SEMINAR NASIONAL TEKNOPRENEURSHIP & ALIH TEKNOLOGI · 2018. 11. 1. · Seminar Nasional...

24
Membangun Budaya Kreatif dan Ekosistem Bisnis Berbasis Teknologi SEMINAR NASIONAL ALIH TEKNOLOGI TEKNOPRENEURSHIP & PROSIDING Seminar Nasional Technopreneurship dan Alih Teknologi Volume 2, Januari 2017 ISSN 2502-6607 didukung oleh :

Transcript of SEMINAR NASIONAL TEKNOPRENEURSHIP & ALIH TEKNOLOGI · 2018. 11. 1. · Seminar Nasional...

Page 1: SEMINAR NASIONAL TEKNOPRENEURSHIP & ALIH TEKNOLOGI · 2018. 11. 1. · Seminar Nasional Technopreneurship dan Alih Teknologi Tahun 2016 dengan tema “Membangun Budaya Kreatif dan

Membangun Budaya Kreatif dan Ekosistem Bisnis Berbasis Teknologi

SEMINAR NASIONAL

ALIH TEKNOLOGITEKNOPRENEURSHIP &

PROSIDING

Seminar Nasional Technopreneurship dan Alih TeknologiVolume 2, Januari 2017

ISSN 2502-6607

didukung oleh :

Page 2: SEMINAR NASIONAL TEKNOPRENEURSHIP & ALIH TEKNOLOGI · 2018. 11. 1. · Seminar Nasional Technopreneurship dan Alih Teknologi Tahun 2016 dengan tema “Membangun Budaya Kreatif dan
Page 3: SEMINAR NASIONAL TEKNOPRENEURSHIP & ALIH TEKNOLOGI · 2018. 11. 1. · Seminar Nasional Technopreneurship dan Alih Teknologi Tahun 2016 dengan tema “Membangun Budaya Kreatif dan

Seminar Nasional Technopreneurship dan Alih Teknologi 2016

Pusat Inovasi - LIPI

ii

   

ISSN 2502-6607

KATA PENGANTAR KETUA PANITIA PELAKSANA

Bismillahirrahmanirrahim, Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan KaruniaNya kepada kita semua sehingga forum ilmiah ini telah terlaksana dengan baik dan memberikan banyak masukan substansial dan mendalam terkait tema yang diangkat dalam kegiatan ini.

Seminar Nasional Technopreneurship dan alih teknologi Tahun 2016 ini merupakan kegiatan tahunan ke-2 yang diselenggarakan oleh Pusat Inovasi bekerjasama dengan Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi, serta didukung oleh Himpunan Peneliti Indonesia (Himpemindo), PT. Cross Media Indonesia (PT. CMI), Asosiasi Science Technolgoy Park Indonesia (ASTPI) dan Asosiasi Inkubator Bisnis Indonesia (AIBI).

Seminar Nasional Technopreneurship dan Alih Teknologi ini mengangkat tema Membangun Budaya Kreatif dan Ekosistem Bisnis Berbasis Teknologi. Sebagaimana kita ketahui bahwa pada abad ke 21 manusia menjadi subjek inti dari setiap wacana pembangunan dimana setiap aspek kehidupan memerlukan peran manusia yang lebih besar. Hal ini termasuk dalam upaya penyelesaian setiap masalah yang menuntut pencurahan kemampuan terbaik manusia sebagai sarana pemecahan masalah. Namun demikian, membangun manusia memerlukan penciptaan iklim dan lingkungan yang mendukung sehingga membentuk pola pikir dan perilaku yang mengarah pada karakter yang dikehendaki. Sayangnya, isu-isu mengenai pembangunan budaya kreatif belum banyak dibicarakan. Dengan demikian, forum ilmiah ini diharapkan mampu menggali dan menawarkan hasil hasil kajian dan ide kreatif dalam upaya menumbuhkembangkan budaya kreatif dan ekosistem bisnis berbasis teknologi untuk dapat bersaing dengan negara lain di era pasar bebas. Tema seminar nasional yang mengangkat tema “Membangun Budaya Kreatif dan Ekosistem Bisnis Berbasis Teknologi” menjadi sangat relevan untuk diwacanakan kembali. Kami merasa bangga bahwa kegiatan ini mampu menjaring tulisan ilmiah dengan beragam topik terkait yang berasal dari para peserta dengan latar belakang yang beragam oula, antara lain mahasiswa, peneliti, dosen dan praktisi yang tertarik pada isu-isu yang berkaitan dengan technopreneurship dan alih teknologi, khususnya budaya kreatif dan ekosistem bisnis berbasis teknologi. Kegiatan ini juga menjadi wahana bagi para peserta untuk berbagi temuan hasil penelitian dan pengalaman mereka.

Kegiatan ini berhasil menjaring 41 makalah dimana setelah dilakukan proses penyaringan diperoleh 23 makalah yang terpilih untuk diterbitkan dalam prosiding. Selain itu, terdapat 5 makalah yang dipublikasikan dalam Jurnal Ekonomi Pembangunan. Makalah yang masuk berasal dari peneliti dari unsur lembaga litbang, universitas, mahasiswa dan industri serta pemerhati perkembangan IPTEK dengan rincian berasal dari lembaga penelitian dan pengembangan, perguruan tinggi, dan praktisi/masyarakat umum.

Pada kesempatan ini juga, atas nama panitia kami mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah membantu terselenggaranya seminar nasional ini. Dan tentunya ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada para narasumber yang berasal dari beberapa Kementerian, universitas dan tokoh entrepereneur yang telah meluangkan waktunya guna memberikan pencerahan dan berbagi pengalaman dalam kegiatan ini.

Wabihitaufiq walhidayah wasassalamu’alaikum warahmatullahhi wabarakatuh.

Ketua Panitia Seminar Nasional 2016

Ragil Yoga Edi,S.H., LL.M.

Page 4: SEMINAR NASIONAL TEKNOPRENEURSHIP & ALIH TEKNOLOGI · 2018. 11. 1. · Seminar Nasional Technopreneurship dan Alih Teknologi Tahun 2016 dengan tema “Membangun Budaya Kreatif dan
Page 5: SEMINAR NASIONAL TEKNOPRENEURSHIP & ALIH TEKNOLOGI · 2018. 11. 1. · Seminar Nasional Technopreneurship dan Alih Teknologi Tahun 2016 dengan tema “Membangun Budaya Kreatif dan

Seminar Nasional Technopreneurship dan Alih Teknologi 2016

Pusat Inovasi - LIPI

iii

   

ISSN 2502-6607

SAMBUTAN KEPALA PUSAT INOVASI LIPI

Puji dan syukur, kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, bahwa atas rahmat dan hidayah-Nya Prosiding

Seminar Nasional Technopreneurship dan Alih Teknologi Tahun 2016 dengan tema “Membangun Budaya Kreatif dan Ekosistem Bisnis Berbasis Teknologi” dapat diselesaikan dengan baik. Dimana pada kegiatan ini telah berhasil menjaring 41 makalah dimana setelah dilakukan proses penyeleksian dan menghasilkan 23 makalah yang terpilih untuk diterbitkan dalam prosiding. Selain itu, terdapat 5 makalah yang dipublikasikan dalam Jurnal Ekonomi Pembangunan

Pembangunan budaya kreatif dan ekosistem bisnis berbasis teknologi merupakan isu yang menarik dan strategis dalam peningkatan inovasi, khususnya inovasi yang berbasis teknologi. Namun, penerapan inovasi teknologi dan pengembangan ekonomi berbasis pengetahuan memerlukan kesiapan inovator dan technopreneur. Oleh karena itu, pembangunan budaya kreatif untuk menciptakan usahawan berbasis teknologi (technopreneur) merupakan tujuan dari pembuatan prosiding ini.

Prosiding dan Seminar ini menawarkan kesempatan yang berharga untuk bertukar pengetahuan, berbagi informasi dan mendiskusikan solusi mengenai masalah pembangunan budaya kreatif untuk menciptakan ekosistem berbasis teknologi. Saya sangat berharap bahwa melalui ide-ide yang dihasilkan dari seminar ini dapat menciptakan kontribusi nyata dalam pembangunan inovasi di Indonesia.

Akhirnya, Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah turut berpartisipasi baik secara langsung maupun tidak langsung dalam kegiatan Seminar Nasional Technopreneurship dan Alih Teknologi Tahun 2016 dengan tema “Membangun Budaya Kreatif dan Ekosistem Bisnis Berbasis Teknologi”.

Kepala Pusat Inovasi - LIPI Dr. Nurul Taufiqu Rochman, M.Eng

Page 6: SEMINAR NASIONAL TEKNOPRENEURSHIP & ALIH TEKNOLOGI · 2018. 11. 1. · Seminar Nasional Technopreneurship dan Alih Teknologi Tahun 2016 dengan tema “Membangun Budaya Kreatif dan
Page 7: SEMINAR NASIONAL TEKNOPRENEURSHIP & ALIH TEKNOLOGI · 2018. 11. 1. · Seminar Nasional Technopreneurship dan Alih Teknologi Tahun 2016 dengan tema “Membangun Budaya Kreatif dan

Seminar Nasional Technopreneurship dan Alih Teknologi 2016

Pusat Inovasi - LIPI

iv

   

ISSN 2502-6607

SUSUNAN PANITIA

Pelindung : Prof. Dr. Bambang Subiyanto, M.Agr.

Pengarah : Dr. Nurul Taufiqu Rokhman, M.Eng.

Penanggung Jawab : Ragil Yoga Edi, SH., L.LM.

Steering Committee :

Drs. Manaek Simamora, MBA. Dr. Subiyatno Dr. Sasa Sofyan Munawar Harini Yaniar, M.Kom. Diah Anggraeni Jatraningrum, ST., MT. Tri Budi Setyaningsih, ST. MT. Dra. Sarwintyas Prahastuti M.Hum.

Scientific Committee

1. Dr. Ir. Syahrul Aiman (Pusat Penelitian Kimia – LIPI) 2. Dr. Subiyatno (Pusat Inovasi – LIPI)

Organizing Committee :

1. Ketua Pelaksana : Tommy Hendrix, ST., M.Si. 2. Bendahara : Mahardhika Berliandaldo, SE., Angga Agustianto, SE., Selvi Oktaviani, Amd. 3. Seksi Program : Firman Tri Ajie, ST., Drs. Mauludin Hidayat, M.Sc. 4. Seksi Kesekretariatan : Yovita Isnasari, SH., V. Susirani Kusumaputri, SP., Maidina, ST., Andi

Budiansyah, ST., Pradini Digdoyo, STP., Desi Tunjung Sari, ST., Gina Tania Lestari, A.Md., Tia Nurfaida, A.Md.

5. Seksi Publikasi Ilmiah : Syukri Yusuf Nasution, ST., Ferianto, S.Si., Syafrizal Maludin, SE., MTIM., Priyo Yantyo, ST.

6. Seksi IT : Karno, S.Kom, Ana Heryana, ST., MT., Grace Gita Redhyka S.T., Adi Setiya Dwigrahito, S.Si., Prio Adi Ramadhani, S.T.

7. Seksi Humas dan Sponsorship : Adityo Wicaksono, S.Ds., Elfira Rosa Juningsih, S. Kom., Nurlisa Dwi Novianti, S.Farm., Syahrizal Maulana, ST.

8. Seksi Perlengkapan, Dokumentasi, Transportasi dan Akomodasi : Andis Priswantoro, ST., Rahmad Syahbana, A.Md.

Page 8: SEMINAR NASIONAL TEKNOPRENEURSHIP & ALIH TEKNOLOGI · 2018. 11. 1. · Seminar Nasional Technopreneurship dan Alih Teknologi Tahun 2016 dengan tema “Membangun Budaya Kreatif dan
Page 9: SEMINAR NASIONAL TEKNOPRENEURSHIP & ALIH TEKNOLOGI · 2018. 11. 1. · Seminar Nasional Technopreneurship dan Alih Teknologi Tahun 2016 dengan tema “Membangun Budaya Kreatif dan

Seminar Nasional Technopreneurship dan Alih Teknologi 2016

Pusat Inovasi - LIPI

v

   

ISSN 2502-6607

DAFTAR ISI Kata Pengantar Ketua Panitia Pelaksana Ragil Yoga Edi, S.H, LLM. ii Kata Pengantar Kepala Pusat Inovasi LIPI Dr. Nurul Taufiqu Rochman, M.Eng iii Susunan Panitia iv Daftar Isi v Keynote Speaker Keynote Speaker I

Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Prof. Dr. Bambang P.S. Brodjonegoro x

Keynote Speaker II

Deputi Infrasutruktur : Badan Ekonomi Kreatif Dr. Ir Hari Santosa Sungkari, MH xxvii

Keynote Speaker III

Kepala Pusat Inovasi - LIPI Dr. Nurul Taufiqu Rochman, M.Eng. xxxvii

Makalah Sub Tema Membangun Budaya Kreatif MBK 01 KONSEP KOMERSIALISASI PRODUK DAN ALIH TEKNOLOGI DI TECHNOPARK BANYUMULEK NTB

Rusli Fidriyanto, Dini Andriani, Erwin Kusbianto, Asiah, Agus Winaldi, Roni Ridwan dan Bambang Sunarko

1 MBK 02 OPTIMALISASI MANAJEMEN HKI DENGAN IMPLEMENTASI SISTEM TATA KERJA KEREKAYASAAN

Jemie Muliadi 11

Page 10: SEMINAR NASIONAL TEKNOPRENEURSHIP & ALIH TEKNOLOGI · 2018. 11. 1. · Seminar Nasional Technopreneurship dan Alih Teknologi Tahun 2016 dengan tema “Membangun Budaya Kreatif dan

Seminar Nasional Technopreneurship dan Alih Teknologi 2016

Pusat Inovasi - LIPI

vi

   

ISSN 2502-6607

Makalah Sub Tema New Emerging Technology dan Teknologi Terapan NET 01 ANALISIS PATEN TEPAT GUNA MILIK LIPI DALAM MENGHASILKAN TEKNOLOGI BERDAYA SAING

Prio Adi Ramadhani dan Syahrizal Maulana 20 NET 02 PERFORMANCE MANAGEMENT, WIN-WIN SOLUTION DALAM PENINGKATAN SERVICE QUALITY DAN CUSTOMER SATISFACTION PADA TRANSPORTASI PUBLIK

Nurvi Oktiani dan Rani Kurnia Sari 30 NET 03 BUDIDAYA JAMUR PANGAN, PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM BERKELANJUTAN

Iwan Saskiawan 41 NET 04 KONSEP DAN PROSES ALIH TEKNOLOGI BUDIDAYA TERPADU TERIPANG PASIR, BANDENG DAN RUMPUT LAUT

Muhammad Firdaus, Lisa Fajar Indriana, Sigit Anggoro Putro Dwiono, dan Hendra Munandar 51

NET 05 KESIAPAN IMPLEMENTASI SISTEM E-LEARNING DI LINGKUNGAN UNIVERSITAS XYZ

Darmawan Napitupulu 64 NET 06 ANALISIS KELAYAKAN TEKNIS PRODUKSI BENIH BAWANG MERAH TSS (TRUE SEED OF SHALLOT)

Puspitasari, Adhitya Marendra Kiloes dan Anna Sulistyaningrum 73 NET 07 PERANCANGAN PROGRAM GAME PC HACK & SLASH BERBASIS MULTIMEDIA MENGGUNAKAN UNITY 3D

Darmawan Napitupulu 82 NET 08 PENGGUNAAN TANAMAN PENOLAK SEBAGAI FITOKONTROL NEMATODA PADA BUDIDAYA KENTANG HITAM (Plectranthus rotundifolius (Poir.) Spreng)

Peni Lestari dan Ning Wikan Utami 92 NET 09 BUDIDAYA JALI (Coix lacryma-jobi L.) DAN PROSPEK PEMANFAATANNYA DALAM PEMBUATAN COOKIES

Titi Juhaeti dan Ninik Setyowati 102

Page 11: SEMINAR NASIONAL TEKNOPRENEURSHIP & ALIH TEKNOLOGI · 2018. 11. 1. · Seminar Nasional Technopreneurship dan Alih Teknologi Tahun 2016 dengan tema “Membangun Budaya Kreatif dan

Seminar Nasional Technopreneurship dan Alih Teknologi 2016

Pusat Inovasi - LIPI

vii

   

ISSN 2502-6607

Makalah Sub Tema Penciptaan Ekosistem Bisnis Berbasis Teknologi PEB 01 ARAH PENGEMBANGAN TRANSFER TEKNOLOGI PADA INDUSTRI KECIL MENENGAH BERBASIS AGRO DI KAWASAN PEDESAAN

Devi Maulida Rahmah 115 PEB 02 EVALUASI YURIDIS KEBIJAKAN ALIH TEKNOLOGI KEKAYAAN INTELEKTUAL DALAM MEMENUHI KEPASTIAN HUKUM DI BALITBANG KEMENTERIAN PUPR

Siska Purnianti 126 PEB 03 MODEL AGRO-EDUWISATA HORTIKULTURA ORGANIK TECHNO PARK BANYUMULEK NTB

Wahyu Widiyono, Roni Ridwan, dan Bambang Sunarko 137 PEB 04 TINJAUAN MENGENAI ASPEK PASAR DARI TEKNOLOGI PERBENIHAN BAWANG MERAH MELALUI BIJI BOTANI

Adhitya Marendra Kiloes dan Puspitasari 149 PEB 05 KOLABORASI ABGC: KUNCI AKSELERASI PENGEMBANGAN ALAT KESEHATAN NASIONAL STUDI KASUS: PERALATAN ELEKTROMEDIK

Asep Rahmat Hidayat, Ihsan Supon dan Fatimah Z. S. Padmadinata 159 PEB 06 VALUASI PATEN ANTENA BIQUAD DIPOLE DENGAN INCOME BASED APPROACH UNTUK KOMERSIALISASINYA

Harini Yaniar dan Adityo Wicaksono 170 PEB 07 ANALISA KELAYAKAN BISNIS PRODUK MIKROSILIKA LIPI DALAM PENGUATAN DAYA SAING TENANT INKUBATOR LIPI

Syukri Yusuf Nasution dan Sarwintyas Prahastuti 182 Makalah Sub Tema Dampak Sosial Ekonomi Alih Teknologi DSE 01 PELUANG PEMANFAATAN PATEN DOMAIN PUBLIK UNTUK INISIASI UKM BERBASIS SDA UNGGULAN DAERAH: STUDI KASUS POTENSI PENGEMBANGAN KOMODITAS MANGGA DI INDRAMAYU

Harini Yaniar dan Adi Ankafia 195

Page 12: SEMINAR NASIONAL TEKNOPRENEURSHIP & ALIH TEKNOLOGI · 2018. 11. 1. · Seminar Nasional Technopreneurship dan Alih Teknologi Tahun 2016 dengan tema “Membangun Budaya Kreatif dan

Seminar Nasional Technopreneurship dan Alih Teknologi 2016

Pusat Inovasi - LIPI

viii

   

ISSN 2502-6607

DSE 02 STRATEGI ADOPSI INOVASI TEKNOLOGI INFORMASI: LESSON LEARNED IKM MITRABINAAN PT PERTAMINA BALONGAN

Fahmi Rizal 206 DSE 03 KERJASAMA PEMERINTAH DAN SWASTA DALAM PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS PERBATASAN INDONESIA – MALAYSIA (STUDI KASUS KABUPATEN SAMBAS, KALIMANTAN BARAT)

Fitri Suryani, Trikariastoto dan Ita Reinita Hadari 214 DSE 04 KESIAPAN SOSIAL EKONOMI DALAM MENGEMBANGKAN PASAR PRODUK PERTANIAN DAN PETERNAKAN PADA KAWASAN TECHNOPARK BANYUMULEK

Joko Suryanto, Nur Firdaus, Jiwa Sarana, Atika Zahra Rahmayanti dan Mochammad Nadjib 227

DSE 05 ALIH TEKNOLOGI BALITBANGTAN MENDUKUNG PENGEMBANGAN USAHA: STUDI KASUS LISENSI KENTANG MEDIANS OLEH CV. PAPANDAYAN DAN CIKURAY FARM

Rima Setiani dan Turyono 237

Page 13: SEMINAR NASIONAL TEKNOPRENEURSHIP & ALIH TEKNOLOGI · 2018. 11. 1. · Seminar Nasional Technopreneurship dan Alih Teknologi Tahun 2016 dengan tema “Membangun Budaya Kreatif dan
Page 14: SEMINAR NASIONAL TEKNOPRENEURSHIP & ALIH TEKNOLOGI · 2018. 11. 1. · Seminar Nasional Technopreneurship dan Alih Teknologi Tahun 2016 dengan tema “Membangun Budaya Kreatif dan
Page 15: SEMINAR NASIONAL TEKNOPRENEURSHIP & ALIH TEKNOLOGI · 2018. 11. 1. · Seminar Nasional Technopreneurship dan Alih Teknologi Tahun 2016 dengan tema “Membangun Budaya Kreatif dan

Seminar Nasional Technopreneurship dan Alih Teknologi 2016

Pusat Inovasi - LIPI

149

Sub Tema Penciptaan Ekosistem Bisnis Berbasis Teknologi

PEB 04

TINJAUAN MENGENAI ASPEK PASAR DARI TEKNOLOGI PERBENIHAN BAWANG MERAH MELALUI BIJI BOTANI

Adhitya Marendra Kiloes dan Puspitasari Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura,

Jl. Tentara Pelajar No. 3C, Kampus Penelitian Pertanian Cimanggu, Bogor 16111

[email protected]

Abstrak. Permasalahan dalam perbenihan bawang merah seperti mahalnya harga dan ongkos angkut serta benih

yang tidak bebas penyakit yang ditemui pada benih umbi seperti yang selama ini dilakukan, dapat diatasi dengan

menggunakan benih bawang merah berbentuk biji botani atau yang biasa disebut True Seed of Shallot (TSS).

Penelitian sebelumnya telah menyebutkan bahwa teknologi ini dapat meningkatkan pendapatan usaha tani bawang

merah yang sekaligus akan dapat meningkatkan daya saing bawang merah Indonesia di pasar global. Sudut pandang

baru dalam perbenihan bawang merah ini perlu dikaji kelayakannya terutama bagaimana penerimaan pasar terhadap

teknologi ini. Latar belakang tersebut yang menjadi tujuan dari penulisan makalah ini. Diperoleh data bahwa

kebutuhan benih bawang merah mencapai 120.000 ton umbi setiap tahunnya. Hal ini merupakan pasar yang

potensial untuk diisi, dimana selama ini kebutuhan tersebut hanya dicukupi dari benih berbentuk umbi. Namun perlu

juga dilihat bagaimana penerimaan petani sebagai pengguna dari teknologi ini. Perbedaan perlakuan dan cara

penggunaan antara benih umbi dan benih biji tentunya akan menimbulkan perbedaan respon dari petani sebagai

pengguna teknologi ini.

Kata Kunci: bawang merah, biji botani, kelayakan, pasar

Page 16: SEMINAR NASIONAL TEKNOPRENEURSHIP & ALIH TEKNOLOGI · 2018. 11. 1. · Seminar Nasional Technopreneurship dan Alih Teknologi Tahun 2016 dengan tema “Membangun Budaya Kreatif dan

Seminar Nasional Technopreneurship dan Alih Teknologi 2016

Pusat Inovasi - LIPI

150

Sub Tema Penciptaan Ekosistem Bisnis Berbasis Teknologi

PENDAHULUAN

Bawang merah merupakan salah satu komoditas hortikultura yang dikatakan memiliki pengaruh

terhadap perekonomian nasional, selain komoditas cabai. Bawang merah dikatakan sebagai salah satu

komoditas pertanian yang menyumbangkan inflasi yang cukup signifikan yakni sebesar 0,44%, paling

tinggi diantara kelompok bahan makanan pada bulan Maret 2013 (BPS, 2013). Hal-hal tersebut dapat

terjadi karena luas tanam bawang merah yang tidak merata sepanjang tahunnya. Di sentra produksi

terbesar bawang merah yaitu Kabupaten Brebes yang menyumbangkan sekitar 30% pasokan bawang

merah nasional, lahan untuk tanam bawang merah adalah lahan yang sama dengan lahan untuk menanam

padi. Pada saat musim hujan lahan tersebut akan digunakan untuk menanam padi (Puslitbang Hortikultura

2012) sehingga luas tanam bawang merah akan menurun yang akan mengakibatkan turunnya pasokan dan

akan berimbas kepada naiknya harga di pasar.

Permasalahan harga bawang merah yang berfluktuasi hanya merupakan salah satu permasalahan

yang ada di komoditas bawang merah. Jika dilihat dari rantai nilai keseluruhan komoditas bawang merah

dari sentra produksi hingga ke pasar terdapat permasalahan-permasalahan tersendiri yang harus diatasi.

Pada aspek budidaya, terdapat beberapa permasalahan mulai dari penyediaan benih hingga permasalahan

yang ditemui pada proses budidaya. Benih merupakan salah satu komponen terbesar pada budidaya

bawang merah yang menghabiskan sekitar 24,81% dari total biaya usahatani bawang merah, tertinggi

kedua setelah tenaga kerja (Nurasa dan Darwis 2007).

Permasalahan lain pada benih bawang merah adalah harga benih yang akan mengikuti harga

konsumsi. Pada saat harga bawang merah konsumsi tinggi maka harga benih juga akan tinggi sehingga

akan berpengaruh kepada tingginya biaya usahatani ataupun pada penurunan luas tanam akibat petani

enggan untuk membeli benih. Di sisi yang lain beberapa petani bawang merah akan menyimpan sebagian

hasil panennya untuk digunakan sebagai benih pada musim tanam selanjutnya (Basuki 2010). Namun

apabila harga bawang merah konsumsi tinggi, maka benih bawang merah yang telah disiapkan tersebut

akan ikut dijual sebagai bawang merah konsumsi.

Permasalahan yang ditemui pada perbenihan bawang merah sebenarnya dapat diatasi

menggunakan teknologi perbenihan bawang merah menggunakan biji botani atau yang biasa dikenal

dengan True Seed of Shallot (TSS). Penggunaan biji botani atau TSS, dapat mengatasi beberapa

permasalahan perbenihan bawang merah seperti tidak adanya dormansi benih, volume yang digunakan

Page 17: SEMINAR NASIONAL TEKNOPRENEURSHIP & ALIH TEKNOLOGI · 2018. 11. 1. · Seminar Nasional Technopreneurship dan Alih Teknologi Tahun 2016 dengan tema “Membangun Budaya Kreatif dan

Seminar Nasional Technopreneurship dan Alih Teknologi 2016

Pusat Inovasi - LIPI

151

Sub Tema Penciptaan Ekosistem Bisnis Berbasis Teknologi

lebih sedikit sehingga memudahkan penyimpanan dan transportasi, serta bebas dari penyakit (Ridwan et

al 1989).

Teknologi TSS ini sebenarnya bukan merupakan teknologi baru karena secara alamiah bawang

merah dapat berbunga pada kondisi tertentu. Lebih cocok bahwa teknologi ini merupakan teknologi yang

memberikan sudut pandang baru pada perbenihan bawang merah. Permasalahannya petani tidak terbiasa

untuk menanam bawang merah dari biji. Selama ini petani hanya menanam benih bawang merah yang

berbentuk umbi baik itu membeli dari petani lain atau penangkar, dan menyimpan hail panen sendiri. Hal

ini dapat menjadi satu kelemahan dalam pengembangan teknologi TSS walaupun hasil penelitian

sebelumnya menyatakan bahwa budidaya bawang merah menggunakan teknologi TSS lebih

menguntungkan dibandingakan dengan menggunakan benih umbi (Basuki 2009). Untuk itu perlu dibuat

suatu kajian kelembagaan yang membagi sistem perbenihan bawang merah menjadi beberapa pelaku.

Sehingga ada spesialisasi yang dari pelaku-pelaku yang merupakan target pasar teknologi ini dalam

memproduksi TSS, kemudian TSS dijadikan umbi mini, dan umbi benih dijadikan untuk konsumsi.

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengkaji kesiapan dan respon pasar terhadap teknologi

TSS.

METODOLOGI

Data-data yang digunakan pada makalah ini merupakan data primer yang dikumpulkan melalui

wawncara baik itu menggunakan kuesioner maupun FGD, serta data sekunder yang diperoleh dari

beberapa instansi seperti Direktorat Jenderal Hortikultura dan Balai Penelitian Tanaman Sayuran.

Pengumpulan data primer berupa kuesioner dilakukan beberapa kali di beberapa lokasi. Pengumpulan

data primer berupa repon petani bawang merah terhadap teknologi ini dilakukan di sentra produksi

Kabupaten Brebes dengan menyebarkan kuesioner untuk mengetahui pengetahuan, pemahaman, dan

ketertarikan petani dalam menerapkan teknologi TSS. Selain itu dilakukan juga penyebaran kuesioner

pada saat pelatihan produksi TSS yang dilakukan di Balai Penelitian Tanaman Sayuran kepada para

penangkar dan produsen benih yang mengikuti pelatihan.

Data-data sekunder yang dikumpulkan berupa kebutuhan benih bawang merah serta rencana

untuk pengembangan perbenihan bawang merah yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Hortikultura.

Data-data yang dikumpulkan tersebut kemudian dianalisis secara deskriptif untuk kemudian disusun suatu

strategi untuk mengembangkan teknologi TSS berdasarkan kebutuhan dan respon pasar yang sudah

Page 18: SEMINAR NASIONAL TEKNOPRENEURSHIP & ALIH TEKNOLOGI · 2018. 11. 1. · Seminar Nasional Technopreneurship dan Alih Teknologi Tahun 2016 dengan tema “Membangun Budaya Kreatif dan

Seminar Nasional Technopreneurship dan Alih Teknologi 2016

Pusat Inovasi - LIPI

152

Sub Tema Penciptaan Ekosistem Bisnis Berbasis Teknologi

diketahui. Hasil akan dibahas menurut kebutuhan pasar, respon pasar, dan kelayakan pasar dilihat dari

lokasi produksi TSS dibandingkan dengan lokasi pasar benih bawang merah.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kebutuhan benih bawang merah nasional

Menurut Dewan Bawang Merah Nasional, kebutuhan benih bawang merah Indonesia dalam satu

tahun mencapai 120.000 ton (Idris 2015). Jumlah tersebut untuk memenuhi beberapa sentra produksi

bawang merah di Indonesia. Seperti diketahui sentra produksi bawang merah terbesar di Indonesia adalah

Kabupaten Brebes yang menyumbangkan sekitar lebih dari 30% dari pasokan bawang merah nasional

(Parwadi 2016). Jumlah kebutuhan benih yang telah disebutkan juga mencakup beberapa varietas bawang

merah yang ada di Indonesia.

Selama ini benih bawang merah yang digunakan adalah benih bersertifikat yang diproduksi oleh

penangkar bersertifikat serta benih dengan status JABAL (Jaringan Benih Antar Lapang) yang merupakan

benih tidak bersertifikat yang biasanya diperoleh dari hasil panen petani lain atau benih yang diperoleh

dari sisa hasil panen sebelumnya. Menurut diskusi yang dilakukan dengan anggota Asosiasi Bawang

Merah Indonesia benih bersertifikat tidak lebih dari 10% dari total benih yang ada (Puslitbang

Hortikultura 2014).

Sebelumnya Kementerian Pertanian telah mengeluarkan Keputusan Menteri Pertanian No. 131

Tahun 2015 yang mengatur tentang teknis perbenihan bawang merah melalui TSS. Dalam peraturan

tersebut dijelaskan bahwa produksi benih bawang merah yang akan ditanam oleh petani konsumsi harus

melalui beberapa tahap yang membagi benih menjadi beberapa kelas. Kelas pertama adalah Benih

Penjenis (BS) yang dihasilkan oleh pemilik varietas, kemudian Benih Dasar (BD) yang akan dihasilkan

oleh penangkar atau BBI/BBH yang berasal dari BS, Benih Pokok (BP) yang akan dihasilkan oleh

penangkar atau BBI/BBH yang berasal dari BD, dan Benih Sebar (BR) yang akan dihasilkan oleh

penangkar atau BBI/BBH yang berasal dari BD dan merupakan benih yang akan ditanam untuk

memproduksi bawang merah konsumsi. Kaitannya dengan kebutuhan TSS maka perlu dihitung

kebutuhan TSS untuk mencapai target kebutuhan benih bawang merah yang akan ditanam untuk

memproduksi bawang merah konsumsi. Dalam peraturan itu juga disebutkan bahwa untuk memproduksi

Page 19: SEMINAR NASIONAL TEKNOPRENEURSHIP & ALIH TEKNOLOGI · 2018. 11. 1. · Seminar Nasional Technopreneurship dan Alih Teknologi Tahun 2016 dengan tema “Membangun Budaya Kreatif dan

Seminar Nasional Technopreneurship dan Alih Teknologi 2016

Pusat Inovasi - LIPI

153

Sub Tema Penciptaan Ekosistem Bisnis Berbasis Teknologi

benih TSS atau umbi kelas BS dan BD diperlukan adanya investasi screenhouse. Apabila fasilitas

screenhouse tidak dapat disediakan maka kelas benih akan turun menjadi kelas BP atau BR.

Gambar 1. Alur sertifikasi benih menurut Kepmentan 131 tahun 2015

Benih bawang merah berbentuk TSS jika ditanam akan menghasilkan umbi yang biasanya akan

diminikan sehingga berbentuk umbi mini. Untuk memproduksi umbi mini dibutuhkan waktu tiga bulan

sejak tanam TSS. Selanjutnya umbi mini jika ditanam akan menghasilkan umbi kelas selanjutnya dalam

waku dua bulan. Dengan perhitungan waktu seperti itu ditambah masa dormansi dua bulan di setiap

tingkatannya maka total waktu yang diperlukan untuk memproduksi umbi Benih Sebar adalah 15-17

bulan dan dibutuhkan 490 kg TSS jika benih berbentuk TSS tersebut diproduksi dalam screenhouse.

Sedangkan untuk memenuhi kebutuhan 120.000 ton Benih Sebar maka akan membutuhkan dan 24.000 kg

TSS jika benih berbentuk TSS tersebut diproduksi tidak dalam screenhouse namun dengan waktu yang

lebih singkat yaitu sembilan bulan. Skenario yang paling memungkinkan adalah skenario di dalam

screenhouse, karena membutuhkan upaya yang sangat besar untuk memproduksi TSS hingga 24.000 kg.

Hal ini didasarkan pada asumsi bahwa produksi TSS dan umbi mini di dalam dan di luar screenhouse

adalah sama.

Page 20: SEMINAR NASIONAL TEKNOPRENEURSHIP & ALIH TEKNOLOGI · 2018. 11. 1. · Seminar Nasional Technopreneurship dan Alih Teknologi Tahun 2016 dengan tema “Membangun Budaya Kreatif dan

Seminar Nasional Technopreneurship dan Alih Teknologi 2016

Pusat Inovasi - LIPI

154

Sub Tema Penciptaan Ekosistem Bisnis Berbasis Teknologi

Gambar 2. Kebutuhan benih TSS untuk memproduksi Benih Sebar sebanyak 120.000 ton dengan skenario produksi di dalam screenhouse

Gambar 3. Kebutuhan benih TSS untuk memproduksi Benih Sebar sebanyak 120.000 ton dengan skenario produksi diluar screenhouse

Respon petani terhadap teknologi TSS

Teknologi TSS sebenarnya bukan merupakan teknologi baru dalam perbenihan bawang merah.

Sebelum Badan Litbang Pertanian dapat memproduksi TSS sebelumnya telah diperkenalkan pada tahun

Page 21: SEMINAR NASIONAL TEKNOPRENEURSHIP & ALIH TEKNOLOGI · 2018. 11. 1. · Seminar Nasional Technopreneurship dan Alih Teknologi Tahun 2016 dengan tema “Membangun Budaya Kreatif dan

Seminar Nasional Technopreneurship dan Alih Teknologi 2016

Pusat Inovasi - LIPI

155

Sub Tema Penciptaan Ekosistem Bisnis Berbasis Teknologi

2009 oleh PT. East West Seed Indonesia, biji bawang merah vareitas Tuk-Tuk. Namun dalam

perkembangannya varietas tersebut kurang berkembang karena karakteristiknya yang kurang disukai

petani. Selain itu pada promosi bawang Tuk-Tuk juga tidak diperkenalkan perbenihan bertahap seperti

konsep yang sudah dibahas sebelumnya sehingga petani merasa akan membutuhkan waktu yang lebih

lama untuk memproduksi bawang merah konsumsi.

TSS produksi Badan Litbang Pertanian selama ini belum dijual secara komersial di pasar

sehingga belum ada harga resmi yang digunakan. Namun apabila merujuk kepada vareitas bawang merah

impor yang sudah dijual dalam bentuk biji maka dapat dijadikan acuan untuk menetapkan harga TSS

produksi Badan Litbang Pertanian. Bawang merah vareitas Tuk-Tuk saat ini dijual seharga Rp.

1.250.000/kg selain itu varietas Sanren dijual seharga Rp. 2.150.000 / kg namun dengan kualitas hibrida

yang lebih baik. Berdasarkah wawancara dengan beberapa orang petani di Kabupaten Grobogan, Jawa

Tengah yang mencoba menanam bawang merah dari biji menjadi umbi mini, prospek usaha tersebut

cukup menjanjikan apabila harga umbi mini yang ada sama dengan harga umbi benih bawang merah yang

umumnya saat ini.

Setiap daerah sentra produksi menginginkan varietas yang berbeda-beda sesuai dengan kondisi

agroekosistem daerah sentra tersebut. Petani di sentra produksi Kabupaten Brebes lebih menyukai

varietas Bima Brebes (Basuki 2009). Karena mayoritas bawang merah yang ditanam merupakan varietas

Bima Brebes maka dari itu Direktorat Perbenihan Hortikultura, Direktorat Jenderal Hortikultura

menginginkan jumlah benih TSS yang diproduksi yang lebih banyak adalah varietas Bima Brebes.

Sebuah wawancara terhadap beberapa orang petani di Kabupaten Brebes menyatakan bahwa

menanam bawang merah melalui biji sangat merepotkan dan tidak efisien. Untuk itu Direktorat Jenderal

Hortikultura membuat program perbenihan bawang merah dimana TSS hanya akan ditanam oleh

penangkar sedangkan petani bawang merah konsumsi tetap akan menanam benih dalam bentuk umbi.

Dari wawancara yang dilakukan terhadap 30 orang petani kunci di sekitar Kecamatan Kersana,

Kecamatan Tanjung, Kecamatan Bulakamba, dan Kecamatan Ketanggungan, Kabupaten Brebes diperoleh

hasil bahwa sebanyak 70% responden telah mengetahui teknologi TSS sebelumnya. Asal informasi

mengenai teknologi ini berasal dari beberapa sumber seperti penyuluh, petani lain, formulator, dan lain-

lainnya seperti demplot yang dilakukan oleh lembaga penelitian atau produsen benih. Penyuluh

merupakan sumber yang paling banyak memberikan informasi mengenai teknologi TSS.

Page 22: SEMINAR NASIONAL TEKNOPRENEURSHIP & ALIH TEKNOLOGI · 2018. 11. 1. · Seminar Nasional Technopreneurship dan Alih Teknologi Tahun 2016 dengan tema “Membangun Budaya Kreatif dan

Seminar Nasional Technopreneurship dan Alih Teknologi 2016

Pusat Inovasi - LIPI

156

Sub Tema Penciptaan Ekosistem Bisnis Berbasis Teknologi

Selain itu beberapa petani juga menyatakan bahwa mereka memperoleh informasi tentang

teknologi TSS dari demplot-demplot yang dilaksanakan oleh lembaga penelitian dan perusahaan

perbenihan. Seperti telah diketahui sebelumnya bahwa teknologi TSS bukan merupakan teknologi yang

baru dalam perbenihan bawang merah. Menurut diskusi yang dilakukan bersama Direktur Perbenihan

Hortikultura, sejak tahun 2009 sejak PT. East West Seed Indonesia memperkenalkan varietas Tuk-Tuk.

Namun perkembangan dari Tuk-Tuk tidak begitu menggembirakan karena varietasnya banyak tidak

disukai oleh petani.

Tabel 1. Respon petani bawang merah di Kabupaten Brebes mengenai teknologi TSS

Fekuensi Persentase

Pengetahuan petani - Sudah pernah mengetahui 21 70

- belum pernah mengetahui 9 30

Asal informasi - Penyuluh 10 47,62

- Petani lain 3 14,29

- Formulator 5 23,81

- lain-lain 3 14,29

Ketertarikan - Tidak tertarik 14 66,67

- Tertarik 3 14,29

- Ragu-ragu 4 19,05 Sumber: data primer diolah (2016)

Dari segi ketertarikan, mayoritas atau sebanyak 66,67% responden menyatakan tidak tertarik

untuk menanam langsung benih bawang merah dari biji untuk memproduksi umbi konsumsi. Hal tersebut

dikarenakan waktunya yang lama dan perawatannya yang akan lebih sulit. Sedangkan sebanyak 14.29%

menyatakan tertarik untuk menggunakan benih TSS karena yakin bahwa biaya yang dikeluarkan akan

lebih murah dibandingkan menggunakan benih dari umbi. Sisanya masih menyatakan ragu-ragu untuk

memilih apakah ingin menggunakan atau tidak.

Page 23: SEMINAR NASIONAL TEKNOPRENEURSHIP & ALIH TEKNOLOGI · 2018. 11. 1. · Seminar Nasional Technopreneurship dan Alih Teknologi Tahun 2016 dengan tema “Membangun Budaya Kreatif dan

Seminar Nasional Technopreneurship dan Alih Teknologi 2016

Pusat Inovasi - LIPI

157

Sub Tema Penciptaan Ekosistem Bisnis Berbasis Teknologi

Pertimbangan lokasi produksi TSS dan lokasi pasar benih bawang merah

Pada beberapa kasus lokasi produksi dari suatu barang harus mendekati sentra konsumsinya.

Begitu pula pada benih bawang merah yang idealnya diproduksi dekat dengan sentra produksi bawang

merah. Selama ini di sentra produksi Kabuapten Brebes benih bawang merah diproduksi di dalam

Kabupaten Brebes itu sendiri. Beberapa petani mengambil benih dari petani lain yang berada di desa atau

kecamatan yang berbeda. Karena benih yang dijual merupakan benih berbentuk umbi maka kuantitasnya

akan besar dimana dalam 1 ha luas tanam bawang merah rata-rata membutuhkan 1,2 ton benih. Hal ini

tidak akan menjadi masalah yang besar apabila dilakukan di dalam Kabupaten Brebes itu sendiri.

Permasalahan akan timbul apabila bawang merah akan ditanam diluar sentra produksi, seperti contohnya

program pengembangan bawang merah di luar jawa sebagai buffer zone bagi sentra konsumsi di luar

jawa.

Permasalahan kuantitas yang besar dapat diatasi dengan menggunakan teknologi TSS. Dari segi

fisiologis produksi TSS membutuhkan lokasi dataran tinggi yang kering yang memungkinkan bawang

merah untuk berbunga dan menghasilkan biji. Kebalikan daripada hal tersebut, sentra produksi bawang

merah konsumsi kebanyakan berada di dataran rendah. Namun hal ini tidak akan menajdi masalah karena

benih TSS yang diproduksi kuantitasnya kecil dibandingkan menggunakan benih umbi. Untuk 1 ha luas

tanam untuk menghasilkan produksi yang sama dengan menggunakan benih umbi hanya membutuhkan 3-

7,5 kg TSS (Pangestuti dan Sulistyaningsih 2011). Oleh karena itu permasalahan lokasi yang jauh dari

sentra konsumsi tidak akan menjadi masalah yang besar untuk produksi TSS karena biaya pengangkutan

yang tidak seberapa.

KESIMPULAN DAN SARAN Dari kajian yang dilakukan dapat diperoleh beberapa kesimpulan mengenai kesiapan dan respon

pasar mengenai teknologi TSS. Dilihat dari respon petani yang kurang menyukai teknologi ini maka harus

dibuat suatu sistem perbenihan yang dapat menyediakan benih berkualitas sesuai dengan keinginan

petani. Kebutuhan benih bawang merah yang besar tersebut dapat diisi dengan menyediakan benih

bawang merah umbi sesuai dengan yang diinginkan petani, dimana benih umbi tersebut dapat berasal dari

TSS. Dibutuhkan setidaknya 490 kg TSS dalam bentuk Benih Penjenis untuk memenuhi kebutuhan benih

bawang merah nasional.

Page 24: SEMINAR NASIONAL TEKNOPRENEURSHIP & ALIH TEKNOLOGI · 2018. 11. 1. · Seminar Nasional Technopreneurship dan Alih Teknologi Tahun 2016 dengan tema “Membangun Budaya Kreatif dan

Seminar Nasional Technopreneurship dan Alih Teknologi 2016

Pusat Inovasi - LIPI

158

Sub Tema Penciptaan Ekosistem Bisnis Berbasis Teknologi

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik. 2013. Berita Resmi Statistik. No. 22/04/Th. XVI, 1 April 2013 Nurasa, T dan Darwis, V. 2007. Analisis Usahatani dan Keragaan Marjin Pemasaran Bawang Merah di Kabupaten

Brebes. Jurnal Akta Agrosia Vol. 10 (1): 40-48 Ridwan, H., Sutapradja, H., & Margono. 1989. Daya produksi dan harga pokok benih, biji bawang merah. Buletin

Penelitian Hortikultura, XVII(4): 57–61 Basuki, RS. 2010. Sistem Pengadaan dan Dsitribusi Benih Bawang Merah pada Tingkat Petani di Kabupaten

Brebes. J. Hort, 20 (2): 186-195 Basuki, RS. 2009. Analisis Kelayakan Teknis dan Ekonomis Teknologi Budidaya Bawang Merah dengan Biji

Botani dan Benih Umbi Tradisional. J. Hort, 19 (2): 67-83 Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura. 2012. Laporan Akhir Analisis dan Sintesis Kebijakan

Pembangunan Hortikultura. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Kementerian Pertanian. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura. 2014. Laporan Akhir Analisis dan Sintesis Kebijakan

Pembangunan Hortikultura. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Kementerian Pertanian. Idris, M. 2015. RI Impor Benih Bawang Merah dari Filipina, Kenapa Ya? http://finance.detik.com/berita-ekonomi-

bisnis/d-2940967/ri-impor-benih-bawang-merah-dari-filipina-kenapa-ya diakses tanggal 2 September 2016 Parwadi, S. 2016. Bawang merah tidak hanya Brebes. http://tabloidsinartani.com/content/read/bawang-merah-tidak-

hanya-brebes/ diakses tanggal 2 September 2016 Basuki, RS. 2009. Preferensi Petani Brebes terhadap Klon Unggulan Bawang Merah Hasil Penelitian. J. Hort, 19

(33): 344-355. Pangestuti, R dan Sulistyaningsih, E. 2011. Potensi Penggunaan True Seed Shallot (TSS) Sebagai Sumber Benih

Bawang Merah di Indonesia. Prosiding Semiloka Nasional, Dukungan Agro-Inovasi untuk Pemberdayaan Petani.