TH ASRAMA MAHASISWA DI SURAKARTA

12
Bisma Fajar Mustofa, Widi Suroto, Hari Yuliarso/ Jurnal SENTHONG 2019 267 ASRAMA MAHASISWA DI SURAKARTA DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR EKO-KULTUR SEBAGAI SOLUSI HUNIAN SEMENTARA Bisma Fajar Mustofa, Widi Suroto, Hari Yuliarso Prodi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta [email protected] Abstrak Tujuan penelitian berikut, adalah sebagai solusi dari permasalahan yang terdapat pada hunian sementara, berupa asrama mahasiswa yang belum mampu menghadirkan interaksi antara manusia dengan alam sekitar dan keberlanjutan kultur. Pembangunan asrama yang kurang memperhatikan ketersediaan ruang terbuka dan ruang hijau, menjadi salah satu penyebab interaksi penghuni dengan lingkungan sekitar berkurang. Beberapa aspek arsitektur eko-kultur diterapkan sebagai strategi desain pada asrama mahasiswa. Hasil dari asrama yang terbangun, memiliki kemampuan untuk mendorong terjadinya interaksi kuat antara penghuni asrama dengan lingkungan sekitar. Pelaksanaan strategi desain arsitektur eko-kultur dicapai dengan perubahan dan penggunaan kembali teknik konstruksi tradisional, pengelompokan bangunan, dan pola permukiman sebagai ekspresi keberlanjutan budaya. Sehingga sesuai dengan konteks lokasi asrama berada, serta menjadikan kultur-keperilakuan mahasiswa yang berbeda menjadi bahan pertimbangan dalam merancang. Metode penelitian yang digunakan adalah metode apresiatif atau deskriptif kualitatif. Dari analisis terhadap arsitektur eko-kultur tersebut, menghasilkan penerapan strategi disain di beberapa bagian bangunan. Penerapan eko-kultur diantaranya Interior yang bisa digunakan untuk kegiatan bersama maupun kegiatan pribadi, tampilan eksterior yang merupakan hasil aplikasi dari aspek kultur mahasiswa yang berbeda-beda, dan bentuk bangunan adaptasi dari bangunan Keraton Kasunanan Kartasura. Pemasangan utilitas yang mempertimbangkan unsur keaslian lahan, untuk mempertahankan bio-regional yang ada di lingkungan sekitar asrama mahasiswa. Kata kunci: interaksi, asrama mahasiswa, keberlanjutan budaya, eko-kultur 1. PENDAHULUAN Surakarta tidak hanya berperan sebagai tujuan wisata saja, tetapi banyak yang menjadikan Kota Surakarta sebagai tujuan untuk menimba ilmu dan mengembangkan ilmu pengetahuan, baik ilmu ekonomi, sosial, politik, teknologi, agama, serta budaya. Menurut Tim Peneliti dari Fakultas Ilmu Sosial dan Politik UNISRI (2017), dari segi jumlah, Surakarta memiliki 63 perguruan tinggi yang meliputi 11 universitas, 13 sekolah tinggi, 5 politeknik, 32 akademi, dan 2 institut. Berdasarkan survei yang dilakukan di beberapa kampus yang berlokasi di Surakarta, antara rentang tahun 2014 sampai tahun 2017, terdapat jumlah mahasiswa, terutama yang berasal dari luar Jawa Tengah, mengalami peningkatan secara fluktuatif. Berikut penjabaran data jumlah mahasiswa luar Jawa Tengah: Pertama, data yang diperoleh berasal dari beberapa kampus yang tergolong besar serta berada di Surakarta dan sekitar. Kedua, data yang dicari berupa jumlah mahasiswa yang berasal dari luar Jawa Tengah yang menuntut ilmu atau berkuliah di Surakarta. Ketiga, pada tahun 2014 hingga tahun 2015 terdapat 271 mahasiswa berasal dari luar Jawa Tengah yang berkuliah di Surakarta. Keempat, pada tahun 2015 hingga tahun 2016 terdapat 1279 mahasiswa berasal dari luar Jawa Tengah yang berkuliah di Surakarta. Kelima, pada tahun 2016 hingga tahun 2017 terdapat 1042 mahasiswa berasal dari luar Jawa Tengah yang berkuliah di Surakarta. Dari penjabaran data di atas, peningkatan jumlah mahasiswa pada suatu perguruan tinggi mempengaruhi peningkatan kebutuhan akan hunian sementara untuk mengakomodasi kebutuhan mahasiswa, baik segi akademis maupun non-akademis. Di Kota Surakarta, terdapat beberapa sarana berupa asrama mahasiswa, baik bertipe rumah sewa (kontrakan) atau bertipe gedung. Pada perancangan ini dipilih asrama mahasiswa bertipe gedung, sebab memiliki cakupan daya tampung yang luas. Berikut penjabaran data tentang kebutuhan asrama mahasiswa : Pertama, terdapat 190 peminat Asrama Mahasiswa UNS dan 1500 peminat Asrama Mahasiswa UMS, pada tahun 2013 hingga

Transcript of TH ASRAMA MAHASISWA DI SURAKARTA

BismaFajarMustofa,WidiSuroto,HariYuliarso/JurnalSENTHONG2019

267

ASRAMAMAHASISWADISURAKARTADENGANPENDEKATANARSITEKTUREKO-KULTURSEBAGAISOLUSIHUNIANSEMENTARA

BismaFajarMustofa,WidiSuroto,HariYuliarso

ProdiArsitekturFakultasTeknikUniversitasSebelasMaretSurakartafajarbisma13@gmail.com

Abstrak Tujuan penelitian berikut, adalah sebagai solusi dari permasalahan yang terdapat pada huniansementara,berupaasramamahasiswayangbelummampumenghadirkan interaksiantaramanusiadenganalamsekitardankeberlanjutankultur.Pembangunanasramayangkurangmemperhatikanketersediaanruangterbukadanruanghijau,menjadisalahsatupenyebabinteraksipenghunidenganlingkungansekitarberkurang.Beberapaaspekarsitektureko-kulturditerapkansebagai strategidesainpadaasramamahasiswa.Hasildariasrama yang terbangun,memiliki kemampuan untukmendorong terjadinya interaksi kuat antara penghuniasramadenganlingkungansekitar.Pelaksanaanstrategidesainarsitektureko-kulturdicapaidenganperubahandan penggunaan kembali teknik konstruksi tradisional, pengelompokan bangunan, dan pola permukimansebagai ekspresi keberlanjutan budaya. Sehingga sesuai dengan konteks lokasi asrama berada, sertamenjadikan kultur-keperilakuanmahasiswa yang berbedamenjadi bahan pertimbangan dalammerancang.Metodepenelitianyangdigunakanadalahmetodeapresiatifataudeskriptifkualitatif.Darianalisis terhadaparsitektur eko-kultur tersebut, menghasilkan penerapan strategi disain di beberapa bagian bangunan.Penerapan eko-kultur diantaranya Interior yang bisa digunakan untuk kegiatan bersamamaupun kegiatanpribadi,tampilaneksterioryangmerupakanhasilaplikasidariaspekkulturmahasiswayangberbeda-beda,danbentuk bangunan adaptasi dari bangunan Keraton Kasunanan Kartasura. Pemasangan utilitas yangmempertimbangkanunsurkeaslianlahan,untukmempertahankanbio-regionalyangadadilingkungansekitarasramamahasiswa.

Katakunci:interaksi,asramamahasiswa,keberlanjutanbudaya,eko-kultur

1.PENDAHULUANSurakartatidakhanyaberperansebagaitujuanwisatasaja, tetapibanyakyangmenjadikan

KotaSurakartasebagaitujuanuntukmenimbailmudanmengembangkanilmupengetahuan,baikilmuekonomi,sosial,politik,teknologi,agama,sertabudaya.MenurutTimPenelitidariFakultasIlmuSosialdanPolitikUNISRI(2017),darisegijumlah,Surakartamemiliki63perguruantinggiyangmeliputi11universitas, 13 sekolah tinggi, 5 politeknik, 32 akademi, dan 2 institut. Berdasarkan survei yangdilakukandibeberapakampusyangberlokasidiSurakarta,antararentangtahun2014sampaitahun2017, terdapat jumlah mahasiswa, terutama yang berasal dari luar Jawa Tengah, mengalamipeningkatansecarafluktuatif.BerikutpenjabarandatajumlahmahasiswaluarJawaTengah:Pertama,datayangdiperolehberasaldaribeberapakampusyangtergolongbesarsertaberadadiSurakartadansekitar.Kedua,datayangdicariberupajumlahmahasiswayangberasaldariluarJawaTengahyangmenuntutilmuatauberkuliahdiSurakarta.Ketiga,padatahun2014hinggatahun2015terdapat271mahasiswaberasal dari luar JawaTengah yangberkuliahdi Surakarta. Keempat, pada tahun2015hingga tahun 2016 terdapat 1279 mahasiswa berasal dari luar Jawa Tengah yang berkuliah diSurakarta.Kelima,padatahun2016hinggatahun2017terdapat1042mahasiswaberasaldari luarJawaTengahyangberkuliahdiSurakarta.

Dari penjabarandata di atas, peningkatan jumlahmahasiswapada suatu perguruan tinggimempengaruhi peningkatan kebutuhan akanhunian sementara untukmengakomodasi kebutuhanmahasiswa,baiksegiakademismaupunnon-akademis.DiKotaSurakarta,terdapatbeberapasaranaberupa asrama mahasiswa, baik bertipe rumah sewa (kontrakan) atau bertipe gedung. Padaperancangan inidipilihasramamahasiswabertipegedung, sebabmemiliki cakupandaya tampungyang luas.Berikutpenjabarandatatentangkebutuhanasramamahasiswa :Pertama, terdapat190peminatAsramaMahasiswaUNSdan1500peminatAsramaMahasiswaUMS,padatahun2013hingga

SENTHONG,Vol.2,No.1,Januari2019

268

tahun2017.Kedua,terdapat120mahasiswaditerimadiAsramaMahasiswaUNSdan270mahasiswaditerima di Asrama Mahasiswa UMS, pada tahun 2013 hingga tahun 2017. Ketiga, terdapat sisamahasiswayangtidakmemperolehkamarasramamahasiswasebanyak530mahasiswa.Jumlahsisamahasiswayangtidakterakomodasi,menunjukkankebutuhanasramamahasiswamasihdibutuhkandiSurakarta.MenurutUndang-UndangNomor20Tahun2003tentangSistemPendidikanNasionaldiIndonesia bahwa, jenjang pendidikan di Indonesia terdiri dari Pendidikan Dasar (SD), PendidikanMenengah, dan Pendidikan Tinggi. Pada pendidikan tinggi di Indonesia berskala nasional, pesertadidiknyaberasaldariseluruhwilayahIndonesiadanmemilikilatarbelakangkulturyangberagam.

JosephDeChiara(1993),akibatperbedaanbudayayangdibawaolehmahasiswadaridaerahmasing-masing,desainasramapunturutberdampakbagikegiatansehari-harimahasiswa.Olehsebabitu,arsitekturEko-kulturdibutuhkanuntukmemecahkanpersoalandisainarsitekturalyangberkaitanterhadap kebutuhan hunian sementara bagi mahasiswa, dengan memperhatikan keseimbanganlingkungan alam sekitar. Perancangan dengan pendekatan arsitektur eko-kultur, bertujuanmenghasilkanbangunanasramamahasiswayangmembantumenjagakelangsunganekosistemdankeberlanjutanbudaya lokalitas.MenurutteoridariGrahamFarmerdanSimonGuy(2008),strategieko-kultur dapat dicapai dengan beberapa cara. Pertama, merancang produk arsitekturalmenggunakan energi secara efisien. Kedua, menggunakan bahan-bahanmaterial alam yang tidakdapatdiperbaharuisecaraefisien.Ketiga,menekankanpenggunaanbahanalamsecaradaurulang.Keempat, menjadikan unsur kultur-keperilakuan yang berbeda-beda dari tiap mahasiswa sebagaibahanpertimbanganuntukmendesainsehinggaobjekperancangandapatbersinergidengansegalakomponen daerah di mana objek perancangan berada. Aspek yang diambil sesuai dengan teorimenurutB.SetiawandanHaryadidalambukunyaArsitektur,Lingkungan,danPerilaku(2010).

2.METODEPENELITIAN

Metodependekatandesainmenggunakanmetodearsitektureko-kultur.Arsitektureko-kulturmerupakanlogikaeko-budayayangmenyorotipelestariandankonservasiberagamarketipebudayayang ada dengan memerhatikan kontinuitas budaya. Logika arsitektur eko-kultur mengarah padatransformasi dan penggunaan kembali teknik konstruksi tradisional, tipologi bangunan, dan polapermukimanuntukekspresikeberlanjutanbudaya. (GrahamFarmerdanSimonGuy,2008).Alasanpemilihanstrategiperancangandenganpendekatanarsitektureko-kulturkarenamahasiswasebagaitargetpenghuniasrama,berasaldariberbagaidaerahdiIndonesiayangmemilikilatarbelakangkulturberbeda.Dengan demikian, perlumemasukkan strategi disain untukmenjaga identitas kultur tiapdaerah agar tetap terjaga. Alasan lain adalah membantu menjaga keaslian lingkungan sekitar,sehingga lingkungan menjadi daya dukung yang kuat terhadap objek perancangan. Penggunaankonsep arsitektur eko-kultur, juga turutmembantumengangkat citra Kota Surakarta sebagai kotabudaya.

Daripenjelasanmengenaiarsitektureko-kultur,kemudianditerapkanciri-ciriarsitektureko-kultur ke dalam bangunan asrama mahasiswa. Pertama, menggunakan kembali teknik konstruksitradisionalsertamaterialalam.Kedua,tipologibangunan.Ketiga,polapenyelesaiansebagaiekspresikeberlanjutankultur.Keempat,pelestariandankonservasiberbagaiarketipebudayayangadadenganmemerhatikankontinuitasbudaya.Kelima,penyediaanruang-ruangbudaya.

Ciri-ciri arsitektureko-kultur tersebut, kemudianditerapkankebagian-bagianperancanganasrama mahasiswa. Dengan demikian, didapat suatu rancangan bangunan yang mengutamakanlokalitas dan menyesuaikan keberlanjutan kultur. Berikut aplikasi beberapa aspek arsitektur eko-kulturpadaasramamahasiswa.Pertama,adalahtapak.Responkonseppadatapakyangdihasilkanberdasarkanarsitektureko-kulturadalah,memperhatikankarakteristikwilayahhayati (bioregional)danbudayawilayahuntukmenciptakanlingkunganyangharmonisdengankarakteristikfisiklokaldanbioregionalwilayah. Kedua, adalah ruang. Pada pangaturan ruang, terdapat beberapa aspek yangditerapkan,meliputipengaturanpencahayaan,pengaturanpenghawaan,penggunaanmaterialalami

BismaFajarMustofa,WidiSuroto,HariYuliarso/JurnalSENTHONG2019

269

danmaterialekspos,sertapemberianruangbudayasebagaiaplikasikonsepeko-kultur.Ketiga,adalahbangunan (bentuk). Pengaturan bangunan dengan konsep arsitektur eko-kultur, yaitu mengaturkomposisibangunan,zoning,danfasaddaribangunansehinggamampumenyesuaikandengankondisilingkunganfisiksekitardankondisibudayasekitar.Keempat,adalahstrukturdanutilitas.Strukturdanutilitas bangunan disesuaikan dengan pengambilan material yang mudah digunakan, denganmemperhatikan kondisi tapak untuk menjaga keaslian tapak. Sehingga aplikasi eko-kultur dapatmenyeluruhkesetiapbagianbangunan,termasukstrukturbangunandanutilitas.

Metode disain yang digunakan dalam proses perencanaan dan perancangan asramamahasiswa adalah,metode apresiatif atau deskriptif kualitatif.Metode tersebutmemiliki 3 aspekberupatahapide,tahaptransformasi,dantahapfisikproduk.

3.HASILDANPEMBAHASAN

Beberapahalyangharusdiperhatikanagarpenerapanarsitektureko-kulturdapatmeresponpermasalahanhuniandenganbaik,yaituperuangan, lokasi,strukturdanutilitas,bentukbangunan,fasad, serta interior ruang. Penerapan arsitektur eko-kultur sudahberhasil dilakukanpada sebuahbangunanhoteldiSriLankakaryaarsitekGeoffreyBawa,yaituBentotaBeachHotel.BentotaBeachhotelsuksesmenjadisalahsatuhotelyangdapatmeresponkondisialamdanbudayadisekitar.

Pertama, perencanaan ruang berdasar arsitektur eko-kultur, antara lain denganmengaturpencahayaandanpenghawaan,penggunaanmaterial,sertapenataaninterior.Pengaturanperuangandilakukanpadakamartidurasramamahasiswa,mengingatkegiatanutamapadaasramamahasiswaadalah beristirahat. Penerapan konsep arsitektur eko-kultur pada penghawaan dan pencahayaanadalah,menjagakeaslianunsuralamdariluardenganmemberibukaansilang,agarudaradancahayaalami dapatmasuk optimal untukmengurangi kelembapan di dalam kamar. Ukuran bukaan padajendela dibuat luas, sehinggamahasiswa dapatmerasakan unsur alam dari luar ke dalam kamar.AplikasibukaandapatdilihatpadaGambar1.

Gambar1.BukaanRuangHunian

Aplikasi arsitektur eko-kultur pada ruang selanjutnya ialah low-tech, dilakukan denganmenggunaan material lokal dan material ekspos guna merespon suhu dari luar. Material eksposmemberikankesandingindalamruangan,sedangkanmateriallokal,memberikankesanhangatgunamencapaikenyamanantermalpadakamartidurmahasiswa.PenggunaanmaterialbisadilihatpadaGambar2.

SENTHONG,Vol.2,No.1,Januari2019

270

Gambar2.PemilihanPenggunaanMaterial

Respon terhadap konsep arsitektur eko-kultur pada ruang lain adalah, penyediaan ruangbudayadanruangkomunal.Ruangbudayayangberfungsisebagaiwadahkegiatanrekreasi,diskusi,dan kegiatan lain yang melibatkan banyak orang (makro), dapat merespon permasalahankeberlanjutanbudayayangsemakinmemudar.Denganruangbudaya,mahasiswadapatmenyalurkanbakat serta tetap melestarikan budaya. Ruang komunal berfungsi sebagai ruang transit untukbersantai, kegiatan belajar di luar kamar, dan kegiatan bersosial antarpenghuni kamar (mikro).Pemberian ruang-ruang komunal tersebut, guna merespon permasalahan kultur-keperilakuanmahasiswa berupa aktivitas sosial antar penghuni yangminim. Ruang komunal dan budaya dapatdilihatpadaGambar3.

Gambar3.RuangBudayadanRuangKomunal

Ekspresiarsitektureko-kulturlain,jugaditunjukkandenganpemberianornamentasi,berupa

batikdariberbagaiwilayahdiIndonesiayangdipasangpadapintulipatruangbudaya.Ornamentasibatik tersebut, bertujuan untuk mengingatkan mahasiswa terhadap budaya asal tanah kelahiran.(Gambar4).

Tembokplester

Plafon,Furniturdankusenkayu

BismaFajarMustofa,WidiSuroto,HariYuliarso/JurnalSENTHONG2019

271

Gambar4.PenerapanOrnamenBatikpadaRuangBudaya

Kedua, dasar pertimbangan pemilihan lokasi sesuai dengan perencanaan pengembanganwilayah Kota Surakarta berdasar RTRW yang berlaku tahun 2011-2031 (PERDA KOTA SURAKARTANOMOR1,2012).Penerapankonseparsitektureko-kulturpadasiteadalah,denganmemilih lokasipadatempatyangstrategis,sepertiterletakdiwilayahdenganjumlahkampuslebihdarisatu,kondisisitemasihdikelilingi lingkungan alami, seperti taman, hutan kecil, dan sungai, berdekatandenganfasilitasumum,sertakemudahanpencapaiankedalamdanluarsite(Gambar5).

Sumber:https://www.google.com/maps/place/Surakarta,+Surakarta+City

Gambar5.SiteTerpilih

JebresKentingan

SENTHONG,Vol.2,No.1,Januari2019

272

SesuaiGambar5,siteterpilihberadadiJalanKyaiH.Masykur,Kentingan,KecamatanJebres,Kota Surakarta.Site yang terpilihmemiliki batasUtaradenganpemukimandanRumahSakit Jiwa,bagianBaratberbatasandenganUNS,kiosmebeldanpemukiman,bagianSelatandenganPDAMdanRusunawa, serta bagian Timur site terdapat beberapa permukiman dan Sungai Bengawan Solo.Penerapanlaindarikonseparsitektureko-kulturpadasiteadalah,pengadaptasianobjekperancanganterhadaplokalitasdankarakteristikfisiklingkungansekitarasrama.Meminimalkancutandfillpadakonturlahangunamenjagakeaslianbentuklahan.Memberikanjenistanamanhasil,sepertitanamanpenghasilkayudantanamanpenghasilbuah,gunamenjagabio-regionalyangada.PengolahanlahandanvegetasidapatdilihatpadaGambar6.

Gambar6.KonturdanVegetasi

Pemasanganvegetasidilakukanjugadiareaperbatasanluarasrama.Vegetasiyangditanamberfungsisebagaipohondindingatautanamanpagarhidup.Jenisvegetasiyangdipilihadalahjenistanam-tanamanperdu,sepertipohoncedar,bambu,tanamanpucukmerah,tanamanrambat,danlain-lain.AplikasitanamanpagarhidupdiasramamahasiswaSurakartadapatdipadukandenganpagarkonvensional, seperti yang terdapat pada asrama mahasiswa UGM yang memadukan tanaman-tanaman dengan pagar besi. Pemberian tanaman pagar hidup guna merespon konsep adaptasibangunanterhadap lingkungansekitar,sertamemecahkanmasalahkesanasramamahasiswayangkakudantertutup.Tanamanpagarhidupmemberisuasanaasramayangterbuka,sertameminimalkankontrasantaralingkunganmasyarakatdanlingkunganasramamahasiswa.Pemasanganpagarhidupdilakukan dengan tidakmelupakan segi keamanan asrama, yaitumemberikan pagar konvensionalberdampingandengantanamanpagarhidup.LihatpadaGambar7.

Gambar7.UGMResidence

Sumber:http://residence.ugm.ac.id/list.php?kat=Fasilitas-zona

Tanamanpenghasil

PotonganKontur

BismaFajarMustofa,WidiSuroto,HariYuliarso/JurnalSENTHONG2019

273

Gambar8.TanamanPagarHidup

Ketiga,penerapanarsitektureko-kulturpadabangunanasramamahasiswa,membutuhkansuatubentukyangmenarik,sehinggastrukturharusmampumenaungibentukyangditimbulkandaripenggunaan arsitektur eko-kultur. Bangunan asrama mahasiswa tersebut, menggunakan sistemstrukturmodulardanpanggung.Sistemstrukturmodulardanpanggung,mengadaptasistrukturyangsebagianbesardigunakanpadarumahadatIndonesia.Strukturmodulardanpanggungbergunauntukmeminimalkankerusakanpadatanah,sertamemanfaatkanruangdibawahbangunanuntukfungsisosial, dan sebagai ruang servis. Komposisi bangunanberupa linier ke arahBaratdanUtara, sertamemilikibentukbangunanmemanjang.Untukmencegahkerusakanbangunanakibatgempakarenabentuk memanjang, maka dilakukan pemisahan struktur atau dilatasi. Pada bangunan asrama,dilakukandilatasipadatiap25meterdaripanjangbangunan.Strukturpenutupatapmenggunakanmateriallokaldanfabrikasiramahlingkungan,sepertirangkabajadanbajaringandenganpenutupmaterialberupagentengtembikar,galvalum,dandakbeton.LihatpadaGambar9.

Gambar9.DilatasiPadaPotongan

dilatasi

dilatasi

SENTHONG,Vol.2,No.1,Januari2019

274

Penerapankonseparsitektureko-kulturpadautilitas,adalahmemasangsumurresapanyangberfungsiuntukmenampungairhujanagartidakterbuanglangsung,sertamenambahkemampuantanah dalam menyerap air. Pemasangan water treatment berupa grey water, berfungsi untukmengolahlimbahdapuratautoilet,agardapatdigunakankembaliuntukpenyiramantamanataucucikendaraan.

Gambar10.PemasanganGreyWater

Gambar11.GreyWater

Keempat,penerapanperancanganbentuksesuaiarsitektureko-kultur.Perancanganbentukbangunanasramamemanjang,diadaptasidaribentukbekas tempat tinggalabdidalemdiKeratonKasunanan Kartasura. Penggunaan bentuk memanjang karena menyesuaikan bentuk lahan yangmelebar ke arah Timur dan Utara. Bentuk memanjang, memudahkan pencapaian bagi penghunimaupunpenggunadari luar,untukmencapairuang-ruangyangadadikawasanasramamahasiswaSurakarta.

Gambar12.BentukBangunanAsrama

BismaFajarMustofa,WidiSuroto,HariYuliarso/JurnalSENTHONG2019

275

Penerapankonseparsitektureko-kulturlainadalahotentik,yaitumemberikanfasilitasberuparuangperibadatanagamadiIndonesia.Bentukbangunanperibadatanmemerhatikanfungsitempatibadahmasing-masingagama, sehinggabentuk yangditerapkanmasihmemiliki unsurotentikdaribentukbangunanperibadatansemuaagamadi Indonesia.Pemberianruangperibadatanbertujuanmenjagadanmelestarikan kulturmahasiswa,baik yang sudahada sejak lahirmaupunkultur yangdilatih melalui norma-norma masyarakat yang berlaku. Tujuan lain adalah, mahasiswa tetap bisamenjalankanadatkeagamaan,walaupunjauhdaridaerahasal.

Gambar13.BangunanPeribadatan

BangunanPura

BangunanMasjidBangunanVihara

BangunanGerejaKatolik

BangunanGerejaKristen

BangunanPeribadatan

SENTHONG,Vol.2,No.1,Januari2019

276

Kelima, penerapan konsep arsitektur eko-Kultur pada fasad, dilakukan dengan pemberianunsur-unsurbangunanJawa.Sepertitopenganataugerbangpadaentrance,pemberiankonsolsepertipadarumahadatJawa,danpemberianMakuthopadaatapbangunanasrama.Pemberianunsur-unsurbangunanJawaadalahsebagaiaksenpadabangunan,sehinggabangunanasramamemilikitampakbangunanyangtidakterlalukontrasdenganbangunansekitar.

Gambar14.Topengan,KonsoldanMakuthoPadaAsramaMahasiswa

Keenam, penerapan konsep arsitektur eko-kultur pada bagian interior. Penerapan konseparsitektureko-kulturyangditerapkanadalah,pemasanganmaterialekspos.Materialeksposbersifatramahdansejuk,sertamampumenghadirkanunsuralamikedalambangunan.Penerapankonsepeko-kulturlainadalahpemberianverticalgarden,berfungsimereduksipanasyangdatanglangsungkearahbangunan.Pemberianverticalgardenjugabertujuanmembantumenjagabioregionalmahklukhidup.Pemberianverticalgardenutama,ditempatkanpadadapurasramadenganmemillihtanamanyang mampu hidup walaupun di ruang tertutup, serta tanaman yang mampu mereduksi karbondioksida.

Gambar15.InteriorDapurAsramaMahasiswa

Konsol

Topengan

Konsol

Makutho

BismaFajarMustofa,WidiSuroto,HariYuliarso/JurnalSENTHONG2019

277

Gambar16.InteriorRuangKomunalAsramaMahasiswa

4.KESIMPULANDANSARAN

Terdapat lima tahapmenerapkan konseparsitektur eko-kulturdalamperancanganasramamahasiswa di Surakarta, yaitu tahap peruangan, pemilihan lokasi, komposisi bentuk, penggunaanstruktur,danpenggunaanutilitas.Daritahapanyangada,diharapkanmampumeresponkebutuhanhunian sementara bagi mahasiswa dengan menghadirkan konsep arsitektur eko-kultur padabangunanasramamahasiswaSurakarta,sehinggamampuberfungsisebagaitempatberistirahatidealbagimahasiswaselamamenempuhpendidikantinggidiKotaSurakarta.SalahsatutujuanmakrodariperancanganasramamahasiswadiSurakarataadalah,sebagaipeningkatkualitaspendidikantinggi,mengingatasramamahasiswamerupakansalahsatufasilitaspentingbagiperguruantinggi.

Arsitektureko-kulturditerapkansesuaidengan fungsibangunanterhadapkulturpenghuni,lingkungan,dankeberlanjutanbudayasekitar.Mengingatunsurpembangunanjugameliputiisu-isukeadilan,pemerataan,danhakasasi.Akan tetapi, perludicatatbahwa fenomenakulturpada tiappenghunitentuberbeda,sekaligusmerupakansesuatuyangsensitifdanmemerlukanwaktutertentuuntuk berbaur, kemudian menghasilkan suatu kolaborasi yang saling menguntungkan. Tidak adabentukkhususmaupun langgamkhususpadabangunanyangmenjadiciridalamkonseparsitektureko-kultur,sebabperancanganmenggunakankonseparsitektureko-kulturmencakupbanyakaspek.Tidaksemuatahapandanaspekdiatas,mampuditerapkanpadaperancangansuatuobjekbangunan.Hasil dari penerapan konsep arsitektur eko-kultur adalah bangunan dapat memenuhi kebutuhanmahasiswa,berupatempatberistirahatsementarayangidealselamamenjalanimasaperkuliahandiKota Surakarta, dengan tidak menghilangkan unsur karakteristik lokal yang ada, serta menjagakeberlanjutankulturdaerah.

SENTHONG,Vol.2,No.1,Januari2019

278

REFERENSI

Chiara, De Joseph and John Hancock. 1993. Time-Saver Standards for building Types. SingaporeFarmer, Graham and Guy Simon. 2008. Reinterpreting Sustainable Architecture: Theories, Discourses,Practices.Newcastle:Routledge.Koentjaraningrat.1979.PengantarIlmuAntropologi.Jakarta:AksaraBaru. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NO : 5/PRT/M/2007. Pedoman Teknis

PembangunanRumahSusunSederhanaBertingkatTinggi. (PERDAKOTASURAKARTANOMOR1,2012)

Setiawan, B dan Haryadi. 2010.Arsitektur, Lingkungan, dan Perilaku. Yogyakarta: Gadjah MadaUniversityPress. (Undang-UndangRepublikIndonesiaNomor12,2012)UUNomor20Tahun2003BabVIPasal13Ayat1 Saktiokta,KrisnaNandang.2017.“SoloPotensialSebagaiAlternaitfKotaTujuanPendidikan”. Tribun News. Rabu, 22 Februari 2017, dilihat 25 April 2017 < http://solo.tribunnews.com/2017/02/22/tim-peneliti-unisri-solo-potensial-sebagai- alternatif-kota-tujuan-pendidikan>