69850518 ASKEP SNH Stroke Non Hemoragic

66
i Mata Kuliah : PKKDM II Koordianator M.K : Ns. Grace B. Polii, S. Kep. Kelas : A Kelompok Praktek RS Tondano ASKEP STROKE NON HEMORAGICDisusun oleh : Makfud Boham (09061009) Shintia Mangodeng (09061012) Ivone Pande (09061013) Desy Bawiling (09061016) Endang Wangkanusa (09061019) Dianasranni Tampanguma (09061023) Fernando Hengkelare (09061030) Nadia Runtunuwu (09061032) Alfiester Reppi (09061037) Ofrida Goyugut (09061052) Feby R. Bawinti (09061055) Dety Nusali (09061060) PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO 2011

description

mj

Transcript of 69850518 ASKEP SNH Stroke Non Hemoragic

Page 1: 69850518 ASKEP SNH Stroke Non Hemoragic

i

Mata Kuliah : PKKDM II

Koordianator M.K : Ns. Grace B. Polii, S. Kep.

Kelas : A Kelompok Praktek RS Tondano

“ ASKEP STROKE NON HEMORAGIC”

Disusun oleh :

Makfud Boham (09061009)

Shintia Mangodeng (09061012)

Ivone Pande (09061013)

Desy Bawiling (09061016)

Endang Wangkanusa (09061019)

Dianasranni Tampanguma (09061023)

Fernando Hengkelare (09061030)

Nadia Runtunuwu (09061032)

Alfiester Reppi (09061037)

Ofrida Goyugut (09061052)

Feby R. Bawinti (09061055)

Dety Nusali (09061060)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE

MANADO

2011

Page 2: 69850518 ASKEP SNH Stroke Non Hemoragic

i

PRA KATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas

berkat dan rahmatnya tim penulis telah berhasil menyusun dan menyelesaikan

ASKEP ini dengan baik. ASKEP ini ditulis dengan tujuan untuk memenuhi tugas

yang diberikan oleh dosen mata kuliah PKKDM II untuk praktek RS.

Penulis juga tidak lupa mengucapkan banyak terima kasih kepada Dosen

Pembimbing RS yang sudah memberikan arahan dalam menyusun makalah ini,

juga buat Orang Tua tim penulis yang sudah memberi dukungan dalam menyusun

ASKEP ini, dan tidak lupa juga buat teman-teman kelas A Fakultas Keperawatan

2009 Universitas Katolik De La Salle Manado yang telah berpartisipasi dalam

pembuatan ASKEP ini, serta semua pihak yang telah membantu tim penulis dalam

proses pembuatan tugas ini.

Akhirnya, harapan tim penulis semoga Asuhan Keperawatan Kepada Pasien

dengan Stroke Non Hemoragik ini bermanfaat bagi pembaca. Tim penulis telah

berusaha sebisa mungkin untuk menyelesaikan ASKEP ini, namun penulis

menyadari ASKEP ini belumlah sempurna. Oleh karena itu, penulis

mengharapakan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna

menyempurnakan ASKEP ini.

Manado, 01 Juni 2011

Tim Penulis

Page 3: 69850518 ASKEP SNH Stroke Non Hemoragic

ii

DAFTAR ISI

PRA KATA .............................................................................................................. i

DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii

BAB I LAPORAN PENDAHULUAN ................................................................... 1

1.1 Definisi ..................................................................................................... 1

1.2 Etiologi ..................................................................................................... 1

1.3 Anatomi dan Fisiologi .............................................................................. 4

1.4 Patofisiologi .............................................................................................. 6

1.6 Patoflow .................................................................................................... 8

1.6 Manifestasi Klinis ................................................................................... 10

1.7 Pemeriksaan Diagnosis ........................................................................... 11

1.8 Terapi ...................................................................................................... 12

1.9 Komplikasi ............................................................................................. 14

1.10 Prognosis ................................................................................................ 14

1.11 Pencegahan ............................................................................................. 15

BAB II ASKEP TEORI ........................................................................................ 16

2.1 Data Dasar Pengkajian ........................................................................... 16

2.2 Diagnosa, Tujuan, Perencanaan/ Intervensi serta Rasional .................... 22

BAB III ASKEP PADA KLIEN ........................................................................... 31

3.1 Pengkajian Data Dasar ........................................................................... 31

3.2 Analisis Data Dan Diagnosa ................................................................... 42

3.3 Perencanaan/ Intervensi .......................................................................... 47

3.4 Implementasi Dan Evaluasi .................................................................... 56

DAFTAR ISTILAH .............................................................................................. 60

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 63

Page 4: 69850518 ASKEP SNH Stroke Non Hemoragic

1

BAB I

LAPORAN PENDAHULUAN

1.1 Definisi

Menurut WHO ( 1986 ), Stroke adalah gangguan peredaran darah ke otak

atau disebut cerebro vascular accident (VCA) atau, stroke adalah tanda-tanda

klinis yang berkembang cepat akibat fungsi vocal (global), dengan gejala-

gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih ataupun menyebabkan

kematian, tanpa adanya penyebab lain yang ada selain vaskuler.

Menurut Feigin, 2006 Stroke atau sering disebut juga dengan

”cerebrovasculer accident” adalah gejala kelainan neurologi akibat dari

penyakit pembuluh darah otak. Stroke adalah penyakit otak yang paling

destruktif dengan konsekuensi berat, termasuk beban psikologis, fisik, dan

keuangan yang besar pada pasien, keluarga, dan masyarakat.

Gangguan peredaran darah diotak (GPDO) atau dikenal dengan CVA

(Cerebro Vaskuar Accident) adalah gangguan fungsi syaraf yang disebabkan

oleh gangguan aliran darah dalam otak yang dapat timbul secara mendadak

(dalam beberapa detik) atau secara cepat (dalam beberapa jam) dengan gejala

atau tanda yang sesuai dengan daerah yang terganggu.(Harsono,1996, hal 67).

Stroke atau cedera cerebrovaskuler adalah kehilangan fungsi otak yang

diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak sering ini adalah

kulminasi penyakit serebrovaskuler selama beberapa tahun. (Smeltzer C.

Suzanne, 2002, hal 2131).

1.2 Etiologi

1. Penyebab-penyebabnya antara lain:

a. Trombosis ( bekuan cairan di dalam pembuluh darah otak )

Trombus yang lepas dan menyangkut di pembuluh darah yang lebih

distal disebut embolus.

b. Embolisme cerebral ( bekuan darah atau material lain )

Emboli merupakan 5-15 % dari penyebab stroke. Dari penelitian

epidemiologi didapatkan bahwa sekitar 50 % dari semua serangan

Page 5: 69850518 ASKEP SNH Stroke Non Hemoragic

2

iskemik otak, apakah yang permanen atau yang transien, diakibatkan oleh

komplikasi trombotik atau embolik dari ateroma, yang merupakan

kelainan dari arteri ukuran besar atau sedang, dan sekitar 25 %

disebabkan oleh penyakit pembuluh darah kecil di intyrakranial dan 20 %

oleh emboli jantung. Emboli dapat terbentuk dari gumpalan darah,

kolesterol, lemak, fibrin trombosit, udara ,tumor, metastase, bakteri,

benda asing. Emboli lemak terbentuk jika lemak dari sumsum tulang

yang pecah dilepaskan ke dalam aliran darah dan akhirnya bergabung di

dalam sebuah arteri.

c. Hemorargik cerebral (Pecahnya pembuluh darah serebral dengan

perlahan ke dalam jaringan otak atau ruang sekitar otak).

Akibatnya adalah gangguan suplai darah ke otak , menyebabkan

kehilangan gerak, pikir, memori, bicara, atau sensasi baik sementara atau

permanen.

d. Iskemia ( Penurunan aliran darah ke area otak)

Penurunan tekanan darah yang tiba-tiba bisa menyebabkan berkurangnya

aliran darah ke otak, yang biasanya menyebabkan seseorang pingsan.

Stroke bisa terjadi jika tekanan darah rendahnya sangat berat dan

menahun. Hal ini terjadi jika seseorang mengalami kehilangan darah

yang banyak karena cedera atau pembedahan, serangan jantung atau

irama jantung yang abnormal.

Page 6: 69850518 ASKEP SNH Stroke Non Hemoragic

3

2. Penyebab lain terjadinya stroke non hemoragik adalah :

a. Aterosklerosis, Terbentuknya aterosklerosis berawal dari endapan

ateroma (endapan lemak) yang kadarnya berlebihan dalam pembuluh

darah. Selain dari endapan lemak, aterosklerosis ini juga mungkin

karena arteriosklerosis, yaitu penebalan dinding arteri (tunika intima)

karena timbunan kalsium yang kemudian mengakibatkan bertambahnya

diameter pembuluh darah dengan atau tanpa mengecilnya pembuluh

darah.

b. Infeksi, Peradangan juga menyebabkan menyempitnya pembuluh darah,

terutama yang menuju ke otak.

c. Obat-obatan, Ada beberapa jenis obat-obatan yang justru dapat

menyebabkan stroke seperti: amfetamin dan kokain dengan jalan

mempersempit lumen pembuluh darah ke otak.

d. Hipotensi, Penurunan tekanan darah yang tiba-tiba bisa menyebabkan

berkurangnya aliran darah ke otak, yang biasanya menyebabkan

seseorang pingsan. Stroke bisa terjadi jika hipotensi ini sangat parah dan

menahun.

3. Ada beberapa faktor risiko stroke yang sering teridentifikasi, yaitu ;

a. Hipertensi

b. Aneurisma pembuluh darah cerebral

c. Kelainan jantung / penyakit jantung,

d. Diabetes mellitus (DM),

e. Usia lanjut,

f. Polocitemia,

g. Peningkatan kolesterol (lipid total),

h. Obesitas,

i. Perokok,

j. kurang aktivitas fisik,

Page 7: 69850518 ASKEP SNH Stroke Non Hemoragic

4

1.3 Anatomi dan Fisiologi

1. Otak

Otak merupakan pusat kendali fungsi tubuh yang rumit dengan sekitar

100 millar sel saraf , walaupun berat total otak hanya sekitar 2,5 % dari

berat tubuh, 70 % oksigen dan nutrisi yang diperlukan tubuh ternyata

digunakan oleh otak. Berbeda dengan otak dan jaringan lainya. Otak tidak

mampu menyimpan nutrisi agar bisa berfungsi, otak tergantung dari

pasokan aliran darah, yang secara kontinyu membawa oksigen dan nutrisi.

Pada dasarnya otak terdiri dari tiga bagian besar dengan fungsi tertentu

yaitu:

a. Otak besar, Otak besar yaitu bagian utama otak yang berkaitan dengan

fungsi intelektual yang lebih tinggi, yaitu fungsi bicara, integritas

informasi sensori ( rasa ) dan kontrol gerakan yang halus. Pada otak besar

ditemukan beberapa lobus yaitu, lobus frontalis, lobus parientalis, lobus

temporalis, dan lobus oksipitalis.

b. Otak kecil, Terletak

dibawah otak besar berfungsi

untuk koordinasi gerakan dan

keseimbangan.

c. Batang otak,

Berhubungan dengan tulang

belakang, mengendalikan

berbagai fungsi tubuh

termasuk koordinasi gerakan

mata, menjaga keseimbangan,

serta mengatur pernafasan dan

tekanan darah. Batang otak

terdiri dari, otak tengah, pons dan medula oblongata.

2. Saraf kepala dibagi dua belas yaitu:

a. Nervus olvaktorius, Saraf pembau yang keluar dari otak dibawa oleh dahi,

membawa rangsangan aroma (bau-bauan) dari rongga hidung ke otak.

Page 8: 69850518 ASKEP SNH Stroke Non Hemoragic

5

b. Nervus optikus, Mensarafi bola mata, membawa rangsangan penglihatan

ke otak.

c. Nervus okulomotoris, Bersifat motoris, mensarafi otot-otot orbital (otot

pengerak bola mata), menghantarkan serabut-serabut saraf para simpati

untuk melayani otot siliaris dan otot iris.

d. Nervus troklearis, Bersifat motoris, mensarafi otot- otot orbital. Saraf

pemutar mata yang pusatnya terletak dibelakang pusat saraf penggerak

mata.

e. Nervus trigeminus, Bersifat majemuk (sensoris motoris) saraf ini

mempunyai tiga buah cabang, fungsinya sebagai saraf kembar tiga, saraf

ini merupakan saraf otak besar. Sarafnya yaitu:

1). Nervus oltamikus: sifatnya sensorik, mensarafi kulit kepala bagian

depan kelopak mata atas, selaput lendir kelopak mata dan bola mata.

2). Nervus maksilaris: sifatnya sensoris, mensarafi gigi atas, bibir atas,

palatum, batang hidung, ronga hidung dan sinus maksilaris.

3). Nervus mandibula: sifatnya majemuk ( sensori dan motoris )

mensarafi otot-otot pengunyah. Serabut-serabut sensorisnya

mensarafi gigi bawah, kulit daerah temporal dan dagu.

f. Nervus abdusen, Sifatnya motoris, mensarafi otot-otot orbital. Fungsinya

sebagai saraf penggoyang sisi mata.

g. Nervus fasialis, Sifatnya majemuk (sensori dan motori) serabut-serabut

motorisnya mensarafi otot-otot lidah dan selaput lendir ronga mulut. Di

dalam saraf ini terdapat serabut-serabut saraf otonom (parasimpatis)

untuk wajah dan kulit kepala fungsinya sebagai mimik wajah untuk

menghantarkan rasa pengecap.

h. Nervus auditoris, Sifatnya sensori, mensarafi alat pendengar, membawa

rangsangan dari pendengaran dan dari telinga ke otak. Fungsinya sebagai

saraf pendengar.

i. Nervus glosofaringeus, Sifatnya majemuk (sensori dan motoris) mensarafi

faring, tonsil dan lidah, saraf ini dapat membawa rangsangan cita rasa ke

otak.

Page 9: 69850518 ASKEP SNH Stroke Non Hemoragic

6

j. Nervus vagus, Sifatnya majemuk ( sensoris dan motoris) mengandung

saraf-saraf motorik, sensorik dan para simpatis faring, laring, paru-paru,

esofagus, gaster intestinum minor, kelenjar-kelenjar pencernaan dalam

abdomen. fungsinya sebagai saraf perasa.

k. Nervus asesorius, Saraf ini mensarafi muskulus sternokleidomastoid dan

muskulus trapezium, fungsinya sebagai saraf tambahan.

l. Nervus hipoglosus, Saraf ini mensarafi otot-otot lidah, fungsinya sebagai

saraf lidah. Saraf ini terdapat di dalam sumsum penyambung.

1.4 Patofisiologi

Infark ischemic cerebri sangat erat hubungannya dengan aterosklerosis dan

arteriosklerosis. Aterosklerosis dapat menimbulkan bermacam-macam

manifestasi klinis dengan cara:

1. Menyempitkan lumen pembuluh darah dan mengakibatkan insufisiensi

aliran darah.

2. Oklusi mendadak pembuluh darah karena terjadinya thrombus dan

perdarahan aterm.

3. Dapat terbentuk thrombus yang kemudian terlepas sebagai emboli.

4. Menyebabkan aneurisma yaitu lemahnya dinding pembuluh darah atau

menjadi lebih tipis sehingga dapat dengan mudah robek.

Faktor yang mempengaruhi aliran darah ke otak:

a. Keadaan pembuluh darah.

b. Keadan darah : viskositas darah meningkat, hematokrit meningkat, aliran

darah ke otak menjadi lebih lambat, anemia berat, oksigenasi ke otak

menjadi menurun.

c. Tekanan darah sistemik memegang peranan perfusi otak. Otoregulasi

otak yaitu kemampuan intrinsik pembuluh darah otak untuk mengatur

agar pembuluh darah otak tetap konstan walaupun ada perubahan tekanan

perfusi otak.

d. Kelainan jantung menyebabkan menurunnya curah jantung dan karena

lepasnya embolus sehingga menimbulkan iskhemia otak. Suplai darah ke

otak dapat berubah pada gangguan fokal (thrombus, emboli, perdarahan

Page 10: 69850518 ASKEP SNH Stroke Non Hemoragic

7

dan spasme vaskuler) atau oleh karena gangguan umum

(Hypoksiakarena gangguan paru dan jantung). Arterosklerosis

sering/cenderung sebagai faktor penting terhadap otak. Thrombus dapat

berasal dari flak arterosklerotikatau darah dapat beku pada area yang

stenosis, dimana aliran darah akan lambat atau terjadi turbulensi. Oklusi

pada pembuluh darah serebral oleh embolusmenyebabkan oedema dan

nekrosis diikuti thrombosis dan hipertensi pembuluh darah. Perdarahan

intraserebral yang sangat luas akan menyebabkan kematian dibandingkan

dari keseluruhan penyakit cerebrovaskuler. Anoksia serebral dapat

reversibel untuk jangka waktu 4-6 menit. Perubahan irreversible dapat

anoksia lebih dari 10 menit. Anoksia serebral dapat terjadi oleh karena

gangguan yang bervariasi, salah satunya cardiac arrest.

Page 11: 69850518 ASKEP SNH Stroke Non Hemoragic

8

1.6 Patoflow

Faktor-faktor penyebab / pencetus

Stroke Non Hemoragik

Terganggunya Kerja Jantung

Suplai darah dari ventrikel kiri

Jantung memompa darah ke seluruh tubuh/sistemik

Arteroklerosis

Iskemia

Suplai darah ke serebral menurun

Trombosis Emboli

TIA

NDx: Perubahan Perfusi

Jaringan

Hipoxia Jar. Otak

Kerusakan Otak

Ireversibel Reversibel

Menurunnya Kesadaran Edema Jar. Otak

Page 12: 69850518 ASKEP SNH Stroke Non Hemoragic

9

Koma

NDx: Kerusakan

Menelan

Defisit Jar. Otak

Paralisis Hemaparasis

NDx: Gangguan Harga

diri

NDx:

Kurang Perawatan diri

NDx: Kerusakan

Mobilitas Fisik

NDx:

Kurang Perawatan diri

Afasia

NDx:

Kerusakan

Menelan

Bed Rest

Dekubitus

Inkontinensia Uri

Pneumonia

Page 13: 69850518 ASKEP SNH Stroke Non Hemoragic

10

1.6 Manifestasi Klinis

Tanda dan gejala bervariasi, tergantung pada arteri yang diserang (dan, akibatnya,

bagian otak yang disuplainya), keparahan kerusakan, dan perluasan sirkulasi

kolateral yang berkembang untuk membantu otak mengimbangi suplai darah yang

berkurang.

1. Stroke hemisfer kiri: gejala di sisi tubuh sebelah kanan

2. Stroke hemisfer kanan : gejala di sisi tubuh sebelah kiri

3. Stroke yang menyebabkan kerusakan saraf kranial : tanda disfungsi saraf kranial

disisi yang sama dengan terjadinya hemoragi

4. Gejala biasanya diklasifikasikan menurut arteri yang diserang :

a. Arteri serebral tengah : afasia, disfasia, potongan bidang visual dan

hemiparesis disisi yang diserang (lebih parah diwajah dan lengan daripada di

kaki)

b. Arteri karotid : lemah, paralisis, mati rasa, perubahan sensorik, dan

gangguan visual disisi yang diserang ; perubahan tingkat kesadaran ; bunyi

abnormal ; sakit kepala; afasia dan ptosis.

c. Arteri vertebrobasilar : lemah disisi yang diserang, mati rasa disekitar bibir

dan mulut, potongan bidang visual, diplopia, koordinasi buruk, disfagia,

bicara mencerca, pusing, amnesia dan ataksia.

d. Arteri serebral anterior : konfusi, lemah dan mati rasa (terutama dikaki)

disisi yang diserang, inkontinensi, hilang koordinasi, gangguan fungsi

motorik dan sensorik, dan perubahan kepribadian.

e. Arteri serebral posterior : potongan bidang visual, gangguan sensorik,

disleksia, koma, dan kebutaan kortikal.

5. Gejala juga diklasifikasikan sebagai premonitorik, tergeneralisasi, atau fokal

6. Premonitorik (jarang) :mengantuk, pusing, sakit kepala, dan konfusi mental.

7. Tergeneralisasi : sakit kepala,muntah,gangguan mental, sawan,koma,rigiditas

nukal,demam, dan disorientasi.

8. Fokal (misalnya perubahan sensorik dan refleks): merefleksikan tempat

hemoragi atau inarksi dan bisa memburuk.

Page 14: 69850518 ASKEP SNH Stroke Non Hemoragic

11

Tanda dan gejala lain dari stroke adalah (Baughman, C Diane.dkk,2000):

1. Kehilangan motorik.

Disfungsi motorik paling umum adalah hemiplegia (paralisis pada salah

satu sisi) dan hemiparesis (kelemahan salah satu sisi) dan disfagia.

2. Kehilangan komunikasi Disfungsi bahasa dan komunikasi adalah disatria

(kesulitan berbicara) atau afasia (kehilangan berbicara).

3. Gangguan persepsi

Meliputi disfungsi persepsi visual humanus, heminapsia atau kehilangan

penglihatan perifer dan diplopia, gangguan hubungan visual, spesial dan

kehilangan sensori.

4. Kerusakan fungsi kognitif, parestesia (terjadi pada sisi yang berlawanan).

5. Disfungsi kandung kemih, meliputi : inkontinensia urinarius transier,

inkontinensia urinarius peristen atau retensi urin (mungkin simtomatik dari

kerusakan otak bilateral), Inkontinensia urinarius dan defekasi yang berlanjut

(dapat mencerminkan kerusakan neurologi ekstensif).

Tanda dan gejala yang muncul sangat tergantung dengan daerah otak yang

terkena:

a. Pengaruh terhadap status mental: tidak sadar, konfus, lupa tubuh sebelah.

b. Pengaruh secara fisik: paralise, disfagia, gangguan sentuhan dan sensasi,

gangguan penglihatan.

c. Pengaruh terhadap komunikasi: bicara tidak jelas, kehilangan bahasa.

d. Dilihat dari bagian hemisfer yang terkena tanda dan gejala dapat berupa

1.7 Pemeriksaan Diagnosis

1. Pemeriksaan penunjang disgnostik yang dapat dilakukan adalah :

a. laboratorium: mengarah pada pemeriksaan darah lengkap, elektrolit,

kolesterol, dan bila perlu analisa gas darah, gula darah dsb.

b. Computed tomography (CT) scan kepala untuk mengetahui lokasi dan

luasnya perdarahan atau infark. Menunjukkan adanya stroke hemoragis

Page 15: 69850518 ASKEP SNH Stroke Non Hemoragic

12

dengan segera tetapi bisa jadi tidak mnenunjukkan adanya infarksi trombotik

selama 48-72 jam.

c. MRI( magnetic resonance imaging ), untuk mengetahui adanya edema,

infark, hematom dan bergesernya struktur otak, bisa membantu

mengidentifikasi area yang mengalami iskemia atau infarksi dan

pembengkakan serebral. MRI menunjukan daerah yang mengalami infark,

hemoragik.

d. Angiografi untuk mengetahui penyebab dan gambaran yang jelas mengenai

pembuluh darah yang terganggu

2. Pemeriksaan penunjang :

a. Oftalmoskopi bisa menunjukkan tanda hipertensi dan perubahan

aterosklerotik dalam arteri retina.

b. Memperlihatkan adanya edema , hematoma, iskemia dan adanya infark

c. Membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik seperti perdarahan

atau obstruksi arteri

d. Fungsi Lumbal

1) menunjukan adanya tekanan normal

2) tekanan meningkat dan cairan yang mengandung darah menunjukan adanya

perdarahan

e. EEG: Memperlihatkan daerah lesi yang spesifik

f. Ultrasonografi Dopler : Mengidentifikasi penyakit arteriovena

g. Sinar X Tengkorak : Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal

(DoengesE, Marilynn,2000 hal 292)

1.8 Terapi

Pemilihan intervensi fisioterapi harus disesuaikan dengan kondisi pasien.

Dimana dalam metode pendekatan fisioterapi itu harus banyak variasinya agar

pasien tidak bosan dalam melakukan rehabilitasi. Ada yang berpendapat bahwa

pendekatan fisioterapi pada pasien stroke itu tidak menggunakan satu metode saja

melainkan dengan penggabungan yang disusun sedemikian rupa sesuai dengan

Page 16: 69850518 ASKEP SNH Stroke Non Hemoragic

13

kondisi dan kemampuan pasien agar memperoleh hasil yang maksimal.

Pendekatan yang dilakukan fisioterapi antara lain adalah terapi latihan, yang terdiri

dari latihan perbaikan postur, latihan weight bearing, latihan keseimbangan dan

koordinasi, dan latihan aktifitas fungsional.

1. Latihan dengan mekanisme reflek postur

Gangguan tonus otot (spastisitas) secara postural pada pasien stroke, dapat

mengakibatkan gangguan gerak. Melalui latihan dengan mekanisme reflek

postur mendekati status normal, maka seseorang akan lebih mudah untuk

melakukan gerakan volunter dan mengontrol spastisitas otot secara postural.

Konsep dalam melakukan latihan ini adalah mengembangkan kemampuan

untuk mencegah spastisitas dengan menghambat gerakan yang abnormal dan

mengembangkan kontrol gerakan. Dalam upaya melakukan penghambatan

maka perlu adanya penguasaan teknik pemegangan (Key Point of Control)

2. Latihan weight bearing

Bertujuan untuk mengontrol tonus pada ekstrimitas dalam keadaan spastis.

Melalui latihan ini diharapkan mampu merangsang kembali fungsi pada

persendian untuk menyangga (Rahayu, 1992 ).

3. Latihan keseimbangan dan koordinasi

Latihan keseimbangan dan koordinasi pada pasien stroke stadium recovery

sebaiknya dilakukan dengan gerakan aktif dari pasien. Latihan aktif dapat

melatih keseimbangan dan koordinasi untuk membantu pengembalian fungsi

normal serta melalui latihan perbaikan koordinasi dapat meningkatkan stabilitas

postur atau kemampuan mempertahankan tonus ke arah normal (Pudjiastuti,

2003).

Latihan keseimbangan dan koordinasi pada pasien stroke non haemoragik

stadium recovery dapat dilakukan secara bertahap dengan peningkatan tingkat

kesulitan dan penambahan banyaknya repetisi.

4. Latihan aktifitas fungsional

Pada pasien stroke non haemoragik stadium recovery pasien terjadi gerak

anggota tubuh yang lesi dengan total gerak sinergis sehingga dapat membatasi

Page 17: 69850518 ASKEP SNH Stroke Non Hemoragic

14

dalam gerak untuk aktifitas fungsional dan membentuk pola abnormal. Latihan

aktifitas fungsional dimaksudkan untuk melatih pasien agar dapat kembali

melakukan aktifitas sehari-hari secara mandiri tanpa menggantungkan penuh

kepada orang lain.

Terapi suportif awal :

1. Seringkali kajilah status neurologis pasien untuk menentukan deficit.

2. Pantaulah tekanan darah, berih labelatol ( trandate ) untuk hipertensi.

3. Jaga kepatenan jalan napas dan status oksigenasi.

4. Pantau kadar glukosa darah

5. Jika pasien mengalami sakit kepala beri analgesic.

1.9 Komplikasi

Komplikasi pada stroke non hemoragik adalah:

1. Berhubungan dengan imobilisasi: infeksi pernafasan, nyeri pada daerah

tertekan, konstipasi.

2. Berhubungan dengan paralise: nyeri punggung, dislokasi sendi, deformitas,

terjatuh.

3. Berhubungan dengan kerusakan otak: epilepsy, sakit kepala.

4. Hidrosefalus

1.10 Prognosis

Prognosis stroke sulit dipastikan karena ada yang sembuh dan dapat beraktifitas

semula namun ada yang cacat bahkan ada juga yang meninggal. Prognosis stroke

ditentukan oleh beberapa faktor, antara lain : lokasi dan luas area lesi, umur, tipe

stroke, cepat lambatnya penanganan serta kerjasama tim medis dengan pasien dan

keluarga.

Cacat mempengaruhi 75% dari penderita stroke yang cukup untuk menurunkan

kelayakan kerja mereka. Stroke dapat mempengaruhi pasien secara fisik, mental,

emosional, atau kombinasi dari ketiganya. Hasil stroke sangat bervariasi

tergantung pada ukuran dan lokasi lesi. Disfungsi sesuai dengan daerah di otak

Page 18: 69850518 ASKEP SNH Stroke Non Hemoragic

15

yang telah rusak. Beberapa cacat fisik yang dapat hasil dari stroke termasuk

kelemahan otot, kesemutan, luka tekanan, pneumonia, inkontinensia, apraxia

(ketidakmampuan untuk melakukan gerakan-gerakan belajar), kesulitan

melakukan kegiatan sehari-hari, kehilangan nafsu makan, kehilangan bicara,

kehilangan penglihatan, dan rasa sakit. Jika stroke cukup parah, atau di lokasi

tertentu seperti bagian dari koma, batang otak atau kematian itu dapat terjadi.

1.11 Pencegahan

1. Cara mencegah stroke tidak sulit jika Anda mengambil tindakan pencegahan

tertentu. Menurut asosiasi stroke nasional, pasien disarankan untuk mengetahui

berikut:

a. Berhenti merokok

b. Minum alcohol

c. Makan diet rendah lemak adalah sama pentingnya.

d. Biarkan dokter Anda mengecek untuk itu termasuk risiko stroke.

e. Mengambil langkah-langkah yang memadai untuk mengontrol diabetes.

f. Membuat latihan merupakan bagian integral dari rutinitas harian Anda.

g. Pergilah untuk memeriksa kolesterol.

h. Fokus pada diet rendah garam.

i. Cari gejala stroke dan terburu-buru untuk perhatian medis segera. Gejala

termasuk penglihatan kabur, sakit kepala hebat, pusing, kelemahan dari

wajah atau bahkan batas. Anda harus ingat bahwa tekanan darah tinggi

adalah penyebab utama stroke.

2. Berikut adalah langkah-langkah tertentu untuk mencegah stroke:

a. Anda harus mengontrol tekanan darah Anda.

b. Merokok secara langsung terkait dengan risiko stroke.

c. berolahraga secara teratur senam ringan perlu membuat jantung lebih kuat

dan meningkatkan sirkulasi.

d. Fokus pada diet yang sehat.

e. Anda harus mengontrol diabetes Anda.

Page 19: 69850518 ASKEP SNH Stroke Non Hemoragic

16

BAB II ASKEP TEORI

2.1 Data Dasar Pengkajian

1. Adapun hal yang perlu di kaji pada klien dengan penyakit SNH yaitu :

a. Identitas diri klien

1) Pasien (diisi lengkap) : Nama, Tempat/Tgl. Lahir, Umur, Jenis Kelamin,

Alamat, Status Perkawinan, Agama, Suku Bangsa, Pendidikan, Pekerjaan,

Lama bekerja, Tgl Masuk RS.

2) Penanggung Jawab (diisi lengkap) : Sumber informasi, Keluarga terdekat

yang dapat dihubungi, Pendidikan, Pekerjaan, Alamat.

b. Status kesehatan saat ini

1) Alasan Kunjungan/Keluhan Utama,

2) Faktor Pencetus,

3) Lamanya keluhan,

4) Timbulnya Keluhan,

5) Faktor yang memperberat,

6) Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya,

7) Diagnosa Medik.

c. Riwayat kesehatan yang lalu

1) Penyakit yang pernah dialami,

2) Alergi,

3) Imunisasi,

4) Kebiasaan,

5) Obat – obatan,

6) Pola Nurtisi,

7) Pola Eliminasi,

8) Pola tidur dan istirahat,

9) Pola Aktifitas dan Latihan,

10) Pola bekerja.

Page 20: 69850518 ASKEP SNH Stroke Non Hemoragic

17

d. Riwayat keluarga dalam bentuk Genogram

e. Riwayat lingkungan

f. Aspek psikososial

1) Pola piker dan persepsi

2) Persepsi diri

3) Suasana hati

4) Hubungan/ komunikasi

5) Kehidupan berkeluarga

6) Pertahanan koping

7) System nilai – kepercayaan

8) Tingkat perkembangan

g. Pengkajian fisik

1) Tanda-tanda vital saat pasien masuk rumah sakit

2) pemeriksaan persistem

a) sistem persepsi & sensori (pemeriksaan 5 indera penglihatan,

pendengaran, penciuman, pengecap, perasa),

b) Sistem persarafan (bagaimana tingkat kesadaran, GCS, reflek bicara,

pupil, orientasi waktu & tempat),

c) Sistem pernafasan (Nilai frekuensi nafas, kualitas, suara, dan jalan

nafas),

d) Sistem kardiovaskuler (nilai TD, nadi dari irama, kualitas dan

frekuensi),

e) Sistem gastrointestinal (nilai kemampuan menelan, nafsu

makan/minum, peritaltik, eliminasi),

f) Sistem integument (nilai warna, turgor, tekstur dari kulit pasien),

g) Sistem reproduksi,

h) Sistem perkemihan (nilai frekunsi BAK, volume BAK) .

2. Pengkajian Primer

a. Airway

Page 21: 69850518 ASKEP SNH Stroke Non Hemoragic

18

Adanya sumbatan/obstruksi jalan napas oleh adanya penumpukan sekret

akibat kelemahan reflek batuk

b. Breathing

Kelemahan menelan/ batuk/ melindungi jalan napas, timbulnya pernapasan

yang sulit dan / atau tak teratur, suara nafas terdengar ronchi /aspirasi

c. Circulation

TD dapat normal atau meningkat , hipotensi terjadi pada tahap lanjut,

takikardi, bunyi jantung normal pada tahap dini, disritmia, kulit dan

membran mukosa pucat, dingin, sianosis pada tahap lanjut

3. Pengkaian Sekunder

a. Aktivitas dan istirahat

Data Subjektif:

- Kesulitan dalam beraktivitas ; kelemahan, kehilangan sensasi atau

paralysis.

- Mudah lelah, kesulitan istirahat ( nyeri atau kejang otot )

Data objektif:

- Perubahan tingkat kesadaran

- Perubahan tonus otot ( flaksid atau spastic), paraliysis ( hemiplegia ),

kelemahan umum.

- Gangguan penglihatan

b. Sirkulasi

Data Subjektif:

- Riwayat penyakit jantung ( penyakit katup jantung, disritmia, gagal

jantung , endokarditis bacterial ), polisitemia.

Data objektif:

- Hipertensi arterial

- Disritmia, perubahan EKG

- Pulsasi : kemungkinan bervariasi

- Denyut karotis, femoral dan arteri iliaka atau aorta abdominal

c. Integritas ego

Page 22: 69850518 ASKEP SNH Stroke Non Hemoragic

19

Data Subjektif:

- Perasaan tidak berdaya, hilang harapan

Data objektif:

- Emosi yang labil dan marah yang tidak tepat, kesediahan , kegembiraan

- Kesulitan berekspresi diri

d. Eliminasi

Data Subjektif:

- Inkontinensia, anuria

- distensi abdomen ( kandung kemih sangat penuh ), tidak adanya suara

usus( ileus paralitik )

e. Makan/ minum

Data Subjektif:

- Nafsu makan hilang, nausea / vomitus menandakan adanya PTIK,

kehilangan sensasi lidah , pipi , tenggorokan, disfagia, riwayat DM,

Peningkatan lemak dalam darah

Data objektif:

- Problem dalam mengunyah ( menurunnya reflek palatum dan faring ).

Obesitas ( faktor resiko )

f. Sensori neural

Data Subjektif:

- Pusing / syncope ( sebelum CVA/ sementara selama TIA )

- Nyeri kepala : pada perdarahan intra serebral atau perdarahan sub

arachnoid.

- Kelemahan, kesemutan/kebas, sisi yang terkena terlihat seperti

lumpuh/mati

- Penglihatan berkurang

- Sentuhan : kehilangan sensor pada sisi kolateral pada ekstremitas dan

pada muka ipsilateral ( sisi yang sama )

- Gangguan rasa pengecapan dan penciuman

Data objektif:

Page 23: 69850518 ASKEP SNH Stroke Non Hemoragic

20

- Status mental ; koma biasanya menandai stadium perdarahan , gangguan

tingkah laku (seperti: letergi, apatis, menyerang) dan gangguan fungsi

kognitif

- Ekstremitas : kelemahan / paraliysis ( kontralateral pada semua jenis

stroke, genggaman tangan tidak imbang, berkurangnya reflek tendon

dalam ( kontralateral )

- Wajah: paralisis / parese ( ipsilateral )

- Afasia ( kerusakan atau kehilangan fungsi bahasa, kemungkinan

ekspresif/ kesulitan berkata kata, reseptif / kesulitan berkata kata

komprehensif, global / kombinasi dari keduanya.

- Kehilangan kemampuan mengenal atau melihat, pendengaran, stimuli

taktil

- Apraksia : kehilangan kemampuan menggunakan motorik

- Reaksi dan ukuran pupil : tidak sama dilatasi dan tak bereaksi pada sisi

ipsi lateral.

g. Nyeri / kenyamanan

Data Subjektif:

- Sakit kepala yang bervariasi intensitasnya

Data objektif:

- Tingkah laku yang tidak stabil, gelisah, ketegangan otot / fasial

h. Respirasi

Data Subjektif:

- Perokok ( faktor resiko )

i. keamanan

Data objektif:

- Motorik/sensorik : masalah dengan penglihatan

- Perubahan persepsi terhadap tubuh, kesulitan untuk melihat objek, hilang

kewasadaan terhadap bagian tubuh yang sakit

- Tidak mampu mengenali objek, warna, kata, dan wajah yang pernah

dikenali

Page 24: 69850518 ASKEP SNH Stroke Non Hemoragic

21

- Gangguan merespon terhadap panas, dan dingin/gangguan regulasi suhu

tubuh

- Gangguan dalam memutuskan, perhatian sedikit terhadap keamanan,

berkurang kesadaran diri

j. Interaksi social

Data objektif:

- Problem berbicara, ketidakmampuan berkomunikasi.

k. Pengajaran / pembelajaran

Data Subjektif :

- Riwayat hipertensi keluarga, stroke

- Penggunaan kontrasepsi oral

l. Pertimbangan rencana pulang

- Menentukan regimen medikasi / penanganan terapi

- Bantuan untuk transportasi, shoping , menyiapkan makanan ,

perawatan diri dan pekerjaan rumah.

Page 25: 69850518 ASKEP SNH Stroke Non Hemoragic

22

2.2 Diagnosa, Tujuan, Perencanaan/ Intervensi serta Rasional

1. Diagnosa : Perubahan perfusi jaringan, serebral berhubungan dengan interupsi aliran darah : gangguan oklusif, hemoragi,

vasospasme serebral, edema serebral.

Tujuan : Mempertahankan tingkat kesadaran biasanya/membaik, fungsi kognitif dan motorik/sensori.

Mendemonstrasikan tanda-tanda vital stabil dan tak ada tanda-tanda peningkatan TIK.

Menunjukan tidak adanya kelanjutan deteriorasi/kekambuhan defisit.

Perencanaan/intervensi Rasional

Mandiri

1. Tentukan faktor-faktor yang berhubungan dengan

keadaan/penyebab khusus selama koma/penurunan perfusi

serebral dan potensial terjadi peningkatan TIK.

2. Pantau/catat status neurologis sesering mungkin dan

bandingkan dengan keadaan normalnya/standar.

3. Pantau tanda-tanda vital, seperti catat :

Adanya hipertensi/hipotensi, bandingkan tekanan darah yang

terbaca pada kedua lengan.

Frekuensi dan irama jantung : auskultasi adnaya mur-mur.

- Mempengaruhi penetapan intervensi. Kerusakan/kemunduran

tanda/gejala neorologis atau kegagalan memperbaikinya setelah

fase awal memerlukan tindakan pembedahan daan/atau pasien

harus dipindahkan ke ruang perawatan kritis untuk melakukan

pematangan terhadap peningkatan TIK.

- Mengetahui kecenderungan tingakat kesadaran dan potensial

peningkatan TIK dan mengetahui lokasi, luas dan kemajuan

kerusakan SSP. Dapat menunjukan TIA yang merupakan tanda

terjadi thrombosis CVS baru.

- Variasi mungkin terjadi oleh karena tekanan serebral pada

daerah vasomotor otak. Hipertensi/hipotensi postural dapat

menjadi faktor pencetus. Hipotensi dapat terjadi karena syok.

Penningkatan TIK dapat terjadi karena edema adanya faktor

pembekuan darah. Tersumbatnya arteri subklavia dapat

dinyatakan dengan adanya perbedaan tekanan pada ke dua

lengan.

- Perubahan terutama adanya bradikardia dapat terjadi sebagai

Page 26: 69850518 ASKEP SNH Stroke Non Hemoragic

23

Catat pola dan irama dari pernapasan, seperti adanya periode

apnea setelah pernapasan hiperpentilas, pernapasan cheyne-

strokes.

4. Evaluasi pupil catat ukuran, bentuk, kesamaan dan reaksi

terhadap cahaya.

5. Catat perubahan dalam penglihatan, seperti adanya kebutaan,

gangguan lapang pandang/kedalaman persepsi.

6. Kaji fungsi-fungsi yang lebih tinggi, seperti fungsi bicara jika

pasien sadar.

7. Letakan kepala dengan posisi agak ditinggikan dan dalam

posisi anatomis/netral.

8. Pertahankan keadaan tirah baring ; ciptakan lingkungan yang

tenang; batasi pengunjung/aktivvitas pasien sesuai indikasi.

Berikan istirahat secara periodic antara aktivitas perawatan,

batasi lamanya setiap prosedur.

9. Cegah terjadinya mengejan saat defekasi, dan pernapasan

yang memaksa (batuk terus-menerus).

akibat adanya kerusakan otak. Distrimia dan mur-mur mungkin

mencerminkan adanya penyakit jantung yang mungkin telah

menjadi pencetus CSV.

- Ketidakteraturan pernapasan dapt memberikan gambaran lokasi

kerusakan serebral/peningkatan TIK dan kebutuhan untuk

intervensi selanjutnya termasuk kemungkinan perlunya

dukungan terhadap pernapasan.

- Reaksi pupil diatur oleh saraf kranial okulomotor dan berguna

dalam menentukan apakah batang otak tersebut masih baik.

Ukuran dan kesamaan pupil ditentukan oleh keseimbangan

antara persarafan simpatis dan parasimpatis yang

mempersarafinya. Respon terhadap refleks cahaya

mengkombinasikan fungsi dari saraf kranial optikus dan saraf

kranial okulomotor.

- Gangguan penglihatan yang spesifik mencerminkan daerah otak

yang terkena, mengindikasikan keamanan yang harus mendapat

perhatian dan mempengaruhi intervensi yang akan dilakukan.

- Perubahan dalam isi kognitif dan bicara merupakan indikator

dari lokasi/derajat gangguan serebral dan mungkin

mengindikasikan penurunana/peningkatan TIK.

- Menurunkan tekanan arteri dengan meningkatkan drainase dan

meningkatkan sirkulasi/perfusi serebral.

- Aktivitas/stimulasi yang kontinu dapat meningkatkan TIK

istirahat total dan ketenangan mungkin diperlukan untuk

pencegahan terhadap pendarahan dalam kasus stroke

hemoragik/pendarahan lainnya.

- Maneuver valsalva dapat meningkatkan TIK dan memperbesar

resiko terjadinya pendarahan

Page 27: 69850518 ASKEP SNH Stroke Non Hemoragic

24

10. Kaji ragiditas nukal, kedutan, kegelisahan yang meningkat,

peka rangssang dan serangan kejang.

Kolaborasi : 11. Berikan oksigen sesuai indikasi.

12. Berikan obat sesuai indikasi :

antikoagulasi, seperti natrium warfarin (coumadin), heparin.

Antifibrolatik, seperti asam aminokaproid (amicar).

Antihipertensi

Vasodilatasi perifer, seperti siklandelat, papaverin,

isoksupresin.

Steroid, deksametason.

Fenitoin, fenobarbital.

Pelunak feses.

- Merupakan indikasi adanya iritasi maningeal. Kejang dapt

mencerminkan adanya peningkatan TIK/trauma serebral yang

memerlukan perhatian dan intervensi selanjutnya.

- Menurunkan hipoksia yang dapat menyebabkan vasodilatasi

serebral dan tekanan meningkat / terbentuknya edema.

- Dapat digunakan untuk meningkatkan/ memperbaiki aliran

darah serebral dan selanjutnya dapat mencegah pembekuan saat

embolus/trombus merupakan faktor masalahnya. Merupakan

kontraindikasi pada pasien dengan hipertensi sebagai akibat dari

peningkatan resiko perdarahan.

- Pengunaan dengan hati-hati dalam perdarahan untuk mencegah

lisis bekuan yang terbentuk dan perdarahan berulang yang

serupa.

- Hipertensi lama/ kronis memerlukan penanganan yang hati-hati,

sebab penenganan yang berlebihan meningkatkan resiko

terjadinya perluasan kerusakan jaringan. Hipertensi sementara

seringkali terjadi selama fase stroke akut dan penangulangannya

seringkali tanpa intervensi terapeutik.

- Digunakan untuk memperbaiki sirkulasi kolateral atau

menurunkan vasospasme.

- Pengunaannya kontrolversial dalam mengendalikan edema

serebral.

- Dapat digunakan untuk mengontrol kejang dan / atau untuk

aktivitas sedatif. Catatan : Fenobarbital memperkuat kerja dari

anti epilepsi.

- Mencegah proses mengejan selama defekasi dan yang

Page 28: 69850518 ASKEP SNH Stroke Non Hemoragic

25

13. Persiapan untuk pembedahan, endarterektomi, bypass

mikrovaskuler.

14. Pantau pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi, seperti

masa protrombin, kadar dilantin.

berhubungan dengan peningkatan TIK.

- Mungkin bermanfaat untuk mengatasi situasi.

- Memberikan informasi tentang keefektifan pengobatan/ kadar

terapeutik.

2. Diagnosa : Kerusakan mobilitas fisik, berhubungan dengan Keterlibatan neuromuskuler : Kelemahan, parestesia, Paralisis

hipotonik (awal), Paralisis spastis.

Tujuan : Mempertahankan posisi optimal dari fungsi yang dibuktikan oleh takadanya kontraktur, footdrop.

Mempertahankan/ meningkatkan kekuatan dan fungsi bagian tubuh yang terkena atau kompensasi.

Mendemonstrasikan teknik/ perilaku yang memungkinkan melakukan aktivitas.

Mempertahankan integritas kulit.

Page 29: 69850518 ASKEP SNH Stroke Non Hemoragic

26

Perencanaan/intervensi Rasional

Mandiri

1. Kaji kemampuan secara fungsional/ luasnya kerusakan awal

dan dengan cara yang teratur.

2. Ubah posisi minimal setiap 3 jam (Terlentang,miring) dan

sebagainya dan jika memungkinkan bisa lebih sering jika

diletakkan dalam posisi bagian yang terganggu.

3. Letakkan pada posisi terlengkuk satu kali atau dua kali sehari

jika pasien dapat mentoleransinya.

4. Mulailah melakukan latihan rentang gerak aktif dan pasif pada

semua ekstermitas saat masuk. Anjurka melakukan latihan

seperti latihan quadrisep/gluteal, meremas bola karet,

melebarkan jari-jari dan kaki/telapak.

5. Sokong ekstermitas dalam posisi fungsionalnya, gunakan

papan kaki (footboard) selama periode paralisis flaksid,

pertahankan posisi kepala netral.

6. Gunakan penyangga lengan ketika pasien berada dalam posisi

tegak, sesuai indikasi.

7. Evaluasi penggunaan dari kebutuhan alat bantu untuk

pengaturan posisi atau alat pembalut selama periode paralisis

spastik.

- Mengidentifikasi kekuatan/kelemahan dan dapat memberikan

informasi mengenai pemulihan. Bantu dalam pemilihan

terhadap intervensi, sebab teknik yang berbeda digunakan untuk

paralisis spastik dengan flaksid.

- Menurunkan resiko terjadinya trauma/iskemia jaringan. Daerh

yang terkena mengalami perburukan/sirkulasi yang lebih jelek

dan menurunkan sensasi dan lebih besar menimbulkan

kerusakan pada kulit/dekubitus.

- Membantu mempertahankan ekstensi pinggul funngsional;

tetapi kemungkinan akan meningkatkan ansietas terutama

mengenai kemampuan pasien untuk bernapas.

- Meminimalkan atrofi otot, meningkatkan sirkulasi, membantu

mencegah kontraktur. Menurunkan resiko terjadinya

hiperkalsiuria dan osteoporosis jika masalah utamanya adalah

perdarahan. Catatan; stimulasi yang berlebihan dapat menjadi

pencetus adanya perdarahan berulang.

- Mencegah kontrakur/footdrop dan memfasilitasi kegunaannya

jika berfungsi kembali. Paralisis flaksid dapat mengganggu

kemampuannya untuk menyangga kepala, dilain pihak paralisis

spastik dapat mengarah pada deviasi kepala kesalah satu sisi.

- Selama paralisis flaksid, penggunaan penyangga dapat

menurunkan resiko terjadinya subluksasio lengan dan “sindrom

bahu-lengan”.

- Kontraktur fleksi dapat terjadi akibat dari otot fleksor lebih kuat

dibandingkan dengan otot ekstensor.

Page 30: 69850518 ASKEP SNH Stroke Non Hemoragic

27

8. Tempatkan bantal dibawah aksila untuk melakukan abduksi

pada tangan.

9. Tinggikan tangan dan kepala

10. Tempatkan “hand roll” keras pada telapak tangan dengan jari-

jari dan ibu jari saling berhadapan.

11. Posisikan lutut dan panggul dalam posisi ekstensi.

12. Pertahankan kaki dalam posisi netral dengan

gulungan/bantalan trokanter.

13. Gunakan papan kaki secara berganti, jika memungkinkan.

14. Bantu untuk mengembangkan keseimbangan duduk (seperti

meninggikan bagian kepala tempat tidur)

15. Observasi daerah yang terkena termasuk warna, edema, atau

tanda lain dari gangguan sirkulasi.

16. Inspeksi kulit terutama pada daerah-daerah yang menonjol

secara teratur.

17. Bangunkan dari kursi sesegera mungkin setelah tanda-tanda

vital stabil kecuali pada hemoragik serebral.

18. Alasi kursi duduk dengan busa atau balon air dan bantu pasien

- Mencegah adduksi bahu dan fleksi siku

- Meningkatkan aliran balik vena dan membantu mencegah

terbentuknya edema.

- Alas/dasar yang keras menurunkan stimulasi fleksi jari-jari,

mempertahankan jari-jari dan ibu jari pada posisi normal (posisi

anatomis).

- Mempertahankan posisi fungsional.

- Mencegah rotasi eksternal pada pinggul.

- Penggunaan yang kontinu (setelah perubahan dari paralisis

flaksid ke spastik) dapat menyebabkan tekanan yang berlebihan

pada sendi peluru kaki, meningkatkan spastisitas, dan secara

nyata meningkatkan fleksi plantar.

- Membantu dalam melatih kembali jaras saraf, meningkatkan

respons propioseptik dan motorik.

- Jaringan yang mengalami edema lebih mudah mengalami

trauma dan penyembuhannya lambat.

- Titik-titik tekanan pada daerah yang menonjol paling beresiko

untuk terjadinya penurunan perfusi/iskemia. Stimulasi sirkulasi

dan memberikan bantalan membantu mencegah kerusakan kulit

dan berkembangnya dekubitus.

- Membantu menstabilkan tekanan darah (tonus vasomotor

terjaga), meningkatkan keseimbangan ekstrenitas dalam posisi

normal dan pengosongan kantung kemih /ginjal menurunkan

resiko terjadinya batu kandung kemih dan infeksi karena urine

yang statis.

- Mencegah/menurunkan tekanan koksigeal/kerusakan kulit.

Page 31: 69850518 ASKEP SNH Stroke Non Hemoragic

28

untuk memindahkan berat badan dengan interval yang teratur.

19. Susun tujuan dengan pasien/orang terdekat untuk berpartisipasi

dalam aktivitas/latihan dan mengubah posisi.

20. Anjurkan pasien untuk membantu pergerakan dan latihan

dengan menggunakan eksternitas yang tidak sakit untuk

menyokong/menggerakkan daerah tubuh yang mengalami

kelelahan.

Kolaborasi 21. Berikan tempat tidur dengan matras bulat (seperti egg crate

mattress), tempat tidur air,alat flotasi, atau tempat tidur khusus

(seperti tempat tidur kinetik) sesuai indikasi.

22. Konsultasikan dengan ahli fisioterapi secara aktif, latihan

resistif, dan ambulasi pasien.

23. Bantulah dengan stimulasi elektrik, seperti TENS sesuai

indikasi.

24. Berikan obat relaksan otot, antispasmodik sesaui indikasi,

seperti baklofen, dantrolen.

- Meningkatkan harapan terhadap perkembangan/peningkatan

dan memberikan perasaan kontrol/kemandirian.

- Dapat berespons dengan baik jika daerah yang sakit tidak

menjadi lebih terganggu dan memerlukan dorongan serta

latihan aktif untuk “menyatukan kembali” sebagai bagian dari

tubuhnya sendiri.

- Meningkatkan distribusi merata berat badan yang menurunkan

tekanan pada tulang-tulang tertentu dan membantu untuk

mencegah kerusakan kulit/terbentuknya dekubitus. Tempat

tidur khusus membantu dengan letak pasien obesitas

(kegemukan), meningkatkan sirkulasi dan menurunkan

terjadinya vena stastis untuk menurunkan resiko terhadap

cedera pada jaringan dan komplikasi seperti pneomonia

ortostatis.

- Program yang khusus dapat dikembangkan untuk menemukan

kebutuhan yang berarti/ menjaga kekurangan tersebut dalam

keseimbangan, kordinasi, dan kekuatan.

- Dapat membantu memulihkan kekuatan otot dan meningkatkan

kontrol otot volunter.

- Mungkin diperlukan untuk menghilangkan spastisitas pada

ekstremitas yang terganggu.

3. Diagnosa : Kerusakan menelan, resiko tinggi terhadap kerusakan neuromuskuler/perseptual.

Tujuan : Mendemonstrasikan metode makan tepat untuk situasi individual dengan aspirasi tercegah.

Mempertahankan berat badan yang diinginkan.

Page 32: 69850518 ASKEP SNH Stroke Non Hemoragic

29

Perencanaan/intervensi Rasional

Mandiri :

1. Tinjau ulang patologi/ kemampuan menelan pasien secara

individual, catat luasnya paralisis fasial, gangguan lidah,

kemampuan untuk melindungi jalan napas. Timbang BB

sesuai kebutuhan.

2. Tingkatkan upaya untuk dapat melakukan proses menelan

yang efektif, seperti :

3. Bantu pasien dengan mengontrol kepala.

4. Letakan pasien pada posisi duduk/tegak selama dan setelah

makan.

5. Stimulasi bibir untuk menutup dan membuka mulut secara

manual dengan menekan ringan di atas bibir/dibawah dagu

jika di butuhkan.

6. Letakan makanan pada daerah mulut yang tidak terganggu.

7. Sentuh bagian pipih bagian dalam dengan spatel

lidah/tempatkan es untuk mengetahui kelemahan lidah.

8. Berikan makan dengan perlahan pada lingkungan yang tenang.

9. Mulai untuk memberikan makanan per oral setengah cair,

makanan lunak ketika pasien dapat menelan air. Pilih/bantu

pasien untuk memilih makanan yang kecil/tidak perlu

mengunyah dan mudah di telan, contoh : telur, agar-agar,

makanan kecil yang lunak lainnya.

10. Anjurkan pasien menggunakan sedotan untuk meminum

cairan.

11. Anjurkan orang terdekat untuk membawa makanan kesukaan

pasien.

12. Pertahanakan masukan dan keluaran dengan akurat, catat

- Intervensi nutrisi/pilihan rute makanan di tentukan oleh faktor-

faktor ini

- Menetralkan hiperekstensi, membantu mencegah aspirasi dan

meningkatkan kemampuan untuk menelan.

- Menggunakan gravitasi untuk memudahkan proses menelan

dan menurunkan risiko terjadinya aspirasi.

- Membantu dalam melatih kembali sensori dan meningkatkan

kontrol muskuler.

- Memberikan stimulasi sensori (termasuk rasa kecap) yang

dapat mencetuskan usaha untuk menelan dan meningkatkan

masukan.

- Dapat meningkatkan gerakan dan kontrol lidah (pentingnya

untuk menelan) dan menghambat jatuhnya lidah.

- Pasien dapat berkosentrasi pada mekanisme makan tanpa

adanaya distraksi/gangguan dari luar.

- Makanan lunak/cairan kental lebih mudah untuk

mengendalikannya di dalam mulut, menurunkan resiko

terjadinya aspirasi.

- Menguatkan otot fasial dan otot menelan dan menurunkan

resiko terjadinya tersedak.

- Menstimulasi upaya makan dan meningkatkan

menelan/masukkan.

- Jika usaha menelan tidak memadai untuk memenuhi

kebutuhan cairan dan makanan, harus dicarikan metode

alternatif untuk makan.

- Dapat meningkatkan pelepasan endorfin dalam otak yang

Page 33: 69850518 ASKEP SNH Stroke Non Hemoragic

30

jumlah kalori yang masuk.

13. Anjurkan untuk berpartisipasi dalam program latihan atau

kegiatan

Kolaborasi:

14. Berikan cairan melalui IV dan/atau makanan melalui selang.

meningkatkan perasaan senang dan meningkatkan nafsu

makan.

- Mungkin diperlukan untuk memberikan cairan pengganti dan

juga makanan jika pasien tidak mampu untuk memasukkan

segala sesuatu melalui mulut.

Page 34: 69850518 ASKEP SNH Stroke Non Hemoragic

31

BAB III ASKEP PADA KLIEN

3.1 Pengkajian Data Dasar

I. Identitas Diri Klien

N a m a : Ny. AN Tanggal masuk RS : 28 April 2011

Tempat/Tgl. Lahir : Tondano, 14 Oktober 1927 Pukul 12.15

U m u r : 83 tahun Sumber Informasi : Anak pasien

Jenis Kelamin : Perempuan Keluarga terdekat yang dapat

Alamat : Watulambot Ling III segera dihubungi (Orang Tua/Wali,

Suami, Istri, dan lain-lain): Anak

Status Perkawinan : Janda Pendidikan : SMA

A g a m a : Kristen Protestan Pekerjaan : Swasta

S u k u : Minahasa Alamat : Watulombat

Alamat : Kec. Singkil

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : IRT

Lama Bekerja : -

II. Status Kesehatan Saat ini

1. Alasan Kunjungan/Keluhan Utama :

Penuruna kesadaran dialami sejak + 6 jam. Awalnya pasien sedang tidur,

setelah keluarga berusaha membangunkan pasien tidak sadar, lemah dan tidak

bergerak.

2. Faktor Pencetus :

Fakor usia, obat-obatan yg dikonsumsi sebelum sakit, riwayat penyakit yang lalu

(hipertensi), faktor makanan.

3. Lamanya Keluhan : + 6 jam SMRS

4. Timbulnya Keluhan : ( ) bertahap

() mendadak

5. Faktor yang memperberat : kondisi kesehatan

6. Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya :

Page 35: 69850518 ASKEP SNH Stroke Non Hemoragic

32

Sendiri: -

Oleh orang lain langsung dibawa RS

7. Diagnosa Medik :

1. SNH Tanggal : 2 Mei 2011

II. Riwayat Kesehatan yang lalu

1. Penyakit yang pernah dialami :

a. Kanak – Kanak : Tidak

b. Kecelakaan : Tidak

c. Pernah dirawat penyakit waktu Hipertensi + 5 tahun lalu

d. Operasi : tidak

2. Alergi :

Tipe Reaksi Tindakan

- - -

3. Imunisasi :

Tipe Reaksi Tindakan

Tidak ingat

4. Kebiasaan : merokok/kopi/obat/alkohol/lain-lain

5. Obat – obatan :

Amdixal 10 mg (1x1- 1/2 tab), Neurodex (1x1- 1 tab), Ranitidin, sandox

Lamanya: perbulan

Sendiri :

Orang lain (resep): Dokter

6. Pola Nurtisi :

Frekwensi makan :

Berat Badan : 46 kg

Tinggi Badan : 158 cm

Jenis makanan : Makanan bergizi

Makanan yang disukai : Daging ayam, ikan mujair dan sayur ca.

Makanan yang tidak disukai : Tidak

Makanan pantang : Tidak

Page 36: 69850518 ASKEP SNH Stroke Non Hemoragic

33

Nafsu makan : () baik

( ) Sedang – alasan : mual/muntah/sariawan

( ) Kurang – alasan : mual/muntah/sariawan

Perubahan berat badan 6 bulan terakhir :

( ) bertambah ……………………kg

( ) tetap

() berkurang 3 kg

7. Pola Eliminasi :

1. Buang air besar

Frekwensi : 2 kali Penggunaan pencahar : tidak

W a k t u : pagi/siang/sore/malam

W a r n a : kekuningan

Konsistensi : padat

2. Buang air kecil

Frekwensi : normal

W a r n a : kuning encer

B a u : normal

8. Pola tidur dan istirahat

Waktu tidur (jam) : 10 malam

Lama tidur/hari : 6 jam / hari

Kebiasaan pengantar tidur : tidak

Kebiasaan saat tidur : tidak

Kesulitan dalam hal tidur : ( ) menjelang tidur

( ) sering/mudah terbangun

( ) merasa tidak puas setelah bangun

tidur

9. Pola Aktifitas dan Latihan

1. Kegiatan dalam pekerjaan : -

2. Olah Raga : - Jenis : tidak

- Frekwensi : tidak

Page 37: 69850518 ASKEP SNH Stroke Non Hemoragic

34

3. Kegiatan di waktu luang : santai dengan anak dan cucu

4. Kesulitan/keluhan dalam hal : () pergerakan tubuh

( ) mandi

( ) mengenakan pakaian

( ) bersolek

( ) berhajat

( )sesak napas setelah mengadakan

aktifitas

()mudah merasa kelelahan

10. Pola bekerja :

1. Jenis pekerjaan : IRT Lama : sejak menikah

2. Jumlah jam kerja : - Lama : -

3. Jadwal Kerja : -

4. Lain-lain (sebutkan) : -

VI. Riwayat Keluarga

Genogram :

Ket:

V. Riwayat Lingkungan

Meninggal

Laki-laki

Perempuan Pasien SNH

Page 38: 69850518 ASKEP SNH Stroke Non Hemoragic

35

Kebersihan : baik

Bahaya : tidak

Polusi : baik

VI. Aspek Psikososial

1. Pola pikir & persepsi

a. Alat bantu yang digunakan :

() Kaca mata

( ) alat bantu pendengaran

b. Kesulitan yang dialami :

( ) sering pusing

( ) menurunnya sensitifitas terhadap sakit

( ) menurunnya sensitiftas terhadap panas/dingin

() membaca/menulis

2. Persepsi Diri

Hal yang amat dipikirkan saat ini :

-

Harapan setelah menjalani perawatan :

-

Perubahan yang dirasa setelah sakit :

-

3. Suasana Hati : -

Rentang perhatian : anak dan cucu menjadi lebih perhatian

4. Hubungan/komunikasi

1. Bicara Bahasa Utama : Bahasa Indonesia

( ) jelas

( ) relevan Bahasa Daerah: dialek Manado

( ) mampu mengekspresikan

( ) mampu mengerti orang lain

2. Tempat Tinggal

Page 39: 69850518 ASKEP SNH Stroke Non Hemoragic

36

( ) sendiri

() bersama orang lain, yaitu Anak dan cucu

3. Kehidupan Berkeluarga

- Adat istiadat yang dianut : ……………………………

- Pembuat keputusan dalam keluarga : Pasien

- Pola komunikasi : baik

- Keuangan : () memadai

( ) Kurang

4. Kesulitan dalam Keluarga : ( ) Hubungan orang tua

( ) Hubungan dengan sanak saudara

( ) Hubungan perkawinan

5. Kebiasaan Seksual

1. Gangguan hubungan seksual disebabkan kondisi sebagai berikut :

( ) fertilitas ( ) menstruasi

() Libido ( ) kehamilan

( ) Ereksi ( ) alat kontrasepsi

2. Pemahaman terhadap fungsi seksual :

-

6. Pertahanan Koping

1. Pengambilan Keputusan : ( ) sendiri

() dibantu orang lain :

sebutkan Anak

2. Yang disukai tentang diri sendiri : -

3. Yang ingin dirubah dari kehidupan : -

4. Yang dilakukan jika stress :

( ) pemecahan masalah

( ) makan

( ) tidur

( ) makan obat

( ) cari pertolongan

Page 40: 69850518 ASKEP SNH Stroke Non Hemoragic

37

( ) lain-lain (misal : marah, diam, dll) sebutkan : -

5. Apa yang dapat dilakukan perawat agar anda nyaman dan aman :-

7. Sistem Nilai - Kepercayaan

1. Siapa atau apa sumber kekuatan : Tuhan

2. Apakah Tuhan, Agama, Kepercayaan penting untuk anda ?

() Ya ( ) Tidak

3. Kegiatan agama atau kepercayaan yang dilakukan (macam dan frekwensi)

sebutkan:

Masuk gereja setiap minggu

4. Kegiatan agama atau kepercayaan yang ingin dilakukan selama di Rumah

Sakit, Sebutkan :

Berdoa

8. Tingkat Perkembangan :

Usia : Last Age

Karakteristik : normal sesuai usia dan kulit keriput

VII. Pengkajian Fisik

Tanda-tanda Vital Saat Pasien Masuk Rumah Sakit

- Suhu tubuh : 370 C

- Denyut Nadi : 92 kali /menit

- Pernafasan : 26 kali /menit

- Tekanan Darah : 130/60 mmHg

Kepala, Mata, Kuping, Hidung & Tenggorokan

Kepala : bentuk : simetris

Keluhan yang berhubungan : -

Pusing/sakit kepala : -

M a t a : Ukuran pupil 5 mm Isokor:

Reaksi terhadap cahaya : pupil tidak bereaksi terhadap cahaya

Akomodasi : kurang baik

Page 41: 69850518 ASKEP SNH Stroke Non Hemoragic

38

Bentuk : simetris

Konjunctiva : merah pucat

Fungsi penglihatan : -

- Baik/kabur/tidak jelas : -

- Dua bentuk: -

- Rasa sakit : -

Tanda-tanda radang tidak ada

Pemeriksaan mata terakhir : tidak pernah

Operasi tidak

Kaca mata : pasien mengguanakan kacamata untuk membaca

Lensa Kontak pasien tidak menggunakan lensa kontak

Hidung : Reaksi Alergi : tidak

Cara mengatasinya tidak

Pernah mengalami flu : Pasien pernah mengalami

influensa

Bagaimana frekwensinya dalam setahun sering

Sinus normal perdarahan tidak ada

Mulut & Tenggorokan : Gigi geligi geraham 4 bawah tercabut

Kesulitan/gangguan berbicara pasien tidak dapat berbicara

Kesulitan menelan paasien sulit untuk menelan

Pemeriksaan gigi terakhir tidak pernah

Pernafasan : Suara paru : vesikuler

Pola Nafas : abdomen Batuk tidak

Sputum: tidak Nyeri: -

Kemampuan melakukan aktifitas sulit

Batuk darah -

Rontgen Foto terakhir tidak dilakukan Hasil tidak ada

Page 42: 69850518 ASKEP SNH Stroke Non Hemoragic

39

Sirkulasi : Nadi Perifer 92 kali pemenit

Capilary Refilling : 3 detik

Distensi Vena Jugularis Tampak

Suara Jantung normal

Suara Jantung tambahan Tidak dilakukan

Irama jantung (monitor) Tidak dilakukan

Nyeri : - Edema : tidak

Palpitasi Tidak ada Baal: tidak

Perubahan warna (kulit, Kuku, Bibir, dll) : kemerahan

Clubbing tidak ada

Keadaan Ekstremitas :(mobilitas berkurang)

Syncobe Tidak

Rasa pusing : -

Monitoring Hemodinamik : CVP Tidak dilakukan mm H2O

Nutrisi : Jenis Diet : tidak ada nafsu makan : baik

Rasa mual : - Muntah : tidak

Intake Cairan 6-7 gelas/hari

Eliminasi : Pola rutin ------

(b.a.b) Penggunaan Laxan Tidak diterapkan

Colostomy Tidak diterapkan

Ileostomy Tidak diterapkan

Konstibasi tidak diterapkan

Diare tidak

(b.a.k) Inkontinensia

Infeksi Tidak ada

Nematuri - Catheter digunakan

Urine Output > 2000 ml

Reproduksi : Kehamilan ______________________

Buah dada _______________ Perdarahan

Page 43: 69850518 ASKEP SNH Stroke Non Hemoragic

40

Pemeriksaan Pap Smear terakhir

Hasil ________________________________________

Keputihan _____________________________________

Pemeriksaan Sendiri ___________________________

Prostat tidak ada

Penggunaan Kateter digunakan

Neurologis : Tingkat kesadaran koma

Orientasi : pasien koma

Koordinasi : pasien tidak dapat menggerakkan anggota gerak

tubuhnya

Pola tingkah laku

Riwayat epilepsi/kejang/parkinson tidak ada

Refleks tidak ada

Kekuatan menggenggam : pasien tidak dapat menggenggam

objek

Pergerakan Ekstremitas : ekstremitas terganggu

Muskuloskeletal : Nyeri -

Kekakuan -

Pola latihan gerak

Kulit : Warna : kemerahan seara umum

Integritas : kering

Turgor : sedang

Data Laboratorium:

Tanggal: 29 April 2011

Ureum 38 mg/dl 10-50

Creatinine 1,0 mg/dl 0,5-1,6

Cholestrol 267 mg/dl < 226

HDL: 49 mg/dl L: >45/P: >35

LDL: 158 mg/dl <150

Tanggal: 30 April 2011

Page 44: 69850518 ASKEP SNH Stroke Non Hemoragic

41

Hb 13,9 L: 13,5-17,5/P:11,5-16,5

Leukosit 15.900/mm3 L: 4.000-10.000

LED 50/84 L: 20/1 jam / P:15/1 jam

Ureum 40 mg/dl 10-50

Creatinine 1,0 mg/dl 0,5-1,6

Uric acid 5,2 mg/dl L:2,0-7,0/P:2,0-5,7

Cholesterol 236 mg/dl <226

HDL: 49 mg/dl L: >45/P: >35

LDL: 164 mg/dl <150

Pengobatan di RS:

• Inj Benocetam 3 gr/ 6 jam/IV

• Bralin 500 mg/hr/IV

• Levoxal 1 btl/hr/IV

• Cernevit 1 vial/hr/dripe

• NGT

• Kateter

• Pemasangan Oksigen 2 L/m

• IVFD RL 20 gtt/mnt

Page 45: 69850518 ASKEP SNH Stroke Non Hemoragic

42

3.2 Analisis Data Dan Diagnosa

No Data Etiologi Masalah NDx

1 DS:

- Anak Pasien

mengatakan pasien

tidak sadarkan diri +

6 jam SMRS

DO:

- KU: Berat

- Kes: Coma

- GCS: 3 (E:1, V:1,

M:1)

TTV:

- Td: 130/60 mmHg

- N: 92 x/m

- R: 26 x/m

Pemeriksaan lab.

Tgl 30 April 2011

Cholesterol: 236 mg/dl

HDL: 49 mg/dl

LDL: 164 mg/dl

Faktor pencetus

Terganggunya Kerja

Jantung

Arteroklerosis

Penurunan Suplai darah ke

serebral

Perfusi

Jaringan

Perubahan

perfusi

jaringan

berhubungan

dengan

interupsi aliran

darah

2 DS:

- Anak Pasien

mengatakan pasien

lemah dan tidak

bergerak.

DO:

- Rentang gerak pasien

terganggu

- KU: Berat

Faktor pencetus

Terganggunya Kerja

Jantung

Arteroklerosis

Penurunan Suplai darah ke

serebral

Mobilitas

Fisik

Kerusakan

mobilitas fisik

berhubungan

dengan

keterlibatan

neuromuskuler

: paralisis

Page 46: 69850518 ASKEP SNH Stroke Non Hemoragic

43

- Kes: Coma

- GCS: 3 (E:1, V:1,

M:1)

TTV:

- Td: 130/60 mmHg

- N: 92 x/m

- R: 26 x/m

Hipoxia Jar. Otak

Kerusakan otak

Edema Jar. Otak

Defisit Jar. Otak

Hemaparisis, Paralisis

3 DS:

- Anak Pasien

mengatakan pasien

tetap tidak sadar

walaupun sudah

dibangunkan.

DO:

- Pasien afasia

- KU: Berat

- Kes: Coma

- GCS: 3 (E:1, V:1,

M:1)

Faktor pencetus

Terganggunya Kerja

Jantung

Arteroklerosis

Penurunan Suplai darah ke

serebral

Hipoxia Jar. Otak

Kerusakan otak

Edema Jar. Otak

Defisit Jar. Otak

Kerusakan

komunikasi

verbal

Kerusakan

komunikasi

verbal

berhubungan

dengan

kerusakan

sirkulasi

serebral

Page 47: 69850518 ASKEP SNH Stroke Non Hemoragic

44

Afasia

4 DS:

- Anak pasien

mengatakan pasien

tetap tidak sadar

walaupun sudah

dibangunkan.

DO:

- Pasien tidak bisa

merespon panggilan

- KU: Berat

- Kes: Coma

- GCS: 3 (E:1, V:1,

M:1)

TTV:

- Td: 130/60 mmHg

- N: 92 x/m

- R: 26 x/m

Faktor pencetus

Terganggunya Kerja

Jantung

Arteroklerosis

Penurunan Suplai darah ke

serebral

Hipoxia Jar. Otak

Kerusakan otak

Edema Jar. Otak

Defisit Jar. Otak

Persepsi-

sensori

Perubahan

persepsi-

sensori

berhubungan

dengan defisit

jar. otak

Page 48: 69850518 ASKEP SNH Stroke Non Hemoragic

45

5 DS:

- Anak pasien

mengatakan pasien

lemah dan tidak

bergerak.

DO:

- Pasien tidak mampu

beraktivitas secara

normal.

- Aktivitas normal

dibantu orang lain

(mis: bab, bak, dll)

- KU: Berat

- Kes: Coma

- GCS: 3 (E:1, V:1,

M:1)

Faktor pencetus

Terganggunya Kerja

Jantung

Arteroklerosis

Penurunan Suplai darah ke

serebral

Hipoxia Jar. Otak

Kerusakan otak

Edema Jar. Otak

Defisit Jar. Otak

Hemaparisis, Paralisis

Kurang

Perawatan

diri

Kurangnya

perawatan diri

berhubungan

dengan

kerusakan

neuromuskuler

: penurunan

kekuatan dan

ketahanan

6 DS: -

DO:

- Kapasitas fisik pasien

untuk melaksanakan

peran terganggu

- KU: Berat

- Kes: Coma

- GCS: 3 (E:1, V:1,

M:1)

Faktor pencetus

Terganggunya Kerja

Jantung

Arteroklerosis

Penurunan Suplai darah ke

serebral

Hipoxia Jar. Otak

Kerusakan otak

Gangguan

harga diri

Gangguan

harga diri

berhubungan

dengan

kurangnya

perawatan diri.

Page 49: 69850518 ASKEP SNH Stroke Non Hemoragic

46

Diagnosa Yang Di Prioritaskan

1. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan interupsi aliran darah.

2. Kerusakan mobilitas fisik behubungan dengan keterlibatan neuromuskular: paralisis.

3. Kerusakan menelan berhubungan dengan penurunan kesadaran.

Edema Jar. Otak

Defisit Jar. Otak

Hemaparisis, Paralisis

7 DS:

- Anak Pasien

mengatakan pasien

lemah dan tidak

bergerak

- Pasien tidak sadar

DO:

- Pasien tidak bisa

menelan makanan

karna penurunan

kesadaran

- KU: Berat

- Kes: Coma

- GCS: 3 (E:1, V:1,

M:1)

Faktor pencetus

Terganggunya Kerja

Jantung

Arteroklerosis

Penurunan Suplai darah ke

serebral

Hipoxia Jar. Otak

Kerusakan otak

Penurunan Kesadaran

Gangguan

menelan

Kerusakan

menelan

berhubungan

dengan

penurunan

kesadaran

Page 50: 69850518 ASKEP SNH Stroke Non Hemoragic

47

3.3 Perencanaan/ Intervensi

Nama: Ny. AN Umur: 83 Tahun Ruangan: ICU

No Diagnosa

Keperawatan

Rencana Keperawatan Rasional

Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi

1 Perubahan perfusi

jaringan

berhubungan

dengan interupsi

aliran darah.

DS:

- Anak Pasien

mengatakan

pasien tidak

sadarkan diri + 6

jam SMRS

DO:

- KU: Berat

- Kes: Coma

- GCS: 3 (E:1,

V:1, M:1)

TTV:

- Td: 130/60

mmHg

- N: 92 x/m

- R: 26 x/m

Pemeriksaan lab.

Tgl 30 April 2011

Cholesterol: 236

mg/dl

HDL: 49 mg/dl

LDL: 164 mg/dl

Diharapkan

Setelah dilakukan

tindakan

keperawatan

diharapkan selama

± 3 hari pasien

dapat

meningkatkan

tingkat kesadaran

biasanya atau

membaik, fungsi

kognitif dan

motorik sensori.

Menunjukkan TTV

stabil dan tak ada

tanda-tanda

peningkatan TIK.

Tingkat

kesadaran

membaik, TTV

stabil tidak ada

tanda-tanda

peningkatan

tekanan

intrakranial.

DO:

- KU: Normal

- Kes: Compos

Mentis

- GCS: Normal

TTV:

-Td: 120/80

mmHg

-N: 60-80 x/m

-R: 16-20 x/m

Pemerikksaan

Lab:

- Cholesterol:

< 226 mg/dl.

- HDL: L: >45/P:

>35 mg/dl.

LDL: <150 mg/dl

Mandiri

1. Tentukan faktor-faktor yang

berhubungan dengan

keadaan/penyebab khusus

selama koma/penurunan

perfusi serebral dan potensial

terjadi peningkatan TIK.

2. Pantau/catat status neurologis

sesering mungkin dan

bandingkan dengan keadaan

normalnya/standar.

3. Pantau tanda-tanda vital,

seperti catat :

- Adanya

hipertensi/hipotensi,

bandingkan tekanan darah

yang terbaca pada kedua

lengan.

- Frekuensi dan irama

jantung : auskultasi adnaya

mur-mur.

- Catat pola dan irama dari

pernapasan, seperti adanya

periode apnea setelah

pernapasan hiperpentilas,

pernapasan cheyne-strokes.

4. Evaluasi pupil catat ukuran,

- Mempengaruhi penetapan

intervensi.

- Mengetahui kecenderungan

tingkat kesadaran dan

potensial peningkatan TIK dan

mengetahui lokasi, luas dan

kemajuan kerusakan SSP.

- Hipertensi/hipotensi postural

dapat menjadi faktor pencetus.

- Perubahan terutama adanya

bradikardia dapat terjadi

sebagai akibat adanya

kerusakan otak.

- Ketidakteraturan pernapasan

dapt memberikan gambaran

lokasi kerusakan

serebral/peningkatan TIK.

- Ukuran dan kesamaan pupil

Page 51: 69850518 ASKEP SNH Stroke Non Hemoragic

48

bentuk, kesamaan dan reaksi

terhadap cahaya.

5. Catat perubahan dalam

penglihatan, seperti adanya

kebutaan, gangguan lapang

pandang/kedalaman persepsi.

6. Kaji fungsi-fungsi yang lebih

tinggi, seperti fungsi bicara

jika pasien sadar.

7. Letakan kepala dengan posisi

agak ditinggikan dan dalam

posisi anatomis/netral.

8. Pertahankan keadaan tirah

baring ; ciptakan lingkungan

yang tenang; batasi

pengunjung/aktivvitas pasien

sesuai indikasi.

9. Cegah terjadinya mengejan

saat defekasi, dan pernapasan

yang memaksa (batuk terus-

menerus).

10. Kaji ragiditas nukal,

kedutan, kegelisahan yang

meningkat, peka rangssang

dan serangan kejang.

ditentukan oleh keseimbangan

antara persarafan simpatis dan

parasimpatis yang

mempersarafinya.

- Gangguan penglihatan yang

spesifik mencerminkan daerah

otak yang terkena.

- Perubahan dalam isi kognitif

dan bicara merupakan

indikator dari lokasi/derajat

gangguan serebral dan

mungkin mengindikasikan

penurunanan/peningkatan

TIK.

- Menurunkan tekanan arteri

dengan meningkatkan drainase

dan meningkatkan

sirkulasi/perfusi serebral.

- Aktivitas/stimulasi yang

kontinu dapat meningkatkan

TIK istirahat total dan

ketenangan.

- Manuver valsalva dapat

meningkatkan TIK dan

memperbesar resiko terjadinya

pendarahan

- Kejang dapat mencerminkan

adanya peningkatan

TIK/trauma serebral yang

memerlukan perhatian dan

Page 52: 69850518 ASKEP SNH Stroke Non Hemoragic

49

Kolaborasi :

11. Berikan oksigen sesuai

indikasi.

12. Berikan obat sesuai indikasi

dari dokter.

13. Pantau pemeriksaan

laboratorium sesuai indikasi,

seperti masa protrombin,

kadar dilantin.

intervensi selanjutnya.

- Menurunkan hipoksia yang

dapat menyebabkan

vasodilatasi serebral dan

tekanan meningkat /

terbentuknya edema.

- Dapat digunakan untuk

meningkatkan/ memperbaiki

aliran darah serebral dan

selanjutnya dapat mencegah

pembekuan saat

embolus/trombus merupakan

faktor masalahnya.

- Memberikan informasi tentang

keefektifan pengobatan/ kadar

terapeutik.

Page 53: 69850518 ASKEP SNH Stroke Non Hemoragic

50

2 Kerusakan

mobilitas fisik

behubungan

dengan

keterlibatan

neuromuskular:

paralisis.

DS:

- Anak Pasien

mengatakan

pasien lemah dan

tidak bergerak.

DO:

- Rentang gerak

pasien terganggu

- KU: Berat

- Kes: Coma

- GCS: 3 (E:1,

V:1, M:1)

TTV:

- Td: 130/60

mmHg

- N: 92 x/m

- R: 26 x/m

Diharapkan

Setelah dilakukan

tindakan

keperawatan

diharapkan selama

± 3 hari kondisi

pasien dapat

menunjukan

peningkatan

kekuatan dan

fungsi bagian

tubuh yang terkena

atau kompensasi.

Mempertahankan

integritas kulit.

Pasien dapat

mempertahankan

posisi yang

optimal, terjadi

peningkatkan

kekuatan dan

fungsi bagian

tubuh yang

terkena, pasien

dapat

mendemonstrasik

an perilaku yang

memungkinkan

aktivitas.

DO:

- Rentang gerak

pasien normal

- KU: Membaik

(normal)

- Kes: Compos

Mentis

- GCS: Normal

- TTV

- Td: 120/80

mmHg

- N: 60-80 x/m

- R:16-20 x/m

Mandiri

1. Kaji kemampuan secara

fungsional/ luasnya kerusakan

awal dan dengan cara yang

teratur.

2. Ubah posisi minimal setiap 3

jam (Terlentang,miring) dan

sebagainya dan jika

memungkinkan bisa lebih

sering jika diletakkan dalam

posisi bagian yang terganggu.

3. Letakkan pada posisi

terlengkuk satu kali atau dua

kali sehari jika pasien dapat

mentoleransinya.

4. Mulailah melakukan latihan

rentang gerak aktif dan pasif

pada semua ekstermitas saat

masuk. Anjurkan melakukan

latihan seperti latihan

quadrisep/gluteal, meremas

bola karet, melebarkan jari-jari

dan kaki/telapak.

5. Sokong ekstermitas dalam

posisi fungsionalnya, gunakan

papan kaki (footboard) selama

periode paralisis flaksid,

pertahankan posisi kepala

netral.

6. Gunakan penyangga lengan

ketika pasien berada dalam

posisi tegak, sesuai indikasi.

- Mengidentifikasi

kekuatan/kelemahan dan

dapat memberikan informasi

mengenai pemulihan.

- Menurunkan resiko

terjadinya trauma/iskemia

jaringan. Kerusakan pada

kulit/dekubitus.

- Membantu mempertahankan

ekstensi pinggul funngsional.

- Meminimalkan atrofi otot,

meningkatkan sirkulasi,

membantu mencegah

kontraktur.

- Paralisis flaksid dapat

mengganggu kemampuannya

untuk menyangga kepala,

dilain pihak paralisis spastik

dapat mengarah pada deviasi

kepala kesalah satu sisi.

- Selama paralisis flaksid,

penggunaan penyangga

dapat menurunkan resiko

Page 54: 69850518 ASKEP SNH Stroke Non Hemoragic

51

7. Evaluasi penggunaan dari

kebutuhan alat bantu untuk

pengaturan posisi atau alat

pembalut selama periode

paralisis spastik.

8. Tempatkan bantal dibawah

aksila untuk melakukan

abduksi pada tangan.

9. Tinggikan tangan dan kepala.

10. Tempatkan “hand roll” keras

pada telapak tangan dengan

jari-jari dan ibu jari saling

berhadapan.

11. Posisikan lutut dan panggul

dalam posisi ekstensi.

12. Pertahankan kaki dalam

posisi netral dengan

gulungan/bantalan trokanter.

13. Gunakan papan kaki secara

berganti, jika

memungkinkan.

terjadinya subluksasio

lengan dan “sindrom bahu-

lengan”.

- Kontraktur fleksi dapat

terjadi akibat dari otot

fleksor lebih kuat

dibandingkan dengan otot

ekstensor.

- Mencegah adduksi bahu dan

fleksi siku

- Meningkatkan aliran balik

vena dan membantu

mencegah terbentuknya

edema.

- Alas/dasar yang keras

menurunkan stimulasi fleksi

jari-jari.

- Mempertahankan posisi

fungsional.

- Mencegah rotasi eksternal

pada pinggul.

- Penggunaan yang kontinu

(setelah perubahan dari

paralisis flaksid ke spastik)

dapat menyebabkan tekanan

yang berlebihan pada sendi

peluru kaki, meningkatkan

spastisitas, dan secara nyata

meningkatkan fleksi plantar.

Page 55: 69850518 ASKEP SNH Stroke Non Hemoragic

52

14. Bantu untuk

mengembangkan

keseimbangan duduk (seperti

meninggikan bagian kepala

tempat tidur)

15. Observasi daerah yang

terkena termasuk warna,

edema, atau tanda lain dari

gangguan sirkulasi.

16. Inspeksi kulit terutama pada

daerah-daerah yang menonjol

secara teratur.

17. Bangunkan dari kursi

sesegera mungkin setelah

tanda-tanda vital stabil

kecuali pada hemoragik

serebral.

18. Alasi kursi duduk dengan

busa atau balon air dan bantu

pasien untuk memindahkan

berat badan dengan interval

yang teratur.

19. Susun tujuan dengan

pasien/orang terdekat untuk

berpartisipasi dalam

aktivitas/latihan dan

mengubah posisi.

20. Anjurkan pasien untuk

membantu pergerakan dan

latihan dengan menggunakan

eksternitas yang tidak sakit

- Membantu dalam melatih

kembali jaras saraf,

meningkatkan respons

propioseptik dan motorik.

- Jaringan yang mengalami

edema lebih mudah

mengalami trauma dan

penyembuhannya lambat.

- Titik-titik tekanan pada

daerah yang menonjol paling

beresiko untuk terjadinya

penurunan perfusi/iskemia.

- Membantu menstabilkan

tekanan darah (tonus

vasomotor terjaga),

meningkatkan keseimbangan

ekstremitas.

- Mencegah/menurunkan

tekanan koksigeal/kerusakan

kulit.

- Meningkatkan harapan

terhadap

perkembangan/peningkatan

dan memberikan perasaan

kontrol/kemandirian.

- Dapat berespons dengan baik

jika daerah yang sakit tidak

menjadi lebih terganggu dan

memerlukan dorongan serta

Page 56: 69850518 ASKEP SNH Stroke Non Hemoragic

53

untuk

menyokong/menggerakkan

daerah tubuh yang

mengalami kelelahan.

Kolaborasi

21. Berikan tempat tidur dengan

matras bulat (seperti egg

crate mattress), tempat tidur

air,alat flotasi, atau tempat

tidur khusus (seperti tempat

tidur kinetik) sesuai indikasi.

22. Konsultasikan dengan ahli

fisioterapi secara aktif,

latihan resistif, dan ambulasi

pasien.

23. Bantulah dengan stimulasi

elektrik, seperti TENS sesuai

indikasi.

24. Berikan obat relaksan otot,

antispasmodik sesaui

indikasi, seperti baklofen,

dantrolen.

latihan aktif untuk

“menyatukan kembali”

sebagai bagian dari tubuhnya

sendiri.

- Meningkatkan distribusi

merata berat badan yang

menurunkan tekanan pada

tulang-tulang tertentu dan

membantu untuk mencegah

kerusakan kulit/terbentuknya

dekubitus.

- Program yang khusus dapat

dikembangkan untuk

menemukan kebutuhan.

- Dapat membantu

memulihkan kekuatan otot

dan meningkatkan kontrol

otot volunter.

- Mungkin diperlukan untuk

menghilangkan spastisitas

pada ekstremitas yang

terganggu.

Page 57: 69850518 ASKEP SNH Stroke Non Hemoragic

54

3 Kerusakan

menelan

berhubungan

dengan penurunan

kesadaran.

DS:

- Anak Pasien

mengatakan

pasien lemah dan

tidak bergerak

- Pasien tidak

sadar

DO:

- Pasien tidak bisa

menelan

makanan karna

penurunan

kesadaran

- KU: Berat

- Kes: Coma

- GCS: 3 (E:1,

V:1, M:1)

Diharapkan

Setelah dilakukan

tindakan

keperawatan

diharapkan selama

± 3 hari keluarga

pasien dapat

membantu perawat

dalam memberikan

metode makan

tepat untuk situasi

dan kondisi pasien

dengan aspirasi

tercegah.

Mempertahankan

berat badan yang

diinginkan.

Mendemonstrasik

an metode makan

tepat untuk

situasi individual

dengan aspirasi

tercegah.

Mempertahankan

berat badan yang

diinginkan.

DO:

- Keluarga

memahami

metode makan

yang tepat.

- Pasien dapat

makan tanpa

bantuan alat

medis

(mis:NGT)

- KU: Normal

- Kes: Compos

Mentis

- GSC: Normal

Mandiri :

1. Tinjau ulang patologi/

kemampuan menelan pasien

secara individual, catat luasnya

paralisis fasial, gangguan

lidah, kemampuan untuk

melindungi jalan napas.

Timbang BB sesuai

kebutuhan.

2. Tingkatkan upaya untuk dapat

melakukan proses menelan

yang efektif. Bantu pasien

dengan mengontrol kepala.

3. Letakan pasien pada posisi

duduk/tegak selama dan

setelah makan.

4. Stimulasi bibir untuk menutup

dan membuka mulut secara

manual dengan menekan

ringan di atas bibir/dibawah

dagu jika di butuhkan.

5. Letakan makanan pada daerah

mulut yang tidak terganggu.

6. Sentuh bagian pipih bagian

dalam dengan spatel

lidah/tempatkan es untuk

mengetahui kelemahan lidah.

- Intervensi nutrisi/pilihan

rute makanan di tentukan

oleh faktor-faktor ini.

- Menetralkan hiperekstensi,

membantu mencegah

aspirasi dan meningkatkan

kemampuan untuk menelan.

- Menggunakan gravitasi

untuk memudahkan proses

menelan dan menurunkan

risiko terjadinya aspirasi.

- Membantu dalam melatih

kembali sensori dan

meningkatkan kontrol

muskuler.

- Memberikan stimulasi

sensori yang dapat

mencetuskan usaha untuk

menelan dan meningkatkan

masukan.

- Dapat meningkatkan

gerakan dan kontrol lidah

(pentingnya untuk menelan)

dan menghambat jatuhnya

lidah.

Page 58: 69850518 ASKEP SNH Stroke Non Hemoragic

55

7. Berikan makan dengan

perlahan pada lingkungan yang

tenang.

8. Mulai untuk memberikan

makanan per oral setengah

cair, makanan lunak ketika

pasien dapat menelan air.

9. Anjurkan pasien

menggunakan sedotan untuk

meminum cairan.

10. Anjurkan orang terdekat

untuk membawa makanan

kesukaan pasien.

11. Pertahanakan masukan dan

keluaran dengan akurat, catat

jumlah kalori yang masuk.

12. Anjurkan untuk berpartisipasi

dalam program latihan atau

kegiatan

Kolaborasi:

13. Berikan cairan melalui IV

dan/atau makanan melalui

selang.

- Pasien dapat berkosentrasi

pada mekanisme makan

tanpa adanya

distraksi/gangguan dari luar.

- Makanan lunak/cairan

kental lebih mudah untuk

mengendalikannya di dalam

mulut, menurunkan resiko

terjadinya aspirasi.

- Menguatkan otot fasial dan

otot menelan dan

menurunkan resiko

terjadinya tersedak.

- Menstimulasi upaya makan

dan meningkatkan

menelan/masukkan.

- Jika usaha menelan tidak

memadai untuk memenuhi

kebutuhan cairan dan

makanan, harus dicarikan

metode alternatif untuk

makan.

- Dapat meningkatkan

pelepasan endorfin dalam

otak yang meningkatkan

perasaan senang dan

meningkatkan nafsu makan.

- Mungkin diperlukan untuk

memberikan cairan

pengganti.

Page 59: 69850518 ASKEP SNH Stroke Non Hemoragic

56

3.4 Implementasi Dan Evaluasi

Nama: Ny. AN Umur: 83 Tahun Ruangan: ICU

No Hari/

Tanggal Waktu NDx Implementasi Waktu Evaluasi TTD

1 Jumat,

06 Mei

2011

09.00

09.00

09.15

09.20

09.30

12.00

0

1/3

1/7

1/11

1/10

+

3/4

3/9

+

3/14

1. Mengobservasi Ku pasien dan Kes.

Pasien. Hasil:

Ku: berat. Kes: somnolent

2. Mengkaji TTV. Hasil :

Td : 97/54 mmHg

N : 58 x/m

R : 20 x/m

St : 36,6 0 C

3. Mengobservasi pupil klien, catat

ukuran, bentuk, kesamaan dan reaksi

terhadap cahaya.

Hasil: ukuran pupil 5 mm, pupil

tidak bereaksi terhadap cahaya dan

akomodasi kurang baik.

4. Mempertahankan keadaan tirah

baring, lingkungan yang tenang;

memberikan istirahat secara

periodik. Hasil: kerjasama dengan

keluarga

5. Meletakkan kepala dengan posisi

agak ditinggikan. Hasil: Posisi semi

fowler

6. Memberikan/melayani makanan per

oral setengah cair/makanan lunak via

NGT. Hasil:

12.30 NDx 1

S: -

O:

- Ku: berat

- Kes: somnolent

- GCS: 6

- TTV:

Td : 97/54 mmHg

N : 58 x/m

R : 20 x/m

St : 36,6 0 C

A: Masalah utama belum teratasi.

P: Intervensi lanjut:

1. Mengobservasi Ku pasien dan

Kes. Pasien.

2. Mengkaji TTV.

3. Mengobservasi pupil klien.

4. Mempertahankan keadaan

tirah baring.

5. Meletakkan kepala dengan

posisi agak ditinggikan.

NDx 2

S:-

O:

- Ku: berat

- Kes: somnolent

Page 60: 69850518 ASKEP SNH Stroke Non Hemoragic

57

11.00

11.15

11.30

2/1

2/4

2/9

7. Mengubah posisi minimal setiap 2

jam. Hasil: posisi miring kiri dan

miring kanan (sims)

8. Menggerakkan ekstremitas atas dan

bawah pasien. Hasil: menghindari

adanya kekakuan

9. Meninggikan tangan dan kepala

pasien. Hasil: memberikan bantal

sebagai penyangga kepala dan

tangan

- GCS: 6

A: Masalah dalam Ndx 2 belum

teratasi.

P: Intervensi Lanjut:

1. Mengubah posisi minimal

setiap 2 jam.

2. Menggerakkan ekstremitas

atas dan bawah pasien.

3. Meninggikan tangan dan

kepala pasien.

NDx 3

S:-

O:Pasien masih tidak bisa

menelan penurunan kesadaran

A:Masalah pada NDx 3 belum

teratasi

P : Lanjutkan intervensi:

1.Meletakkan kepala dengan

posisi agak ditinggikan.

2.Memberikan/melayani

makanan per oral setengah

cair/makanan lunak via NGT.

Jumat, 06

Mei 2011

2 Sabtu, 07

Mei

2011

08.00

08.00

08.15

0

1/3

1/7

4. Mengobservasi Ku pasien dan Kes.

Pasien. Hasil:

Ku: berat. Kes: somnolent

5. Mengkaji TTV. Hasil :

Td : 130/81 mmHg

N : 67 x/m

R : 16 x/m

St : 36 0 C

6. Mengobservasi pupil klien, catat

12.30 NDx 1

S: -

O:

- Ku: berat

- Kes: somnolent

- GCS: 6

- TTV:

Td : 130/81 mmHg

N : 67 x/m

Page 61: 69850518 ASKEP SNH Stroke Non Hemoragic

58

08.30

09.00

12.00

11.00

11.15

11.30

1/11

1/10

+

3/4

3/9

+

3/14

2/1

2/4

2/9

ukuran, bentuk, kesamaan dan reaksi

terhadap cahaya.

Hasil: ukuran pupil 5 mm, pupil

tidak bereaksi terhadap cahaya dan

akomodasi kurang baik.

7. Mempertahankan keadaan tirah

baring, lingkungan yang tenang;

memberikan istirahat secara

periodik. Hasil: kerjasama dengan

keluarga

8. Meletakkan kepala dengan posisi

agak ditinggikan. Hasil: Posisi semi

fowler

9. Memberikan/melayani makanan per

oral setengah cair/makanan lunak via

NGT. Hasil:

10. Mengubah posisi minimal setiap 2

jam. Hasil: posisi miring kiri dan

miring kanan (sims)

11. Menggerakkan ekstremitas atas dan

bawah pasien. Hasil: menghindari

adanya kekakuan

12. Meninggikan tangan dan kepala

pasien. Hasil: memberikan bantal

sebagai penyangga kepala dan

tangan

R : 16 x/m

St : 36 0 C

A: Masalah utama belum teratasi.

P: Intervensi lanjut:

1. Mengobservasi Ku pasien dan

Kes. Pasien.

2. Mengkaji TTV.

3. Mengobservasi pupil klien.

4. Mempertahankan keadaan

tirah baring.

5. Meletakkan kepala dengan

posisi agak ditinggikan.

NDx 2

S:-

O:

- Ku: berat

- Kes: somnolent

- GCS: 6

A: Masalah dalam Ndx 2 belum

teratasi.

P: Intervensi Lanjut:

1. Mengubah posisi minimal

setiap 2 jam.

2. Menggerakkan ekstremitas

atas dan bawah pasien.

3. Meninggikan tangan dan

kepala pasien.

NDx 3

S:-

O:Pasien masih tidak bisa

Page 62: 69850518 ASKEP SNH Stroke Non Hemoragic

59

menelan penurunan kesadaran

A:Masalah pada NDx 3 belum

teratasi

P : Lanjutkan intervensi:

1.Meletakkan kepala dengan

posisi agak ditinggikan.

2.Memberikan/melayani

makanan per oral setengah

cair/makanan lunak via NGT.

Sabtu, 07

Mei 2011

Page 63: 69850518 ASKEP SNH Stroke Non Hemoragic

60

DAFTAR ISTILAH

Atherosclerosis : Bentuk arteriosklerosis dimana ateroma mengandung kolestrol,

bahan lipoid, dan lipofag yang terbentuk di dalam intima dan

media interna arteri berukuran besar dan sedang.

Maneuver : Tindakan yang terampil atau mahir (penderita disuruh

membongkok kedepan pada pinggang dengan dagu tetap keatas

dan lengan direntangkan kearah pemeriksa)

Endocharditis : Perubahan peradangan proliferatif dan eksudatif pada

endokardium, biasanya ditandai denganh adany vegetasi

dipermukaan endokardium atau di endokardiumnya sendiri, dan

paling sering mengenai katup jantung, tapi juga menyerang

lapisan dalam rongga jantung atau pada endokardium disegala

daerah.

Policitemia : Peningkatan jumlah total masa sel darah

Incontinentia : Kelainan hereditary dimana pada mulanya terjadi lesi veskular

dan kemudian lesi verikosa serta lesi kulit pigmentasi yang aneh

dan berhubungan disertai cacat pada mata, tulang dan sistem

saraf pusat

Diplopia : Persepsi adanya dua bayangan dari satu objek

Paralysis : Kehilangan atau gangguan fungsi motorik pada suatu bagian

akibat lesi pada mekanisme saraf atau otot.

Ischemia : defisiensi darah pada suatu bagian, biasanya akibat kontruksi

fungsional atau obstruksi actual pembuluh darah.

Page 64: 69850518 ASKEP SNH Stroke Non Hemoragic

61

Hematoma : Pengumpulan darah setempat umumnya menggumpal, dalam

organ, rongga, atau jaringan, akibat pecahnya dinding pembuluh

darah.

Pneumonia : Radang paru-paru disertai eksudasi dan konsolidasi.

Apraxia : Hilangnya kemampuan untuk melakukan gerakan bertujuan yang

sudah biasa dilakukan walaupun tidak terdapat gangguan

motorik atau sensorik, terutama ketidakmampuan untuk

menggunakan suatu objek dengan benar.

Anosognosia : Ketidakwaspadaan atau penyangkalan dari deficit neurologis,

seperti hemiplegia.

Hemiplegia : paralisis suatu sisi tubuh.

Nausea : Sensasi tidak menyenangkan yang secara samar mengacu pada

epigastrium dan abdomen dengan kecenderungan untuk muntah.

Serebro Vaskuler : Stroke

Aneunisme : Kantong yang terbentuk oleh lokalisasi, dilatasi dinding suatu

arteri, vena, atau jantung.

Insuficienci : tidak mampu melaksanakan tugas yang diberikan.

Oklusi : gerakan menutup atau gerakan tertutup; obstruksi atau sumbatan.

Hubungan gigi maksilar dan mandibular pada waktu berkontak

fungsional selama aktivitas mandibula.

Embolus/emboli : bekuan darah atau sumbatan lain (besarnya fragmen udara atau

fragmen kalsium)yang terbawa oleh darah dari satu pembuluh

darah dan terdesak ke dalam pembuluh yang lebih kecil,

sehingga menyumbat sirkulasi darah.

Page 65: 69850518 ASKEP SNH Stroke Non Hemoragic

62

Stenosis : penyempitan atau striktura, duktus atau kanal.

Hemisfer : separuh dari sferis/struktur/organ yang berkurang berbentuk

bulat.

TIK : Tekanan intra kranial

Obstruksi arteri : arteri tersumbat

Devisiasi okuler : penyimpangan sikap ke dua bola mata ke satu arah

Inflamasi : reaksi tubuh terhadap mikroorganisme dan benda asing yang di

tandai oleh panas, nyeri dan gangguan fungsi organ tubuh.

Aparaksia : hilangnya kemampuan melakukan koordinasi pergerakan

anggota tubuh.

Page 66: 69850518 ASKEP SNH Stroke Non Hemoragic

63

DAFTAR PUSTAKA

Doengoes Marilynn. E, dkk. 2000, Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3.

Penerbit buku Kedokteran EGC: Jakarta.

Novak, Patricia D. 1998. Kamus Saku Kedokteran Dorland Cetakan I. Buku

Kedokteran EGC: Jakarta.

Akperppnisolo. 2008, Sistem Persarafan Stroke Non Hemoragik. Blogspot.

Dalam http://www.akperppni.ac.id/sistem-persarafan/stroke-non-hemoragik. Diakses

pada 05 Mei 2011 pukul 20:00 WITA.

Anonim. 2000, Manifestasi Klinik Stroke Non Hemoragik. Blogspot. Dalam

http://www.infofisioterapi.com/manisfestasi-klinik-stroke.html. Diakses pada 05 Mei

2011 20:43 wita.

Anonim. 2000, Konsep Dasar Stroke Non Hemoragik . Adobe Acrobat

Dokument. Dalam http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/109/jtptunimus-gdl-

garniscint-5431-2-babii.pdf. Diakses pada 05 Mei 2011 Pukul 19:22 WITA.

Boy. 2008, Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Stroke. Blogspot.

Bengkulu. Dalam http://mhs.blog.ui.ac.id/fer50/2008/09/17/asuhan-keperawatan-

pada-klien-dengan-stroke/. Diakses pada 05 Mei 2011 pukul 20:01 WITA.

Hidayat. 2009, Stroke Non Hemoragik. Wordpress. Dalam

http://hidayat2.wordpress.com/2009/04/23/askep-stroke-non-hemoragik/. Diakses

pada 05 Mei 2011 20:17 WITA.

Indeks . 2011, Nursing: Memahami Berbagai Macam Penyakit. Cetakan I.

www.indeks-penerbit.com. Jakarta Barat. Diakses pada 05 Mei 2011 pukul 21:00.

Fariyansyah, Nurhadi Febrian. 2009, Patofisiologi Dan Diagnosis Stroke.

Blogspot. Dalam http://kedokteran-febrian.blogspot.com/2009/02/patofisiologi-dan-

diagnosis-stroke.html. Diakses pada 06 Mei 2011 pukul 11: 05 WITA.

Wikipedia. 2000, Stroke. Wikipedia. Dalam

http://en.wikipedia.org/wiki/Stroke. Diakses pada 05 Mei 2011 pukul 20:15 WITA.