HUBUNGAN ANTARA TIPE PERFEKSIONISME DENGAN GAYA … · 2017. 5. 22. · SEDANG MENJALANI HUBUNGAN...

153
HUBUNGAN ANTARA TIPE PERFEKSIONISME DENGAN GAYA MANAJEMEN KONFLIK PADA INDIVIDU DEWASA AWAL YANG SEDANG MENJALANI HUBUNGAN PACARAN Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi Agatha Asih Widiningrum 129114006 PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2017 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Transcript of HUBUNGAN ANTARA TIPE PERFEKSIONISME DENGAN GAYA … · 2017. 5. 22. · SEDANG MENJALANI HUBUNGAN...

HUBUNGAN ANTARA TIPE PERFEKSIONISME DENGAN GAYA

MANAJEMEN KONFLIK PADA INDIVIDU DEWASA AWAL YANG

SEDANG MENJALANI HUBUNGAN PACARAN

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Disusun Oleh :

Agatha Asih Widiningrum

129114006

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2017

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

iv

HALAMAN MOTTO

Dunia tidak akan berubah untukmu tetapi kamu yang harus memberanikan diri

untuk mengubah dunia

-tha-

STOP LOOKING FOR PEOPLE TO CLAP FOR YOU. CLAP FOR

YOURSELF

-the good quote-

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

v

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya ini secara khusus dipersembahkan untuk

Tuhan Yesus, keluarga, dan sahabat

Ibu dan Bapak, my loving parents

Kakak-kakakku tercinta : mbak yeni, mas andi, mas anton

Para sahabat

Dan orang-orang yang telah memberikan segala pelajaran, pengalaman,

kebahagian maupun kesedihan bagiku

terima kasih untuk segala yang diberikan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

vii

HUBUNGAN ANTARA TIPE PERFEKSIONISME DENGAN GAYA

MANAJEMEN KONFLIK PADA INDIVIDU DEWASA AWAL YANG

SEDANG MENJALANI HUBUNGAN PACARAN

Agatha Asih Widiningrum

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan signifikansi antara tipe

perfeksionisme dengan gaya manajemen konflik pada dewasa awal yang sedang berpacaran.

Hipotesis penelitian ini, yaitu (1) ada hubungan positif antara perfeksionisme self oriented dengan

manajemen konflik cooperative (2) ada hubungan positif antara perfeksionisme other oriented

dengan manajemen konflik controlling (3) hubungan positif antara perfeksionisme socially

prescribed dengan manajemen conflik non confrontation. Subjek penelitian sebanyak 101 orang

dengan rentang usia mulai dari 18 tahun sampai dengan 25 tahun. Jenis penelitian ini adalah

penelitian korelasional. Pengumpulan data dilakukan menggunakan google doc yang disebarkan

melalui media online. Koefisien reliabilitas dari skala perfeksionisme adalah 0,82 pada self-

oriented, 0,62 pada other-oriented, dan 0,71 pada socially prescribed perfectionism dan koefisien

reliabilitas dari skala manajemen konflik adalah 0,90 pada gaya manajemen konflik cooperative,

0,82 pada gaya manajemen konflik nonconfrontation, dan 0,85 pada gaya manajemen konflik

controlling. Koefisien korelasi yang diperoleh dari penelitian ini adalah : (1) 0,208 (p=0,019) pada

perfeksionisme self oriented dengan manajemen konflik cooperative (2) 0,185 (p=0,032) pada

perfeksionisme other oriented dengan manajemen konflik controlling dan (3) 0,304 (p=0,001)

pada perfeksionisme socially priscribed dengan manajemen konflik nonconfrontative. Hal ini

menunjukan bahwa : (1) terdapat hubungan positif yang signifikan antara perfeksionisme self

oriented dengan manajemen konflik cooperative (2) terdapat hubungan positif yang signifikan

antara perfeksionisme other oriented dengan manajemen konflik controlling (3) terdapat

hubungan positif yang signifikan antara perfeksionisme socially prescribed dengan manajemen

conflik non confrontation.

Kata kunci : Perfeksionisme, Manajemen konflik, Dewasa awal, Hubungan Pacaran

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

viii

THE RELATION BETWEEN TYPE OF PERFECTIONISM AND STYLE

OF CONFLICT MANAGEMENT OF EARLY ADULTS WHO ARE IN

DATING RELATIONS

Agatha Asih Widiningrum

ABSTRACT

The research aimed to know the signification relation between type of perfectionism and

style of conflict management of early adult who are in dating relationships. The hypotheses of the

research are (1) there is a positive relation between the self oriented perfectionism and the

cooperative conflict management, (2) there is a positive relation between the other oriented

perfectionism and the controlling conflict management, (3) there is a positive relation between the

socially prescribed perfectionism and the non-confrontational conflict management. The subjects

of the research are 101 people whose range of aged is from 18 until 25 years old. The type of the

research is a correlational research. The data of the research is collected through Google doc that

is spread through the online media. The reliabilities coefficient of the perfectionism scale shows

0.82 on the self oriented, 0.62 on the other oriented, and 0.71 on the socially prescribed

perfectionism. On the other hand, the reliability coefficient of the conflict management scale

shows 0.90 on cooperative type of management conflict, 0.82 on non-confrontation type of

management conflict, and 0.85 on controlling type of management conflict. The correlations

coefficient gained from the research are (1) 0.208 (p=0,019) on the self oriented perfectionism

and the cooperative management conflict, (2) 0.185 (p=0,032) on the other oriented perfectionism

and the controlling management conflict, (3) 0.304 (p=0,001) on the socially prescribe

perfectionism and the non-confrontational conflict management. The result shows that (1) there is

a significant positive relation between self oriented perfectionism and cooperative conflict

management, (2) there is a significant positive relation between other oriented perfectionism and

controlling conflict management, (3) there is a significant positive relation between socially

prescribe perfectionism and non-confrontational conflict management.

Key words: Perfectionism, Conflict Management, Early Adults Who Are in Dating Relationship

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkat dan kasih karunia-

Nya kepada peneliti sehingga peneliti dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Peneliti berharap skripsi ini dapat bermanfaat dan menginspirasi para pembaca.

Penyusunan skripsi ini terselesaikan atas bantuan dan dukungan dari

berbagai pihak. Oleh karena itu, peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Tuhan Yesus yang telah menginspirasi penulisan skripsi ini dari awal hingga

akhir, juga yang telah memberikan hikmat, pengertian, dan dorongan

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi.

2. Bapak Dr. T. Priyo Widiyanto, M. Si., selaku Dekan Fakultas Psikologi

Universitas Sanata Dharma yang turut memberikan motivasi selama

penulisan skripsi ini.

3. Bapak P. Eddy Suhartanto, M. Si., selaku Ketua Program Studi Fakultas

Psikologi Universitas Sanata Dharma

4. Bapak C. Siswa Widyatmoko, M.Psi., Psi selaku dosen pembimbing skripsi

yang selalu sabar membimbing dan memotivasi penulis menyusun skripsi

dari tahap ke tahap.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

xi

5. Ratri Sunar Astuti M.Si selaku dosen pembimbing akademik yang telah

mendampingi proses kuliah dari awal hingga akhir, memberikan nasihat-

nasihat, dan motivasi untuk mengembangkan diri.

6. Seluruh dosen Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma yang telah

berbagi ilmu, pengalaman, dan memberikan inspirasi untuk berkarya di dunia

psikologi.

7. Bapak dan ibu, terima kasih untuk dukungan dan kepercayaan padaku, juga

terimakasih selalu memberikan kasih sayang yang sangat berlimpah untukku,

I’m nothing without you, you’re my everything.

8. Mbak Yeni, mas Andi, mas Anton yang selalu menjaga dan bisa diandalkan

kapanpun dan dimanapun untuk adik kecilnya ini thankyou, I love you all.

9. Tephi, Melani, Gaby, Rezky terima kasih untuk canda, tawa, dan

dukungannya selama ini. Masa-masa kuliahku tidak akan spesial tanpa kalian

10. Theo, sahabatku yang bisa diandalkan dikala susah dan senang, tong

sampahku yang bisa membuatku nyaman berbagi cerita apapun tanpa merasa

dinilai. Thankyou so much

11. Sahabat-sahabatku dari masa alay sampai sekarang : pipin, lupi, M.U, oksa,

ria, akhirnya aku menyusul kalian lulus “yeeyyy” Thankyou buat semua

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

xiv

B. Manajemen Konflik .................................................................................... 19

1. Pengertian Konflik ................................................................................ 19

2. Pengertian Manajemen Konflik ............................................................ 20

3. Gaya Manajemen Konflik ..................................................................... 21

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi Manajemen Konflik ...................... 26

C. Dewasa Awal .............................................................................................. 32

1. Pengertian Dewasa Awal ................................................................ 32

2. Hubungan Romantis pada Dewasa Awal ........................................ 33

D. Hubungan Romantis .................................................................................... 36

1. Periode Hubungan Romantis .......................................................... 36

E. Kecenderungan Konflik Dalam Hubungan ................................................. 38

F. Hubungan Antara Tipe Perfeksionis dengan Gaya Manajemen Konflik

pada Individu Dewasa Awal yang Berpacaran ........................................... 40

G. Hipotesis ...................................................................................................... 48

BAB III METODE PENELITIAN.......................................................................... 49

A. Jenis Penelitian ............................................................................................ 49

B. Variabel Penelitian ...................................................................................... 49

C. Definisi Operasional.................................................................................... 50

1. Perfeksionisme ...................................................................................... 50

2. Manajemen Konflik .............................................................................. 51

D. Subjek Penelitian ......................................................................................... 53

E. Metode dan Alat Pengumpulan Data .......................................................... 54

1. Metode .................................................................................................. 54

2. Alat Pengumpulan Data ........................................................................ 55

3. Reliabilitas ............................................................................................ 56

F. Validitas dan Reliabilitas ............................................................................ 59

1. Validitas .......................................................................................... 59

2. Seleksi Item ..................................................................................... 59

3. Reliabilitas ...................................................................................... 65

G. Metode Analisis Data .................................................................................. 67

1. Uji Asumsi ............................................................................................ 67

a. Uji Normalitas ................................................................................. 67

b. Uji Linieritas ................................................................................... 68

2. Uji Hipotesis ......................................................................................... 68

H. Pelaksanaan Uji Coba ................................................................................. 68

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

xv

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ........................................ 71

A. PELAKSANAAN PENELITIAN ............................................................... 71

B. DESKRIPSI SUBJEK ................................................................................. 71

C. HASIL PENELITIAN ................................................................................. 76

1. Uji Asumsi ............................................................................................ 76

a. Uji Normalitas ................................................................................. 76

b. Uji Linieritas ................................................................................... 78

c. Uji Hipotesis ................................................................................... 79

D. PEMBAHASAN ......................................................................................... 81

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................. 90

A. Kesimpulan ................................................................................................. 90

B. Keterbatasan Penelitian ............................................................................... 91

C. Saran ............................................................................................................ 92

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 93

LAMPIRAN ............................................................................................................ 98

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 1Persebaran Item Skala Multidimentional Perfectionism Scale .................... 98

Tabel 2 Persebaran Item Skala Manajemen Konflik ............................................... 58

Table 3 Blue Print Skala Perfeksionisme ................................................................ 61

Table 4 Blue Print Skala Manajemen Konflik Setelah Uji Coba ............................ 63

Table 5 Blue Print Skala Manajemen Konflik Setelah Penyusunan Ulang............. 64

Tabel 6 Deskripsi usia subjek penelitian ................................................................. 72

Tabel 7 Deskripsi jenis kelamin subjek penelitian .................................................. 72

Tabel 8 Deskripsi lama subjek manjalani hubungan pacaran ................................. 73

Tabel 9 Deskripsi status pacaran subjek penelitian ................................................. 73

Tabel 10 Deskripsi data penelitian .......................................................................... 74

Tabel 11 Hasil Mean Teoritis dan Mean Empiris ................................................... 75

Tabel 12 Hasil Uji Normalitas Skala Perfeksionisme dan Manajemen Konflik ..... 77

Tabel 13 Hasil Uji Lineritas .................................................................................... 78

Tabel 14 Hasil skor korelasi antara perfeksionis self oriented dengan manajemen

konflik cooperative ................................................................................................. 79 .

Tabel 15 Hasil skor korelasi antara perfeksionis other oriented, socially

prescribed dengan manajemen konflik controlling, non confrontation... 80

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1. Skala Perfeksionisme ..................................................................... 98

LAMPIRAN 2. Skala Manajemen Konflik dalam relasi romantis ........................ 108

LAMPIRAN 3. Reliabilitas Skala ......................................................................... 126

LAMPIRAN 4. Uji Deskriptif Mean Empiris ....................................................... 127

LAMPIRAN 5. Uji Normalitas Data ..................................................................... 131

LAMPIRAN 6. Uji Linieritas ................................................................................ 133

LAMPIRAN 7.Uji Hipotesis ................................................................................. 135

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

1

BAB I

LATAR BELAKANG

Berpacaran merupakan kebutuhan penting terutama bagi dewasa awal, hal ini

karena berpacaran merupakan salah satu bentuk dari relasi romantis yang menjadi

tugas utama bagi dewasa awal. Hubungan pacaran bertujuan untuk membentuk

hubungan asmara dengan pasangan. Dalam tahap ini, individu dewasa awal

mempelajari cara berinteraksi dengan orang lain secara lebih mendalam. (Santrock,

2012).

Akan tetapi, dalam berpacaran terdapat berbagai konflik yang dapat

menyebabkan rusaknya suatu hubungan. Hal ini dapat dilihat dari survey yang telah

dilakukan oleh peneliti kepada 24 individu dewasa awal yang sedang berpacaran

dimana terdapat beberapa hal yang menjadi konflik dalam berpacaran. Konflik-

konflik yang paling sering disebutkan oleh responden adalah tidak adanya pengertian,

berbeda pendapat, kepedulian yang kurang, dan komunikasi yang buruk. Hal ini juga

diperkuat dengan sebuah penelitian yang dinyatakan oleh Brandenberger (2002)

bahwa jenis konflik yang paling umum muncul dalam hubungan intim salah satunya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

2

adalah ketidaksepakatan, dan tidak memiliki waktu bersama yang cukup

(Brandenberger, Amanda, 2007).

Hal-hal tersebut dapat berpengaruh pada kualitas hubungan yang buruk.

Padahal, baik-buruknya suatu kualitas hubungan sangat penting dalam pembentukan

identitas individu dewasa awal (Barry, Madsen, Nelson, Carrol, & Badger, 2009,

dalam Papalia,2014).

Untuk menangani konflik tersebut maka diperlukan adanya suatu cara

penyelesaian. Hal ini karena konflik dalam suatu hubungan sesungguhnya dapat

berpengaruh positif atau negatif tergantung pada cara penyelesaian konflik tersebut.

Jika konflik ditangani dengan cara yang baik maka hal ini akan berpengaruh baik bagi

perkembangan pribadi dan juga membuat seseorang lebih memahami diri sendiri dan

orang lain (Wood, 2007). Namun, apabila konflik tidak ditangani dengan cara yang

tepat maka dapat merusak suatu hubungan (Supratiknya, 1995).

Cara yang dipilih oleh seseorang dalam menghadapi suatu konflik disebut

manajemen konflik (Winardi, 1994). Jika seseorang tidak memiliki manajemen

konflik yang baik, maka masalah sekecil apapun akan menjadi persoalan yang besar

(Wood,2007). Hal ini juga diperkuat dengan sebuah penelitian yang menyatakan

bahwa manajemen konflik yang dilakukan oleh seseorang dalam hubungannya akan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

3

mempengaruhi tingkat stress dalam hubungan, keintiman dan kepuasan dalam

hubungan tersebut (Stolarski, Maciej, Slawomir, Postek, Magdalena, Smieja, 2011).

Manajemen konflik merupakan proses pihak yang terlibat konflik atau pihak

ketiga yang menyusun dan menerapkan strategi konflik untuk mengendalikan konflik

agar menghasilkan hasil yang diinginkan (Wirawan, 2010). Manajemen konflik

dibagi menjadi tiga gaya, yaitu gaya cooperative, gaya nonconfrontation dan gaya

controlling. Ketiga gaya tersebut dikelompokan menjadi manajemen konflik yang

bersifat destruktif dan manajemen konflik yang bersifat konstruktif.

Seseorang yang memiliki manajemen konflik konstruktif cenderung akan

menggunakan penyelesaian konflik yang positif dan berusaha untuk menjaga

hubungan dengan pihak yang berkonflik sehingga tetap dapat membangun hubungan

yang harmonis (Mardianto, Adi., Koentjoro., & Esti, 2000). Gaya manajemen konflik

yang bersifat konstruktif adalah gaya cooperative. Seseorang yang memiliki gaya ini

dapat menyelesaikan konflik yang ada dengan menggunakan pandangan orang lain

dan menggunakan win-win solution sebagai teknik selanjutnya (Beebe, Steven A,

dkk, 1996).

Pada sebuah penelitian yang dilakukan oleh Rusbult (1991) menyatakan

bahwa hubungan akan menjadi kuat ketika individu menggunakan gaya cooperative

dan perilaku aktif untuk mengelola perbedaan pendapat. Para peneliti juga

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

4

menyatakan bahwa pemecahan masalah secara positif yang melibatkan perilaku aktif

dan konstruktif, adalah prediksi yang baik dari kualitas relasional dan stabilitas

(Kurdek, 1994, dalam A. J. Merrola, 2014).

Sebaliknya, manajemen konflik destruktif mengacu pada satu pihak yang

berusaha untuk mengubah struktur hubungan dan membatasi pilihan pihak lain untuk

mendapatkan keuntungan yang sepihak. Konflik dapat menjadi destruktif ketika

orang melihat perbedaan mereka dari pandangan kalah menang (win-lose) daripada

melihat dari solusi yang memungkinkan setiap individu untuk mendapat keuntungan.

Jika individu menganggap bahwa satu orang akan kalah, maka iklim kompetitif yang

dihasilkan akan menghalangi kerjasama dan fleksibilitas (Beebe, 1996). Selain itu,

konflik menjadi tidak terselesaikan disebabkan salah satu pihak menarik diri. Hal ini

dilakukan dengan pikiran bahwa pihak yang lain akan dirugikan dengan keputusan ini

(Chandra, Robby I, 1992).

Dalam hal ini, gaya nonconfrontation dan gaya controlling termasuk dalam

manajemen konflik destruktif. Gaya nonconfrontation adalah gaya pendekatan untuk

manangani konflik dengan cara mundur, baik dengan menghindari konflik atau

memberikannya kepada orang lain, salah satu bentuk dari gaya ini adalah menarik diri

dan menghindar (Beebe, Steven A, dkk, 1996). Sedangkan gaya controlling adalah

manajemen konflik yang dilakukan dengan cara mendominasi orang lain dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

5

membuat keputusan berdasarkan penilaiannya. Dalam sebuah penelitian yang

dilakukan oleh Kurdek (1994) menyatakan bahwa gaya manajemen konflik yang

termasuk dalam sifat destruktif ini berkorelasi signifikan negative dengan kepuasan

hubungan. Hal ini membuktikan bahwa semakin tinggi gaya manajemen konflik ini

maka akan semakin rendah kepuasan hubungan yang dimiliki.

Manajemen konflik sendiri memiliki peran penting dalam menyelesaikan

konflik dalam hubungan pacaran. Salah satu hal yang berkontribusi menimbulkan

konflik dalam hubungan pacaran adalah sifat perfeksionisme (Barbato & D’Avanzo,

2009, dalam Mackinon, Sean P & Simon B. Sherry, martin, Dayna, 2012).

Perfeksionisme menurut Hewit dan Flett adalah keinginan untuk mencapai

kesempurnaan diikuti dengan standar yang tinggi untuk diri sendiri, standar yang

tinggi untuk orang lain, dan percaya bahwa orang lain memiliki harapan

kesempurnaan pada dirinya (Pranungsari, Dessy, 2010). Perfeksionisme dibagi

menjadi dua bagian, yaitu perfeksionisme interpersonal dan perfeksionisme

intrapersonal. Pada perfeksionisme interpersonal terdapat dua tipe perfeksionisme,

yaitu other oriented perfectionism dan socially prescribed perfectionism. Sedangkan

pada perfeksionisme intrapersonal terdapat satu tipe, yaitu self oriented perfectionism.

Seseorang yang memiliki perfeksionisme interpersonal other oriented

memiliki kecenderungan untuk menuntut orang lain agar memenuhi standar-

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

6

standarnya. Hal ini membuat orang dengan other oriented perfectionism cenderung

memperhatikan kesalahan orang lain secara berlebihan, mengevaluasi dan bereaksi

berlebihan terhadap kegagalan orang lain (Paul, L. Hewitt., Goldon, L. Flett., Wendy,

Turnbull Donovan., & Samuel, F. Mikail, 1991). Oleh karena itu, individu

perfeksionis memiliki sikap kurang percaya, menyalahkan orang lain, dan

membangun rasa permusuhan terhadap orang lain.

Selanjutnya pada individu yang memiliki socially prescribed perfectionism

akan cenderung merasa bahwa orang lain menuntut dan mengharapkan dirinya untuk

selalu berhasil mencapai prestasi dengan standar yang tidak realistis (Blatt, 1995

dalam Aditomo, Anindito., & Sofia, Retnowati, 2004). Hal ini membuat individu

dengan socially prescribed perfectionism juga merasa tuntutan atau harapan tersebut

harus dipenuhi untuk mendapatkan penerimaan dan penghargaan dari lingkungan.

Oleh karena itu, mereka memiliki ketakutan yang besar terhadap evaluasi negatif dari

orang lain dan cenderung menghindari penolakan dari orang lain (Hewitt & Armada

2004, dalam Mee, Foo Fatt, 2015).

Akan tetapi, hal ini dapat berbeda ketika seseorang memiliki perfeksionisme

intrapersonal self oriented. Hal ini karena individu ini akan memiliki potensi adaptif

sebagai hasrat yang sehat untuk mencapai prestasi atau menghasilkan karya besar.

Selain itu, mereka yang memiliki self oriented perfectionism juga memiliki motivasi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

7

untuk mencapai kesempurnaan serta berusaha untuk menghindari kegagalan (Paul, L.

Hewitt., & Goldon, L. Flett, 1991). Hal tersebut juga membuat self oriented

perfectionism tidak memiliki hubungan yang kuat dengan perilaku intrapersonal

(Michelle, Haring., & Paul, L. Hewitt, 2003). Individu dengan self oriented

perfectionism memiliki kaitan dengan sikap altruisme sosial, kemampuan untuk

mengerti pesan nonverbal dari oranglain dan mengajak atau melibatkan orang lain

dalam percakapan (Flett & Hewitt & De Rosa, 1990 dalam Flett, Gordon L, 2003).

Hal ini mungkin dapat memudahkan individu perfeksionisme self oriented dalam

menjalin hubungan dengan orang lain dan membantunya dalam menyelesaikan

permasalahan yang mereka hadapi.

Dengan demikian, peneliti melihat bahwa penelitian ini penting untuk

dilakukan karena pada penelitian-penelitian sebelumnya lebih banyak membahas

tentang permasalahan yang dihadapi oleh individu perfeksionis dalam hubungan

mereka. Hal ini tampak pada beberapa penelitian tentang perfeksionisme yang

menyatakan bahwa individu perfeksionisme memiliki keintiman dan kepuasan

hubungan yang rendah dalam hubungan (Stober, Joachim, 2012). Selain itu individu

perfeksionisme juga memiliki kepercayaan dan penyesuaian diri yang rendah dalam

hubungan mereka (Flett, Gordon. L., Paul, L. Hewitt., Brenley, Shapiro., & Jill

Rayman. 2001).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

8

Akan tetapi peneliti belum menemukan penelitian yang secara spesifik

membahas tentang hubungan antara perfeksionisme dengan manajemen konflik

terutama pada hubungan pacaran. Padahal, manajemen konflik sangatlah penting

dalam membangun dan mempertahankan suatu hubungan, terutama dalam hubungan

pacaran pada individu perfeksionisme. Hal ini karena konflik dalam hubungan dapat

membahayakan atau malah menguntungkan tergantung pada manajemen konfliknya

(Gottman, 1994).

Berdasarkan penjelesan yang sudah dijabarkan tersebut hal ini mendorong

peneliti untuk mencari tahu hubungan perfeksionisme dengan manajemen konflik

pada dewasa awal yang sedang menjalani hubungan pacaran.

A. Rumusan masalah

1. Apakah terdapat hubungan antara tipe perfeksionisme dengan gaya manajemen

konflik pada individu dewasa awal yang sedang menjalani hubungan pacaran?

B. Tujuan Penelitian

1. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan signifikan antara tipe

perfeksionisme dengan gaya manajemen konflik pada individu dewasa awal yang

menjalani hubungan pacaran?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

9

C. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi perkembangan

ilmu psikologi kepribadian dan psikologi sosial.

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai

managemen konflik dan perfeksionisme pada individu dewasa awal yang

menjalani hubungan pacaran.

2. Manfaat Praktis

a. Memberikan gambaran tentang sifat perfeksionisme dan gaya manajemen

konflik yang digunakan individu dewasa awal pada hubungan pacaran yang

mereka jalani.

b. Dapat memberikan wawasan pada individu dewasa awal tentang manajemen

konflik yang digunakan oleh individu perfeksionisme dalam menangani

konflik di dalam hubungan mereka.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

10

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Perfeksionisme

1. Pengertian Perfeksionisme

Perfeksionisme menurut Hewit dan Flett adalah kecenderungan untuk

mencapai kesempurnaan diikuti dengan standar yang tinggi untuk diri sendiri,

standar yang tinggi untuk orang lain, dan percaya bahwa orang lain memiliki

pengharapan kesempurnaan untuk dirinya (Pranungsari, Dessy, 2010).

Yang (2012) berpendapat bahwa perfeksionisme merupakan suatu

disposisi kepribadian yang ditandai dengan berjuang untuk mencapai

kesempurnaan dan standar pribadi yang sangat tinggi disertai dengan terlalu

kritis mengevaluasi diri sendiri serta kekhawatiran tentang penilaian dari

individu lain (Fellicia, F., Elvinawaty, R., & Hartini, S, 2014).

Menurut Cheng (2001) perfeksionisme adalah standar yang cukup

tinggi dari perbuatan individu yang diikuti dengan kecenderungan evaluasi

diri yang kritis (Fellicia, F., Elvinawaty, R., & Hartini, S, 2014).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

11

Dalam penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa perfeksionis

merupakan kecenderungan untuk mencapai kesempurnaan yang diikuti

dengan standar yang tidak realistis. Dengan demikian, peneliti menggunakan

teori menurut Hewit dan Flett untuk mendefinikan Perfeksionisme, yaitu

kecenderungan untuk mencapai kesempurnaan diikuti dengan standar yang

tinggi untuk diri sendiri, standar yang tinggi untuk orang lain, dan percaya

bahwa orang lain memiliki pengharapan kesempurnaan untuk dirinya dan

memotivasi (Pranungsari, Dessy, 2010).

2. Tipe Perfeksionisme

Dalam Multidimentional Perfectionism Scale, terdapat tiga tipe

perfeksionisme yang terbagi atas dua bagian, yaitu intrapersonal dan

interpersonal. Intrapersonal (Paul, L. Hewitt., Goldon, L. Flett., Wendy,

Turnbull Donovan., & Samuel, F. Mikail, 1991) yaitu self-oriented

perfectionism, dan dua tipe lainnya yaitu other-oriented perfectionism dan

socially prescribed perfectionism merupakan interpersonal (Gordon, L. Flett.,

Paul, L. Hewitt., & Tessa De Rosa, 1996).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

12

Menurut Hewit dan Flett, perfeksionisme dibagi menjadi tiga tipe, yaitu :

a. Perfeksionisme Self Oriented

Perfeksionisme self-oriented terkait dengan kecenderungan untuk

menetapkan standar yang amat tinggi terhadap diri dan kritik dan

pengawasan diri berlebihan yang membuat seseorang tidak bisa menerima

kesalahan atau kegagalan. Tipe perfeksionisme ini mengandung hasrat

untuk terus-menerus berusaha agar tidak pernah salah atau gagal.

Perfeksionisme self oriented memiliki potensi adaptif sebagai hasrat

yang sehat untuk mencapai prestasi atau menghasilkan karya besar.

Penetapan standar pribadi yang terlalu tinggi dan kaku juga menuntut

kesempurnaan dari diri sendiri tidak terkait dengan permasalahan relasi

dengan orang lain (Mackinnon, Sean., Simon, Sherry., Martin. Antony.,

Sherry. Stewart., Dayna. Sherry., Nikola Hartling, 2012).

Perfeksionisme self oriented juga memiliki kemampuan berfikir secara

konstruktif dam memiliki kemampuan menyelesaikan masalah secara

positif. Selain itu, seseorang dengan perfeksionisme self oriented

memiliki kemungkinan untuk mampu menyesuaikan diri ketika

menghadapi masalah serta kamampuan belajar yang baik (Dunkley

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

13

,David. M., Kirk, Blankstein., Jennifer, Halsall., Meredith, Williams., &

Gary Winkworth, 2000).

b. Perfeksionisme other-oriented

Perfeksionisme other-oriented terkait dengan kecenderungan individu

menuntut agar orang lain memenuhi standar-standar yang amat tinggi.

Selain itu, ia memiliki perhatian berlebihan terhadap kesalahan orang lain,

dan mengevaluasi orang lain dan bereaksi berlebihan pada kegagalan

orang lain (Paul, L. Hewitt., Goldon, L. Flett., Wendy, Turnbull

Donovan., & Samuel, F. Mikail, 1991).

Individu yang memiliki other oriented perfectionism tinggi akan

memiliki harapan sangat tinggi atau tidak realistis pada orang lain,

mengharapkan orang lain untuk berusaha kompulsif, otoriter,

mendominasi, termotivasi oleh kebutuhan untuk mengurangi nilai orang

lain sehingga meningkatkan diri mereka (Hewitt & Armada 2004, dalam

Mee, Foo Fatt, 2015).

c. Perfeksionisme yang socially prescribed

Perfeksionisme yang socially prescribed adalah kecenderungan

merasa bahwa orang lain menuntut dan mengharapkan dirinya untuk

selalu berhasil mencapai prestasi dengan standar yang tidak realistis.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

14

Tuntutan yang datang dari orang lain ini terkait dengan perasaan individu

perfeksionis yang merasa bahwa hal itu harus dipenuhi untuk

mendapatkan penerimaan dan penghargaan dari lingkungannya (Blatt,

1995 dalam Aditomo, Anindito., & Sofia, Retnowati, 2004).

Dalam hal ini, emosi negatif dapat terjadi ketika individu perfeksionis

merasa tidak mampu memenuhi harapan orang lain dan keyakinan bahwa

orang lain tidak realistis dalam harapan mereka atupun keduanya. Hal ini

karena individu dengan tingkat socially prescrbed perfectionism yang

tinggi fokus pada memenuhi standar orang lain sehingga mereka

menunjukan rasa takut yang lebih besar terhadap evaluasi negatif dan

menempatkan perhatian yang lebih besar untuk memperoleh perhatian dari

orang lain tetapi berusaha menghindari penolakan orang lain (Hewitt &

Armada 2004, dalam Mee, Foo Fatt, 2015).

3. Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian tentang perfeksionisme telah banyak dilakukan

oleh para peneliti, penelitian yang juga banyak diteliti yaitu mengenai relasi

interpersonalnya. Hal ini karena perfeksionime memiliki kaitan dengan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

15

berbagai gangguan interpersonal yang mempengaruhi kehidupan sosial

mereka sehari-hari (Stoeber, J, 2012).

Berikut ini adalah beberapa kaitan antara perfeksionisme dalam relasi

interpersonal :

Dalam studi yang melibatkan sekumpulan mahasiswa juga

menjelaskan bahwa other oriented perfectionism dikaitkan dengan gaya

interpersonal, seperti sombong, dominan, perhitungan, dan pendendam (Hill,

Zrull, & Turlington, 1997 dalam Stoeber, J, 2012).

Penelitian lain menyatakan bahwa socially prescribed perfectionism

dan other oriented perfectionism juga berasosiasi dengan penyesuaian

psikososial yang buruk (Stoeber, Joachim, 2012). Hal ini membuat

perfeksionis dikaitkan dengan berbagai perilaku interpersonal yang mungkin

dapat mempengaruhi kualitas hubungan yang dibangun dan diperlihara oleh

perfeksionis (Flett, Gordon L, 2003). Sedangkan self-oriented perfectionism

lebih terkait dengan gangguan intrapersonal, yaitu standar personal yang

menyebabkan tipe ini lebih berinteraksi dengan stresor-stresor prestasi

(Hewitt & Flett, 2004).

Self-oriented perfectionism memiliki asosiasi dengan kemampuan

sosial, seperti kemampuan untuk mengerti pesan nonverbal orang lain dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

16

dapat melibatkan orang lain dalam percakapannya, selain itu self oriented

perfectionism memiliki sikap altuisme sosial (Flett, Hewitt & De Rosa, 1991

dalam Dunkley ,David. M., Kirk, R. Blankstein., Jennifer, Halsall., Meredith,

Williams., & Gary Winkworth, 2000). Selain itu, penelitian lainnya yang

meneliti tentang personal standar perfeksionis yang memiliki kesamaan

dengan self oriented perfectionism menemukan bahwa tipe ini memiliki

kemampun dalam membangun dan mempertahankan hubungan (Dunkley

,David. M., Kirk, 2000).

Burns (1983) mendiskusikan tentang emosional individu perfeksionis

(socially prescribed perfectionism) yang menyatakan bahwasanya mereka

memiliki kepercayaan untuk tidak boleh mengekspresikan perasaaan

negatif/perasaan cemas dan depresi karena mereka takut diejek oleh orang

lain, sehingga mereka cenderung untuk mengontrol emosi mereka dan

pengungkapan emosi yang rendah (Gordon, L. Flett., Paul, L. Hewitt., &

Tessa De Rosa, 1996).

Sebuah penelitian tentang kemampuan penyesuaiaan diri dan

kemampuan sosial pada perfeksionis menemukan bahwa socially prescribed

perfectionism berasosiasi signifikan tinggi dengan perasaan sendiri, perasaan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

17

malu/segan yang tinggi dan ketakutan akan evaluasi negative, juga harga diri

sosial yang rendah.

Temuan lainnya menyatakan bahwa socially prescribed perfectionism

cenderung sensitif dan individu yang menghindar mencoba untuk

menampilkan kesan palsu dengan cara pengontrolan emosi. Hal ini terjadi

karena socially prescribed perfectionism berfokus pada emosi dan kurangnya

penerimaan diri didalam situasi yang menyebabkan stress (Dunkley ,David.

M, 2000).

Sedangkan pada other oriented perfectionism memperlihatkan

tendensi yang stabil untuk menuntut orang lain dan permusuhan pada orang

lain. tipe ini juga memiliki banyak stress dan konflik dalam hubungan

interpersonal (Flett, Gordon. L., Paul, L. Hewitt., Brenley, Shapiro., & Jill

Rayman. 2001). Adanya hal tersebut juga mempengaruhi penyesuaian diri dan

dukungan yang rendah antar pasangan.

Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Flett, Gordon L (2003)

menyatakan bahwa other oriented perfectionism dan socially prescrbed

perfectionism memiliki kaitan dengan berbagai gangguan interpersonal yang

mempengaruhi kehidupan sosial mereka sehari-hari. Keduanya juga berkaitan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

18

dengan berbagai perilaku yang mungkin dapat mengganggu dan merusak

hubungan intrapersonal.

Dalam sebuah penelitian yang melibatkan 116 mahasiswa ditemukan

bahwa hubungan romantis pada individu perfeksionisme memiliki tingkat

kepuasan hubungan yang rendah pada dirinya dan pasangannya. Hal ini juga

menyebabkan tingkat komitmen yang rendah dalam hubungan romantis

(Stober, Joachim, 2012).

Penelitian lainnya yang dilakukan pada 58 pasangan mahasiswa

memberikan hasil bahwa individu yang memiliki harapan perfeksionisme

pada pasangan mereka memiliki kualitas hubungan yang rendah dibandingkan

dengan individu yang tidak memiliki harapan perfeksionis pada pasangannya

(Arcuri Anna, 2013).

Menurut Hable, Hewitt & Flett (1999) yang meneliti tentang tipe

perfeksionis dan tingkat kepuasan seksual pada 74 pasangan suami istri dan

pasangan cohabiting menemukan bahwa pasangan dengan socially prescribed

perfectionism memiliki kepuasan seksual yang rendah (Flett, Gordon. L.,

Paul, L. Hewitt., Brenley, Shapiro., & Jill Rayman, 2001).

Menurut sebuah penelitian kekhawatiran pada evaluasi yang dialami

oleh perfeksionis membuat dirinya memiliki masalah terhadap kepercayaan,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

19

kepedulian, ketergantungan, keintiman dan juga seksualitas ( Dunkley, David

M, Kirk, R.B, Jennifer, H, Meredith, W, Gary, W, 2000). Selain itu,

perfeksionisme memiliki kontribusi untuk terjadinya konflik dalam hubungan.

Hal ini karena permasalahan perfeksionisme menyebabkan permusuhan, tidak

pengertian, keinginan untuk menolak konflik dan menyebabkan peningkatan

gejala depresi pada kedua belak pihak (Barbato & D’Avanzo, 2009, dalam

Mackinon, Sean P & Simon B. Sherry, martin, Dayna, 2012).

B. Manajemen Konflik

1. Pengertian Konflik

Menurut Minnery, konflik didefinisikan sebagai interaksi antara dua

atau lebih pihak yang satu sama lain saling bergantung namun terpisahkan

oleh perbedaan tujuan dimana setidaknya salah satu dari pihak-pihak tersebut

menyadari perbedaan tersebut dan melakukan tindakan terhadap hal tersebut.

Konflik adalah proses yang terjadi ketika tindakan satu orang

mengganggu tindakan orang lain. Potensi konflik meningkat apabila interaksi

antar individu sering terjadi dan mencakup lebih banyak aktivitas dan isu, dan

ada lebih banyak peluang terjadinya perbedaan pendapat. Konflik biasanya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

20

akan semakin meningkat dalam hubungan pacaran yang lebih serius (Brakier

& Kelley, 1979).

Konflik dapat membahayakan atau mungkin malah menguntungkan

suatu hubungan, tergantung pada cara penyelesaiannya. Rusaknya suatu

hubungan sesungguhnya disebabkan oleh kegagalan mengelola konflik secara

konstruktif (Supratiknya, 1995).

2. Pengertian Manajemen Konflik

Manajemen konflik merupakan proses pihak yang terlibat konflik atau

pihak ketiga yang menyusun strategi konflik dan menerapkannya untuk

mengendalikan konflik agar menghasilkan resolusi yang diinginkan

(Wirawan, 2010). Sedangkan, menurut Winardi (1994) manajemen konflik

adalah gaya atau pendekatan seseorang dalam menghadapi suatu situasi

konflik.

Menurut Wood (2007) manajemen konflik didefinisikan sebagai

keterampilan dalam hubungan interpersonal yang dianggap sangat penting

karena jika seseorang tidak memiliki manajemen konflik maka masalah

sekecil apapun dengan orang lain akan menjadi besar.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

21

Dalam penelitian ini dapat disumpulkan bahwa manajemen konflik

adalah suatu gaya yang digunakan oleh pihak yang berkonflik dalam upaya

untuk menyelesaikan permasalahan yang sedang dihadapi.

3. Gaya Manajemen Konflik

Menurut Gottman dan Korkoff (dalam Kurdek, Lawrence A, 1994)

terdapat dua jenis manajemen konflik, yaitu manajemen konflik yang

konstruktif dan manajemen konflik yang destruktif. Manajemen konflik

konstruktif adalah pengelolaan konflik yang membantu membangun

pengertian baru dan membentuk pola baru di dalam hubungan (Beebe, Steven

A, dkk, 1996). Memperlihatkan suatu perbedaan dapat membuat hubungan

yang lebih memuaskan dalam jangka panjang.

Manajemen konflik disebut konstruktif apabila dalam upaya untuk

menyelesaikan konflik, individu berusaha untuk menjaga hubungan antara

pihak-pihak yang berkonflik sehingga masih memungkinkan pihak-pihak

yang berkonflik untuk berinteraksi secara harmonis (Mardianto, Adi.,

Koentjoro., & Esti hayu purnamaningsih, 2000).

Sedangkan, manajemen konflik deskruktif adalah membongkar

hubungan tanpa memulihkannya. Jika kedua individu tidak puas akan hasil

dari suatu konflik, maka hal tersebut lebih destruktif daripada konstruktif.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

22

Tanda dari konflik destruktif yaitu kurang fleksibel dalam merespon orang

lain. Konflik dapat menjadi destruktif ketika orang melihat perbedaan mereka

dari pandangan kalah menang (win-lose) daripada melihat dari solusi yang

memungkinkan setiap individu untuk mendapat keuntungan. jika individu

menganggap bahwa satu orang akan kalah, maka iklim kompetitif yang

dihasilkan akan menghalangi kerjasama dan fleksibilitas (Beebe, 1996).

Pada manajemen konflik destruktif, satu pihak akan berusaha untuk

mengubah struktur hubungan dan membatasi pilihan pihak lain untuk

mendapatkan keuntungan yang sepihak. Selain itu, adanya konflik menjadi

tidak terselesaikan disebabkan salah satu pihak menarik diri. Hal ini dilakukan

dengan pengetahuan bahwa pihak yang lain akan dirugikan dengan keputusan

ini (Chandra, Robby I, 1992).

Manajemen konflik konstruktif merupakan bentuk penyelesaian

masalah dengan cara positive problem solving. Sedangkan Manajemen konflik

destruktif menekankan pada penyelesaian konflik dengan cara menyerang

atau lepas kontrol, withdrawl (menarik diri), dan compliance (menyerah dan

tidak membela diri) (Mardianto, Adi., Koentjoro., & Esti hayu

purnamaningsih, 2000).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

23

Menurut Beebe, Steven A, dkk (1996) manajemen konflik terbagi

menjadi tiga gaya, yaitu :

a. Gaya Nonconfrontation

Gaya nonconfrontation merupakan gaya pendekatan untuk manangani

konflik dengan cara mundur, baik dengan menghindari konflik atau

memberikannya kepada orang lain (Beebe, Steven A, dkk, 1996). Menurut

Chandra, Robby I (1992) gaya ini merupakan gaya seseorang menyadari

konflik yang ada tetapi memilih untuk menghindar atau menekan kenyataan

konflik tersebut.

Salah satu bentuk dari gaya ini adalah withdrawing (manarik diri) dan

menghindar. Individu dengan gaya manajemen konflik ini selalu menyerah

ketika berhadapan dengan konflik. Mereka merasa tidak nyaman dengan

adanya konflik sehingga mereka memilih untuk menyerah sebelum konflik

meningkat. Respon membujuk, menarik diri, dan memberikan sebuah respon

yang melambangkan gaya non konfrontatif (Beebe, Steven A, dkk, 1996).

Orang yang menggunakan gaya ini tidak pernah memperlihatkan

kemarahan mereka, begitu dikendalikan sehingga mereka terlihat tidak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

24

responsif dengan intensitas situasi, cepat setuju dengan orang lain untuk

menghindari konflik, dan mencoba untuk menghindari konfrontasi sebisa

mungkin. Mereka terlihat seperti orang yang memiliki orientasi pada orang

lain (other-orientated) tetapi faktanya mereka hanya sedang melindungi diri

mereka sendiri.

b. Gaya Controlling

Controlling style merupakan manajemen konflik dengan cara

mendominasi orang lain dan membuat keputusan berdasarkan penilaiannya.

Individu yang memiliki controlling style pada umumnya memanajemen

konfliknya dengan filosofi win-lose solution.

Gaya controlling dikenal juga sebagai gaya kompetisi, yaitu gaya yang

digunakan seseorang bila ia berusaha untuk mencapai sasarannya atau tetap

meneruskan minatnya tanpa melihat akibatnya pada orang lain yang terlibat

konfli. Ia cenderung untuk bersaing dan mendominasi (Chandra, Robby I,

1992).

Mereka yang memiliki gaya ini memiliki keinginan untuk menang

dalam suatu konflik dan hanya fokus pada dirinya sehingga mereka

mengabaikan perasaan ataupun pendapat dari orang lain. Orang dengan gaya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

25

ini seringkali menyalahkan orang lain atau memilih mengabaikan daripada

bertanggungjawab terhadap konflik (Beebe, Steven A, dkk, 1996).

Jika strategi ini tidak berjalan, para pengontrol ini akan mencari cela

untuk kekuasaan koersif. Mereka mungkin mencoba melakukan serangan

pribadi, ancaman dan peringatan. Contoh : pacar yang mengatakan “ jika

kamu tidak berhenti memanggil namaku, aku akan pergi meninggalkanmu”

dia menggunakan ancaman dengan kekuatannya untuk dapat pergi (Beebe,

Steven A, dkk, 1996).

c. Gaya Cooperative

Cooperative style, pendekatan cooperative dalam memanajemen

konflik mereka menggunakan pada other-orientation strategies dan

menggunakan win-win solution sebagai teknik selanjutnya.

Gaya ini juga diartikan sebagai gaya yang digunakan apabila

seseorang ingin menyelesaikan konflik dengan memuaskan semua pihak dan

mencari hasil yang saling menguntungkan (Chandra, Robby I, 1992).

Individu dengan gaya cooperative fokus pada kepentingan bersama

dan mendorong orang lain untuk menghasilkan opsi untuk memecahkan

masalah (Beebe, Steven A, dkk, 1996).. Individu dengan gaya ini

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

26

mendeskripikan masalah tanpa membuat penilaian atau evaluasi tentang

kepribadian, fokus pada kepentingan bersama yang menekankan pada

kepentingan umum, nilai, dan tujuan. Selain itu, mereka mencoba melihat

berbagai pilihan untuk memecahkan masalah dan mencari solusi yang dapat

memuaskan kedua pelah pihak.

Dalam penelitian ini, peneliti mengelompokan ketiga gaya tersebut

menjadi manajemen konflik yang konstruktif dan manajemen konflik yang

destruktif. Gaya cooperative masuk kedalam menajemen konflik konstruktif.

Sedangkan, gaya controlling dan gaya nonconfrontation masuk kedalam

manajemen konflik destruktif. (Mardianto, Adi., Koentjoro., & Esti hayu

purnamaningsih, 2000).

4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Manajemen Konflik

Gaya manajemen konflik dipilih berdasarkan beberapa faktor, seperti

kepribadian kita, siapa lawan kita dalam berkonflik, waktu dan tempat

terjadinya konfrontasi, dan faktor situasi lainnya (Beebe, Steven A, dkk,

1996).

Menurut Wirawan (2010), faktor-faktor yang mempengaruhi

manajemen konflik, antara lain :

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

27

a. Asumsi mengenai konflik :

Asumsi orang mengenai konflik akan berpengaruh pada pola

prilakunya dalam menghadapi konflik. Seseorang yang

menganggap konflik sebagai suatu hal yang buruk akan menekan

lawan konfliknya dengan menggunakan gaya manajemen konflik

kompetisi. Sebaliknya, seseorang yang menganggap bahwa konflik

merupakan hal yang baik dan toleran terhadap konflik maka ia

akan menggunakan gaya manajemen konflik konflik kompromi

dan kolaborasi.

b. Persepsi mengenai penyebab konflik :

Persepsi seseorang yang menganggap penyebab konflik

menentukan kehidupan dan harga dirinya akan berupaya untuk

memenangkan konflik. Sebaliknya ketika orang menganggap

penyebab konflik tidak penting kehidupan dan harga dirinya maka

ia akan menggunakan pola perilaku menghindar dalam

memanajemen konfliknya.

c. Ekspektasi atas reaksi lawan konflik :

Seseorang yang menyadari bahwa ia menghadapi konflik akan

menyusun strategi konflik untuk menghadapi lawan konfliknya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

28

Jika ia memprediksikan bahwa lawan konfliknya akan

menggunakan strategi kompetisi dan agresi maka ia akan

menghadapi lawannya dengan manajemen konflik kompetisi da

melawan agresi lawan konfliknya.

d. Pola komunikasi dalam interaksi konflik :

Dalam menghadapi suatu konflik diperlukan interaksi komunikasi

antara pihak yang terlibat konflik. Jika proses komunikasi berjalan

baik maka pesan kedua belah pihak akan saling dimengerti dan

diterima secara persuasive. Hal ini menunjukan kemungkinan

bahwa pihak yang berkonflik akan menggunakan manajemen

konflik kolaborasi dan kompromi tinggi. Sebaliknya, jika

komunikasi berjalan buruk dengan menggunakan kata-kata keras

dan kotor, serta agresif, ada kemungkinan kedua belah pihak akan

menggunakan gaya manajemen konflik kompetisi.

e. Kekuasaan yang dimiliki :

Jika pihak yang terlibat konflik merasa mempunyai kekuasaan

lebih besar dari lawan konflik, maka ia akan memiliki

kemungkinan yang besar untuk tidak mengalah dalam interaksi

konflik. Terlebih jika masalah konfliknya sangat esensial bagi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

29

kehidupannya. Sebaliknya, jika ia mempunyai kekuasaan lebih

rendah dan memprediksikan bahwa dirinya tidak bisa menang

dalam konflik, ia akan menggunakan gaya manajemen konflik

kompromi, akomodasi atau menghindar.

f. Pengalaman dalam menghadapi situasi konflik :

Proses interaksi konflik dan gaya manajemen konflik yang

digunakan dipengaruhi oleh pengalaman mereka dalam

menghadapi konflik dan menggunakan gaya manajemen konflik

tertentu. Contoh : seorang avokat yang menggunakan manajemen

konflik dalam membela kliennya dipengaruhi oleh pengalaman

yang sudah ia dapatkan sehingga ia dapat membela kliennya

dengan manajemen konflik kompetisi, walaupun mungkin

kliennya salah.

g. Sumber yang dimiliki :

Salah satu hal yang mempengaruhi gaya manajemen konflik yang

digunakan seseorang. Sumber-sumber tesebut antara lain

kekuasaan, pengetahuan, pengalaman, dan uang. Gaya manajemen

kompetisi memiliki kemungkinan yang kecil untuk digunakan oleh

seseorang yang tidak mempunyai sumber-sumber tersebut. Hal ini

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

30

karena ia kemungkinan besar akan menggunakan gaya menghindar

atau akomodasi.

h. Jenis kelamin :

Sejumlah penelitian menemukan bahwa terdapat perbedaan gaya

manajemen konflik yang digunakan oleh wanita dan laki-laki.

i. Kecerdasan emosional :

Hal yang diperlukan dalam memanajemen konflik. Hal ini

diperkuat oleh Lee Fen Ming (2003) dalam desertasinya yang

mengemukakan bahwa kesuksesan manajemen konflik

memerlukan keterampilan yang berkaitan dengan kecerdasan

emosional.

j. Kepribadian :

Salah satu hal yang juga mempengaruhi manajemen konflik.

Seseorang yang memiliki kepribadian pemberai, garang, tidak

sabaran, dan berambisi untuk menang akan cenderung memilih

gaya kepemimpinan berkompetisi. Sedangkan orang yang penakut

dan pasif cenderung untuk menghindari konflik.

k. Budaya dan sistem sosial :

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

31

Organisasi tentara, tim olah raga, pondok pesantren, dan biara

dengan norma perilaku yang berbeda menyebabkan para

anggotanya memiliki kecenderungan untuk memilih gaya

manajemen konflik yang berbeda. Dalam masyarakat Barat, anak

semenjak kecil diajarkan untuk berkompetisi. Disisi lain, di

masyarakat Indonesia, anak diajarkan untuk berkompetisi atau

menghindari konflik.

l. Prosedur dalam pengambilan keputusan saat konflik terjadi :

Organisasi yang sudah mapan umumnya mempunyai prosedur

untuk menyelesaikan konflik. Dalam prosedur tersebut, gaya

manajemen konflik pimpian dan anggota organisasi akan

tercermin.

m. Situasi konflik dan posisi dalam konflik :

Seseorang dengan kecenderungan gaya manajemen konflik

berkompetisi akan mengubah gaya manajemen konfliknya jika

menghadapi situasi konflik yang tidak mungkin ia menangkan.

Gaya manajemen konflik dapat berubah tergantung pada situasi

dan orang yang dihadapi.

n. Pengalaman menggunakan salah satu gaya manajemen konflik:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

32

Seseorang yang terlibat konflik akan cenderung untuk

menggunakan manajemen konflik yang sama pada orang yang

sama atau pada oranglain. Peluang tersebut akan lebih besar ketika

ia menang terhadap orang tersebut ketika menggunakan

manajemen konflik tertentu.

o. Keterampilan komunikasi :

Seseorang yang memiliki kemampuan komunikasi yang buruk

akan mengalami kesulitan jika menggunakan gaya manajemen

konflik kompetisi, kolaborasi, atau kompromi. Hal ini karena

ketiga gaya tersebut memerlukan kemampuan komunikasi yan

tinggi untuk berdebat dengan lawan konflik. Di sisi lain, gaya

manajemen konflik menghindar dan akomodasi tidak akan

memerlukan banyak deat dan argumentasi.

C. Dewasa Awal

1. Pengertian Dewasa Awal

Masa dewasa awal merupakan masa transisi antara masa remaja menuju

masa dewasa (Santrock, 2011). Masa dewasa awal terjadi dari usia 18-25

tahun (Arnett, 2006, dalam Santrock, 2011). Tahap ini juga memberikan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

33

kesempatan untuk merubah hidup mereka ke arah yang lebih positif

(Santrock, 2003). Menurut Erikson masa dewasa memasuki tahap keenam

perkembangan psikososial, yaitu intimasi versus isolasi (Santrock, 2003).

Pada tahap ini dewasa awal dituntut untuk saling berkomitmen atau

menghadapi rasa pengasingan diri dan keterpakuan pada diri sendiri (self-

absorption).

2. Hubungan Romantis pada Dewasa Awal

Salah satu ciri seseorang dikatakan dewasa yaitu adanya keinginan

untuk mengekprorasi identitas, terutama relasi romantis. Hal ini membuat

perkembangan hubungan intimasi menjadi tugas penting dari masa dewasa

awal. Intimasi menjadi persoalan utama pada dewasa awal karena emosi

dalam hubungan romantis juga dikaitkan dengan pencapaian identitas pada

dewasa awal (Barry, Madsen, Nelson, Carrol, & Badger, 2009, dalam

Papalia,2014). Unsur penting dari keintiman adalah pengungkapan diri (self-

disclosure), yaitu membuka informasi penting tentang diri sendiri kepada

orang lain (Collins & Miller, 1994 dalam Papilia Olds Feldman, 2009).

Keintiman dan tetap intim dapat tercipta melalui sikap saling terbuka, dan

responsif terhadap kebutuhan orang lain, serta adanya rasa menerima dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

34

hormat yang timbal balik ( Harvey & Omarzu, 1997; Reis & Patrick, 1996,

dalam Papilia Olds Feldman, 2009).

Pasangan yang memiliki intimasi yang tinggi akan sangat

memperhatikan kesejahteraan dan kebahagiaan pihak lain, menghormati dan

menghargai satu sama lain, dan memiliki saling pengertian. Mereka juga

saling berbagi dan merasa saling memiliki, saling memberi dan menerima

dukungan emosional dan berkomunikasi secara intim. Namun, bila dewasa

awal tidak dapat menjalin komitmen pribadi dengan orang lain, maka mereka

beresiko menjadi terlalu terisolasi dan terpaku pada diri sendiri (self-

absorbed).

Sebuah hubungan akan mencapai keintiman emosional manakala

kedua pihak saling mengerti, terbuka, saling mendukung, dan merasa bisa

berbicara mengenai apa pun juga tanpa merasa takut ditolak. Mereka juga

akan berusaha menyelaraskan nilai dan keyakinan tentang hidup, meskipun

tentu saja ada perbedaan pendapat dalam beberapa hal. Mereka mampu untuk

saling memaafkan dan menerima, khususnya ketika mereka tidak sependapat

atau berbuat kesalahan (Santrock, 2008). Hal ini membuat dewasa awal

memerlukan keterampilan tertentu, seperti kepekaan, empati, dan kemampuan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

35

mengomunikasikan emosi, menyelesaikan konflik, mempertahankan dan

komitmen.

Ketika dewasa awal memiliki ketidakmampuan mengembangkan

relasi yang bermakna dengan orang lain dapat melukai kepribadian dewasa

awal. Hal ini dapat mendorong mereka untuk tidak mau mengakui,

mengabaikan, atau menyerang orang-orang yang dianggap menimbulkan

frustasi. Kadangkala prilaku ini juga dapat mengarah pada depresi dan isolasi,

sehingga menyebabkan individu memiliki sikap tidak mempercayai orang lain

(Santrock, 2011).

Kualitas hubungan romantis sangat berpengaruh pada pencapaian

pembentukan rasa identitas. Dalam sebuah studi dari 710 individu peralihan

dewasa, status pencapaian identitas diasosiasikan dengan perasaan kuat akan

persahabatan, penghargaan, efeksi, dan dukungan emosi terhadap hubungan

romantis (Barry, Madsen, Nelson, Carrol, & Badger, 2009, dalam Papalia,

2014).

Sebuah penelitian yang menemukan bahwa dalam situasi yang

membuat stress, dewasa awal yang memiliki hubungan dengan orang lain

lebih mungkin gaya hidup yang lebih teratur dan memiliki kemungkinan yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

36

lebih kecil untuk mengalami distress, cemas, depresi, atau bahkan meninggal

(Cohen, 2004 dalam Papalia, 2009).

Menurut beberapa psikolog dimulainya kedewasaan tidak ditandai

oleh kriteria eksternal, tetapi oleh indikator internal seperti otonomi, kontrol

diri, dan tanggung jawab pribadi (Papila, 2009). Menurut Erikson, resolusi

pada tahap ini menghasilkan kekuatan cinta: pengabdian timbal balik antara

pasangan yang telah memilih dan membagi kehidupan mereka secara

bersama-sama (Papila ,2009).

D. Hubungan Romantis

1. Periode Hubungan Romantis

Menurut Reese-Weber & Johnson, (2012) Terdapat tiga tahap

pengembangan hubungan romantis, yaitu :

a. Honeymoon Phase

Fase bulan madu mencakup tingkat gairah dan kegembiraan tinggi saat

pasangan saling mengenal satu sama lain. Pada fase ini, hubungan terjalin

cukup santai dan melibatkan sebagian besar interaksi positif karena

pasangan mempresentasikan diri mereka dengan baik. Pasangan melihat

hubungan pada fase ini sebagai hubungan yang masih baru dan menarik.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

37

Pada fase ini mereka akan menggambarkan dirinya secara positif dan

mengabaikan kesalahan pasangan mereka. Dalam fase ini pasangan mulai

menentukan sifat hubungan seperti memberi label satu sama lain sebagai

pacar (Fletcer, Garth, dkk, 2000).

Periode pacaran 1-3 bulan merupakan fase awal dalam perkembangan

hubungan. Pada tahap ini kepercayaan secara konsisten mendapat rating

tertinggi. Hasil ini menyiratkan bahwa tingkat kepercayaan yang cukup

tinggi bisa jadi merupakan prasyarat untuk kencan pertama bahkan terjadi.

Namun, kepercayaan pada tahap awal pengembangan hubungan lebih

berpusat pada prediktabilitas dan ketergantungan (bukan pada keyakinan).

Periode 3 bulan dalam suatu hubungan juga cenderung memiliki penilaian

dan persepsi ideal tentang pasangan dan hubungan yang stabil (Weber,

Marla, 2015).

b. Defining Phase

Fase ini pasangan sudah menentukan keseriusan dan umur panjang

hubungan. Negosiasi harapan untuk hubungan dapat menghasilkan

peningkatan tingkat keintiman dan konflik, termasuk agresi, selama fase

ini. Pada fase ini pasangan akan merasa nyaman satu sama lain, mereka

tidak lagi hanya berusaha untuk menyenangkan satu sama lain seperti

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

38

sebelumnya tetapi masih diinvestasikan dalam hubungan. Selain itu

pasangan pada fase ini lebih rela mendiskusikan isi-isu yang tidak mereka

setujui (Fletcer, Garth, dkk, 2000).

c. Established Phase

Fase ini yang mencakup hubungan yang lebih berkomitmen dan

berorientasi pada masa depan. Meskipun demikian, keintiman mungkin

akan terus meningkat pada fase yang lebih mapan lagi. Pada tahap ini

pasangan akan lebih memikirkan tentang harapan bersama akan hubungan

mereka. Mereka akan mereasa lebih mengenal pasangannya dengan baik

dan memiliki arah pada hubungan tersebut (Fletcer, Garth, dkk, 2000).

E. Kecenderungan Konflik Dalam Hubungan

Menurut Brandenberger (2002) terdapat beberapa jenis konflik yang

paling umum muncul dalam hubungan intim, yaitu kecemburuan,

ketidaksepakatan, dan tidak memiliki waktu bersama yang cukup

(Brandenberger, Amanda, 2007).

Menurut Guerrero, Andersen, & Afifa (2001) terdapat 4 tingkatan

konflik dalam sebuah hubungan (Brandenberger, Amanda, 2007), yaitu :

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

39

a. Tingkat pertama, pasangan berdebat tentang hal yang spesifik seperti

perilaku-perilaku yang konkrit. Salah satunya ketika pasangan marah

dikarenakan cara anda dalam menangani Sesuatu yang tidak sesuai

dengan dirinya, seperti cara membersihkan atau menata barang.

b. Tingkat kedua, ketika pasangan berdebat tentang peraturan dan

norma relasional. Salah satunya masalah yang sering terjadi dalam

hal ini adalah melupakan hari ulang tahun pasangan atau hari yang

penting bagi pasangan. Selain itu, tidak memberi kabar pada

pasanagn juga menjadi salah satu persoalan.

c. Tingkat konflik ketiga, pasangan memperdebatkan tentang berbagai

ciri kepribadian. Misalnya perbedaan kepribadian antara anda dan

pasangan karena umur yang terpaut jauh.

d. Tingkat konflik yang terakhir, memperbedatkan tentang proses

konflik itu sendiri (metakonflik). Dalam hal ini menuduh pasangan

anda mengomel atau cemberut, mengamuk, tidak mendengarkan,

dan tidak adil saat konflik (Guerrero, dkk, 2001 dalam )

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

40

F. Hubungan Antara Tipe Perfeksionisme Dengan Gaya Manajemen Konflik

Pada Individu Dewasa Awal Yang Berpacaran

Perfeksionisme merupakan keinginan untuk mencapai kesempurnaan

dengan standar yang tinggi untuk dirinya, standar yang tinggi untuk orang

lain, dan percaya bahwa orang lain memiliki pengharapan kesempurnaan

untuk dirinya (Pranungsari, Dessy, 2010). Perfeksionis dibagi menjadi dua,

yaitu perfeksionis interpersonal dan perfeksionis intrapersonal. Perfeksionis

interpersonal dilihat dari adanya keinginan untuk menetapkan standar yang

tinggi bagi orang lain (other oriented perfectionism) dan merasa orang lain

menetapkan standar yang tinggi untuk dirinya (socially perceived

perfectinisme). Perfeksionis interpersonal sendiri seringkali dikaitkan dengan

berbagai permasalahan dalam relasi romantis, seperti permasalahan terhadap

keintiman, kepercayaan, dan kepedulian (Dunkley David M, dkk, 2000).

Padahal, hal-hal tersebut sangat diperlukan dalam membangun sebuah

hubungan romantis yang juga merupakan salah satu kebutuhan penting dalam

masa perkembangan dewasa awal (Santrock, 2012).

Seseorang dengan gaya other oriented perfectionism akan memiliki

harapan sangat tinggi atau tidak realistis sehingga menimbulkan tendensi

untuk permusuhan, otoriter, dominasi, dan termotivasi oleh kebutuhan untuk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

41

meningkatkan nilai diri mereka dengan cara mencari kesalahan dari

pasangannya (Hewitt & Armada 2004, dalam Mee, Foo Fatt, 2015). Hal ini

memungkinkan seseorang dengan tipe other oriented perfectionism memiliki

gaya controlling dalam memanajemen konflik mereka.

Manajemen konflik dengan gaya controlling menekankan pada cara

mendominasi orang lain dan membuat keputusan berdasarkan penilaiannya.

Individu yang memiliki controlling style pada umumnya memanajemen

konflik dalam hubunganya dengan filosofi win-lose solution. Individu dengan

gaya ini memiliki keinginan untuk menang dalam suatu konflik dan hanya

fokus pada dirinya sehingga mereka mengabaikan perasaan ataupun pendapat

dari pasangannya (Beebe, Steven A, dkk, 1996). Sedangkan, pada

perfeksinisme socially prescribed perfectionism yang didominasi oleh

perasaan bahwa orang lain memiliki harapan yang berlebihan pada dirinya

akan membuat ia merasa bahwa orang lain memberikan kritik negatif terhadap

dirinya (Pranungsari, Dessy, 2010). Hal ini membuat individu perfeksionis

memiliki standar yang kaku dan tidak realistis, meragukan kemampuan

mereka untuk sukses terutama pada peran standar sosial yang menyebabkan

kecemasan sosial (Hewitt, Paul L, 1991). Hal ini juga dikaitkan dengan

distress interpersonal dan merasa mendapatkan dukungan sosial yang rendah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

42

(Hill, Zrull, & Turlington, 1997; Hewitt & Flett, 2004; Sherry, Hukum,

Hewitt, Flett, & Besser, 2008). Individu dengan tipe socially prescribed

perfectionism akan fokus untuk memenuhi standar dari pasangannya sehingga

mereka menunjukan rasa takut yang lebih besar terhadap evaluasi negatif dan

menempatkan perhatian yang lebih besar untuk memperoleh perhatian dari

pasangan tetapi berusaha menghindari penolakan dari pasangannya tersebut.

Hal ini membuat individu dengan socially prescribed perfectionism

memiliki kemungkinan untuk menggunakan gaya manajemen konflik

nonconfrontation yang merupakan gaya pendekatan untuk manangani konflik

dengan cara mundur, baik dengan cara withdrawing (manarik diri) atau

menghindar. Hal ini membuat mereka cenderung merasa tidak nyaman

dengan adanya konflik sehingga mereka memilih untuk menyerah sebelum

konflik meningkat. Respon-respon yang muncul pada gaya ini adalah

membujuk, menarik diri, dan memberikan sebuah respon yang melambangkan

gaya non konfrontatif (Beebe, Steven A, 1996). Kedua gaya manajemen

konflik ini membuat individu perfeksionisme cenderung untuk menggunakan

manajemen konflik yang destruktif, yaitu manajemen konflik dengan cara

yang negatif (Mardiato, Adi, 2000).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

43

Hal ini berbeda dengan seseorang yang memiliki perfeksionisme

intrapersonal yaitu self-oriented perfectionism, seseorang dengan

pefeksionisme self oriented akan cenderung memiliki potensi adaptif sebagai

hasrat yang sehat untuk mencapai prestasi atau menghasilkan karya besar.

Selain itu, seseorang dengan self oriented perfectionism memiliki kemampuan

sosial, seperti kemampuan untuk mengerti pesan nonverbal orang lain dan

dapat melibatkan orang lain dalam percakapannya. Hal ini membuatnya

memiliki kemampun dalam membangun dan mempertahankan hubungan

(Dunkley ,David. M, 2000).

Hal-hal tersebut memungkinkan individu perfeksionis intrapersonal

self oriented untuk menyelesaikan konflik yang ada dengan menciptakan win-

win solution dan fokus pada kepentingan bersama dengan gaya cooperative

(Beebe, Steven A, dkk, 1996). Dengan gaya ini maka penyelesaian masalah

dalam hubungan romantisnya dapat diselesaikan dengan manajemen konflik

konstruktif, yaitu berusaha untuk melakukan positive problem solving dan

manjaga hubungan antara pihak-pihak yang berkonflik agar tetap harmonis

(Mardianto, Adi., Koentjoro., & Esti hayu purnamaningsih, 2000)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

44

Berikut adalah skema hubungan antara tipe perfeksionisme dengan gaya

manajemen konflik pada individu dewasa awal yang sedang menjalani hubungan

pacaran :

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

45

Perfeksionisme Interpersonal

Perfeksionisme Other Oriented

Melihat Kesalahan Orang Lain Secara

Berlebihan

Keinginan untuk Menang dari

Orang lain

Otoriter

Membuat Keputusan sepihak

Gaya Controlling

Manajemen Konflik Destruktif

Menetapkan Standar yang

Tinggi pada Orang Lain

Dominasi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

46

Perfeksionisme Interpersonal

Perfeksionisme Socially Prescribed

Merasa Orang lain Menetapkan standar yang

tinggi

Menghindar dari masalah

Meragukan Kemampuannya

Menyerah Sebelum Masalah

menjadi Besar

Gaya Nonconfrontation

Manajemen Konflik Destruktif

Takut pada Evaluasi dari orang

lain

Menarik Dirii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

47

Perfeksionisme Intrapersonal

Perfeksionisme Self Orientation

Kemampuan Sosial yang Baik

Mendeskripsikan Masalah dengan

Baik

Mengerti Orang Lain

Fokus pada Kepentingan

Bersama

Gaya Cooperatif

Manajemen Konflik Konstruktif

Kemampuan Mempertahankan

Hubungan

Memecahkan Masalah yang Memuaskan

Kedua Belah Pihak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

48

G. Hipotesis

Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitiannya

sebagai berikut :

1. Ada hubungan positif antara tipe perfeksionisme other oriented dengan

manajemen konflik gaya controlling.

2. Ada hubungan positif antara tipe perfeksionisme socially prescribed dengan

manajemen konflik gaya nonconfrontatif.

3. Ada hubungan positif antara tipe perfeksonisme self oriented dengan

manajemen konflik gaya cooperative.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

49

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian korelasional, yaitu penelitian dengan

menggunakan karakteristik yang berupa hubungan antara dua variabel atau lebih (

Supratiknya, 1998 ). Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk menyelidiki

variasi pada suatu variabel berkaitan dengan variasi pada satu atau lebih variabel

lain berdasarkan koefisien korelasi (Azwar, 2007). Penelitian ini tergolong

penelitian korelasi karena peneliti mencoba untuk mengetahui hubungan antara

tipe perfeksionisme dengan gaya manajemen konflik pada individu dewasa awal

yang berpacaran. Data diperoleh melalui angket yang kemudian dianalisis dengan

menggunakan metode statistika.

B. Variabel Penelitian

Variabel adalah konsep yang mempunyai variasi nilai. Dengan

menggunakan variabel, konsep yang menggambarkan realitas atau fenomena

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

50

sosial yang netral akan diberikan nilai tinggi atau rendah (Purwanto, E.A & Dyah,

RS, 2007).

Sesuai dengan judul “Hubungan Antara Perfeksionisme dengan

Manajemen Konflik pada Dewasa Awal yang Menjalin Relasi Romantis “, maka

variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Variabel bebas : Tipe Perfeksionisme

2. Variabel tergantung : Gaya Manajemen Konflik

C. Definisi Operasional

1. Perfeksionisme

Perfeksionisme menurut Hewit dan Flett adalah keinginan untuk mencapai

kesempurnaan diikuti dengan standar yang tinggi untuk diri sendiri, standar yang

tinggi untuk orang lain, dan percaya bahwa orang lain memiliki pengharapan

kesempurnaan untuk dirinya. Perfeksionis dapat diukur dengan skala

perfeksionisme berdasarkan aspek-aspek yang diungkapkan oleh Hewitt

Perfeksionis dibagi menjadi 3 tipe, yaitu :

a. Perfeksionisme self-oriented ditunjukan dengan adanya potensi adaptif

sebagai hasrat yang sehat untuk mencapai prestasi atau menghasilkan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

51

karya besar, memiliki kemampuan untuk berfikir secara kostruktif dam

memiliki kemampuan menyelesaikan masalah secara positif

b. Other-oriented Perfectionisme ditunjukan dengan adanya perhatian

berlebihan terhadap kesalahan orang lain, mengevaluasi orang lain dan

bereaksi berlebihan pada kegagalan orang lain, serta memiliki sifat

otoriter, mendominasi.

c. Perfeksionisme yang socially prescribed ditunjukan dengan adanya

perasaan bahwa tuntutan yang datang dari orang lain harus dipenuhi

untuk mendapatkan penerimaan dan penghargaan dari lingkungannya

dan adanya rasa takut yang lebih besar terhadap evaluasi negative dari

orang lain.

2. Manajemen Konflik

Manajemen konflik merupakan proses pihak yang terlibat konflik atau

pihak ketiga yang menyusun strategi konflik dan menerapkannya untuk

mengendalikan konflik agar menghasilkan resolusi yang diinginkan

(Wirawan, 2010), yang diukur menggunakan skala manajemen konflik yang

dibuat oleh peneliti.

Terdapat 3 gaya manajemen konflik, yaitu :

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

52

a. Gaya Nonconfrontation

Gaya nonconfrontation merupakan gaya pendekatan untuk

manangani konflik dengan cara mundur, baik dengan menghindari

konflik atau memberikannya kepada orang lain. (Beebe, Steven A,

1996).

Individu dengan gaya ini akan cenderung menghindari konflik,

mudah menyerah ketika terjadi konflik, tidak nyaman dengan adanya

konflik, memilih untuk diam, dan memiliki respon membujuk

b. Gaya Controlling

Controlling style merupakan manajemen konflik dengan cara

mendominasi orang lain dan membuat keputusan berdasarkan

penilaiannya. Individu yang memiliki gaya controlling pada umumnya

memanajemen konfliknya dengan filosofi win-lose solution. Individu

dengan gaya ini akan cenderung mendominasi orang lain,

menyalahkan orang lain, keinginan untuk menang dalam konflik,

fokus pada diri sendiri, mengabaikan perasaan/pendapat orang lain,

mengancam

c. Gaya Cooperatif

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

53

Cooperative style, pendekatan cooperative dalam

memanajemen konflik mereka menggunakan pada other-orientation

strategies dan menggunakan win-win solution sebagai teknik

selanjutnya. Individu dengan gaya ini akan cenderung

mempertimbangkan orang lain dalam mengambil keputusan, berusaha

membuat strategi yang menguntungkan kedua belak pihak, fokus pada

kepentingan bersama dan fokus pada masalah, dapat melihat berbagai

pilihan solusi yang ada

D. Subjek Penelitian

Subjek pada penelitian ini adalah individu dengan rentang umur yang

termasuk dalam kriteria dewasa awal dan sedang menjalin hubungan pacaran.

Metode sampling yang digunakan adalah convience sampling, yaitu pengambilan

sampel yang dilakukan dengan cara memilih subjek yang tersedia yang dianggap

sesuai dengan persyaratan dari tujuan penelitian yang mudah dijangkau atau

didapatkan (Nurimawati & Munandar, 2008). Selain itu, peneliti juga

menggunakan metode snowball sampling, yaitu teknik pengambilan sampling

yang bermula dari jumlah yang kecil kemudian besar. Dalam penentuan

sampling, peneliti mula-mula memberikan skala kepada beberapa orang, lalu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

54

orang-orang tersebut juga akan menyebarkan skala tersebut kepada orang lain

yang sesuai dengan kriteria penelitian dan begitu seterusnya (Sugiyono, 2013).

Persyaratan yang harus dipenuhi untuk menjadi subjek penelitian ini, adalah :

1. Dewasa awal dengan rentang umur antara 18 sampai 25 tahun

(Santrock, 2011).

2. Sedang menjalin hubungan berpacaran minimal 3 bulan. Hal ini

disaran perlu dengan pertimbangan bahwa pasangan kekasih yang

sudah menjalin hubungan pacaran 3 bulan maka mereka sudah

menghadapi konflik dalam relasi meraka.

E. Metode dan Alat Pengumpulan Data

1. Metode

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode survey.

Peneliti menggunakan skala yang berisi pernyataan-pernyataan yang telah

disusun sedemikian rupa sehingga respon individu terhadap pernyataan

tersebut dapat diberi skor dan diinterpretasikan. Alat yang digunakan oleh

peneliti meliputi 2 skala, yaitu skala pertama mengenai perfeksionisme dan

skala kedua mengenai manajemen konflik dalam hubungan romantis.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

55

Pada uji coba skala, peneliti melakukan penyebaran skala secara

langsung kepada subjek. namun, saat pada penelitian yang sesungguhnya

peneliti menggunakan survey melalui google drive, hal ini dilakukan untuk

memudahkan peneliti dalam mencari subjek dan menjaga kerahasian subjek

sehingga subjek lebih merasa nyaman dalam mengisi skala.

2. Alat Pengumpulan Data

a. Perfeksionisme

Untuk melihat perfeksionisme, peneliti menggunakan skala

Multidimensional Perfectionism Scale (MPS). Skala ini dibuat dalam bentuk

bahasa Inggris yang kemudian diadaptasi kedalam bahasa Indonesia oleh

peneliti. Skala ini mengukur tiga tipe perfeksionisme yang dikemukakan oleh

Hewitt & Flett, 1991, yaitu:

Variabel ini akan menggunakan skala Likert, yaitu angka/skor 1

(sangat tidak setuju), angka/skor 2 (tidak setuju), angka/skor 3 (agak tidak

setuju), angka/skor 4 (netral), angka/skor 5 (agak setuju), angka/skor 6

(setuju) dan angka/skor 7 (sangat setuju).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

56

Tabel 1.

Persebaran Item Skala Multidimentional Perfectionism Scale

Dimensi

Perfeksionisme Item Proporsi Jumlah

Self Oriented

Perfectionism

1, 6, 8 12, 14, 15, 17,

20, 23, 28, 32, 34, 36,

40, 42

33.33 % 15

Other Oriented

Perfeksionis

2, 3, 4, 7, 10,16,19, 22,

24, 26, 27, 29, 38, 43,

45

33.33 % 15

Socially Prescribed

Perfectionism

5, 9, 11, 13, 18, 21,

25, 30, 31, 33, 35, 37,

39, 41, 44

33.33 % 15

b. Manajemen Konflik

Skala manajemen konflik diukur menggunakan skala manajemen

konflik yang disusun oleh peneliti berdasarkan gaya manajemen konflik.

Variabel manajemen konflik akan diukur menggunakan jenis

penskalaan subjek. Jenis penskalaan ini berorientasi pada subjek yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

57

bertujuan meletakkan individu-individu pada suatu kontinum penelitian

sehingga kedudukan relative individu menurut suatu atribut yang diukur

dapat diperoleh (Azwar, 2007).

Dalam proses pembuatan skala ini, peneliti melakukan survey

kecil kepada beberapa mahasiswa yang termasuk dalam katagori dewasa

awal dan sedang menjalani hubungan pacaran untuk menuliskan bentuk-

bentuk konflik yang sering terjadi dalam hubungan pacaran mereka. Dari

hasil survey tersebut peneliti mengelompokan konfllik-konflik yang

sering terjadi dan menjadikannya sebagai pedoman dalam membuat

pertanyaan skala manajemen konflik ini.

Bentuk dari skala ini berupa soal yang memiliki 3 pilihan A, B,

dan C yang masing-masing mewakili ketiga gaya manajemen konflik.

Peneliti juga melakukan pengacakan gaya manajemen konflik pada

pilihan A, B,C disetiap soal. Hal ini dilakukan untuk menghindari subjek

memilih jawaban yang sama pada setiap soal tanpa membacanya terlebih

dahulu. Penskoringan dilakukan dengan cara mengelompokan pilihan

subjek kedalam masing-masing gaya manajemen konflik. Selanjutnya,

peneliti akan memberi skor/nilai 1 pada jawaban yang dipilih oleh subjek

dan skor/nilai 0 pada jawaban yang tidak dipilih oleh subjek.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

58

Tabel 2.

Persebaran Item Skala Manajemen Konflik

Dimensi

Manajemen

Konflik

Item

Propo

rsi jumlah

Manajemen

Konflik Kooperatif

1a, 2b, 3c, 4b, 5a, 6c, 7b, 8c, 9a, 10a,

11c, 12b, 13c, 14b, 15a, 16b, 17a, 18c,

19b, 20c, 21a, 22a, 23a, 24c, 25c, 26b,

27b, 28a, 29c, 30b, 31b, 32c, 33c, 34b,

35a, 36a, 37a, 38a, 39c, 40b, 41b, 42a,

43b, 44a, 45a, 46c, 47c, 48b, 49b, 50b,

51c, 52c

Manajemen

Konflik

Nonkonfrontatif

1b, 2c, 3a, 4c, 5b, 6a, 7c, 8a, 9b, 10b,

11a, 12c, 13a, 14c, 15b, 16c, 17b, 18a,

19c, 20a, 21b, 22b, 23b, 24a, 25a, 26c,

27c, 28b, 29a, 30c, 31c, 32a, 33a, 34c,

35b, 36b, 37b, 38b, 39a, 40c, 41c, 42b,

43c, 44b, 45b, 46a, 47a, 48c, 49c, 50c,

51a, 52a

100%

(52

soal)

Manajemen

Konflik Kontrol

1c, 2a, 3b, 4a, 5c, 6b, 7a, 8b, 9c, 10c,

11b, 12a, 13b, 14a, 15c, 16a, 17c, 18b,

19a, 20b, 21c, 22c, 23c, 24b, 25b, 26a,

27a, 28c, 29b, 30a, 31a, 32b, 33b, 34a,

35b, 36b, 37b, 38b, 39b, 40a, 41a, 42c,

43a, 44c, 45c, 46b, 47b, 48a, 49a, 50a,

51b, 52b

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

59

F. Validitas dan Reliabilitas

1. Validitas

Validitas adalah kualitas esensial yang menunjukkan sejauh mana alat ukur

sungguh-sungguh mengukur atribut yang hendak diteliti (Supratiknya, 2014). Uji

validitas bertujuan untuk mengukur apakah pernyataan-pernyataan atau item-

item yang disajikan sudah dengan tepat mengukur konstrak atau apa yang ingin

diukur oleh peneliti (Santosa, 2014). Validitas dibedakan menjadi tiga, yaitu

validitas isi, validitas yang berorientasi pada kriteria, dan validitas konstruk.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan validitas isi. Validitas ini memiliki

kemampuan untuk menelaah isi tes terkait ketepatan konstruk dan relevansi isi

item-item (Supratiknya, 2014). Penelitian item-item pada alat ukur melalui

proses penilaian dengan menggunakan metode expert judgement, yang dalam hal

ini adalah dosen pembimbing (Azwar, 2012).

2. Seleksi Item

Dalam proses penskalaan diperlukan adanya seleksi item. Parameter yang

paling panting dalam seleksi item adalah daya diskriminasi item (daya beda).

Daya diskriminasi item adalah sejauh mana item yang digunakan oleh peneliti

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

60

dapat membedaan individu kedalam kelompok yang memiliki dan yang tidak

memiliki atribut yang diukur (Azwar, 2007).

Pengujian daya diskriminasi item menghendaki dilakukannya komputasi

koefisien korelasi yang akan menghasilkan koefisien korelasi aitem tptal (rix)

atau parameter daya beda aitem. Kriteria pemilihan item berdasar korelasi aitem

total, basanya digunakan batasan (rit) ≥ 0,30. Hal ini diartikan semua item yang

mencapai koefisien korelasi minimal 0,30 daya pembedanya dianggap

memuaskan. Item yang memiliki koefisien korelasi ≤ 0,30 dapat diartikan

sebagai item yang memiliki daya diskriminasi rendah. Namun, apalibila item

yang memiliki indeks daya diskriminasi = atau ≥ 0,30 tidak mencukupi masa

diperbolehkan untuk menurunkan sedikit batas kriteria menjadi 0,25 asalkan

tidak menurunkan batas kriteria rix dibawah 0,20.

a. Skala Perfeksionisme

Berdasarkan hasil uji coba yang dilakukan kepada 40 responden didapatkan

hasil bahwa pada skala perfeksionisme terdapat 41 item yang lolos seleksi

dari 45 item dengan koefisien korelasi item total (rix) ≥ 0,25. Dalam penelitian

ini peneliti tetap mempertahankan semua item. Adapun item yang tidak lolos

adalah item nomer 3, 21, 38, 43, item-item tersebut tersebar pada tipe other

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

61

oriented perfectionism (3, 38, 43) dan pada tipe socially priscribed

perfectionism (21). Distribusi item sebagai berikut :

Tabel 3

Blue print skala perfeksionisme

Dimensi

Perfeksionisme Favorable Unfavorable Jumlah

Self Oriented

Perfectionism

1, 6, 14, 15, 17, 20, 23,

28, 32, 40, 42

8, 12, 34,

36, 15

Other Oriented

Perfeksionis 7, 16, 22, 26, 27, 29

2,3,4,10,

19,24,38,43,

45

15

Socially Prescribed

Perfectionism

5, 11, 13, 18, 25, 31,

33, 35, 39, 41

9,21,30,

37,44 15

Total 27 18 45

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

62

b. Skala Manajemen Konflik

Berdasarkan hasil uji coba yang dilakukan kepada 40 responden didapatkan

hasil bahwa pada skala manajemen konflik terdapat 52 item yang lolos seleksi

dari 60 item dengan koefisien korelasi item total (rix) ≥ 0,30.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

63

Tabel 4

Blue Print Skala Manajemen Konflik Setelah Uji Coba

Item yang dicetak tebal dan bertanda * merupakan item-item yang gugur.

Pengguguran item tersebut sesuai dengan standar koefisien korelasi item total

Dimensi

Manajemen

Konflik

Item

Jumlah

Manajemen

Konflik Kooperatif

1a, 2c*, 3b, 4c, 5c*, 6a*, 7b, 8c, 9a,

10a, 11c, 12b, 13c, 14b, 15a, 16b, 17a,

18c, 19b, 20c, 21a, 22a, 23a, 24c, 25c,

26b, 27b, 28a, 29c, 30b, 31b, 32c, 33c,

34b, 35a, 36a, 37a, 38a, 39a*, 40b, 41b,

42a, 43b, 44a, 45a*, 46c*, 47c, 48b*,

49b, 50b, 51c, 52c, 53a, 54c, 55b, 56c,

57c, 58b, 59a, 60a

Manajemen

Konflik

Nonkonfrontatif

1b, 2b*, 3c, 4a, 5b*, 6c*, 7c, 8a, 9b,

10b, 11a, 12c, 13a, 14c, 15b, 16c, 17b,

18a, 19c, 20a, 21b, 22b, 23b, 24a, 25a,

26c, 27c, 28b, 29a, 30c, 31c, 32a, 33a,

34c, 35b, 36b, 37b, 38b, 39b*, 40c, 41c,

42b, 43c, 44b, 45b*, 46a*, 47a, 48c*,

49c, 50c, 51a, 52a, 53b, 54b, 55a, 56a,

57b, 58c, 59c, 60b

60 soal

Manajemen

Konflik Kontrol

1c, 2a*, 3a, 4b, 5a*, 6b*, 7a, 8b, 9c,

10c, 11b, 12a, 13b, 14a, 15c, 16a, 17c,

18b, 19a, 20b, 21c, 22c, 23c, 24b, 25b,

26a, 27a, 28c, 29b, 30a, 31a, 32b, 33b,

34a, 35b, 36b, 37b, 38b, 39c*, 40a, 41a,

42c, 43a, 44c, 45c*, 46b*, 47b, 48a*,

49a, 50a, 51b, 52b, 53c, 54a, 55c, 56b,

57a, 58a, 59b, 60c

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

64

yang (rit) ≥ 0,30. Setelah melalukan pengguguran, skala final manajemen

konflik sebagai berikut :

Tabel 5

Blue Print Skala Manajemen Konflik Setelah Penyesunan Ulang

Dimensi

Manajemen

Konflik

Item

Jumlah

Manajemen

Konflik Kooperatif

1a, 2b, 3c, 4b, 5a, 6c, 7b, 8c, 9a, 10a,

11c, 12b, 13c, 14b, 15a, 16b, 17a, 18c,

19b, 20c, 21a, 22a, 23a, 24c, 25c, 26b,

27b, 28a, 29c, 30b, 31b, 32c, 33c, 34b,

35a, 36a, 37a, 38a, 39c, 40b, 41b, 42a,

43b, 44a, 45a, 46c, 47c, 48b, 49b, 50b,

51c, 52c

Manajemen

Konflik

Nonkonfrontatif

1b, 2c, 3a, 4c, 5b, 6a, 7c, 8a, 9b, 10b,

11a, 12c, 13a, 14c, 15b, 16c, 17b, 18a,

19c, 20a, 21b, 22b, 23b, 24a, 25a, 26c,

27c, 28b, 29a, 30c, 31c, 32a, 33a, 34c,

35b, 36b, 37b, 38b, 39a, 40c, 41c, 42b,

43c, 44b, 45b, 46a, 47a, 48c, 49c, 50c,

51a, 52a

52soal

Manajemen

Konflik Kontrol

1c, 2a, 3b, 4a, 5c, 6b, 7a, 8b, 9c, 10c,

11b, 12a, 13b, 14a, 15c, 16a, 17c, 18b,

19a, 20b, 21c, 22c, 23c, 24b, 25b, 26a,

27a, 28c, 29b, 30a, 31a, 32b, 33b, 34a,

35b, 36b, 37b, 38b, 39b, 40a, 41a, 42c,

43a, 44c, 45c, 46b, 47b, 48a, 49a, 50a,

51b, 52b

Total 52 soal

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

65

3. Reliabilitas

Reliabilitas adalah ketepatan pengukuran tanpa menghiraukan atribut apa

yang diukur (Nunnally, 1974 dalam Supratiknya, 2014). Koefisien reliabilitas

berada pada rentang 0,00 sampai 1,00. Semakin mendekati nilai 1,00 maka

reliabilitasnya dinyatakan semakin baik, begitu pula sebaliknya (Supratiknya,

2014). Nilai koefisien alpha cronbach dinyatakan baik apabila memiliki skor

antara 0,60-0,75 dan nilai koefisien antara 0,75 -1,00 dianggap sangat baik

(Cicchetti, 1994).

a. Perfeksionisme

Skala perfeksionisme merupakan skala adaptasi. Oleh karena itu

penerjemahan skala ini menjadi hal yang dibutuhkan. Dalam proses

penerjemahan tersebut, peneliti menggunakan metode back translation.

Penerjemahan dengan metode back translation hingga uji coba skala

merupakan validitas isi dari skala ini. Penerjemahana dilakukan oleh orang

yang professional dalam bidangnya. Selanjutnya, beberapa orang yang

menguasai ilmu psikologi menerjemahkan kembali skala tersebut.

Hasil dari terjemahan tersebut dibandingkan dengan skala asli untuk

mendapatkan item terbaik. Skala juga disajikan kepada 5 orang dewasa awal

untuk mengetahui pemahaman dari sampel subjek. skala diuji coba pada

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

66

beberapa subjek dewasa awal dengan rentang usia 18-25 tahun. Hal ini

dilakukan untuk mengetahui pemahaman subjek terhadap item-item yang

ada dalam skala. Apabila kalimat kurang dipahami, maka peneliti

mendiskusikannya kembali dengan moderator supata kalimatnya mudah

dipahami.

Dalam hal realibilitas, skala asli Multidimensional Perfectionism Scale

(MPS) yang dikemukakan oleh Hewitt & Flett (1991) sesungguhnya sudah

menunjukan realibilitas yang baik, hal ini dapat dilihat dari skor Alpha

Cronbach yang memiliki nilai 0,88 pada self-oriented, 0,85 pada other-

oriented, dan 0,75 pada socially prescribed perfectionism.

Setelah diadaptasi dilakukan pengukuran realibilitas kembali pada

skala MPS. Pada pengukuran tersebut diketahui bahwa realibilitas pada

skala adaptasi juga memiliki realibilitas yang tergolong baik, yaitu 0,82

pada self-oriented, 0,62 pada other-oriented, dan 0,71 pada socially

prescribed perfectionism.

b. Manajemen Konflik

Validitas skala manajemen konflik yang digunakan yaitu validitas isi

(content validity). Validitas isi ditentukan oleh professional judgment dalam

proses menelaah (Azwar, 2007). Item-item dalam skala ini diperiksa terlebih

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

67

dahulu oleh professional judgment. Kemudian, peneliti membagikan skala ini

kepada lima orang yang memenuhi kriteria sebagai subjek untuk mengetahui

pemahaman subjek terhadap item-item yang disajikan dalam skala tersebut.

Dalam hal realibilitas, skala gaya manajemen konflik diuji dengan

pendekatan Alpha Cronbach. Skor yang diperoleh dari pengujian ini adalah

0,90 pada gaya manajemen konflik cooperative, 0,82 pada gaya manajemen

konflik nonconfrontation, dan 0,85 pada gaya manajemen konflik controlling.

Hal ini menjelaskan bahwa skala gaya manajemen konflik memiliki

realibilitas yang tergolong sangat baik.

G. Metode Analisis Data

1. Uji Asumsi

a. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data dari variable

penelitan terdistribusi dengan normal atau tidak. Jika taraf signifikansi lebih dari

0,05 (p>0.05) maka data yang diperoleh berdistribusi normal. Dalam analisis

data ini peneliti menggunakan Kolmogorov-Smirnov test dengan menggunakan

program SPSS 21.00 for windows (Santoso, 2015).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

68

b. Uji Linieritas

Uji linieritas digunakan untuk mengetahui apakah korelasi antar

variabel bersifat linier atau tidak. Uji linieritas perlu dilakukan karena teknik

produk momen dan turunannya cenderung melakukan underestimasi kekuatan

hubungan antara dua variabel apabila hubungannya tidak linier (Santoso, 2010).

Jika taraf signifikan lebih kecil dari 0,05 (p<0,05) maka dapat dikatakan bahwa

variable bebas dan variable tergatung memiliki hubungan linier sehingga dapat

diuji dengan statistika parametik. Sebaliknya, jika taraf signifikan lebih besar dari

0.05 (p>0,05) maka harus diuji dengan statistika nonparametrik (Santoso, 2010).

2. Uji Hipotesis

Pengujian hipotesis menggunakan Pearson apabila data terdistribusi

normal. Namun jika data yang diperoleh tidak normal maka digunakan pengujian

menggunakan statistika nonparametric, yaitu Spearman dengan SPSS 21.00 for

windows (Santoso, 2010).

H. Pelaksanaan Uji Coba

Penelitian ini terlebih dahulu melakukan uji coba skala atau tryout guna

melihat apakah item-item atau pernyataan-pernyataan dalam skala sudah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

69

memenuhi kriteria atau belum. Tryout dilakukan pada tanggal 14 November 2016

sampai dengan 30 November 2016. Peneliti menyebarkan 50 skala kepada subjek

penelitian. Namun, dari 50 skala yang dibagikan oleh peneliti, terdapat 10 skala

yang tidak kembali kepada peneliti. Sehingga subjek dalam tryout ini sebanyak 40

mahasiswa usia 18-25 tahun dan sedang menjalani hubungan pacaran minimal

selama 3 bulan.

Peneliti memberikan skala kepada subjek secara langsung. Dalam proses

pengisian skala, peneliti tidak menemani subjek saat mengisi skala tetapi

memberikan skala tersebut untuk diisi subjek dirumahnya. Hal ini dilakukan

untuk memberikan kenyamanan pada subjek agar tidak merasa sedang dinilai saat

mengisi skala yang berhubungan dengan relasi romantis mereka. Sehingga

diharapkan subjek akan lebih jujur dalam menjawab setiap pernyataan yang

tersedia.

Setelah data terkumpul, peneliti melakukan uji reliabilitas melalui SPSS

21.00 for windows. Berdasarkan uji coba tersebut, skala perfeksionisme memiliki

4 item yang gugur dari 45 item namun dengan berbagai pertimbangan dan ijin

dari expert judgement melalui dosen pengampu maka peneliti tetap menggunakan

keempat item tersebut dalam skala final. Pada skala manajemen konflik terdapat 8

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

70

item yang gugur dari 60 soal sehingga tersisa 52 soal yang digunakan pada skala

final.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

71

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. PELAKSANAAN PENELITIAN

Penelitian dilakukan pada tanggal 7 Desember 2016 sampai dengan 20

Desember 2016. Koesioner ini disebarkan secara online dengan google drive

dan disebarkan melalui line, whatsapp, dan e-mail. Hal ini juga dilakukan

agar memudahkan peneliti dalam mendapatkan subjek, selain itu juga

bertujuan untuk membuat subjek lebih leluasa dan tidak merasa dinilai oleh

peneliti saat mengisi skala. Dalam penyebarannya peneliti telah memberikan

kriteria tertulis yang harus dipenuhi oleh subjek sebelum mengisi skala

penelitian ini. Subjek dalam penelitian ini terdapat subjek sebanyak 101 yang

telah mengisi.

B. DESKRIPSI SUBJEK

Subjek penelitian ini berjumalah 101 orang. Semua subjek yang ada

telah memenuhi kriteria penelitian yang telah ditentukan, yaitu berusia 18-25

tahun yang sedang menjalin hubungan pacaran : berpacaran minimal selama 3

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

72

bulan. Berikut data mengenai demografis subjek penelitian dapat dilihat pada

tabel berikut :

Tabel 3

Tabel 6

Deskripsi usia subjek penelitian

Usia Jumlah Presentase

18 tahun 10 9.9%

19 tahun 6 5.9%

20 tahun 10 9.9%

21 tahun 31 30.7%

22 tahun 29 28.7%

23 tahun 9 8.9%

24 tahun 3 3.0%

25 tahun 3 3.0%

Jumlah usia terbanyak subjek penelitian, yaitu pada usia 21 tahun dengan

presentase 30,7%. Usia subjek terbanyak kedua, yaitu pada usia 22 tahun

dengan presentasi 28,7%. Selanjutnya, usia 18 dan 20 tahun merupakan

urutan ketiga usia subjek penelitian, diurutan keempat adalah usia 23 tahun

dengan presentase sebanyak 8,9%, pada urutan kelima yaitu usia 19 tahun

dengan presentase 5,9%. Di urutan keenam adalah usia 24 dan 25 tahun

dengan presentase 3.0%

Tabel 7

Deskripsi jenis kelamin subjek penelitian

Jenis Kelamin Jumlah Presentase

Laki-laki 17 16.8%

Perempuan 84 83.2%

Subjek pada penelitian ini terdiri dari 101 subjek dengan proporsi 16.8% laki-

laki dan 83,2% perempuan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

73

Tabel 8

Deskripsi lama subjek manjalani hubungan pacaran

Lama Jumlah Presentase

3 - 16 bulan 42 41.6%

17 - 46 bulan 41 40.6%

47 - 76 bulan 13 12.9%

77 - 98 bulan 5 5.0%

Sebanyak 41,6% subjek penelitian sudah menjalani hubungan pacaran selama

3 sampai dengan 16 bulan. Subjek yang telah menjalani hubungan pacaran

selama 17 sampai dengan 46 bulan sebanyak 40,6% dan sebanyak 12,9%

subjek penelitian sudah menjalani hubungan pacaran selama 47 sampai

dengan 76 bulan. Selanjutnya 5,0% subjek telah menajalani hubungan pacaran

selama 77 sampai dengan 98 bulan.

Tabel 9

Deskripsi status pacaran subjek penelitian

Status Jumlah Presentase

Tidak pacaran

jarak jauh

61 60.4%

Pacaran jarak jauh 40 39.6%

Subjek penelitian yang tidak menjalani hubungan jarak jauh sebanyak 60,4%

sedangkan subjek penelitian yang menjalani hubungan pacaran jarak jauh

sebanyak 39,6%.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

74

Tabel 10

Deskripsi data penelitian

Variabel N Min Max Mean SD

Perfeksionisme

self oriented

101 58 97 78.02 10.163

Perfeksionisme

other oriented

101 51 90 67.15 8.183

Perfeksionisme

socially

prescribed

101 33 88 67.13 8.983

Manajemen

konflik

cooperative

101 13 51 34.56 8.810

Manajemen

konflik

controlling

101 0 30 8.58 5.990

Manajemen

konflik non

confrontation

101 0 29 8.91 5.597

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

75

Tabel 11

Hasil Mean Teoritis dan Mean Empiris

Skala Mean Teoritis Mean Empiris SD Sig.

(2-tailed)

Perfeksionisme

self oriented

60 78.02 10.163 0.000

Perfeksionisme

other oriented

60 67.15 8.183 0.000

Perfeksionisme

socially

prescribed

60 67.13 8.983 0.000

Manajemen

konflik

cooperative

30 34.56 8.810 0.000

Manajemen

konflik

controlling

30 8.58 5.990 0.000

Manajemen

konflik non

confrontation

30 8.91 5.597 0.000

Pada tabel tersebut diketahui bahwa masing-masing dari perfeksionisme dan

manajemen konflik memiliki signifikansi sebesar 0,000. Hal ini menunjukan bahwa

terdapat perbedaan yang signifikan antara mean teoritis dan mean empiris. Dapat

dilihat pada ketiga tipe perfeksionisme, yaitu perfeksionisme self oriented,

perfeksionisme other oriented, dan perfeksionisme socially prescribed memiliki

mean empiris yang lebih besar dari mean teoritis. Hal ini mununjukan bahwa subjek

penelitian memiliki perfeksionisme perfeksionisme self oriented, perfeksionisme

other oriented, dan perfeksionisme socially prescribed yang cenderung tinggi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

76

Pada manjemen konflik juga dapat dilihat bahwa manajemen konflik

cooperative memiliki mean empiris yang lebih besar dari mean teoritis. Hal ini berarti

bahwa manajemen konflik cooperative cenderung tinggi. Sedangkan manajemen

konflik controlling, manajemen konflik non confrontation memiliki mean empiris

yang lebih rendah dari mean teoritis. Hal ini berarti bahwa manajemen konflik

controlling, manajemen konflik non confrontation yang cenderung rendah.

C. HASIL PENELITIAN

1. Uji Asumsi

a. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data dari variable

penelitan terdistribusi dengan normal atau tidak. Jika taraf signifikansi lebih dari

0,05 (p>0.05) maka data yang diperoleh berdistribusi normal. Dalam analisis data

ini peneliti menggunakan Kolmogorov-Smirnov test dengan menggunakan

program SPSS 21.00 for windows.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

77

Tabel 12

Hasil Uji Normalitas Skala Perfeksionisme dan Manajemen Konflik

Kolmogorov Smirnov

Statistic Df Sig

Self oriented .078 101 .137

Other oriented .050 101 .200

Socially

prescribed

.084 101 .074

Cooperative .074 101 .191

Controlling .139 101 .000

Non

confrontation

.139 101 .000

Dari hasil pengujian normalitas dengan teknik tersebut, didapatkan

nilai Kolmogoriv Smirnov pada perfeksionis self oriented sebesar 0,137, other

oriented sebesar 0.200, dan untuk socially prescribed sebesar 0,074.

Selanjutnya pada manajemen konflik cooperative didapatkan nilai sebesar

0,191, sedangkan pada manajemen konflik controlling dan manajemen

konflik non confrontative didapatkan nilai sebesar 0,000.

Dengan demikian, maka dapat disimpulkan bawa data yang

terdistribusi normal adalah pada skala perfeksionisme dan skala manajemen

konflik cooperative. Sedangkan pada manajemen konflik controlling dan

manajemen konflik nonconfrontative data yang didapat tidak terdistribusi

normal.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

78

b. Uji Linieritas

Uji linieritas digunakan untuk mengetahui apakah korelasi antar

variabel bersifat linier atau tidak. Jika taraf signifikan lebih kecil dari 0,05

(p<0,05) maka dapat dikatakan bahwa variable bebas dan variable tergatung

memiliki hubungan linier sehingga dapat diuji dengan statistika parametik.

Sebaliknya, jika taraf signifikan lebih besar dari 0.05 (p>0,05) maka harus

diuji dengan statistika nonparametrik.

Tabel 13

Hasil Uji Lineritas

ANOVA TABLE

F Sig.

cooperative *

self oriented

Between

Groups

(Combined) 1.868 .014

Linearity 5.745 .020

Deviation

from Linearity

1.763 .024

controlling *

other

oriented

Between

Groups

(Combined) 2.007 .008

Linearity 6.929 .010

Deviation

from Linearity

1.848 .018

Non

confrontation

* socially

prescribed

Between

Groups

(Combined) .848 .696

Linearity 7.610 .008

Deviation

from Linearity

.643 .917

Dari hasil tersebut, maka dapat dilihat bahwa perfeksionisme memiliki

hubungan linier dengan manajemen konflik. Hal ini tampak pada taraf

signifikansi (p) antara perfeksionisme self oriented dengan manajemen

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

79

konflik cooperative yang memiliki taraf sig (p) sebesar 0,020, perfeksionisme

other oriented dengan manajemen konflik controlling sebesar 0,010, dan

perfeksionisme socially priscribed dengan manajemen konflik

nonconfrontative sebesar 0,008.

c. Uji Hipotesis

Pengujian hipotesis menggunakan Pearson apabila data terdistribusi

normal. Namun jika data yang diperoleh tidak normal maka digunakan

pengujian menggunakan statistika nonparametric, yaitu Spearman dengan

SPSS 21.00 for windows.

Tabel 14

Hasil skor korelasi antara perfeksionis self oriented dengan manajemen

konflik cooperative

Correlations

Pearson Perfeksionisme

Self oriented

dengan

Manajemen

Konflik

Cooperative

Pearson

Correlation

.208*

Sig. (1-tailed) .019

N 101

*Correlation is significant at the 0.05 level (1-tailed).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

80

Tabel 15

Hasil skor korelasi antara perfeksionis other oriented, socially prescribed

dengan manajemen konflik controlling, non confrontation

Correlations

Perfeksionis

Other oriented

dengan

Manajemen

Konflik

Controlling

Correlation

Coefficient

.185*

Sig. (1-tailed) .032

N 101

Spearman’s rho

Perfeksionisme

socially

presribed

dengan

Manajemen

Konflik Non

confrontation

Correlation

Coefficient

.304**

Sig. (1-tailed) .001

N 101

Dari hasil yang diperoleh diketahui bahwa ada hubungan positif yang

signifikan antara perfeksionis self oriented dengan manajemen konflik

cooperative. Hal ini ditunjukan dengan skor korelasi antara perfeksionis self

oriented dengan manajemen konflik cooperative yang menunjukan angka

sebesar 0,208 dan skor signifikansi yang lebih kecil dari 0,05 (p<0,05) yaitu

sebesar 0,019. Hal tersebut menunjukan bahwa semakin tinggi perfeksionis

self oriented maka semakin tinggi pula tingkat penggunaan manajemen

konflik cooperative oleh individu dan sebaliknya.

Pada hasil antara perfeksionis other oriented dengan manajemen

konflik controlling diperoleh skor korelasi sebesar 0,185 dengan skor

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

81

signifikansi sebesar 0,032. Hal ini menunjukan bahwa terdapat hubungan

positif signifikan antara perfeksionisme other oriented dengan manajemen

konflik controlling. Dengan demikian, semakin tinggi perfeksionisme other

oriented pada individu maka semakin tinggi pula tingkat penggunakan

manajemen konflik controlling.

Adanya hubungan positif yang signifikan juga tampak pada

perfeksionisme socially precribed dengan manajemen konflik non

confrontation yang menunjukan angka korelasi sebesar 0,304 dan skor

signifikansi sebesar 0,001. Hal tersebut menunjukan bahwa semakin tinggi

perfeksionisme socially precribed maka semakin tinggi pula tingkat

penggunaan manajemen konflik non confrontation.

D. PEMBAHASAN

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, didapatkan hasil korelasi

antara kedua variabel perfeksionisme dengan manajemen konflik pada

individu dewasa awal yang berpacaran. Pemilihan manajemen konflik dalam

menangani konflik dalam hubungan pacaran pada dewasa awal dianggap

penting. Hal ini dikarenakan pada masa dewasa awal hubungan romantis

merupakan salah satu hal yang mempengaruhi perkembangan pada individu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

82

dewasa awal. Baik atau buruknya kualitas hubungan yang dijalani oleh

individu dewasa awal sangat berpengaruh pada pencapaian pembentukan rasa

identitas.

Dari penelitian ini didapatkan hasil bahwa ada hubungan positif yang

signifikan juga tampak pada perfeksionisme socially precribed dengan

manajemen konflik non confrontation yang menunjukan angka korelasi

sebesar 0,304 dan skor signifikansi sebesar 0,001. Hal tersebut menunjukan

bahwa semakin tinggi perfeksionisme socially precribed maka semakin tinggi

pula tingkat penggunaan manajemen konflik non confrontation pada individu.

Sebaliknya semakin rendah perfeksionisme socially prescribed maka semakin

rendah tingkat penggunaan manajemen konflik non confrontation.

Burns (1983) mengungkapkan bahwa individu socially prescribed

perfectionism memiliki kepercayaan untuk tidak boleh mengekspresikan

perasaaan negatif atau perasaan cemas dan depresi karena mereka takut diejek

oleh orang lain, sehingga mereka cenderung untuk mengontrol emosi mereka

dan memiliki pengungkapan emosi yang cenderung rendah (Gordon, L. Flett.,

Paul, L. Hewitt., & Tessa De Rosa, 1996). Hal ini akan membuat individu

perfeksionisme socially prescribed cenderung untuk memanajemen

konfliknya dengan gaya non confrontation. Orang yang menggunakan gaya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

83

ini tidak pernah memperlihatkan kemarahan mereka dan cenderung untuk

mengendalikan emosi mereka sehingga terlihat tidak responsif dengan

intensitas situasi, cepat setuju dengan orang lain untuk menghindari konflik,

dan mencoba untuk menghindari konfrontasi sebisa mungkin.

Sebuah penelitian tentang kemampuan penyesuaiaan diri dan

kemampuan sosial pada perfeksionis menemukan bahwa socially prescribed

perfectionism berasosiasi signifikan tinggi dengan perasaan sendiri, perasaan

malu/segan yang tinggi dan ketakutan akan evaluasi negatif, juga harga diri

sosial yang rendah. Hal ini membuat individu dengan socially prescribed

perfectionism yang tinggi memiliki pola respon untuk mengantisipasi kritikan

dari harapan orang lain yang tidak realistis dengan cara menarik diri

(withdrawn).

Dalam hubungan pacaran mengekspresikan perasaan merupakan

bagian dari keintiman. Sebuah hubungan akan mencapai keintiman emosional

manakala kedua pihak saling mengerti, terbuka, dan merasa bisa berbicara

mengenai apa pun juga tanpa merasa takut ditolak. Ketika individu tidak

mampu untuk mengekspresikan perasaaannya maka hal tersebut akan

menimbulkan permasalahan pada hubungan pacaran mereka. Ketika individu

yang menajalani hubungan pacaran memiliki manajemen konflik non

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

84

confrontation maka dimungkinkan hubungan yang dijalani menjadi kurang

baik. Hal ini karena masalah yang terjadi tidak benar-benar terselesaikan. Hal

ini diperkuat oleh Beebe (1996) yang menyatakan bahwa individu dengan

gaya manajemen konflik non confrontation ini selalu menyerah ketika

berhadapan dengan konflik. Hal ini dikarenakan mereka merasa tidak nyaman

dengan adanya konflik sehingga mereka memilih untuk menyerah sebelum

konflik meningkat (Beebe, Steven A, dkk, 1996).

Pada hasil korelasi antara perfeksionisme self oriented dengan

manajemen konflik cooperative menunjukan hasil korelasi sebesar 0,208 dan

skor signifikansi sebesar 0,019 dengan (p<0,05). Hal tersebut menunjukan

bahwa semakin tinggi perfeksionisme self oriented maka semakin tinggi pula

tingkat penggunaan manajemen konflik cooperative oleh individu dan

sebaliknya.

Dari penelitian ini didapatkan hasil bahwa perfeksionis self oriented

yang dimiliki seseorang memiliki hubungan dengan manajemen konflik

konstruktif yaitu manajemen konflik cooperative dalam menghadapi

permasalahan di dalam hubungan pacaran mereka. Hal ini didukung oleh

Hewit dan Flett yang menyatakan bahwa perfeksionisme self-oriented

memiliki potensi adaptif yang sehat, salah satunya adalah kemampuan sosial

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

85

individu perfeksionis self oriented dalam hal mengerti pesan nonverbal orang

lain dan kemampuan melibatkan orang lain dalam percakapan. Selain itu,

perfeksionisme self oriented juga memiliki kemampuan untuk menyesuaikan

diri ketika menghadapi masalah. Hal ini dapat menjadi kemampuan yang

positif dalam penyelesaian konflik dengan pasangan. Konflik sesungguhnya

dapat menguntungkan suatu hubungan ketika individu memanajemen konflik

yang ada dengan manajemen konflik konstruktif.

Perfeksionisme self oriented juga memiliki kemampuan berfikir secara

kostruktif dan memiliki kemampuan menyelesaikan masalah secara positif

(Dunkley ,David. M., Kirk, R. Blankstein., Jennifer, Halsall., Meredith,

Williams., & Gary Winkworth, 2000). Hal ini membuat individu

perfeksionisme self oriented cenderung untuk menggunakan gaya cooperative

dalam memanajemen konfliknya. Sehingga mereka cenderung berorientasi

pada orang lain dalam menyelesaikan konflik yang ada dan tidak hanya

berfokus pada dirinya sendiri. Mereka juga cenderung berusaha untuk

manjaga komunikasi tetap harmonis dan fokus pada kepentingan bersama

dalam menyelesaikan konflik dengan pasangannya.

Hal ini dapat terjadi karena seseorang dengan perfeksionisme self

oriented memiliki kemampuan menyesuaikan diri saat menghadapi masalah.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

86

Selain itu, kamampuan belajar yang dimiliki oleh individu perfeksionisme self

oriented membantu ia dalam membuat penilaian ketika menghadapi masalah

sehingga dapat mencari solusi yang menguntungkan kedua belah pihak

dengan melihat berbagai pilihan solusi dalam memecahkan masalah. Hal ini

juga juga diperkuat dengan pernyataan Pierce dkk (1997) bahwa individu

dengan perfeksionisme self oriented memiliki kemampuan dalam membangun

dan mempertahankan hubungan (Williams, Meredith, Gary W, 2000).

Dengan demikian, pengelolaan konflik dapat berjalan dengan baik sehingga

dapat berpengaruh baik pada pengembangan pribadi dan membuat seseorang

lebih memahami diri sendiri dan orang lain (Wood,2007).

Hasil lain dari penelitian ini juga memperlihatkan bahwa ada

hubungan positif antara perfeksionisme interpersonal, yaitu other oriented

perfectionism dengan manajemen konflik controlling. Penelitian ini

menunjukan bahwa perfeksionisme interpersonal, yaitu perfeksionisme other

oriented memiliki hubungan dengan manajemen konflik destruktif.

Manajemen konflik yang destruktif dapat menyebabkan rusaknya suatu

hubungan (Supratiknya, 1995). Hal ini juga didukung oleh sebuah penelitian

yang menyatakan bahwa other oriented perfectionism juga berasosiasi dengan

penyesuaian psikososial yang buruk (Stoeber, Joachim, 2012).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

87

Adanya penyesuaian psikososial yang buruk membuat individu

perfeksionis dikaitkan dengan berbagai perilaku interpersonal yang mungkin

dapat mempengaruhi kualitas hubungan yang dibangun dan diperlihara oleh

individu perfeksionis (Flett, Gordon L, 2003). Pada penelitian lainnya yang

melibatkan 58 pasangan mahasiswa memberikan hasil bahwa individu yang

memiliki harapan-harapan perfeksionisme pada pasangan mereka memiliki

kualitas hubungan yang rendah dibandingkan dengan individu yang tidak

memiliki harapan perfeksionis pada pasangannya (Arcuri Anna, 2013).

Adanya hubungan positif signifikan antara perfeksionisme other

oriented dengan manajemen konflik controlling dengan skor signifikansi

sebesar 0,032 dengan (p<0,05) menunjukan arti bahwa semakin tinggi

perfeksionis other oriented pada individu maka semakin tinggi pula tingkat

penggunakan manajemen konflik controlling. Sebaliknya semakin rendah

perfeksionis other oriented pada individu maka semakin rendah pula tingkat

penggunakan manajemen konflik controlling.

Individu dengan perfeksionisme other oriented akan cenderung untuk

menuntut orang lain memenuhi standar-standarnya. Selain itu, ia juga

memiliki perhatian berlebihan terhadap kesalahan orang lain, dan

mengevaluasi orang lain juga bereaksi berlebihan pada kegagalan orang lain

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

88

(Paul, L. Hewitt., Goldon, L. Flett., Wendy, Turnbull Donovan., & Samuel, F.

Mikail, 1991). Hal ini membuat individu tersebut cenderung mengelola

konflik mereka dengan gaya controlling, yaitu mendominasi orang lain dan

membuat keputusan berdasarkan atas penilaiannya sendiri.

Keinginan untuk mengevaluasi orang lain dan bereaksi berlebihan

pada kegagalan orang lain juga menyebabkan mereka umumnya

memanajemen konfliknya dengan berpatokan pada solusi yang membenarkan

satu pihak dan membuat pihak lain salah (win-lose solution). Hal ini akan

membuat hubungan mereka menjadi bermasalah, seperti dinyatakan pada

sebuah penelitian yang melibatkan 116 mahasiswa ditemukan bahwa pacaran

pada individu perfeksionisme memiliki tingkat kepuasan hubungan yang

rendah pada dirinya dan pasangannya. Hal ini juga menyebabkan tingkat

komitmen yang rendah dalam hubungan pacaran mereka (Stober, Joachim,

2012). Selain itu, adanya kekhawatiran terhadap evaluasi pada individu

perfeksionis membuat dirinya memiliki masalah kepercayaan dan kepedulian,

(Dunkley ,David. M, 2000). Other oriented perfectionism juga

memperlihatkan tendensi yang stabil untuk menuntut orang lain dan

permusuhan pada orang lain. Hal ini membuat mereka memiliki keinginan

untuk menang dalam suatu konflik dan hanya fokus pada dirinya sendiri

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

89

sehingga mereka mengabaikan perasaan ataupun pendapat dari orang lain

dalam menyelesaikan konflik yang ada. Orang dengan gaya manajemen

konflik ini seringkali menyalahkan orang lain atau memilih mengabaikannya

daripada bertanggungjawab terhadap konflik (Beebe, Steven A, dkk, 1996).

Hal ini membuat tipe perfeksionisme other oriented memiliki banyak konflik

dalam hubungan interpersonal (Flett, Gordon. L., Paul, L. Hewitt., Brenley,

Shapiro., & Jill Rayman, 2001). Adanya hal tersebut juga mempengaruhi

penyesuaian diri dan dukungan yang rendah antar pasangan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

90

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dibahas tentang hubungan

perfeksionisme dengan manajemen konflik pada dewasa awal yang menjalin

relasi romantis maka didapatkan kesimpulan sebagai berikut :

a. Ada hubungan positif signifikan antara perfeksionisme self

oriented dengan manajemen konflik cooperative. Hal tersebut

menunjukan bahwa semakin tinggi perfeksionis self oriented maka

semakin tinggi pula tingkat penggunaan manajemen konflik

cooperative oleh individu dan sebaliknya.

b. Adanya hubungan positif signifikan antara perfeksionisme other

oriented dengan manajemen konflik controlling. Hal tersebut

menunjukan bahwa semakin tinggi perfeksionis other oriented

pada individu maka semakin tinggi pula tingkat penggunakan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

91

manajemen konflik controlling. Sebaliknya semakin rendah

perfeksionis other oriented pada individu maka semakin rendah

pula tingkat penggunakan manajemen konflik controlling.

c. Adanya hubungan positif yang signifikan juga tampak pada

perfeksionisme socially precribed dengan manajemen konflik non

confrontation. Hal tersebut menunjukan bahwa semakin tinggi

perfeksionisme socially precribed maka semakin tinggi pula

tingkat penggunaan manajemen konflik non confrontation pada

individu. Sebaliknya semakin rendah perfeksionisme socially

prescribed maka semakin rendah tingkat penggunaan manajemen

konflik non confrontation.

B. Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti menyadari bahwa terdapat beberapa

keterbatasan, yaitu dalam membuat skala manajemen konflik jumlah soal

yang diberikan terlalu banyak sehingga membuat subjek jenuh saat

mengerjakannya. Hal ini juga menjadi hal yang sering kali dikeluhkan oleh

beberapa subjek dalam mengerjakan skala manajemen konflik.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

92

C. Saran

1. bagi penelitian yang akan datang :

a. Peneliti selanjutnya diharapkan untuk meneliti dengan berbagai

permasalahan yang terkait dalam hubungan pacaran dengan

perfeksionisme karena penelitian tentang perfeksionis dalam hubungan

pacaran di Indonesia masih sangat sedikit.

b. Dalam pembuatan skala sebaiknya para peneliti selanjutnya dapat

memperhatikan jumlah item dalam pembuatan alat ukur supaya tidak

terlalu banyak.

2. Bagi individu perfeksionis yang menjalin hubungan romantis

a. Individu yang memiliki kecenderungan perfeksionisme diharapkan untuk

memperhatikan manajemen konflik yang digunakan dalam mengatasi

konflik yang ada dalam hubungannya dengan cara konstruktif sehingga

hubungan tersebut dapat terjaga/terjalin dengan baik.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

93

DAFTAR PUSTAKA

Aditomo, Anindito., & Sofia, Retnowati. (2004). Perfeksionisme, harga diri, dan

kecenderungan depresi pada remaja akhir. Jurnal Psikologi, 1, 1 – 14

A.M.P, Monks F.J., Knoers., & Siti, Rahayu H. (1989). Psikologi perkembangan :

pengantar dalam berbagai bagiannya. Yogyakarta, Gajah Mada University

Press.

Arcuri, Anna. (2013). Dyadic perfectionism, communication patterns and relationship

quality in couples. Electronic Theses and Dissertations.

Aswar, Saifuddin. (2007). Penyusunan skala psikologi. Yogyakarta, Pustaka Pelajar.

Chandra, Robby I. (1992). Konflik dalam hidup sehari-hari. Yogyakarta, Kanisius.

Beebe, Steven. A., Susan J. Beebe., Mark V. Redmond. (1996). Interpersonal

communication : relating to others. Needham Height, Simon & Schuster

Company.

Braiker, H., & Kelley, H. H. (1979). Conflict in the development of close

relationships. In R. L. Burgess & T. L. Huston (Eds.), Social exchange in

developing relationships. New York: Academic.

Brandenberger, Amanda, J. (2001). Relationship conflict : the good and the ugly.

Advences in Communication Theory & Research.

Cicchetti, Domenic V. (1994). Guidelines, Criteria, and Rules of Thumb for

Evaluating Normed and Standarduzed Assessment Instruments in Psychology.

Psychological Assessment, 6 (4), 284-290.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

94

Detik news. 2011. Tingkat Perceraian di Indonesia Meningkat.

http://news.detik.com/berita/1696402/tingkat-perceraian-di-indonesia-

meningkat. Diakses 10 Februari 2017.

Dunkley, David M., Tobey, Mandel., & Denise Ma. (2014). Perfectionism,

neuroticism, and daily stress reactivity and coping effectiveness 6 months and

3 years later. Journal of Counseling Psychology, 61, 616–633.

Dunkley ,David. M., Kirk, R. Blankstein., Jennifer, Halsall., Meredith, Williams., &

Gary Winkworth. (2000). The relation between perfectionism and distress :

daily stress. coping, and perceived social support as mediators and

moderators. Journal of Counseling Psychology. 47, 437-453.

Fellicia, F., Elvinawaty, R., & Hartini, S. (2014). Kecenderungan pembelian

kompulsif: Peran perfeksionisme dan gaya hidup hedonisme. Psikologia, 9(3),

103-112.

Flett, Gordon. L., Paul, L. Hewitt., Brenley, Shapiro., & Jill Rayman. (2001).

Perfectionism, beliefs, and adjustment in dating relationships. Current

Psychology : Development. 20, 289-311.

Fletcher, Garth, J., Geoff, Thomas., Jefry, A. Simpson. (2000). Ideals, perceptions,

and evaluatins in early relationship development. Journal of Personality and

Social Psychology, 79, 933-940.

Fox, Anne. (2009). Mengendalian konflik. Surabaya, Selaras Surabaya Publishing.

Gordon, L. Flett., Paul, L. Hewitt., & Tessa De Rosa. (1996). Dimensions of

perfectionism, psychosocial adjustment, and social skills. Personality

Individual Differences, 20, 143-150.

Ibrahim, Yuliani., Jamaluddin, Idris., & Nasir, Usman. (2012). Manajemen konflik

dalam peningkatan Produktivitas di akademi kebidanan Muhammadiyah

Banda aceh. Jurnal Administrasi Pendidikan Pascasarjana Universitas Syiah

Kuala, 1, 70- 81.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

95

John W Santrock. (2012). Life-Span Development Perkembangan Masa-Hidup.

Jakarta, Erlangga.

John, W Santrock. (2003). Adolescence Perkembangan Remaja. Jakarta. Erlangga.

Kurdek, Lawrence A. (1994). Conflict resolution styles in gay, lesbian, heterosexual

nonparent, and heterosexual perent couples. Journal of Marriage and the

Family, 705-722.

Mackinnon, Sean .P., Simon, B. Sherry., Martin, M. Antony., Sherry, H. Stewart.,

Dayna, L. Sherry., Nikola Hartling. (2012). Caught in a bad romance:

perfectionism, conflict, and depression in romantic relationships. Journal of

Family Psychology. 26, 215–225.

Mee, Foo Fatt., Siti, Aishah Hassan., Maznah, Baba., Mansor, Abu Talib., Noor,

Syamilah Zakaria. (2015). Relationship between Perfectionism and Marital

Satisfaction among Graduate Students. International Journal of Education

and Research.3.

Michelle, Haring., & Paul, L. Hewitt. (2003). Perfectionism, coping, and quality of

intimate relationships. Journal of Marriage and Family, 65, 143-158.

Narimawati, Umi., Dan Munandar, Dadang. (2008). Teknik Sampling : Teori dan

prakik dengan SPSS 15. Yogyajakarta. Gava Media.

Papalia, Diane, E., dkk. (2008). Human Development Psikologi perkembangan.

Jakarta. Prenada Media group.

Papilia, Diane. E., Sally Wendkos. O., & Ruth, Duskin. F. (2009). Human

development : perkembangan manusia. Jakarta, Salemba Humanika.

Papalia, E. D. dan Feldman, R. T. (2014). Meyelami Perkembangan Manusia :

Experience Human Development. Jakarta. Salemba Humanika.

Paul, L. Hewitt., Goldon, L. Flett., Wendy, Turnbull Donovan., & Samuel, F. Mikail.

(1991). The multidimensional Perfectionism Scale : Reliability validity, and

psychometric properties in psychiatric samples. Journal of Consulting

Clinical Psychology, 3, 464-468.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

96

Paul, L. Hewitt., & Goldon, L. Flett. (1991). Perfectionism in the self and social

contexts: Conceptualization, assessment, and association with

psychopathology. Journal of Personality and Social Psychology, 60, 456-470.

Paul, L. Hewitt., & Goldon, L. Flett. (1991). Dimensions of perfectionism in unipolar

depression. Journal of Abnormal Psychology, 1, 98-101.

Pranungsari, Dessy. (2010). Kecenderungan dan perfeksionisme pada anak gifted

dikelas ekselerasi. Humanitas. 7.

Purwanto, E. A., dan Dyah, R. S. (2007). Metode Penelitian Kuantitatif untuk

Administrasi Publik dan Masalah-masalah Sosial. Gava Media. Yogyakarta.

Santoso, Agung. (2010). Statistika untuk psikologi : dari blog menjadi buku.

Yogyakarta, Penerbit Universitas Sanata Dharma.

Santrock, John W. (2011). Perkembangan Anak Edisi 7 Jilid 2. (Terjemahan: Sarah

Genis B) Jakarta: Erlangga.

Sarwono Jonathan. (2006). Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif. Yogyakarta,

Graha Ilmu.

Sumanto. (2014). Psikologi Perkembangan (Fungsi dan Teori). Jakarta, PT Buku

Seru.

Supratiknya, A. (1995). Komunikasi antarprigooi. Yogyakarta, Kanisius.

Supratiknya, A. (2014). Pengukuran psikologi. Yogyakarta, Universitas Sanata

Dharma

Stober, Joachim. (1998). The fost multidimensional perfectionism scale revisited :

more perfectionism with four (intead of six) dimensions. Personality and

Individual Differences, 24 (4), 481-491.

Stoeber, J. (2012). Dyadic perfectionism in romantic relationships: Predicting

relationship satisfaction and longterm commitment. Personality and

Individual Differences, 53(3), 300-305.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

97

Sugiyono, Prof. Dr. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.

Bandung, Alfabeta.

Weber, Marla, Reese. (2015). Intimacy, communication, and aggressive behaviors :

variations by phases of romantic relationship development. Journal of

Personal Relationships.

Winardi. (1994). Manajemen konflik : konflik perubahan dan pengembangan.

Bandung, Mandar Maju.

Wood, Julia T. (2007). Interpersonal communication encounters. United State Of

America, Thomson Higher Education.

Wirawan. (2010). Konflik dan Manajemen Konflik : Teori, aplikasi, dan penelitian.

Jakarta, Selemba Humanika.

Taylor Shelley E., et al. (2009). Psikologi Sosial edisi kedua Belas. Jakarta, Kencana.

Mardianto, Adi., Koentjoro., & Esti hayu purnamaningsih. (2000). Penggunaan

manajemen konflik Ditinjau dari status keikutsertaan dalam mengikuti

kegiatan pecinta alam di universitas gadjah mada Yogyakarta. Jurnal

Psikologi, 2, 111 – 119.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

98

LAMPIRAN 1

Skala Perfeksionisme

SKALA PENELITIAN

Penjelasan dan Pernyataan Kesediaan

Perkenalkan, saya adalah Agatha Asih Widiningrum, mahasiswa dari Fakultas

Psikologi Universitas Sanata Dharma. Saya ingin lebih memahami dinamika pengalaman

dalam relasi romantis. Untuk itu kami meminta partisipasi teman-teman untuk mengisi angket

yang telah kami siapkan ini. Jika teman-teman mengisi angket ini, maka teman-teman

memberikan sumbangsih pada pemahaman tentang relasi romantis saat ini.

Informasi yang teman-teman berikan menjadi informasi yang berharga apabila teman-

teman memberikan jawaban yang jujur, spontan, dan apa adanya. Tidak ada jawaban yang

benar atau salah dalam pengisian angket ini. Semua jawaban yang diberikan teman-teman

adalah jawaban yang baik dan benar apabila teman-teman mengerjakan sesuai dengan

keadaan teman-teman yang sesungguhnya. Kami sangat memahami bahwa informasi yang

teman-teman berikan mungkin bersifat pribadi dan sangat privasi, oleh karena itu kami

menjaga kerahasiaan jawaban teman-teman. Angket ini bersifat anonim atau tanpa nama

sehingga kami tidak mengetahui identitas teman-teman.

Kami sangat berterima kasih apabila teman-teman bersedia untuk membaca dan

mengisi setiap pernyataan yang ada dalam skala ini sesuai dengan keadaan dan kondisi

sesungguhnya teman-teman saat ini. Tidak ada jawaban benar ataupun salah, baik ataupun

buruk dalam pengisian skala ini. Semua jawaban yang diberikan teman-teman adalah

jawaban yang baik dan benar apabila teman-teman mengerjakan sesuai dengan keadaan

teman-teman yang sesungguhnya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

99

Jika teman-teman sudah jelas dengan penjelasan kami, dan bersedia mengisi angket,

silakan teman-teman memberikan tanda tangan sebagai tanda persetujuan bahwa kalian

bersedia mengisi angket ini.

_______________________________________________________________

Saya telah membaca dan memahami penjelasan tentang pengisian angket ini, dan saya

bersedia mengisi angket ini.

Ttd,

IDENTITAS

Inisial : ....................

Usia : .................... tahun

Jenis Kelamin : L / P (lingkari jawaban yang betul)

Suku : ..........................

Berapa lama kamu telah berpacaran?

…………………………….

Apakah hubunganmu dengan pasanganmu termasuk pacaran jarak jauh?

a. YA

b. TIDAK

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

100

BAGIAN 1

Di bawah ini, ada beberapa pernyataan yang teman-teman alami dalam kehidupan. Silahkan

baca dan perhatikan pernyataan-pernyataan di bawah ini dengan seksama dan berilah tanda

silang (X) pada kolom yang berada di sebelah kanan pernyataan sesuai dengan keadaan

teman-teman yang sesungguhnya.

STS : Sangat Tidak Setuju

TS : Tidak Setuju

ATS : Agak Tidak Setuju

N : Netral

AS : Agak Setuju

S : Setuju

SS : Sangat Setuju

Di bawah ini adalah contoh pernyataan dan contoh jawabannya:

No. PERNYATAAN STS TS ATS N AS S SS

1. Ketika saya mengerjakan sesuatu, saya tidak

bisa bersantai sampai hal tersebut selesai

dengan sempurna.

X

Mohon jawab setiap pernyataan yang ada pada angket ini dan jangan sampai ada yang

terlewatkan. Jawaban yang diharapkan adalah jawaban yang sesuai dengan keadaan dan

kondisi teman-teman yang sesungguhnya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

101

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

102

No. PERNYATAAN STS TS ATS N AS S SS

1. Saya tidak bisa bersantai sebelum hal yang

saya kerjakan selesai dengan sempurna

2. Saya tidak akan mengkritik seseorang yang

gampang menyerah.

3. Bukan merupakan hal yang penting jika

orang-orang yang dekat dengan saya sukses.

4. Ketika teman saya tidak berusaha

mengerjakan sesuatu sebaik mungkin maka

saya tidak akan mengomentari dan

mengkritiknya

5. Saya merasa kesulitan memenuhi harapan

yang orang lain inginkan dari diri saya

6. Salah satu tujuan saya adalah untuk menjadi

sempurna dalam segala hal yang saya

lakukan.

7. Segala hal yang dilakukan orang lain harus

sempurna

8. Dalam pekerjaan saya tidak pernah ingin

sempurna

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

103

9. Orang-orang tidak mempermasalahkan

ketika saya membuat kesalahan

10. Tidak masalah ketika seseorang yang dekat

dengan saya tidak melakukan yang terbaik.

11. Jika saya mengerjakan sesuatu dengan baik

maka oranglain akan menuntut saya lebih

banyak

12. Saya jarang merasakan kebutuhan untuk

menjadi sempurna.

13. Apa pun yang saya lakukan yang kurang

dari sempurna akan terlihat seperti pekerjaan

yang buruk oleh orang-orang di sekitar saya.

14. Saya berusaha untuk menjadi sesempurna

yang saya bisa.

15. Sangatlah penting bahwa saya sempurna

dalam segala hal yang saya coba.

16. Saya memiliki harapan yang tinggi untuk

orang-orang yang penting bagi saya.

17. Saya berusaha untuk melakukan segala hal

sesempurna mungkin

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

104

18. Orang-orang di sekitar saya mengharapkan

saya untuk sukses di segala sesuatu yang

saya lakukan.

19. Saya tidak mengharapkan orang-orang

disekitar saya selalu melakukan segala

sesuatu dengan sangat baik

20. Saya menuntut kesempurnaan dari diri saya

21. Orang lain akan menyukai saya bahkan jika

saya tidak unggul dalam segalanya.

22. Saya tidak suka berurusan dengan orang

yang tidak mau memperbaiki dirinya

23. Saya merasa tidak nyaman ketika melihat

kesalahan di dalam pekerjaan saya.

24. Saya tidak mengharapkan teman-teman saya

untuk menjadi yang terbaik dalam banyak

hal

25. Saya merasa sukses ketika pekerjaan saya

berhasil menyenangkan orang lain

26. Jika saya meminta seseorang untuk

melakukan sesuatu, saya berharap hal

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

105

tersebut dilakukan dengan sempurna.

27. Saya tidak tahan melihat orang-orang yang

dekat dengan saya membuat kesalahan.

28. Saya perfeksionis dalam menetapkan tujuan

saya.

29. Orang-orang yang berarti untuk saya

seharusnya tidak pernah mengecewakan

saya.

30. Walaupun saya tidak sukses, orang lain akan

berfikir saya baik-baik saja

31. Saya merasa bahwa orang-orang terlalu

menuntut saya.

32. Saya harus bekerja sebaik mungkin setiap

saat.

33. Saya merasa orang lain akan sangat marah

pada saya ketika saya membuat kesalahan

34. Saya tidak harus menjadi yang terbaik di

dalam apa pun yang saya lakukan.

35. Keluarga saya mengharapkan saya untuk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

106

selalu menjadi yang terbaik

36. Saya tidak memiliki cita-cita yang sangat

tinggi untuk diri saya

37. Orang tua saya tidak mengharapkan saya

untuk selalu unggul dalam segala hal

38. Saya tidak masalah bergaul dengan orang-

orang yang tidak selalu unggul dalam

banyak hal

39. Orang-orang mengharapkan kesempurnaan

dari saya.

40. Saya menetapkan standar yang sangat tinggi

untuk diri sendiri.

41. Orang-orang mengharapkan lebih dari yang

saya mampu.

42. Saya harus selalu sukses di sekolah atau

dalam pekerjaan.

43. Tidak masalah bagi saya ketika teman dekat

saya tidak mencoba sebaik yang mereka

bisa.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

107

44. Saya merasa orang-orang masih

menganggap saya kompeten walaupun saya

membuat kesalahan

45. Saya jarang mengharapkan orang lain untuk

unggul dalam apa pun yang mereka lakukan.

Silahkan periksa kembali jawaban teman-teman, jangan sampai ada yang terlewat.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

108

LAMPIRAN 2

Skala Manajemen Konflik pada Dewasa Awal Berpacaran

BAGIAN 2

Berikut ini ada beberapa pernyataan mengenai penyelesaian masalah dalam hubungan

berpacaran.

Anda diminta untuk memilih salah satu jawaban dari tiap pernyataan dengan cara

memberikan tanda silang (X) pada jawaban yang menurut teman-teman paling sesuai

atau mendekati keadaan teman-teman. Dalam hal ini tidak ada penilaian baik dan

buruk, serta tidak ada jawaban benar dan salah. Silahkan memberikan jawaban untuk

setiap pernyataan dan jangan sampai ada yang terlewat. Kami sangat menghargai kejujuran

dan keterbukaan anda.

Dibawah ini adalah contoh pernyataan dan jawaban

Ketika kamu ingin pergi ketempat makan A tetapi pasanganmu ingin ke tempat

makan B maka kamu akan...

A. Memilih tempat makan yang mendekati keinginan kita berdua

B. Mengikuti pilihan pasangan

C. Mengajak pasangan untuk ke tempat makan pilihan saya

Mohon menjawab setiap pernyataan yang ada pada angket ini dan jangan sampai ada yang

terlewatkan. Jawaban yang diharapkan adalah jawaban yang sesuai dengan keadaan dan

kondisi teman-teman yang sesungguhnya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

109

1. Ketika kamu ingin pergi ketempat makan A tetapi pasanganmu ingin ke tempat

makan B maka kamu akan...

A. Memilih tempat makan yang mendekati keinginan kita berdua

B. Mengikuti pilihan pasangan

C. Mengajak pasangan untuk ke tempat makan pilihan saya

2. Ketika pasangan saya terlalu sibuk dengan kegiatannya dan tidak memiliki waktu

untuk saya, maka saya akan....

A. Memintanya untuk mengurangi kegiatannya jika tidak ingin bertengkar terus

menerus karena hal tersebut hingga merusak hubungan kami

B. Mencoba mengatasinya dengan mencari solusi yang tidak merugikan kami

berdua

C. Mencoba mengatasinya dengan mengalah dan mengerti keadaannya

3. Ketika pasangan saya salah paham dengan saya sehingga ia menjadi marah pada saya,

maka saya akan....

A. meminta maaf terlebih dahulu agar pasangan saya lebih tenang lalu

menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi

B. menjelaskan kesalahpahaman tersebut dan menyalahkan pasangan karena

marah sebelum mendengarkan penjelasan saya

C. Memahami kenapa pasangan bersikap seperti itu dan menjelaskan apa yang

sebenarnya terjadi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

110

4. Saat saya sedang sangat membutuhkan pasangan saya, namun ia tidak dapat

menemani saya, maka saya akan...

A. Meminta secara terus menerus hingga ia mau menemani saya

B. Saling mengungkapkan alasan kami terkait keiginan saya dan ketidakbisaan ia

tanpa membahas masalah lain yang tidak terkait hal ini

C. Memilih tidak banyak berkomentar pada penolakannya supaya kami tidak

berdebat panjang tentang hal tersebut

5. Saat pendapat saya dan pasangan berbeda dalam menyelesaikan suatu permasalahan,

maka saya akan....

A. Mendiskusikan perbedaan tersebut hingga kami sepakat memilih sebuah solusi

untuk menyelesaikan permasalah kami

B. Membiarkan pasangan yang memilih solusi dari masalah kami dan berusaha

menyesuaikan diri dengan pemikiran pasangan saya

C. Berusaha untuk membuat pasangan saya menyetujui pendapat saya karena

solusi yang saya pilih lebih tepat untuk menyelsaikan masalah yang ada

6. Saat pasangan saya bersikukuh pada keinginannya dan tidak mau mendengarkan

pendapat saya, maka saya akan....

A. Berusaha untuk diam sehingga tidak menimbulkan konflik yang lebih besar

B. Mencari solusi yang terbaik dan menyakinkan pasangan untuk menggunakan

solusi yang telah saya buat

C. Mencari solusi bersama yang sekiranya tidak menyakiti perasaan saya dan

pasangan saya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

111

7. Ketika pasangan saya bertemu dengan mantan pacarnya tanpa sepengetahuan saya,

maka saya akan.....

A. Memintanya berjanji untuk tidak akan menyulanginya lagi jika tidak maka

saya akan meminta putus dengannya

B. Mencari solusi yang berfokus pada hubungan kami tanpa membahas

kesalahan-kesalahan yang yang pernah pasangan saya lakukan sebelumnya

C. Menanyakan padanya tetapi saat ia menjadi sangat marah maka saya akan

mengalah

8. Ketika saya mengetahui bahwa pasangan saya sering pergi bersama dengan salah satu

teman lawan jenisnya yang tidak saya sukai, maka saya akan....

A. Menunda untuk membicarakan hal tersebut karena malas bertengkar dengan

pasangan saya

B. Melarang pasangan untuk tidak pergi lagi dengan temannya tersebut

C. Mendiskusikan tanpa menyinggung tentang permasalahan lainnya

9. Ketika saya merasa salah satu sifat pasangan mengganggu saya, maka yang saya

lakukan adalah....

A. Menyampaikan keluh kesah tanpa membuat penilaian

B. Tidak mempermasalahkan hal tersebut

C. Menyuruhnya untuk berubah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

112

10. Saya mendapati pasangan saya berbohong pada saya bahwa ia sedang berada di

rumahnya padahal saat saya berkunjung ke rumahnya ia tidak ada disana, lalu saya

akan...

A. Mencoba bersikap tenang dan menanyakan alasan kebohongannya juga

mencari solusi bersama untuk hal tersebut

B. Menunda membicarakan hal tersebut hingga emosi saya mereda

C. Langsung menghubunginya dan menyatakan kebohongannya sehingga ia

merasa bersalah kepada saya

11. Ketika pasangan saya selalu melibatkan temannya untuk menyelesaikan permasalahan

kami saat bertengkar, maka saya akan....

A. Membiarkannya ia melakukannya

B. Berbicara dan mengarahkan pasangan saya pada hal yang saya mau untuk

menyelesaikan masalah tersebut

C. Menyampaikan ketidaksukaan saya terhadap sikapnya tersebut

12. Saat saya menjadi lebih emosional karena tidak bisa mengungkapkan rasa rindu sama

terhadap pasangan saya, maka saya akan....

A. Menyalahkan pasangan yang tidak peka pada perasaan saya

B. Menjelaskan kepada pasangan sebelum hal tersebut terjadi sehingga ketika hal

itu terjadi pasangan saya dapat mengerti kenapa saya bersikap demikian

C. Memilih untuk diam hingga perasaan saya dapat terkendali

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

113

13. Ketika saya melihat pasangan saya sedang berada di suatu tempat dengan teman-

temannya padahal sebelumnya ia mengatakan bahwa ia sedang dirumah, maka saya

akan....

A. Memilih untuk tidak membicarakan dengan pasangan dan berpura-pura tidak

tau agar kami tidak bertengkar

B. Mengancam untuk putus dengannya jika ia sampai berbohong lagi

C. Saling menjelaskan apa yang kami rasakan secara bergantian dan mencari

solusi yang terbaik bagi kami berdua

14. Saat pasangan saya marah tanpa alasan yang jelas pada saya, maka saya akan....

A. Berbalik marah kepada pasangan

B. Mengajaknya bicara berdua

C. Membujuknya untuk tidak marah lagi

15. Saat pasangan saya marah karena salah menangkap arti dari kata-kata saya, maka saya

akan...

A. Menjelaskan dan meluruskan permasalahan tersebut

B. Mengaku salah dan langsung meminta maaf

C. Mengancam akan meninggalkan pasangan saya jika ia tetap marah

16. Ketika pasangan saya tidak mau menerima alasan apapun saat saya tidak bisa

menepati janji untuk menemuinya, maka saya akan....

A. Berbalik mendebat pasangan tentang sikapnya tersebut hingga ia mengalah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

114

B. Menunggu agar ia lebih tenang setelah itu mengajaknya bicara dan

menjelaskan alasan saya hingga ia mengerti

C. Berusaha meminta maaf bagaimanapun caranya agar pasangan saya tidak

marah lagi

17. Ketika kami memiliki masalah dan pasangan saya lebih percaya pada perkataan orang

lain daripada saya, maka saya akan....

A. Menanyakan alasan kenapa ia lebih mempercayai orang lain dan memberitahu

pendapat saya tentang hal tersebut

B. Membujuk pasangan saya agar tidak mempercayai pendapat orang lain dan

mencoba meredam emosinya

C. Menyakinkan pasangan saya bahwa hal yang dilakukannya adalah salah dan

hal tersebut menyakiti perasaan saya

18. Saat pasangan saya sudah berjanji menemani saya pergi kesuatu tempat tetapi tiba-

tiba ia membatalkan janji tersebut, maka saya akan....

A. Mencoba menerima perilakunya tersebut walaupun saya merasa kesal

B. Memintanya menjelaskan kemudian memutuskan apakah pendapatnya bisa

saya terima atau tidak sebelum saya mengambil keputusan

C. Meminta penjelasannya terlebih dahulu tentang alasannya dan bersama-sama

membicarakan hal tersebut

19. Ketika pasangan saya mudah menyatakan kata putus saat kami bertengkar, maka saya

akan....

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

115

A. Menyetujuinya agar saya tidak kalah darinya dan membuat ia merasa berkuasa

B. Mengajaknya untuk fokus pada permasalahan yang dihadapi

C. Membujuk dan meminta maaf saat pasangan saya terlihat sudah sangat marah

20. Ketika pasangan saya mengatakan sesuatu yang menyinggung perasaan saya, maka

saya akan....

A. Memendamnya dalam hati

B. Memintanya untuk merenung dan merubah perilakunya tersebut

C. Membicarakannya dengan tenang dan saling mengungkapkan perasaan

tentang kejadian tersebut hingga kami bisa memikirkan solusi yang tepat

21. Saya tidak suka ketika pasangan saya sering menceritakan permasalahan pribadi kami

kepada orang lain, oleh karena itu saya akan...

A. Membicarakan pada pasangan saya tentang hal tersebut dan saling

memikirkan apa yang sebaiknya dilakukan

B. Berusaha untuk tidak mempermasalahkan hal tersebut

C. Marah dan meminta pasangan untuk merubah perilakunya tersebut

22. Ketika saya dan pasangan sudah memiliki janji tetapi pasangan saya tidak tepat

waktu, maka saya akan...

A. Mengungkapkan perasaan saya dan mendiskusikannya

B. Memilih diam untuk menghindari konflik yang lebih besar

C. Marah kepadanya hingga ia mengaku salah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

116

23. Ketika pasangan saya melarang saya mengikuti beberapa kegiatan yang ingin saya

ikuti, maka saya akan...

A. Menanyakan alasannya dan berusaha mencari solusi yang tidak menyakiti

perasaan kami berdua

B. Menuruti kemauan pasangan agar tidak membuat masalah tersebut menjadi

lebih besar

C. Tetap melakukan kegiatan tersebut tanpa memperdulikan larangan pasangan

saya

24. Ketika pasangan saya selalu mengecek chat di handphone saya saat kami sedang

bersama, maka saya akan....

A. Membiarkannya saja untuk menghindari perdebatan yang panjang antara kami

B. Secara langsung menyatakan ketidaksukaan saya tentang hal tersebut dan

memintanya untuk mengubah perilakunya tersebut

C. Berusaha mencari solusi yang tepat tanpa menyakiti perasaan pasangan saya

25. Saat pasangan saya tidak memperbolehkan saya untuk chatting dengan teman lawan

jenis saya, maka saya akan....

A. Menuruti kemauan pasangan saya agar kami tidak bertengkar

B. Berdebat tentang hal tersebut dengan pasangan hingga ia mau mengalah pada

saya

C. Mengajaknya bicara pelan-pelan dan mencari solusi yang terbaik

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

117

26. Saya seringkali merasa curiga dengan pasangan saya ketika ia tidak sedang bersama

saya, karena hal itu maka saya....

A. Selalu memeriksa apa yang sedang pasangan saya lakukan

B. Menjelaskan perasaan saya sehingga kami bisa mencari solusi akan hal

tersebut

C. Mencoba menekan perasaan tersebut agar tidak menjadi masalah bagi

hubungan kami

27. Ketika saya dan pasangan saya bertengkar, pasangan saya sering kali membandingkan

sikap saya dengan mantan pacarnya, karena itu saya akan....

A. Memintanya untuk tidak melakukannya lagi atau saya akan kehilangan

kesabaran dan meninggalkannya

B. Mengatakan ketidaksukaan saya terhadap perilakunya dan memberikan dia

waktu untuk menjelaskan alasan dari sikapnya

C. Diam dan tidak mendebatnya kembali agar pertengkaran cepat selesai

28. Ketika saya mengetahui bahwa pasangan saya selingkuh dengan orang lain, maka

saya akan...

A. Meminta penjelasan dan mempertimbangkan dengan baik sebelum mengambil

keputusan

B. Tidak membahasnya dan berpura-pura tidak tahu

C. Langsung memutuskan hubungan dengan pasangan saya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

118

29. Saya merasa sulit terbuka dengan pasangan saya mengenai permasalahan yang sedang

saya hadapi, oleh karena itu saya....

A. Menunggu pasangan saya menanyakan permasalahan ini pada saya agar saya

bisa mencoba terbuka

B. Tetap melakukan hal yang sama karena hal itu urusan saya dan saya merasa

bahwa pasangan saya tidak perlu mengetahuinya

C. Mencoba memberitahu pasangan tentang masalah saya ini dan menanyakan

pendapatnya untuk apa yang harus kami lakukan jika situasi terjadi

30. Ketika saya ingin mengenal pasangan saya lebih jauh tetapi pasangan saya tidak

menunjukan antusiasme yang sama dengan saya, maka saya akan....

A. Membahas hal tersebut berkali-kali hingga pasangan saya sadar dan mau

merubah sikapnya menjadi lebih antusias

B. Membicarakan keinginan saya tentang hal tersebut dan meminta pendapat

pasangan tentang hal tersebut juga

C. Menghindari pembicaraan tentang hal tersebut karena pasangan saya tidak

menyukainya

31. Ketika saya merasa tema pembicaraan saya dan pasangan seringkali tidak nyambung

satu sama lain, maka saya akan....

A. Mengomentari tema pembicaraan yang dipilih oleh pasangan dan berusaha

merubah tema pembicaraan

B. Mengutarakan yang sesungguhnya sehingga pasangan saya juga tau apa yang

saya rasakan dan mencoba beberapa hal untuk mengatasi hal tersebut

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

119

C. Bersikap seolah mengerti dengan apa yang pasangan saya katakan

32. Saat saya menganggap kekhawatiran pasangan saya berlebihan pada saya, maka saya

akan....

A. Tidak mempermasalahkan hal tersebut agar kami tidak bertengkar kerena hal

tersebut

B. Menyalahkan perilakunya yang berlebihan dan memintanya untuk berhenti

khawatir berlebihan pada saya

C. Menenangkan dan memberikan penjelasan bahwa ia tidak perlu terlalu

khawatir kepada saya

33. Saat saya ingin pasangan saya terbuka pada setiap kegiatannya tetapi ia merasa sikap

saya tersebut mengganggunya, maka saya akan....

A. Berhenti menanyakan kegiatan-kegiatannya sesuai keinginan pasangan saya

B. Berusaha membuatnya untuk terbuka pada saya bagaimanapun caranya

C. Mencari penyelesaian dimana kami saling mentoleransi dan menekan ego

kami demi hubungan ini

34. Saat pasangan saya tidak mendukung impian-impian saya, maka saya akan....

A. Menyalahkan sikap pasangan saya dan mengancam untuk mengakhiri

hubungan ini

B. Mengajaknya berdiskusi tentang alasan saya memilih impian tersebut dan

alasan ia tidak mendukung impian tersebut

C. Menyerah pada impian saya demi hubungan saya dengan pasangan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

120

35. Ketika saya merasa bahwa tidak perlu untuk mengabari tentang keadaan saya setiap

saat tetapi pasangan saya merasa hal tesebut perlu, maka saya akan....

A. Mencoba menemukan solusi yang baik untuk kami berdua

B. Menuruti keinginannya

C. Mempersuasi pasangan agar mengikuti keinginan saya untuk tidak mengabari

setiap hari

36. Saat saya merasa permintaan pasangan saya untuk memberitahu semua kegiatan saya

mengganggu privasi saya, maka saya akan...

A. Membicarakannya dan mencari jalan tengah untuk permasalahan ini

B. Mengajaknya bicara dan saat ia tetap marah maka saya akan menuruti

kemauannya

C. Mencoba membujuknya untuk tidak melakukan hal tersebut

37. Ketika saya sakit tetapi pasangan saya tidak menanyakan keadaan saya dan terkesan

tidak peduli, maka saya akan....

A. Menjelaskan perasaan saya dan keinginan saya tanpa menghakimi kekasih

saya tentang perilakunya

B. Bersikap diam dan berusaha untuk tidak mempermasalahkan hal tersebut

C. Mengemukakan pendapat dan mengarahkan pasangan saya untuk mengubah

perilakunya seperti yang saya mau

38. Ketika pasangan saya tidak pernah berinisiatif untuk menanyakan masalah saya dan

selalu saya yang harus bercerita terlebih dulu, maka saya akan....

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

121

A. Saling menyatakan pendapat terhadap hal tersebut dan mencari solusi bersama

B. Mencoba untuk mengerti sifat pasangan dan tidak mempermasalahkanya

C. Memintanya untuk lebih berinisiatif menanyakan masalah saya dan

memperhatikan saya

39. Saat pasangan saya lebih mengutamakan teman-temannya dan kegiatannya daripada

saya, maka saya akan....

A. Pasrah karena sikap pasangan saya memang seperti itu

B. Menunjukan bahwa saya terganggu dengan sikapnya hingga pasangan saya

sadar dan mengubah sikapnya

C. Mencari jalan keluar untuk masalah ini dengan tidak mengungkit masalah

yang lalu

40. Ketika pasangan saya sering curhat di media sosial tentang permasalahan dalam

hubungan kami sehingga diketahui oleh banyak orang, maka saya akan....

A. Mengatakan bahwa tindakannya tersebut memalukan dan membuat saya tidak

suka sehingga ia harus mengubahnya

B. Saling menjelaskan pendapat kami tentang hal tersebut sehingga kami saling

memahami dan membuat solusi bersama

C. Membiarkannya saja saja dan mencoba memahami karakter pasangan saya

tersebut

41. Ketika kami sedang bersama tetapi pasangan saya lebih sibuk dengan HPnya maka

saya akan....

A. Merebut hpnya sehingga ia lebih fokus pada saya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

122

B. Membicarakan bahwa akan lebih baik jika kami fokus pada satu sama lain

ketika bersama saja

C. Bermain hp juga untuk menghindari kebosanan

42. Ketika saya merasa bahwa kami tidak perlu bertemu setiap hari tetapi pasangan saya

merasa bahwa bertemu setiap hari adalah hal yang diperlukan, maka saya akan....

A. Mengajaknya mencari solusi yang tepat

B. Menuruti keinginannya

C. Mengabaikan keinginan pasangan karena saya tidak setuju dengan hal tersebut

43. Ketika pasanganmu mengungkit tentang kesalahanmu dimasa lalu saat bertengkar,

maka kamu akan....

A. Ikut mengungkit masalah yang telah dilakukan pasangan saya di masa lalu

hingga ia akhirnya yang meminta maaf pada saya

B. Mengajaknya membicarakan hal tersebut dan bergantian menyampaikan keluh

kesah kami terhadap hal tersebut

C. Bersikap membantahnya dan membujuknya untuk tidak marah sebelum

masalah menjadi lebih besar

44. Ketika saya merasa diri saya tidak sebanding dengan pasangan saya, maka saya

akan....

A. Membicarakan tentang perasaan saya tersebut pada pasangan dan juga

meminta masukan dari pasangan tentang hal tersebut

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

123

B. Berusaha untuk mengikuti setiap keputusan yang dibuat pasangan saya terkait

hubungan kami

C. Berusaha untuk meningkatkan diri agar pasangan saya tidak bisa meremehkan

saya

45. Saat marah pasangan saya terkadang mengatakan kata-kata kasar yang menyakiti hati

saya, oleh karena itu saya akan....

A. Membicarakan permasalahan ini tanpa mengungkit masalah yang lalu

B. Menghiraukannya agar kemarahan pasangan saya cepat mereda

C. Melawan balik dengan melakukan hal yang sama hingga pasangan saya

meminta maaf lebih dulu pada saya

46. Ketika pasangan saya meremehkan pencapaian-pencapaian saya, maka saya akan....

A. Memilih mengalihkan perasaan saya dengan hal lain agar saya melupakan

komentarnya yang menyakiti hati saya

B. Memutuskannya karena ia menyakiti hati saya dengan hal tersebut

C. Mengajaknya berdiskusi dan sama-sama menyampaikan perasaan kami

tentang hal tersebut

47. Ketika pasangan saya merasa diabaikan karena saya lebih memprioritaskan pekerjaan

saya, maka saya akan....

A. Langsung meminta maaf sebelum pasangan saya bertambah kesal pada saya

B. Memintanya untuk mengerti saya

C. Mendengarkan alasan dia merasa seperti itu dan berjanji untuk mencoba

membagi waktu lebih baik

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

124

48. Ketika cara saya menunjukan rasa sayang kepada pasangan tidak sesuai dengan

persepsi pasangan saya dan membuat kami bertengkar, maka saya akan....

A. Mengemukakan alasan saya tentang cara menunjukan rasa cinta yang menurut

saya benar hingga pasangan saya berhenti mendebat saya

B. Saling mengungkapkan pendapat tentang hal tersebut dan mendiskusikan apa

yang sebaiknya kami lakukan

C. Meminta maaf segera mungkin pada pasangan saya

49. Ketika pasangan saya mengejek selera saya dalam berpenampilan, maka saya akan....

A. Mengatakan untuk jangan melakukan hal tersebut dan memojokkannya

dengan berbagai pendapat yang tidak bisa ia elakan

B. Mengajaknya berdiskusi tentang hal tersebut

C. Memilih untuk tidak berkomentar tentang ucapannya tersebut

50. Ketika pasangan saya tidak menyukai dan menghina perilaku atau sifat teman dekat

saya, maka saya akan....

A. Balas menghina teman-teman pasangan saya sehingga ia sadar perilakunya

tersebut menyakiti saya

B. Memikirkannya dengan baik terlebih dahulu sebelum membicarakannya

dengan pasangan

C. Mengalihkan topik pembicaraan agar ia tidak mengungkit hal tersebut

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

125

51. Saat pasangan saya sudah berjanji untuk tidak mengulangi kesalahannya tetapi ia

tetap sama mengulanginya, maka saya akan....

A. Menolak membicarakannya agar tidak terjadi pertengkaran

B. Memberikan peringatan terakhir dan akan memutuskannya jika ia

mengulanginya sekali lagi

C. Mendiskusikan dan mencari solusi yang terbaik

52. Ketika pasangan saya tidak konsisten dengan ucapannya pada saya, maka saya akan....

A. Langsung memafkannya

B. membuatnya merasa bersalah pada saya sehingga ia akan meminta maaf pada

saya

C. Membahas persoalan ini dengan tenang tanpa mengungkit kesalahan pasangan

yang lain

Silahkan periksa kembali jawaban teman-teman, jangan sampai ada yang terlewat.

Terimakasih

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

126

LAMPIRAN 3

REALIBILITAS SKALA

Realibilitas skala Perfeksionisme

self-oriented perfectionism

Manajemen Konflik Controlling

other-oriented perfectionism

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha

N of Items

.623 15

socially prescribed perfectionism

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha

N of Items

.706 14

Manajemen konflik cooperation

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha

N of Items

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha

N of Items

.819 15

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha

N of Items

.854 60

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

127

.905 60

Manajemen Konflik Nonconfrontatif

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha

N of Items

.824 60

LAMPIRAN 4

Uji Deskriptif Mean Empiris

Deskripsi data penelitian

Variabel N Min Max Mean SD

Perfeksionisme

self oriented

101 58 97 78.02 10.163

Perfeksionisme

other oriented

101 51 90 67.15 8.183

Perfeksionisme

socially

prescribed

101 33 88 67.13 8.983

Manajemen 101 13 51 34.56 8.810

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

128

konflik

cooperative

Manajemen

konflik

controlling

101 0 30 8.58 5.990

Manajemen

konflik non

confrontation

101 0 29 8.91 5.597

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

129

Mean Teoritis

Jumlah item : 15

Nilai minimal : 15 x 1 = 15

Nilai maksimal : 15 x 7 = 105

Rentang nilai : 15 - 105

Jarak : 105 – 15 = 90

Mean teoritik : (min+max)/2 = (15+105) : 2

= 120 : 2

= 60

Jumlah item : 60

Nilai minimal : 60 x 0 = 0

Nilai maksimal : 60 x 1 = 60

Rentang nilai : 0 - 60

Jarak : 60 – 0 = 60

Mean teoritik : (min+max)/2 = (0 + 60) : 2

= 60 : 2

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

130

= 30

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

131

LAMPIRAN 5

UJI NORMALITAS DATA

self-oriented perfectionism Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

VAR00021 .078 101 .137 .969 101 .019

a. Lilliefors Significance Correction

other-oriented perfectionism Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic Df Sig. Statistic df Sig.

TOTAL .050 101 .200* .988 101 .477

*. This is a lower bound of the true significance. a. Lilliefors Significance Correction

socially prescribed perfectionism Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic Df Sig. Statistic df Sig.

TOTAL .084 101 .074 .975 101 .048

a. Lilliefors Significance Correction

Manajemen konflik cooperative

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic Df Sig. Statistic df Sig.

TOTAL .074 101 .191 .981 101 .142

a. Lilliefors Significance Correction

Manajemen Konflik Controlling Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic Df Sig. Statistic df Sig.

Total .139 101 .000 .925 101 .000

a. Lilliefors Significance Correction

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

132

Manajemen Konflik Nonconfrontation Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic Df Sig. Statistic df Sig.

TOTAL .139 101 .000 .925 101 .000

a. Lilliefors Significance Correction

self-oriented perfectionism other-oriented perfectionism socially prescribed perfectionism

Manajemen konflik cooperative Manajemen Konflik Nonconfrontation Manajemen Konflik

Controlling

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

133

LAMPIRAN 6

UJI LINIERITAS

ANOVA Table

Sum of

Squares

df Mean

Square

F Sig.

controlling *

other

Between

Groups

(Combined) 1742.987 32 54.468 2.007 .008

Linearity 188.063 1 188.063 6.929 .010

Deviation from

Linearity

1554.924 31 50.159 1.848 .018

Within Groups 1845.548 68 27.140

Total 3588.535 100

ANOVA Table

Sum of

Squares

df Mean

Square

F Sig.

nonconfrontatif *

soccially

Between

Groups

(Combined) 952.285 34 28.008 .848 .696

Linearity 251.350 1 251.350 7.610 .008

Deviation from

Linearity

700.935 33 21.240 .643 .917

Within Groups 2179.913 66 33.029

Total 3132.198 100

ANOVA Table

Sum of

Squares

df Mean

Square

F Sig.

cooperatif *

self

Between

Groups

(Combined) 4142.665 38 109.018 1.868 .014

Linearity 335.288 1 335.288 5.745 .020

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

134

Deviation from

Linearity

3807.377 37 102.902 1.763 .024

Within Groups 3618.167 62 58.358

Total 7760.832 100

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

135

LAMPIRAN 7

UJI HIPOTESIS

Correlations

controlling other

Spearman's rho

Controlling

Correlation Coefficient 1.000 .185*

Sig. (1-tailed) . .032

N 101 101

Other

Correlation Coefficient .185* 1.000

Sig. (1-tailed) .032 .

N 101 101

Correlations

soccially nonconfrontatif

Spearman's rho

Socially

Correlation Coefficient 1.000 .304**

Sig. (1-tailed) . .001

N 101 101

nonconfrontatif

Correlation Coefficient .304** 1.000

Sig. (1-tailed) .001 .

N 101 101

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

136

**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).

Correlations

self cooperatif

self

Pearson Correlation 1 .208*

Sig. (1-tailed) .019

N 101 101

cooperatif

Pearson Correlation .208* 1

Sig. (1-tailed) .019

N 101 101

*. Correlation is significant at the 0.05 level (1-tailed).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI