Makalah Case 1 Tutorial a-1

28
  Tutorial Case 1 ANEMIA DEFISIENSI BESI Tutorial A1 Tutor: dr. Hanna Widyantini Anggota: Siti Maysaroh 131 0211 018  Nur Indah F ebriana 131 0211 022 Mitta Nurfitri 131 0211 037 Vivi Anisa Putri 131 0211 057 Jeanne D Anchana 131 0211 076 Muhammad Fahman Alghifar i 131 0211 079 Safrilia Gandhi 131 0211 081 Levita Savitry 131 0211 082 Fauzia Citra Dyanti 131 0211 139 Amri Ashshiddieq 131 0211 145 Adam Satria Rakatama 131 0211 154 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA 2013 

description

Makalah Case 1 Tutorial a-1

Transcript of Makalah Case 1 Tutorial a-1

  • Tutorial Case 1

    ANEMIA DEFISIENSI BESI

    Tutorial A1

    Tutor: dr. Hanna Widyantini

    Anggota:

    Siti Maysaroh 131 0211 018

    Nur Indah Febriana 131 0211 022

    Mitta Nurfitri 131 0211 037

    Vivi Anisa Putri 131 0211 057

    Jeanne D Anchana 131 0211 076

    Muhammad Fahman Alghifari 131 0211 079

    Safrilia Gandhi 131 0211 081

    Levita Savitry 131 0211 082

    Fauzia Citra Dyanti 131 0211 139

    Amri Ashshiddieq 131 0211 145

    Adam Satria Rakatama 131 0211 154

    FAKULTAS KEDOKTERAN

    UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAKARTA

    2013

  • BAGIAN 1

    Anak adi,10 tahun ,datang ke puskesmas,tempat anda bertugas,dengan diantaroleh ibunya. Adi

    mengeluhkan sering merasa pusing dan cepat lelah saat mengikuti kegiatan di sekolah. Ibu adi

    mengatakan bahwa sejak lebih kurang hampir 3 bulan belakangan ini adi tampak lebih pucat dan

    lesu. Saat ini dia sudah duduk di kelas 4 SD. Dan karena sering pusing dan lelah, belakangan ini

    adi sukar menerima pelajaran dan nilai nilainya pun menurun.

    Adi adalah anak keempat dari empat bersaudara. Keluarga adi hidup sederhana. Keluarganya

    tinggal di desa yang cukup terpencil, jauh dari akses jalan raya dan dari sekolah. Keluarga adi

    tinggal di rumah yang kondisinya cukup buruk dan sanitasi yang kurang baik karena

    pembuangan sampah dan kotoran terbuka berada di dekat rumahnya. Adi dan teman temannya

    sering bermain dengan tidak memakai alas kaki dan jarang membersihkan tangan dan kaki

    selepas bermain. Ayahnya bekerja sebagai buruh tani yang bekerja serabutan dan ibunya

    mengurus keluarga. Keluarga mereka sehari hari makan dengan lauk seadanya, jarang

    mengkonsumsi telur atau daging dagingan, dan kadang hanya makan 2 kali sehari.

    BAGIAN 2

    Pemeriksaan fisik dari adi adalah sebagai berikut :

    KU : tampak lemah dan

    pucat

    Kesadaran : compos mentis

    BB : 24 kg

    TB : 129 cm

    TD : 90/60 mmhg

    RR : 18x/menit

    Nadi : 110x/menit, cukup

    teratur

    Suhu : 36,8

    Mata : konjungtiva anemis

    Mulut : angular stomatitis

    Jantung : terdengar murmur

    sistolik derajat 2

    Paru : DBN

    Abdomen : DBN

    Ekstremitas : DBN

  • BAGIAN 3

    Hasil pemeriksaan laboratorium

    Variable Rentang normal Saat diperiksa awal

    Eritrosit 4,0-5,2 4,2

    Hematokrit 37-43 26

    Hemoglobin 12,0-16,0 8

    Leukosit 4000-11000 7000

    Hitung jenis / diff count

    Basofil 0-1 0

    Eosinofil 1-3 7

    Netrofil batang 2-6 2

    Netrofil segmen 50-70 60

    Limfosit 20-40 28

    Monosit 2-8 3

    Trombosit 150000-350000 250000

    MCV 80-100 60

    MCH 25,4-34,6 20

    MCHC 31-37 31

    Red cell distribution width 11,5-14,5 20

    Serum iron 50-150 28

    TIBC 300-360 400

    Serum feritin 50-200 10

    Retikulosit 1-5 1

    Transferin saturation 30-50 7

  • Hasil pemeriksaan morfologi RBC:

    Seri eritrosit : tampak gambaran anisositosis,poikilositosis,mikrositik

    hipokrom,terdapat sel pensil,sedikit sel target

    Seri leukosit : DBN

    Seri trombosit : DBN

    Hasil pemeriksaan feses : terdapat telur dan larva Ascaris lumbricoides, Trichuris trichiura

    dan Ancylostoma duodenale

    Hasil pemeriksaan urin : DBN

    BAGIAN 4

    Adi didiagnosis mengalami anemia defisiensi besi karena infestasi parasit cacing dan gizi

    kurang. Selanjutnya adi memulai terapi anti helmintik berupa mebendazol 100 mg , diberikan 2

    kali sehari selama 3 hari dan terapi oral preparat besi berupa sulfas ferosus 3 mg/kgbb/hari serta

    makan makanan yang mengandung bahan makanan yang bergizi seimbang. Selanjutnya adi

    harus kembali kontrol 1 minggu mendatang untuk menilai perkembangannya untuk menilai

    kadar hb dan kadar feritin serum. Terapi Fe dilanjutkan selama 2 bulan sampai kadar hb tercapai.

  • Eritrosit

    Definisi

    sel gepeng berbentuk piringan di bagian tengah kedua sisinya mencekung (bikonkaf)

    Setiap milimeter darah mengandung sekitar 5 milyar eritrosit

    Eritrosit tidak mempunyai nukleus, organel, atau ribosom

    Sel darah merah mengandung Ghemoglobin (Hb) yang dapat membawa O2 dan CO2

    Fungsi

    membawa O2 dari paru-paru menuju ke jaringan-jaringan

    mengangkut CO2 dari jaringan menuju ke paru-paru

    Struktur Sel Darah Merah

    Bentuk eritrosit berbentuk seperti donat tapi tengahnya tdk berlubang

    Bentuknya seperti piringan bikonkaf

    Garis tengah 8 m

    Ketebalannya 2 m di tepi luar

    Ketebalannya 1 m di bag tengah

    Karena bentuknya yg bikonkaf jadi sel ini mempunya 2 cara untuk menentukan efisiensi

    sel darah merah untuk melakukan fungsinya

    2 cara itu adalah :

    1. bentuk bikonkaf menghasilkan luas permukaan yg lebih besar untuk difusi O2

    2. tipisnya sel memungkinkan O2 cepat berdifusi

  • Kapiler darah mempunyai diameter 3 m tapi SDM yg mempunyai diameter 8 m dapat

    melewatinya,Karena SDM itu lentur dan dapat mengalami deformitas. Juga melewati

    kapiler yg berkelok-kelok tanpa pecah.

    HEMOGLOBIN

    DEFINISI

    Pigmen pembawa oksigen pada eritrosit, yang dibentuk ketika eritrosit sedang

    berkembang dalam sumsum tulang, terdiri dari empat rantai polipeptida globin yang

    berbeda

    STRUKTUR

    Hemoglobin ditemukan hanya di sel darah merah

    Satu eritrosit dipenuhi lebih dari 250 juta molekul hemoglobin

    Terdiri dari 2 bagian

    Globin, adalah protein yang terbentuk dari 4 rantai polipeptida (22) yang

    berlipat lipat

    Heme, Gugus nonprotein yang mengandung besi, dengan masing masing terikat

    ke salah satu polipeptida

    Masing-masing dari keempat atom besi dapat berikatan secara reversibel dengan satu

    molekul O2

    Setiap molekul hemoglobin dapat mengambil empat O2 dari paru-paru

    FUNGSI

    Mengatur pertukaran O2 dan CO2 dalam jaringan tubuh

    Bergabung dengan oksigen dalam paru dan kemudian melepaskan oksigen dalam kapiler

    jaringan perifer, yang tekanan oksigennya jauh lebih rendah daripada di paru-paru, untuk

    dipakai sebagai bahan bakar metabolisme

  • Membawa CO2 dari jaringan tubuh hasil metabolisme ke paru-paru untuk diekskresikan

    KARAKTERISTIK

    Hemoglobin tampak kemerahan jika berikatan dengan O2 dan keunguan jika mengalami

    deoksigenasi

    Dengan demikian darah arteri yang teroksigenasi sempurna tampak merah dan darah

    vena yang kehilangan sebagian oksigennya di dalam jaringan memperlihatkan rona

    kebiruan

    Hemoglobin dapat berikatan dengan

    Karbon dioksida

    Hemoglobin mengangkut gas ini dari sel jaringan kembali ke paru

    Ion hidrogen asam (H+)

    Untuk menyangga asam, sehingga tidak banyak menyebabkan perubahan pH darah

    Karbon monoksida

    Gas ini cenderung menempati bagian hemoglobin yang berikatan dengan O2, sehingga

    dapat terjadi keracunan CO

    Nitrat Oksida

    Di paru, nitrat oksida bersifat vasodilator, sehingga menjamin darah kaya O2 dapat

    mengalir lancar, dan menstabilkan tekanan darah

    VARIAN

    Tipe rantai hemoglobin, bergantung pada susunan asam amino di bagian polipeptidanya.

    Contohnya rantai alfa, rantai beta, rantai gamma, rantai delta

    Tiap tipe rantai menentukan afinitas ikatan hemoglobin terhadap oksigen

  • Hemoglobin Normal Pada Orang Dewasa

    HbA (Hemoglobin dewasa normal)

    Terdiri dari rantai alfa-2 dan beta-2

    Normalnya 96-98%

    Berubah dari hemoglobin fetal sekitar usia 6 bulan

    HbF (Hemoglobin Fetus)

    Terdiri dari rantai alfa-2 dan gamma-2

    Normalnya 0,5-0,8%

    Memiliki afinitas O2 Lebih besar daripada Hb dewasa

    HbA2

    Terdiri dari rantai alfa-2 dan delta-2

    Normalnya 1,5-3,2%

    BIOSINTESIS

    Kondensasi glisin dan suksinil koenzim A, oleh vitamin B6 sebagai koenzim

    Menghasilkan asam delta aminolevulinat (ALA) sintase

    Hasil dari kondensasi tersebut membentuk porfobilinogen, lalu menjadi

    uroporfirinogen, kemudian menjadi koproporfirinogen dan menjadi protoporfirin di

    dalam mitokondria

    Kemudian protoporfirin yang terbentuk, bergabung dengan besi dalam bentuk ferro

    (fe2+) untuk membentuk heme

    Dibagian lain sel, asam amino yang berada di ribosom membentuk globin

  • Masing-masing molekul heme, yang dihasilkan mitokondria bergabung dengan satu

    rantai globin, membentuk hemoglobin

    KATABOLISME

    Saat sel darah merah tua dihancurkan, oleh sistem makrofag

    Bagian globin dari hemoglobin akan dipisahkan

    Globin akan dikembalikan ke pool protein

    Hemenya diubah menjadi biliverdin, oleh enzim heme oksigenase

    Sebagian biliverdin diubah menjadi bilirubin dan diekskresikan ke dalam hati dan

    empedu

    Sedangkan besi dari heme dapat digunakan kembali untuk sintesis hemoglobin

    Usia Eritrosit Yang Singkat

    Eritrosit hanya bertahan 120 hari

    Tanpa DNA dan RNA, sel darah merah tdk dapat membentuk protein untuk memperbaiki

    sel, tumbuh, dan membelah dan memperbaharui enzim-enzimnya

    SDM mengakhiri hidupnya di limpa, krn jari organ ini sempit dan berkelok-kelok

    merusak sel rapuh ini

    Limpa memiliki kemampuan terbatas untuk menyimpan eritrosit sehat

    Jumlah 25-30 trilyun

    Metabolisme Sel Darah Merah

    1. Glikolisis Embden Meyerhof

    Eritrosit tidak mempunyai mitokondria atau organel lainnya dan juga metabolisme di

    dalam sitoplasmanya sangat berkurang. Yang diperlukan untuk fungsinya tentu saja

    adalah penambahan glukosa yang dipecahkan melalui glikolisis menjadi laktat. Untuk

    setiap molekul glukosa yang digunakan, dihasilkan dua molekul ATP dan dengan

  • demikian dua ikatan fostat berenergi tinggi. ATP ini menyediakan energi untuk

    pemeliharaan volume, bentuk dan kelenturan (flexibility) sel darah merah. ATP juga

    berfungsi menyediakan energi bagi Na+/K+ -ATPase, yang menjaga lingkungan ion di

    dalam eritrosit, dan ini memakai satu molekul ATP untuk menggerakkan tiga ion natrium

    ke luar dan dua ion kalium ke dalam sel. BPG (2,3-Bifosfogliserat) juga berasal dari

    pemecahan glukosa. Jalan Embden-Meyerhof juga menghasilkan NADH yang diperlukan

    oleh enzim methhemoglobin reduktase untuk mereduksi methemoglobin yang tidak

    berfungsi (hemoglobin teroksidasi) yang mengandung besi Ferri (Fe3+OH)-yang

    diproduksi oleh oksidasi sekitar 3% hemoglobin setiap hari- untuk menjadi aktif

    berfungsi sebagai bentuk hemoglobin tereduksi (mengandung besi ferro, Fe2+).

    2. Hexose Mono Phosphate Shunt

    Kira-kira 5% glikolisis terjadi dengan cara oksidatif ini di mana glukosa 6- fosfat

    dikonversi menjadi 6-fosfoflukonat dan terus menjadi ribulosa 5-fosfat. NADPH

    dihasilkan dan berikatan dengan glutation (GSH) yang menjaga keutuhan gugus sulfidril

    (-SH) dalam sel termasuk yang di dalam hemoglobin dan membran sel darah merah.

    NADPH yang digunakan oleh methemoglobin reduktase lainnya memelihara besi

    hemoglobin dalam keadaan Fe2+ yang fungsional aktif. Selain itu dengan adanya O2

    selalu terbentuk peroksida yang sangat reaktif, yang juga harus dimusnahkan. Hal ini

  • terjadi secara enzimatik dengan bantuan glutation (GSH). Tripeptida (-Glu-Cys-Gly)

    yang atipikal ini membawa satu gugus tiol pada sistein. Pada reduksi methemoglobin dan

    peroksida, gugus tiol tersebut akan dioksidasi menjadi disulfida yang sesuai (GSSG).

    Regenerasi GSH dikatalisis oleh glutation reduktase yang pada proses ini memerlukan

    NADPH sebagai koenzim.

    Anemia

    Definisi

    Penurunan kadar hemoglobin darah dibawah nilai normal (Hematologi Kapita Selekta).

    Anemia adalah penurunan kemampuan darah mengangkut oksigen, biasanya akibat penurunan

    massa sel darah merah total dalam sirkulasi sampai dibawah kadar normal. Hal ini tercermin

    dalam konsentrasi hematokrit (Ht) dan hemoglobin (Hb) yang subnormal. (Patologi Robin

    Kumar)

    Anemia bukan suatu kesatuan penyakit, melainkan suatu sindrom yang dapat disebabkan oleh

    berbagai penyakit dasar. (Ilmu Penyakit Dalam UI)

    Cut off point dari WHO dalam g/dL

    Populasi Non Anemia Anemia

    Ringan Sedang Berat

    Anak 6 59 bulan 11 10 10,9 7 9,9 < 7

    Anak 5 11 tahun 11,5 11 11,4 8 10,9 < 8

    Anak 12 14 tahun 12 11 11,9 8 10,9 < 8

    Perempuan dewasa tidak

    hamil (15 tahun keatas)

    12 11 11,9 8 10,9 < 8

    Perempuan hamil 11 10 10,9 7 9,9 < 7

    Laki-laki dewasa (15 tahun

    keatas)

    13 11 12,9 8 10,9 < 8

    Etiologi

    1. Kurangnya intake (masukan)

    Riwayat gizi terutama vitamin B12, besi dan asam folat, masukan protein dan vitamin C harus

    diperhatikan

  • Besi Folat B12

    Roti

    Daging merah

    Hati

    Telur

    Sayuran hijau

    Sayuran hijau

    Jamur

    Buah-buahan (pepaya,

    jeruk, pisang)

    Susu

    Telur

    Makanan laut

    Daging

    Hati

    2. Meningkatnya penghancuran dan kehilangan

    Meningkatnya kehilangan darah misalnya pada gastrointestinal (kanker kolon) atau

    perdarahan akut pada saat kecelakaan atau saat melahirkan. Meningkatnya hemolisis

    misalnya pada pasien leukemia.

    3. Meningkatnya pemakaian

    Misalnya pada ibu hamil, terjadinya peningkatan kebutuhan nutrisi seeprti besi, folat dan

    vitamin B12 yang dibutuhkan untuk tumbuh kembang janin.

    4. Gangguan absorpsi

    Misalnya pada kesalahan pola makan. Besi heme (misalnya daging, sumber hewani lainnya)

    absorpsinya dapat dihambat oleh phytat, tanat dan serat (fiber) yang ada dalam sumber

    nabati.

    5. Gangguan pembentukan

    Misalnya pada anemia aplastik karena terjadi kelainan pada sumsum tulangnya (tempat

    hematopoiesis).

    Gejala

    (Patofisiologi Sylvia) Karena semua sistem organ dapat terkena, maka pada anemia dapat

    menimbulkan manifestasi yang luas, bergantung pada (1) kecepatan timbulnya anemia, (2) usia

    individu, (3) mekanisme kompensasi, (4) tingkat aktivitasnya, (5) keadaan penyakit yang

    mendasarinya, dan (6) beratnya anemia.

    (Hematologi Klinik Ringkas Prof. Dr. I Made Bakta)

    1. Gejala umum anemia

    - Sistem kardiovaskular

  • Lesu, cepat lelah, palpitasi, takikardi, sesak saat kerja, angina pectoris (nyeri dada) dan

    gagal jantung

    - Sistem saraf

    Sakit kepala, pusing, telinga mendenging (tinnitus), mata berkunang-kunang, kelemahan

    otot, iritabel, lesu, perasaan dingin pada ekstremitas

    - Sistem urogenital

    Gangguan haid dan libido menurun

    - Epitel

    Warna pucat pada kulit mukosa, elastisitas kulit menurun, rambut tipis dan halus

    2. Gejala khas masing-masing anemia

    - Anemia defisiensi besi

    Disfagia (kesulitan menelan), atrofi papil lidah, stomatitis angluaris, koilonychia (kuku

    sendok)

    - Anemia defisiensi asam folat

    Lidah merah (buffy tongue)

    - Anemia hemolitik

    Ikterus dan hepatosplenomegali

    - Anemia aplastik

    Perdarahan kulit atau mukosa atau tanda-tanda infeksi

    3. Gejala akibat penyakit dasar

    Misalnya, anemia defisiensi besi akibat infeksi cacing tambang berat akan menimbulkan

    gejala seperti : pembesaran parotis dan telapak tangan berwarna kuning seperti jerami.

    Kanker kolon dapat menimbulkan gejala berupa perubahan sifat defekasi (change of bowel

    habit), feses bercampur darah atau lender.

    Klasifikasi

    Klasifikasi anemia berdasarkan

    1. Morfologi eritrosit

    a. Anemia hipokromik mikrositer (MCV < 80 fl, MCH < 27 pg)

    - Anemia defisiensi besi

    - Thalasemia

    - Anemia akibat penyakit tropic

  • - Anemia sideroblastik

    b. Anemia normokromatik normositer (MCV 80 95 fl, MCH 27 34 pg)

    - Anemia pasca perdarahan akut

    - Anemia aplastik hipoblastik

    - Anemia hemolitik terutama bentuk yang didapat

    - Anemia akibat penyakit tropic

    - Anemia mieloptisik

    - Anemia pada gagal ginjal kronik

    - Anemia pada mielofibrosis

    - Anemia pada sindrom mielodisplastik

    - Anemia leukemia akut

    c. Anemia mikrositer (MCV > 95 fl)

    - Megaloblastik

    Anemia defisiensi folat

    Anemia defisiensi vitamin B12

    - Non megaloblastik

    Anemia pada penyakit hati kronik

    Anemia pada hipotiroid

    Anemia pada sindroma mielodisplastik

    2. Klasifikasi anemia berdasarkan etipatogenesis

    a. Produksi eritrosit menurun

    - Produksi eritrosit menurun

    Besi : anemia defisiensi besi

    Vitamin B12 dan asam folat, disebut juga anemia megaloblastik

    - Gangguan utilisasi besi

    Anemia akibat penyakit kronik

    Anemia sideroblastik

    - Kerusakan jaringan sumsum tulang

    Atrofi denganpenggantian oleh ajringan lemak : anemia aplastik / hipoplastik

    Penggantian oleh jaringan fibrotic/tumor : anemia leukoeritroblastik/mieloptisik

  • - Fungsi sumsum kurang baik karena tidak diketahui

    Anemia diseritropoetik

    Anemia pada sindrom mielodisplastik

    b. Kehilangan eritrosit dari tubuh

    - Anemia pasca perdarahan akut

    - Anemia pasca perdarahan kronik

    c. Peningkatan penghancuran eritrosit dalam tubuh (hemolisis)

    - Factor ekstrakorpuskuler

    Antibody terhadap eritrosit

    i. Autoantibody AIHA (autoimmune hemolytic anemia)

    ii. Isoantibodi HDN (hemolytic disease of the newborn)

    Hipersplenisme

    Pemaparan terhadap bahan kimia

    Akibat infeksi bakteri / parasit

    Kerusakan mekanik

    - Factor intrakorpuskuler

    Gangguan membrane

    i. Hereditary spherocytosis

    ii. Hereditary elliptocytosis

    Gangguan ensim

    i. Defisiensi pyruvat kinase

    ii. Defisiensi G6PD (glucose 6 phosphate dehydrogenase)

    Gangguan hemoglobin

    i. Hemoglobinopati structural

    ii. Thalasemia

    d. Bentuk campuran

    e. Bentuk yang patogenesisnya belum jelas

    Pendekatan Diagnosis

    1. Tahap-tahap dalam diagnosis anemia

    a. Menentukan adanya anemia

    b. Menentukan jenis anemia

  • c. Menentukan etiologi atau penyakit dasar anemia

    d. Menentukan ada atau tidaknya penyakit penyerta yang akan mempengaruhi hasil

    pengobatan

    2. Anamnesis

    a. Riwayat penyakit sekarang (RPS)

    Sejak kapan?

    Terjadi secara tiba-tiba atau perlahan-lahan?

    Terjadi secara spontan atau setelah kejadian tertentu?

    Bagaimana perubahan berlangsung?

    Apakah bertambah parah / progresifitasnya?

    Hal-hal apa yang dapat memperburuk atau meringankan gejala?

    Menyimpulkan riwayat penyakit dan mencocokkan dengan pola penyakit yang telah

    dikenali

    b. Riwayat penyakit dahulu (RPD)

    c. Riwayat penyakit keluarga (RPK)

    d. Riwayat sosioekonomi, gizi, pemaparan bahan kimia, lingkungan dan riwayat pemakaian

    obat

    3. Pemeriksaan fisik

    a. Keadaan umum : tampak lemah dan pucat

    b. Kesadaran

    c. BB, TB, tanda vital

    d. Mata : konjungtiva pucat biasanya muncul pada anemia berat, sclera kuning tanda

    jaundice

    e. Wajah : facies cooley

    f. Mulut : bibir, mukosa mulut, lidah, stomatitis angularis

    g. Jantung : murmur sistolik

    Derajat kekerasan murmur sistolik

    - Derajat I : murmur sangat redup, memerlukan konsentrasi untuk mendengarkannya

    - Derajat II : murmur yang redup tetapi dapat terdengar tepat diatas tempat stetoskop

    pada dada

  • - Derajat III : murmur sedang, lebih keras dari derajat II. Murmur signifikan paling

    hemodinamik adalah pada akhir derajat III

    - Derajat IV : murmur yang keras,sering dihubungkan dengan sensasi yang dapat

    diraba, yang dikenal sebagai thrill

    - Derajat V : murmur yang sangat keras, tetapi masih membutuhkan paling sedikitnya

    ujung stetoskop untuk tetap menempel dengan dada

    - Derajat VI : murmur yang dapat didengar dengan stetoskop yang tidak menempel

    pada dada

    h. Abdomen : disertai hepatomegali atau splenomegali?

    i. Ekstremitas : kuku, palmar, kulit

    j. Tanda-tanda perdarahan : purpura, petekie, ekimosis, epistaksis, hematemesis, melena,

    hematochezia, hemarthrosis, gusi berdarah, perdarahan subkonjungtival, perdarahan pada

    tali pusat, perdaahan hebat

    k. Tanda-tanda keganasan : hepatomegali, splenomegali, papiledema, nyeri tulang, tanda

    infeksi, adanya massa di abdomen dan massa-massa lainnya

    l. Pemeriksaan limfonodus

    keras dan kenyal -> leukemia

    kenyal dan tergabung satu sama lain di kulit -> anak dengan TB

    4. Pemeriksaan laboratorium

    a. Pemeriksaan laboratorium hematologic

    - Tes penyaring

    Kadar Hb

    Indeks eritrosit (MCV, MCH dan MCHC)

    Hitung leukosit dan trombosit

    RDW (red cell distribution width)

    Apusan darah tepi

    - Pemeriksaan rutin

    Laju endap darah

    Hitung diferensial

    Hitung retikulosit

    - Pemeriksaan sumsum tulang

  • - Pemeriksaan atas indikasi khusus

    Anemia defisiensi besi : serum iron, TIBC, saturasi transferin dan feritinserum

    Anemia megaloblastik : asam folat darah/eritrosit, vitamin B12

    Anemia hemolitik : hitung retikulosit, tes Coombs, elektroforesis Hb

    b. Pemeriksaan laboratorium nonhematologik

    - Faal ginjal

    - Faal endokrin

    - Asam urat

    - Faal hati

    - Biakan kuman

    c. Pemeriksaan Penunjang Lain

    - Biopsi kelenjar yang dilanjutkan dengan pemeriksaan histopatologi

    - Radiologi : torak, bone survey, USG, scanning, limfangiografi

    - Pemeriksaan sitogenetik

    - Pemeriksaan biologi molekuler (PCR = polymerase chain reaction, FISH =

    fluorescence in situ hybridization, dan lain-lain)

    Mekanisme Anemia

    1. Kehilangan darah yang berlebihan

    2. Penurunan produksi sel (eritropoiesis inefektif)

    3. Penghancuran sel yang berlebihan (hemolisis)

  • a. Hemolisis ekstravaskular

    Hemolisis ekstravaskular terjadi dalamkeadaan normal. Namun, bisa menyebabkan

    anemia ketika terjadi berlebihan.

    Hemoglobin

    Heme Globin

    Besi Protoporfirin Pool protein

    Makrofag (RES) CO Biliverdin Dipakai kembali

    Dipakai kembali Bilirubin indirek

    hati

    Bilirubin direk

    Urobilinogen Sterkobilinogen

    Urin Feses

    b. Hemolisis intravaskular

    Hemoglobin

    Hemoglobin bebas dalam plasma (hemoglobinemia)

    Haptoglobin Hemopeksin Oksidasi Ginjal

    Kompleks Hb- Kompleks Hb- Methemoglobinemia Hemoglobinuria

    Haptoglobin hemopeksin

    Clearance oleh Clearance oleh Epitel tubulus

    RES RES

    Hemosiderinuria

  • Anemia defisiensi zatbesi

    Merupakan anemia yang dialamiakibatberkurangnyakadarzatbesi (Fe) padaseseorang.

    Zatbesiitusendirimerupakanbahanbakuuntukmembentukgugushemepada HB dalameritrosit.

    Etiologi : Perdarahankronikpada gastrointestinal, uterus atau per vaginam

    : Kebutuhanzatbesiygmeningkat (pdmasapertumbuhandankehamilan)

    : Malabsorbsi

    : Diet yang buruk

    GejalaKlinis : Glosistis yang tidaknyeri

    : Stomatitis angularis

    : Kuku rapuhbergerigi / Kuku sendok (koilonikia)

    : Disfagiaakibatadanyaselaput faring

    : Penurunanfungsikognitifdanpsikomotorik

    Penegakan Diagnosis : Diagnosis dapatditegakkanapabiladitemukanGejalaklinis yang

    khas.

    : Dilakukanpx.lab, danakanditemukanKadar ferritin serum

    Transferin

    Besi sum-sum tulang :

    - eritoblascadangan

    - uk. Eritoblaskecil

    Tata Laksana : Terapiantihelmintik (mebendazol 100 mg), diberikan 2 x sehariselama 3

    hari

    : Terapi oral preparatbesi (sulfas ferosus 3mg/kgbb/hari)

    : Makanmakanan yang bergizi

    Farmakodinamik : Mebendazol, senyawainimerupakanturunanbenzimidazol, obatini

    berefekpadahambatanpemasukanglukosakedalamcacingsecaraireversibels

    ehinggaterjadipengosonganglikogendalamcacing.

  • Farmakokinetik : Mebendazoltidaklarutdalam air

    : Padapemberian oral absorbsinyaburuk

    : Diekskresikanlewaturindalambentuk yang utuhdanmetabolitsebagai

    hasildekarboksilasidalamwaktu 48 jam.

    Terapi non-farmakologi : Makanmakanan yang mengandungzatbesi, sepertidaging, Ikan,

    Bayam (dansayuranhijau), telur, Ayam.

    VARIASI DAN MORFOLOGI ERITROSIT SERTA STRUKTUR MEMBRAN

    ERITROSIT

    Sebagian besar tubuh manusia itu berupa cairan yang sangat penting dalam proses sistem

    metabolisme tubuh yaitu darah. Fungsi darah itu sendiri :

    1. Mengedarkan sari makanan ke seluruh tubuh yang dilakukan oleh plasma darah

    2. Mengangkut sisa oksidasi dari sel tubuh untuk di keluarkan dari tubuh

    3. Mengangkut oksigen ke seluruh tubuh yang dilakukan oleh sel darah merah

    4. Pertahanan tubuh terhadap infeksi

    Bagian darah yaitu sel sel darah dan plasma darah. Dimana sel sel darah padat terdiri dar :

    eritrosit ,leukosit dan trombosit . sedangkan plasma darah (bagian cairan darah) terdiri dari air,

    elektrolit, protein darah.

    Eritrosit :

    Eritrosit manusia yang tertahan dalam suatu medium isotonik yang merupakan cakram

    bikonkaf yang fleksibel.

    Berdiameter sekitar 75 m dengan tebal 2,6 m di bagian tepi dan tebalnya hanya 0,75

    m di bagian tengah

    Bentuk bikonkaf memberikan rasio yg lebih besar untuk luas permukaan terhadap

    volume dan mempermudah pertukaran gas

    Konsentrasi eritrosit normal dalam darah sekitar 3,9-5,5 juta per mikroliter pada wanita

    dan 4,1-6 juta per mikro meter pada pria

  • Kelainan Morfologi Eritrosit :

    Kelainan Morfologi Eritrosit dapat mengenai :

    -ukuran eritrosit (size)

    -warna eritrosit (stain)

    -bentuk eritrosit (shape)

    -adanya benda inklusi dalam eritrosit

    Kelainan Ukuran Eritrosit :

    Makrosit : eritrosit lebih besar dari pada eritrosit yg normal dengan ukuran

    >9.0m dan volume lebih besar dari 100 fl. Dapat terjadi akibat : gangguan

    sintesis DNA yang diikuti dengan gangguan pembelahan sel, yang terjadi pada -

    anemia megaloblastik akibat defisiensi asam folat atau vitamin B12,

    -penderita yang menerima obat kemoterapi, sehingga terjadi gangguan

    metabolisme asam folat atau sintesis DNA.

    -mielodysplasia

    Mikrositik : eritrosit lebih kecil dari pada eritrosit normal, dengan ukuran < 7 m

    dan volumenya lebih kecil dari 80 fl. Kelainan ini dapat terjadi pada semua

    keadaan dimana terdapat gangguan pembentukan hemoglobin , seperti ;gangguan

    absorpsi ,penggunaan dan pelepasan besi: anemia defisiensi besi , anemia

    sideroblastik.

    Anisositosis : ukuran eritrosit tidak sama besar dalam satu sediaan apus darah

    Mikrosit Makrosit

  • Kelainan warna eritrosit :

    Hipokrom : bila daerah pucat pada bagian tengah eritrosit lebih besar dari

    setengah diameter eritrosit. Eritrosit hipokrom dapat dijumpai pada : -

    anemia defisiensi besi

    -thalassemia

    -anemia sideroblastik

    Polikromasi : eritrosit hyang memiliki ukuran lebih besar dari eritrosit matang

    bewarna kebiru biruan (dengan pewarnaan wright), yang sebenarnya adalah

    retikulosit.matang bewarna kebiru biruan (dengan pewarnaan wright), yang

    sebenarnya adalah retikulosit.eritrosit polikrom banyak ditemukan di daerah tepi

    pada keadaan dimana sumsum tulang distimulasi untuk memproduksi eritrosit

    dalam jumlah besar. Polikromasi dapat terjadi pada :

    -perdarahan akut

    -proses hemolisis

    Kelainan bentuk eritrosit :

    o Sferosit : eritrosit lebih kecil, lebih bulat,lebih padat warnanya. Tidak di dapatkan

    bagian yang pucat di bagian tengah . terjadi akibat kelainan atau kerusakan

    membran eritrosit ,baik yang kongenital maupun di dapat . kelainan kongenital

    seperti sferositosis. Kelainan di dapat seperti immune hemolytic anemia, luka

    bakar yang berat, hipersplenisme.

    o Akantosit : eritrosit yg mempunyai tonjolan 3-12 dengan ujung duri tumpul

    yang tidak sama panjangpada membran inding sel kaku . Terdapat duri d

    permukaan membran. Kelainan ini diketahui bahwa kadar kolesterol membran

    eritrosit pada kelainan ini meningkat dan jumlah lecitin pada membran menurun .

    dijumpai pada : penyakit hati kronik, hipotiroidisme, defisiensi vitamin E

    o Eliptosit : bentuk seperti oval . kadang dapat lebih gepeng sehingga di

    sebut juga eliptosit. Keadaan ini dijumpai pada : anemia megaloblastik, anemia

    defisiensi besi, anemia sel sabit.

  • o Stomatosit : eritrosit bentuk central pallor seperti mulut. Pusatnya tidak

    hipokrom tetapi berwarna merah. Kelainan ini dapat dijumpai pada

    sferostomatosis herediter alkoholisme akut

    o Sel target : di bagian tengah eritrosit yang pucat terdapat lingkaran berwarna

    merah di pusat eritrosit. Biasanya terjadi pada penyakit hati defisiensi besi

    o Sel Sabit : eritrosit yang berbentuk sabit akibat polimerasi hemoglobin s

    pada keadaan kekurangan O2 yang bersifat reversible. kelainan ini terjadi pada

    anemia sel sabit

    o Fragmentosis: penyebab luka bakar, mikroangiopati, katup jantung

    o Ekinosit : penyebabnya penyakit hati, gagal

    ginjal,abetalipoproteinemia

    o Sel Pensil : Penyebabnya Defisiensi besi

    o Tear Drop (Poikilosit Tetes air mata) :berbentuk seperti buah pir . atau tetesan air

    mata. Dapat dijumpai pada mielofibrosis dengan metaplasia mieloid. Di duga

    berhubungan dengan eritrosit yang mengandung benda benda inklusi , dimana

    saat benda inklusi di keluarkan dari sel terjadi perubahan bentuk tsb.

    SFEROSIT AKANTOSIT

    EKINOSIT ELIPTOSIT STOMATOSIT

  • SEL TARGET SEL FRAGMEN SEL SABIT

    SEL PENSIL TEAR DROP

    POIKILOSITOSIS

    Menunjukan bentuk eritrosit yang bermacam macam dalam satu sediaan apus darah

    BADAN/BENDA INKLUSI ERITROSIT :

    o Badan Howell-Jolly

    sisa inti yang mengandung DNA. Ukurannya sekitar 1-2 U, dapat di temukan tunggal

    atau ganda, letaknya ekstrentrik di dekat membran eritrosit. Dapat di jumpai pada :

    -pasca splenektomi

    -thalassemia

    -anemia hemolitik

    -anemia megaloblastik

    o Titik titik basofil(basophilic stippling)

    titik basofil di temukan di dalam eritrosit sebagai titik tyitik kecil berwarna biru

    tua (basofilik), merupakan sisa RNA dan mitokondria. Dapat di jumpai pada :

    -keracunan timah hitam

    -thalassemia

    o Badan Pappenheimer (granula sidetotik)

  • berbentuk benda kecil, irreguler, berwarna magenta dan biasanya berkelompok di bagian

    tepi eritrosit. Adanya badan ini menunjukan adanya kelebihan besi. Dapat dijumpai pada

    -anemia sideroblastik

    -hemoglobinopati

    o Badan Heinz

    terbentuk akibat denaturasi atau pengendapan hemoglobin di rangka membran eritrosit.

    Sehingga menyebabkan distorsi membran eritrosit. Dapatd di jumpai pada :

    -thalassemia

    -defissiensi G6PD

    o Cincin Cabot

    badan berbentuk cincin , dijumpai pada eritrosit yang mengandung titik t itik basofilik

    yang banyak, dapat berbentuk angka 8. di jumpai pada:

    -anemia megaloblastik

    -Pasca splenektomi

  • Struktur Membran Eritrosit

    Membran sel darah merah terdiri atas dua lapisan lipid, protein membran integral, dan rangka

    membran. Sekitar 50 % dari membran adalah protein, 20% fosfolipid, 20% molekul kolesterol

    dan sampai dengan 10% karbohidrat. Karbohidrat hanya terdapat pada pemukaan luar sedangkan

    protein terletak di perifer atau integral, menembus lapisan lipid ganda. Beberapa protein setelah

    sel darah merah telah diberi nomor berdasarkan mobilitasnya pada elektroforesis gel

    poliakrilamida misalnya band 3, protein 4.1, 4.2.

    Rangka membran dibentuk oleh protein struktural yang meliputi spektrin alfa dan beta, ankyrin,

    protein 4.1 dan aktin. Protein protein ini membentuk jaring horisontal pada sisi bagian dalam

    membran sel darah merah dan penting mempertahankan bentuk bikonkaf. Spektrin adalah

    protein yang terbanyak dan terdiri atas 2 rantai alfa dan beta. Yang saling melilit membentuk

    heterodimer yang kemudian saling berkelompok antara kepala kepala heterodimer membentuk

    tetrameter. Tetrameter ini terkait pada ujung ekornya dengan aktin dan melekat pada pita protein

    4.1. pada ujung kepalanya , rantai spektrin beta melekat pada ankyrin yang berhubungan dengan

    pita 3, protein transmembran yang bertindaj sebgai saluran anion. Protein 4.2 memperkuat

    interaksi ini.

  • DAFTAR PUSTAKA

    Price, Sylvia Anderson dan Loraine McCarty Wilson. 2006. Patofisiologi : Konsep Klinis

    Proses-proses Penyakit Edisi 6 Volume 1. (diterjemahkan oleh dr. Brahm U. Pendit et

    al.). Jakarta : EGC

    Bakta, I Made, Prof. Dr. 2012. Hematologi Klinik Ringkas. Jakarta : EGC

    Kumar V, Cotran RS, Robbins SL. 2012. Buku Ajar Patologi Robbins Edisi 7 Volume 2.

    (diterjemahkan oleh dr. Brahm U. Pendit) Jakarta: EGC

    Hoffbrand, A.V. dan P. A. H. Moss. 2013. Kapita Selekta Hematologi Edisi 6. diterjemahkan

    oleh dr. Brahm U. Pendit et al.). Jakarta : EGC

    Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi V Jilid III. Jakarta : InternaPublishing, 2009