Pleno Sk.2 Hematemesis

24
Hematemesis dan Melena et causa Gastritis Kelompok E4 Teloe Apriwesa 102009269 Ria Brillianta Widyarta 102010232 Prizilia Saimima 102012061 Andreas Klemens Wienanda 102012110 Theresia 102012165 Elchim Reza Rezinta 102012240 Kelvin R Khomalia 102012255 Novia Christina Margareta 102012407 Viqtor Try Junianto 102012414 Novi Anggriyani Hermawan 102012514 1

description

Hematemesis

Transcript of Pleno Sk.2 Hematemesis

Page 1: Pleno Sk.2 Hematemesis

Hematemesis dan Melena et causa Gastritis

Kelompok E4

Teloe Apriwesa 102009269

Ria Brillianta Widyarta 102010232

Prizilia Saimima 102012061

Andreas Klemens Wienanda 102012110

Theresia 102012165

Elchim Reza Rezinta 102012240

Kelvin R Khomalia 102012255

Novia Christina Margareta 102012407

Viqtor Try Junianto 102012414

Novi Anggriyani Hermawan 102012514

Universitas Kristen Krida Wacana

Fakultas Kedokteran 2013/2014

1

Page 2: Pleno Sk.2 Hematemesis

Pendahuluan

Hematemesis melena adalah suatu kondisi di mana pasien mengalami muntah darah yang

disertai dengan buang air besar (BAB) berdarah dan berwarna hitam. Hematemesis melena

merupakan suatu perdarahan yang terjadi pada saluran cerna bagian atas (SCBA) dan

merupakan keadaan gawat darurat yang sering dijumpai di tiap rumah sakit di seluruh dunia

termasuk Indonesia. Perdarahan dapat terjadi karena pecahnya varises esofagus, gastritis

erosif atau ulkus peptikum. Menurut data, delapan puluh enam persen dari angka kematian

akibat pendarahan SCBA yang terjadi di Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia (FKUI)/Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) berasal dari

pecahnya varises esofagus akibat penyakit sirosis hati dan hepatoma.

Perdarahan akibat sirosis hati ini disebabkan oleh gangguan fungsi hati penderita, alkohol,

obat-obatan, virus hepatitis dan penyakit bilier.Perdarahan SCBA dapat bermanifestasi

sebagai hematemesis, melena, atau keduanya, walaupun perdarahan akan berhenti dengan

sendirinya, tetapi sebaiknya setiap perdarahan saluran cerna dianggap sebagai suatu keadaan

serius yang setiap saat dapat membahayakan pasien. Setiap pasien dengan perdarahan harus

dirawat di rumah sakit tanpa kecuali, walaupun perdarahan dapat berhenti secara spontan. Hal

ini harus ditanggulangi secara saksama dan dengan optimal untuk mencegah perdarahan lebih

banyak, syok hemoragik, dan akibat lain yang berhubungan dengan perdarahan tersebut,

termasuk kematian pasien.1

Anamnesis

Anamnesis adalah tanya jawab yang dilakukan antara dokter dan pasien guna untuk

mendiagnosa penyakitnya. Anamnesis dibagi menjadi 2 macam yaitu alo anamnesis dan

auto anamnesis.Auto anamnesis adalah tanya jawab antara dokter dan pasien sendiri, guna

mendapatkan informasi tentang penyakit pasien sedangkan alo anamnesis adalah tanya

jawab antara dokter dengan keluarga pasien, hal ini disebabkan karena pasien tidak bisa

ditanyai seputar penyakitnya karena adanya berbagai alasan. Pada kasus ini anamnesis yang

dilakukan adalah auto ananamnesis karena pasien sendiri dapat menjawab seputar penyakit

yang ia derita.2

Anamnesa yang dijalankan melalui wawancara ini meliputi:

1. Menanyakan identitas pasien

Nama : Tn. S

Umur : 50 tahun

2

Page 3: Pleno Sk.2 Hematemesis

Jenis kelamin : Laki-laki

2. Keluhan utama

Muntah berwarna coklat, nyeri pada ulu hati, BAB berwarna hitam dan berbau

busuk.

3. Keluhan penyerta

Adanya riwayat konsumsi aspirin untuk penyakit jantung.

4. Riwayat penyakit sekarang

Mula-mula gejala awalnya bagaimana dan seperti apa?

Nyerinya seperti apa?Nyeri pada ulu hati akan bertambah saat pasien mencoba

untuk makan dan nyeri agak berkurang setelah pasien meminum obat maag.

Hilang-timbul atau terus-menerus?Keluhan nyeri ulu hati dirasakan pasien

hilang timbul sejak 2 tahun belakangan ini.

Menanyakan kepada pasien, apakahia sudah berobat ke dokter atau belum?

Sudah mengkonsumsi obat sebelumnya atau belum?

Bila sudah, obat (analgesik, DMRAD, dll) apa? Dan apakah keadaannya

membaik atau memburuk?

Bila memburuk, efek sampingnya apa?

5. Riwayat penyakit dahulu

Apakah sebelumnya pernah mengalami sakit seperti ini atau belum?

Jika pernah, berapa kali dalam setahun?

Adakah riwayat penyakit serius lainnya?

Riwayat pekerjaan: Bagaimana pengaruh penyakit pada pekerjaan?

6. Riwayat penyakit keluarga

Adakah di keluarga yang mengalami keluhan serupa?

Bagaimanapengaruh penyakit pada keluarga?

Dalam anamnesis yang perlu ditekankan adalah sejak kapan terjadinya perdarahan dan berapa

perkiraan darah yang keluar, ada tidaknya riwayat perdarahan sebelumnya, riwayat

perdarahan dalam keluarga, ada tidaknya perdarahan dibagian tubuh lainnya, riwayat

3

Page 4: Pleno Sk.2 Hematemesis

penggunaan obat-obatan anti-inflamasi non steroid (OAINS) dan anti-koagulan, kebiasaan

mengkonsumsi alkohol, mencari kemungkinan penyakit hati kronik, demam berdarah,

demam tifoid, gagal ginjal kronik, diabetes melitus, hipertensi, alergi obat-obatan, dan

riwayat transfusi sebelumnya.3

Anamnesis sangat penting untuk mengarahkan asal perdarahan. Pada penderita sirosis hati

perdarahan kebanyakan terjadi oleh karena pecahnya varises esofagus. Kebiasaan makan

tidak teratur, peminum alkohol, konsumsi obat-obatan OAINS mengarah pada gastritis erosif,

sedangkan muntah terus menerus kemudian diikuti muntah darah mengarah pada robekan

Mallory-Weiss. Riwayat keluarga mungkin juga menyingkap adanya suatu diatesis

hemoragik. Adanya penyakit sistemik yang berat, luka bakar luas, trauma, dapat pula

mengarah kepada suatu gastritis erosif atau stress ulcer. Sering pula muntah darah ini

disebabkan batuk darah, darahnya tertelan dan kemudian dimuntahkan (false hematemesis).

Dengan anamnesis yang teliti dan melihat kondisi muntahnya, batuk darah akan dapat

disingkirkan.1,4

Pemeriksaan Fisik2

a. Menilai tanda-tanda vital

Nadi, suhu, frekuensi pernapasan (Tanda-tanda vital pada pasien normal).

b. Konjungtiva anemis (Konjungtiva pucat)

c. Abdomen:

Nyeri tekan: positif region epigastrium

Bising usus: positif normal

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan laboratorium

Darah: Hb menurun /rendah

SGOT, SGPT yang meningkat merupakan petunjuk kebocoran dari sel yang

mengalami kerusakan.

4

Page 5: Pleno Sk.2 Hematemesis

Albumin, kadar albumin yang merendah merupakan cerminan kemampuan sel hati

yang kurang.

Pemeriksaan CHE (kolineterase) penting dalam menilai kemampuan sel hati, bila

terjadi kerusakan kadar CHE akan turun.

Pemeriksaan kadar elektrolit penting dalam penggunaan diuretik dan pembatasan

garam dalam diet.

Peninggian kadar gula darah.

Pemeriksaan marker serologi pertanda ureus seperti HBSAg/HBSAB, HBeAg, dll.5

Pemeriksaan Penunjang yang lainnya adalah:

1. Pemeriksaan radiologik

Pemeriksaan ini dilakukan dengan pemeriksaan esofagogram untuk daerah

esofagus dan diteruskan dengan pemeriksaan double contrast pada lambung dan

duodenum.Pemeriksaan ini dilakukan pada berbagai posisi terutama pada daerah

1/3 distal esofagus, kardia dan fundus lambung untuk mencari ada atau tidaknya

varises.Untuk mendapatkan hasil yang diharapkan, dianjurkan pemeriksaan

radiologik ini sedini mungkin, dan sebaiknya segera setelah hematemesisberhenti.

2. Pemeriksaan endoskopik

Dengan adanya berbagai macam tipe fiberendoskop, maka pemeriksaan secara

endoskopik menjadi sangat penting untuk menentukan dengan tepat tempat asal

dan sumber perdarahan. Keuntungan lain dari pemeriksaan endoskopik adalah

dapat dilakukan pengambilan foto untuk dokumentasi, aspirasi cairan, dan biopsi

untuk pemeriksaan sitopatologik. Pada perdarahan saluran makan bagian atas

yang sedang berlangsung, pemeriksaan endoskopik dapat dilakukan secara darurat

atau sedini mungkin setelah hematemesisberhenti.

3. Pemeriksaan ultrasonografi dan scanning hati

Pemeriksaan dengan ultrasonografi atau scanning hati dapat mendeteksi penyakit

hati kronik seperti sirosis hati yang mungkin sebagai penyebab perdarahan saluran

makan bagian atas. Pemeriksaan ini memerlukan peralatan dan tenaga khusus

yang sampai sekarang hanya terdapat dikota besar saja. Tidak banyak berperan

dalam diagnosis rheumatoid, namun dapatmembantu bila terdapat keraguan atau

untuk melihat prognosis gejala pasien.Dalam lebih dari 2 dekade terakhir ini

5

Page 6: Pleno Sk.2 Hematemesis

diketahui bahwa berbagai penyakit rematik yang dianggap mempunyai dasar

imunologik ternyata berkaitan dengan sistem hipokompatibilitas.5,6

Diagnosis

a) Working diagnosis

Hematemesis dan Melena Et Causa Gastritis dapat dipertimbangkan

sebagai perdarahan SCBA pada penderita dengan anamnesis adanya dispepsia,

kebiasaan makan yang tidak teratur, atau kebiasaan minum alkohol ataupun

obat-obatan OAINS. Erosi mukosa lambung sering pula terjadi pada penderita

dengan trauma berat, setelah pembedahan, penyakit sistemik yang berat, luka

bakar dan penderita dengan peningkatan tekanan intrakranial (stress ulcer).7

Gastritis dapat berkaitan dengan konsumsi alkohol yang baru saja

dilakukan atau dengan penggunaan obat-obat antiinflamasi seperti aspirin atau

ibuprofen. Erosi lambung lebih sering pada pasien yang mengalami trauma

berat, pembedahan atau penyakit sistemik yang berat, khususnya para korban

luka bakar dan pasien dengan peningkatan tekanan intrakranial. Karena tidak

ada gejala fisis yang khas, diagnosa gastritis harus harus dicurigai kalau

ditemukan kondisi klinis yang sesuai.1,7

b) Differential diagnosis

LASERASI (SINDROM MALLORY-WEISS)

Laserasi ini merupakan robekan longitudinal pada esofagus di daerah

esophagogastric junction. Keadaan tersebut terjadi karena episode vomitus

yang berlebihan dengan kegagalan relaksasi LES, umumnya terlihat pada para

pecandu alkohol. Laserasi pada esofagus ini secara potensial dapat

menimbulkan hematemesis masif, inflamasi, ulkus residual, mediastinitis, atau

peritonitis.

Morfologi: Robekan longitudinal yang tidak teratur (dengan panjang beberapa

milimeter hingga beberapa sentimeter) akan merentangkan esophagogastric

junction. Laserasi secara khas hanya mengenai mukosa, kendati dapat

mengenai seluruh ketebalan esofagus.

6

Page 7: Pleno Sk.2 Hematemesis

Gambaran Klinis: 5-10% dari kejadian perdarahan gastrointestinal bagian

atas terjadi karena laserasi. Laserasi esofagus biasanya tidak membawa

kematian; kesembuhan cenderung terjadi dengan cepat.8

ESOFAGITIS

Esofagitis adalah suatu keadaan dimana mukosa esofagus mengalami

peradangan, dapat terjadi secara akut maupun kronik.8 Penyakit ini juga dapat

merupakan komplikasi pada hernia hiatus esofagus.9Esofagitis kronis adalah

peradangan di esofagus yang disebabkan oleh luka bakar karena zat kimia

yang bersifat korosif, misalnya berupa asam kuat, basa kuat dan zat

organik.10 Contoh-contoh yang telah disebutkan diatas dapat merusak esofagus

jika diminum atau ditelan, dan bila diserap oleh darah hanya akan

menyebabkan keracunan saja. Esofagitis terbagi menjadi:

a. Esofagitis Peptik (Refluks)

merupakan inflamasi mukosa esofagus yang disebabkan oleh refluks cairan

lambung atau duodenum esofagus, cairan ini mengandung asam pepsin atau

cairan empedu.

b. Esofagitis Refluks Basa

terjadinya refluks cairan dari duodenum langsung ke esofagus, misalnya pada

pos gastrektomi total dengan esofagoduodenostomi atau esofagojejenostomi.

c. Esofagitis Infeksi

Dibagi lagi menjadi:

- Esofagitis Candida (Monialisis)

terjadi karena gangguan sistem kekebalan motilitas esofagus,

metabolisme hidrat arang terutama proses menua.

- Esofagitis Herpes

disebabkan oleh infeksi virus herpes zoster/herpes simpleks.

d. Esofagitis yang disebabkan oleh bahan kimia8,10

disebabkan oleh bahan kimia terbagi menjadi:

- Esofagitis korosif

terjadi karena masuknya bahan kimia yang korosif ke dalam esofagus.

Hal ini biasanya terjadi karena kecelakaan atau dalam usaha bunuh

diri.

7

Page 8: Pleno Sk.2 Hematemesis

- Esofagitis karena obat (pil esofagitis)

disebabkan oleh pil atau kapsul yang ditelan dan tertahan di esofagus

yang kemudian mengakibatkan timbulnya iritasi dan inflamasi.

Varises dan gastropati hipertensi portal

o Perdarahan dari pecahnya varises umumnya mendadak dan masif.

Perdarahan karena pecahnya varises esofagus atau lambung umumnya

akibat hipertensi portal sekunder dari sirosis hati. Selain sirosis hati,

hal lain dapat pula menyebabkan terjadinya varises esofagus atau

lambung adalah hepatitis akut dan perlemakan hati berat, yang

menghilang bila fungsi hati membaik. Meskipun perdarahan SCBA

dari penderita sirosis hepatis umumnya diduga karena pecahnya varises

esofagus, pada penelitian di Amerika ditemukan sebagai perdarahan

SCBA karena ulkus peptikum dan gastropati hipertensi portal.1

Etiologi

Penyebab perdarahan saluran cerna bagian atas seperti hematemesis biasanya terjadi bila ada

perdarahan di daerah proksimal jejunum dan melena dapat terjadi tersendiri atau bersama-

sama dengan hematemesis. Paling sedikit terjadi perdarahan sebanyak 50-100 ml, baru

dijumpai keadaan melena. Banyaknya darah yang keluar selama hematemesis atau melena

sulit dipakai sebagai patokan untuk menduga besar kecilnya perdarahan saluran cerna bagian

atas. Perdarahan pada saluran cerna bagian atas paling sering disebabkan oleh :

1. Kelainan Esofagus

a. Varises esofagus

Penderita dengan hematemesis melena yang disebabkan pecahnya

varises esofagus, tidak pernah mengeluh rasa nyeri atau pedih di epigastrum.

Pada umumnya sifat perdarahan timbul spontan dan masif. Darah yang

dimuntahkan berwarna kehitam-hitaman dan tidak membeku karena sudah

bercampur dengan asam lambung.11

b. Karsinoma esofagus

Karsinoma esofagus sering memberikan keluhan melena daripada

hematemesis. Disamping mengeluh disfagia, badan mengurus dan anemis,

hanya sesekali penderita muntah darah dan itupun tidak masif. Pada

pemeriksaan endoskopi jelas terlihat gambaran karsinoma yang hampir

8

Page 9: Pleno Sk.2 Hematemesis

menutup esofagus dan mudah berdarah yang terletak di sepertiga bawah

esofagus.11 Gambar Karsinoma Esofagus dapat dilihat pada gambar di bawah

ini:

Gambar 1. Karsinoma Esofagus10

c. Sindroma Mallory-Weiss

Sebelum timbul hematemesis didahului muntah–muntah hebat yang

pada akhirnya baru timbul perdarahan, misalnya pada peminum alkohol atau

pada hamil muda. Biasanya disebabkan oleh karena terlalu sering muntah-

muntah hebat dan terus menerus. Bila penderita mengalami disfagia

kemungkinan disebabkan oleh karsinoma esofagus.7,11

d. Esofagitis korosiva

Pada sebuah penelitian ditemukan seorang penderita wanita dan seorang

pria muntah darah setelah minum air keras untuk patri. Dari hasil analisis air

keras tersebut ternyata mengandung asam sitrat dan asam HCI, yang bersifat

korosif untuk mukosa mulut, esofagus dan lambung. Disamping muntah darah

penderita juga mengeluh rasa nyeri dan panas seperti terbakar di mulut, dada

dan epigastrum.

e. Esofagitis dan tukak esofagus

Esofagitis bila sampai menimbulkan perdarahan lebih sering bersifat

intermittem atau kronis dan biasanya ringan, sehingga lebih sering timbul

melena daripada hematemesis. Tukak di esofagus jarang sekali mengakibatkan

perdarahan jika dibandingkan dengan tukak lambung dan duodenum.7

2. Kelainan di lambung

a. Gastritis erisova hemoragika

9

Page 10: Pleno Sk.2 Hematemesis

Hematemesis bersifat tidak masif dan timbul setelah penderita minum

obat-obatan yang menyebabkan iritasi lambung. Sebelum muntah penderita

mengeluh nyeri ulu hati. Perlu ditanyakan juga apakah penderita sedang atau

sering menggunakan obat rematik (NSAID+steroid) ataukah sering minum

alkohol atau jamu-jamuan.7

b. Tukak lambung

Penderita mengalami dispepsi berupa mual, muntah, nyeri ulu hati dan

sebelum hematemesis didahului rasa nyeri atau pedih di epigastrum yang

berhubungan dengan makanan. Sesaat sebelum timbul hematemesis karena rasa

nyeri dan pedih dirasakan semakin hebat. Setelah muntah darah rasa nyeri dan

pedih berkurang. Sifat hematemesis tidak begitu masif dan melena lebih

dominan dari hematemesis.7,11

c. Karsinoma lambung

Insidensi karsinoma lambung di negara kita tergolong sangat jarang dan

pada umumnya datang berobat sudah dalam fase lanjut, dan sering mengeluh

rasa pedih,nyeri di daerah ulu hati sering mengeluh merasa lekas kenyang dan

badan menjadi lemah. Lebih sering mengeluh karena melena.7

Epidemiologi

Penyebab perdarahan saluran makan bagian atas yang terbanyak dijumpai di Indonesia adalah

pecahnya varises esofagus dengan rata-rata 45-50 % seluruh perdarahan saluran makan

bagian atas, kemudian menyusul gastritis hemoragika dengan 20 - 25%. ulkus peptikum

dengan 15 - 20%, sisanya oleh keganasan, uremia dan sebagainya.4

Patofisiologi

Inflamasi (pembengkakan) dari mukosa lambung termasuk gastritis erosiva yang disebabkan

oleh iritasi, refluks cairan kandung empedu dan pankreas, haemorrhagic gastritis, infectious

gastritis, dan atrofi mukosa lambung. Inflamasi ini mengakibatkan sel darah putih menuju ke

dinding lambung sebagai respon terjadinya kelainan pada bagian tersebut. Mekanisme

kerusakan mukosa pada gastritis diakibatkan oleh ketidakseimbangan antara faktor-faktor

pencernaan, seperti asam lambung dan pepsin dengan produksi mukous, bikarbonat dan

10

Page 11: Pleno Sk.2 Hematemesis

aliran darah. Banyak hal yang dapat menjadi penyebab gasttritis. Beberapa penyebab utama

dari gastritis adalah Infeksi, iritasi dan reaksi autoimun.3,7

Gambaran klinis

Didapatkan gambaran klinis sebagai berikut:

1. Gejala-gejala intestinal yang tidak khas seperti anoreksia, mual, muntah dan diare

2. Syok (Frekuensi denyut jantung, suhu tubuh)

3. Demam, berat badan turun, cepat lelah

4. Asites, hidrotoraks dan edema

5. Ikterus, kadang-kadang urin menjadi lebih tua warnanya atau kecoklatan

6. Hematomegali, bila telah lanjut, hati dapat mengecil karena fibrosis. Bila secara

klinis didapati adanya demam, ikterus dan asites, dimana demam bukan oleh

sebab-sebab yang lain, ditambahkan sirosis dalam keadaan aktif, hati-hati akan

kemungkinan timbulnya prekoma dan koma hepatikum

7. Kelainan pembuluh darah seperti kolateral-kolateral di dinding, kaput medusa,

wasir dan varises esophagus

8. Kelainan endokrin yang merupakan tanda dari hiperestrogenisme yaitu:

a. Impotensi, atrofi testis, ginekomastia, hilangnya rambut axila dan pubis

b. Amenore, hiperpigmentasi areola mamae

c. Spider nevi dan eritema

d. Hiperpigmentasi

9. Jari tabuh

10. Penurunan Hb dan Ht yang tampak setelah beberapa jam

Penatalaksanaan

Pengobatan   penderita   perdarahan   saluran  cerna  bagian atas harus sedini mungkin  dan

sebaiknya   dirawat di rumah sakit untuk mendapatkan pengawasan yang teliti dan

pertolongan yang lebih baik. Pengobatan penderita perdarahan saluran cerna bagian atas

meliputi:

- SUPORTIF:

Tirah baring

11

Page 12: Pleno Sk.2 Hematemesis

Infus RL 30 tts/menit, ganti dengan NaCl 0,9% apabila akandilakukan

transfusi darah

Transfusi PRC hingga Hb mencapai di atas 10 g/dl

- MEDIKA MENTOSA:

Metoklorpramid 3x 10 mg drip iv

Asam Traneksamat 3 x 1 g bolus iv

Lansoprazole 2 x 30 mg bolus iv

Ranitidine 2 x 150 mg bolus iv

Antasid 3 x 1 sdt

Vitamin K 3 x 1 amp

- LAIN-LAIN:

A. Pengawasan dan pengobatan11

1. Penderita     harus      diistirahatkan     mutlak,  obat-obat   

yangmenimbulkan   efek   sedatif   morfin,   meperidin  dan   paraldehid

sebaiknya dihindarkan

2. Penderita   dipuasakan   selama   perdarahan   masih berlangsung dan bila

perdarahan berhenti dapat diberikan makanan cair

3. Infus   cairan   langsung   dipasang    dan diberikan  larutan  garam

fisiologis NaCl 0,9 % selama belum tersedia darah.

4. Pengawasan terhadap  tekanan  darah, nadi, kesadaran penderita dan bila

perlu dipasang CVP monitor

5. Pemeriksaan  kadar  hemoglobin  dan  hematokrit  perlu dilakukan untuk

mengikuti keadaan perdarahan

6. Transfusi     darah    diperlukan untuk mengganti    darah  yang hilang

dan mempertahankan    kadar     hemoglobin    50–70 % nilai   normal

7. Pemberian  obat-obatan   hemostatik  seperti  vitamin   K  4×10 mg/hari,

karbazokrom (Adona AC),  antasida  dan golongan H2  reseptor    

antagonis   (simetidin    atau    ranitidin)  berguna untukmenanggulangi

perdarahan

8. Dilakukan klisma atau lavemen dengan air biasa

disertai pemberianantibiotika   yang  tidak   diserap   oleh   usus,

sebagai tindakan sterilisasi usus. Tindakan ini dilakukan untuk

12

Page 13: Pleno Sk.2 Hematemesis

mencegah terjadinya peningkatan produksi amoniak oleh usus, dan ini

dapat menimbulkan ensefalopati hepatik

B. Pemasangan pipa nasogastrik

Tujuan  pemasangan   pipa  nasogastrik adalah untuk aspirasi cairan

lambung,  lavage  (umbah   lambung)    dengan    air , dan pemberian obat-

obatan. Pemberian   air  pada  umbah lambung akan    menyebabkan

vasokontriksi  lokal  sehingga    diharapkan terjadi penurunan  aliran  darah

di  mukosa lambung,   dengan demikian  perdarahan   akan   berhenti.

Umbah   lambung  ini akan dilakukan   berulang    kali   memakai   air

sebanyak   100-150 ml sampai  cairan  aspirasi  berwarna jernih dan bila

perlu tindakan ini dapat   diulang  setiap 1–2 jam.  Pemeriksaan

endoskopi  dapat segera dilakukan setelah cairan aspirasi lambung sudah

jernih.

C. Pemberian pitresin (vasopresin)

Pitresin mempunyai    efek    vasokontriksi,  pada   pemberian pitresin per

infuse akan mengakibatkan kontriksi pembuluh darah dan splanknikus

sehingga menurunkan tekanan vena porta, dengan demikian  diharapkan   

perdarahan   varises   dapat berhenti. Perlu diingat  bahwa pitresin  dapat

merangsang   otot   polos  sehingga dapat   terjadi vasokontriksi  koroner,

karena  itu  harus berhati-hati dengan  pemakaian obat tersebut terutama

pada penderita penyakit jantung  iskemik. Karena itu  perlu  pemeriksaan

elektrokardiogram dan  anamnesis  terhadap kemungkinan  adanya

penyakit  jantung koroner/iskemik.

D. Pemasangan Balon Sengstaken-Blakemore Tube

Dilakukan pemasangan balon Sengstaken-Blakemore tube (SB tube)

untuk   penderita   perdarahan   akibat    pecahnya    varises. Sebaiknya  

pemasangan  SB  tube  dilakukan   sesudah   penderita tenang  dan

kooperatif, sehingga  penderita  dapat   diberitahu  dan dijelaskan   tujuan

pemakaian  alat  tersebut, cara pemasangannya dan kemungkinan akibat

yang dapat timbul pada waktu dan selama pemasangan.  Beberapa peneliti 

mendapatkan  hasil   yang   baik dengan  pemakaian  SB tube ini  dalam

13

Page 14: Pleno Sk.2 Hematemesis

menanggulangi perdarahan saluran  cerna  bagian  atas  akibat  pecahnya

varises esofagus. Komplikasi  pemasangan   SB tube  yang  berat seperti

laserasi dan ruptur esofagus, obstruksi jalan napas tidak pernah ditemukan.

E. Pemakaian bahan sklerotik

Bahan sklerotik sodium morrhuate 5% sebanyak 5 ml atau sotrdecol 3%

sebanyak  3 ml  dengan  bantuan  fiberendoskop yang   fleksibel

disuntikkan  dipermukaan     varises    kemudian ditekan   dengan  balon

SB tube. Cara   pengobatan  ini   sudah mulai  populer  dan  merupakan

salah satu pengobatan  yang baru dalam  menanggulangi  perdarahan

saluran cerna  bagian atas yang disebabkan pecahnya varises esofagus.

F. Tindakan Operasi

Bila  usaha–usaha   penanggulangan   perdarahan   diatas mengalami

kegagalan  dan   perdarahan  tetap   berlangsung, maka dapat dipikirkan

tindakan operasi. Tindakan operasi yang biasa    dilakukan    adalah:

ligasi varises  esofagus,   transeksi esofagus,   pintasan  porto-kaval.

Operasi   efektif    dianjurkan setelah 6 minggu perdarahan berhenti dan

fungsi hati membaik.12

Komplikasi

Komplikasi yang bisa terjadi pada pasien Hematemesis Melena adalah

koma hepatik (suatu sindrom neuropsikiatrik yang ditandai dengan

perubahan kesadaran, penurunan intelektual, dan kelainan neurologis yang

menyertai kelainan parenkim hati), syok hipovolemik (kehilangan volume

darah sirkulasi sehingga curah jantung dan tekanan darah menurun),

aspirasi pneumoni (infeksi paru yang terjadi akibat cairan yang masuk

saluran napas), dan anemi posthemoragik (kehilangan darah yang

mendadak dan tidak disadari).12

Pencegahan

Hindari factor penyebab

tidak menggunakan obat-obat yang mengiritasi lambung, makan teratur atau tidak

terlalu cepat, mengurangi makan makanan yang terlalu pedas dan berminyak, hindari

merokok dan banyak minum kopi/alkohol,kurangi stres.4

14

Page 15: Pleno Sk.2 Hematemesis

Prognosis

Pada umumnya penderita dengan perdarahan saluran makan bagian atas yang disebabkan

pecahnya varises esofagus mempunyai faal hati yang buruk. terganggu sehingga setiap

perdarahan baik besar maupun kecil mengakibatkan kegagalan hati yang berat. Banyak faktor

yang mempengaruhi prognosis penderita seperti faktor umur, kadar Hb, tekanan darah selama

perawatan, dan lain-lain. Hasil penelitian Hernomo menunjukan bahwa angka kematian

penderita dengan perdarahan saluran makan bagian atas dipengaruhi oleh faktor kadar Hb

waktu dirawat, terjadi/tidaknya perdarahan ulang, keadaan hati, seperti ikterus, encefalopati .

Mengingat tingginya angka kematian dan sukarnya dalam menanggulangi perdarahan

sakuran makan bagian atas maka perlu dipertimbangkan tindakan yang bersifat preventif

terutama untuk mencegah terjadinya sirosis hati.10

Kesimpulan

Hematemesis adalah muntah darah benvarna hitam ter yang berasal dari saluran cerna bagian

atas. Melena adalah buang air besar (BAB) berwama hitam ter yang berasal dari saluran

cerna bagian atas. Yang dimaksud dengan saluran cerna bagian atas adalah saluran cerna di

atas (proksimal) ligamentum Treitz, mulai dari jejunum proksimal, duodenum, gaster dan

esofagus. Jadi dapat disimpulkan sesuai dengan skenario 2, pasien tersebut terkena

Hematemesis dan Melena et causa Gastritis Erosif dimana salah satu faktor pencetus penyakit

tersebut adalah adanya riwayat konsumsi aspirin untuk penyakit jantungnya karena aspirin

sendiri merupakan analgetik antipiretik yang mempunyai efek samping ke penyakit gastritis.

Daftar pustaka

15

Page 16: Pleno Sk.2 Hematemesis

1. Sudoyo A W, Bambang S, Idrus A, Simadibrata K M, Setiati S. Pengelolaan

perdarahan saluran cerna bagian atas. Dalam: Buku AjarIlmu Penyakit

Dalam.Jakarta:Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2006.h. 289-95.

2. Gleadle J. At A Glance Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik. Jakarta: Erlangga;

2007.h.215-16.

3. Asdie Ahmad H: Perdarahan Saluran Makanan dalam: Harrison: Prinsip-Prinsip Ilmu

Penyakit Dalam.Isselbacher Kurt J, Braunwald Eugene, Wilson Jean D, Martin Joseph

B, Fauci Anthony S, Kasper Dennis L.Universitas Gadjah Mada/RSUP

Dr.Sardjito.Yogjakarta 1999. hlm 259-262

4. AHLQUIST DA et al: Fecal blood levels in health and disease: A study using

Hemoguant.N Engl J Med 312:1422,1985

5. Sastroamoro S, dkk. Panduan pelayanan medis. Jakarta: Departemen Penyakit

DalamRSUP Nasional dr. Cipto Mangunkusumo; 2007.h.6-10.

6. Sepe PS, Yachimski PS, Friedman LS. Gastroenterology. In: Sabatine MS, ed. Pocket

medicine, 3rd ed. Lippincott W, Wilkins: Philadelphia; 2008.p.1-25.

7. Portal Kedokteran 2008.Hematemesis Melena.Website Address: http:// Hematemesis

Melena.com

8. Mitchell R N, et al. Buku Saku Dasar Patologis Penyakit Robbins & Cotran. Edisi 7.

Jakarta: EGC; 2006.h.469-70.

9. Uripi V. Menu untuk penderita kanker. Jakarta: Puspa Swara, Anggota IKAPI;

2005.h.31.

10. Wahyu Rahmad Haryadie. Esofagitis. Diunduh dari

www.kampusdokter.blogspot.com/2012/12/esofagitis.html, 14 Mei 2014.

11. Adi P. Pengelolaan perdarahan saluran cerna bagian atas.Dalam: Buku Ajar Ilmu

Penyakit Dalam Jilid I. Edisi IV. Jakarta: Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia; 2006.h.289-98.

12. Mubin A H. Panduan Praktis Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 2: Diagnosis dan Terapi.

Jakarta: EGC; 2006.h.105-9.

16