104011.pdfHUBUNGAN ANTARA PENERAPAN POLA ASUH OTORITER ORANG TUA DENGAN DISTRES PADA REMAJA DI SMA N 1 MUNTILAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

yang berpengaruh terhadap munculnya distres pada remaja. Dengan demikian

akan terhindar pada munculnya distres pada remaja yang salah satunya

berasal dari faktor penerapan pola asuh orang tua yang otoriter.

4. Bagi Pihak yang Terkait yang Bertanggung Jawab terhadap Permasalahan

Remaja

Diharapkan dapat memberikan penyuluhan bagi para orang tua untuk dapat

memberikan pola pengasuhan yang sesuai dengan perkembangan anak dan

sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan serta harapan-harapan anak. Dengan

demikian, orang tua bisa mempertimbangkan pola pengasuhan otoriter dan

dapat menempatkan anak pada posisi yang sesuai dengan perkembangan yang

dialaminya sehingga anak terhindar dari permasalahan-permasalahan

kompleks sebagai wujud dari kondisi distres yang dialami oleh remaja.

5. Bagi Peneliti Lain

Penelitian ini hanya meninjau sebagian hubungan saja, sehingga bagi peneliti

selanjutnya yang tertarik untuk mengadakan penelitian dengan topik yang

sama diharapkan memperhatikan faktor lain yang turut mempengaruhi

munculnya kondisi distres pada remaja seperti faktor fisik (seperti respon

tubuh terhadap stres), faktor lingkungan (seperti beban berat, konflik, dan

frustrasi, juga kejadian yang buruk dan kesusahan), faktor emosi dan

kepribadian (seperti marah, mempunyai musuh), serta faktor sosiokultural

(seperti kemiskinan). Selanjutnya, bagi peneliti lain diharapkan dapat

menambah variabel, memperluas populasi dan memperbanyak sampel, agar

penelitian dapat digeneralisasikan dalam ruang lingkup yang lebih luas lagi.