Lap Anyaman Polos

download Lap Anyaman Polos

of 25

description

tekstil

Transcript of Lap Anyaman Polos

I. ANYAMAN POLOS

II. MAKSUD DAN TUJUAN Mahasiswa diharapkan memiliki pengetahuan dekomposisi kain ayaman dasar, yang meliputi :1. Memiliki kemampuan mengenali ciri-ciri dan karakteristik anyaman polos.2. Memiliki kemampuan menentukan arah lusi dan pakan.3. Memiliki kemampuan menghitung tetal benang dalam kain.4. Memiliki kemampuan menghitung nomor benang.5. Memiliki kemampuan menghitung mengkeret benang.6. Memiliki kemampuan menghitung berat kain per m2 dan per meter linier.7. Memiliki kemampuan menentukan nomor sisir.8. Memiliki kemampuan menghitung fabric cover factor.9. Memiliki kemaMpuan menggambar anyaman kain contoh.

III. ALAT DAN BAHAN1. Loupe 2. Jarum 3. Mistar4. Kertas desain5. Gunting6. Timbangan dengan skala gram dan miligram7. Pensil

IV. TEORI DASARNama lain yang biasanya digunakan adalah anyaman blacu, plat, tabby, taffeta, dan plain. Dalam industri wol, kainnya disebut kain laken.Dalam industri linen, kainnya disebut kain linen.Dalam industri kapas, kainnya disebut blacu, kain mori, kain cambric, kain kanvas, dan lain-lain.Ciri-ciri dan karakteristik anyaman polos : Anyaman polos adalah anyaman yang paling sederhana, paling tua dan paling banyak dipakai. Mempunyai raport yang paling kacil dari semua jenis anyaman. Bekerjanya benang-benang lusi dan pakan paling sederhana, yaitu 1-naik, 1-turun. Ulangan raport; kearah horizontal (lebar kain) atau kearah pakan, diulangi sesudah 2 helai pakan. Kearah vertikal atau kearah lusi, diulangi sesudah 2 helai lusi. Jumlah silangan paling banyak diantara jenis anyaman yang lain. Jika faktor-faktor lainnya sama, maka anyaman polos mengakibatkan kain menjadi; paling kuat daripada dengan anyaman lain dan letak benang lebih teguh atau tak mudah berubah tempat. Anyaman polos paling sering dikombinasikan dengan faktor-faktor kontruksi kain yang lain daripada jenis anyaman yang lainnya. Tetal lusi dan pakan mempunyai pencaran (range) yang lebih besar daripada dalam anyaman lain(10 hl/ 200 hl/). Berat kain antara 10 g/m2 s/d 1500 g/m2. Anyaman polos lebih sesuai untuk diberi rupa yang lain dengan jalan mengadakan ubahan-ubahan desain, baik struktur maupun surface desain dibanding dengan anyaman lainnya. Pada umumnya penutupan kainnya (fabric cover) berkisar pada 25%-75%. Dapat dipakai untuk kain yang jarang dan tipis dengan hasil yang memuaskan daripada pakai anyaman lain. Anyaman polos untuk kain padat biasanyan menggunakan benang pakan yang lebih besar daripada benang lusinya. Anyaman paling sederhana. Anyaman paling luwes.

Ubahan pada anyaman polos dapat dilakukan dengan cara : Variasi tetal kain. Variasi jenis bahan. Variasi nomer benang. Variasi warna benang. Variasi teksture. Variasi lusi yang berbeda.

Tetal lusi dan tetal pakan pada anyaman polos mempunyai range yang lebih besar begitu pula dengan perpencaran serat kainnya.Turunan anyaman polos adalah anyaman polos yang diperpanjang efek lusinya atau efek pakannya, atau diperpanjang kedua-duanya dengan arah perpanjangan efek lusi kearah vertikal sedangkan efek pakan kearah horizontal.Turunan anyaman polos pada dasarnya dibagi dua:1. Turunan anyaman polos langsung.0. Perpanjangan efek lusi0. Perpanjangan efek pakan0. Perpanjangan efek lusi dan efek pakan1. Turunan anyaman polos tidak langsung.1. Cannele lusi selang-seling (royals).1. Cannele pakan selang-seling.1. Anyaman cannele berkotak.1. Anyaman huckaback.1. Kombinasi cannele panama.1. Anyaman biji jelai.1. Anyaman berlubang (ajour).1. Anyaman crepe (berbutir)

V. LANGKAH KERJA1. Tentukan arah lusi dan pakan kain sample yang akan diamati.2. Hitung tetal lusi dan tetal pakan kain sample.3. Buat sample kain lebih teliti, dengan ukuran 10x10 cm.4. Potong kain sample yang baru, rapikan dan timbang. Catat hasil penimbangan.5. Tiras 10 helai benang lusi dan pakan dari kain sample yang baru.6. Timbang 10 helai benang lusi catat. Begitu juga untuk benang pakan.7. Lalu ukur mengkeret yang terjadi pada benang lusi atau pun pakan. Dengan cara menghitung 10 helai benang yang di tiras tadi dengan diregangkan menggunakan penggaris.8. Hitung dan tentukan data-data yang diperlukan sesuai dengan dekomposisi kain.

VI. DATA PENGAMATAN1. Sample Kain Polos

2. Sample benang Lusi dan Pakan

LusiPakan

3. Berat 10 helai BenangLusi= 0,0155 gramPakan= 0,0150 gram4. Berat KainBerat kain (10x10) cm= 0,86 gramBerat kain/m2= 86 gram/m2

5. Data Penghitungan Tetal kain dan Panjang benang

NoTetal LusiTetal PakanPanjang Lusi/cmPanjang Pakan/cm

198541010

2102541010,3

3105531010

41055510,210

5108541010

61010

71010,2

81010

91010

101010

518270100,2100,5

X103 hl/inci54 hl/inci10,02 cm10,05 cm

6. Gambar anyaman X X

X X

X X

X X

VII. PERHITUNGAN1. Mengkeret = Lusi = Pakan = 2. Nomor Benang =

Lusi1. Nm= 2. Ne1 = 0,59 x Nm = 0,59 x 64,64 = 38,133. Tex==

4. d = = denier

Pakan1. Nm= = 672. Ne1 = 0,59 x Nm = 0,59 x 67 = 39,533. Tex = = 14,924. d = = = 134,32 denier3. Berat kain & Selisihnyaa. Perhitungan Benang = Perhitungan Lusi = = 62,85 g/m2 Perhitungan Pakan = = 31,87 g/m2b. Berat SelisihBk = 86 g/m2Bb = BL + BP = 62,85 + 31,87 = 94,72 g/m2Berat Selisih = = = 9,20 %

4. Fabric cover factor

a. Warp cover factor = cw = nw x dwdw = = = 0,0057cw = 103 x 0,0057 = 0,5871

b. Filling cover factor = cf = nf x dfdf = = = 0,0056cf = 54 x 0,0056 = 0,3024

cover factor = CF % = (Cw + Cf Cw.Cf) x 100%= (0,5871 + 0,3024 0,5871 . 0,3024) x 100%= 71,19%

VIII. DISKUSI DAN KESIMPULAN

Pada percobaan ini banyak yang perlu diperhatikan, banyak kesalahan sehingga hasil selisih di atas 5 % yang disebabkan oleh salah dalam membaca skala penimbangan, tidak teliti dalam melihat tetal lusi pakan.

KESIMPULAN Kain anyaman polos ini sangat umum dan banyak digunakan, bentuk anyamannya masih dasar yaitu loncat satu turun satu.

IX. DAFTAR PUSTAKA

Giarto, AT., M.Si dan Siti Rohmah, AT, Bahan ajar praktikum desain tekstil 1, 2013.

8. ANYAMAN KEEPER

8. MAKSUD DAN TUJUAN

Maksud : Menguraikan kain dengan ditiras atau dilihat dengan lup kearah lusi dan pakan untuk mengetahui konstruksi kain tersebut, kemudian mengukur dan menghitung beratnya.

Tujuan :1. Mengetahui desain dasar struktur kain tenun 2. Mengetahui konstruksi kain meliputi : Anyaman, tetal benang lusi dan pakan, nomer benang lusi dan pakan.3. Mengetahui kebutuhan bahan baku yang diperlukan untuk membuat kain dengan panjang dan lebar tertentu berdasarkan konstruksi kain yangmengalami dekomposisi.

8. ALAT DAN BAHAN

1. Loupe 2. Jarum 3. Mistar4. Kertas desain5. Gunting6. Timbangan dengan skala gram dan miligram7. Pensil

8. TEORI DASAR

Nama lain dari anyaman keper yang banyak digunakan yaitu:Twill (USA), Drill (inggris), Koper (jerman).Ciri-ciri dan karakteristik anyaman keper : Anyaman keper adalah anyaman dasar yang kedua Pada permukaan kain terlihat garis miring atau rips miring tidak putus-putus. Jika arah garis miring berjalan dari kanan bawah kekiri atas, disebut keper kiri. Sedangkan jika sebaliknya maka disebut keper kanan. Garis miring yang dibentuk oleh benang lusi disebut keper efek lusi ataukeper lusi. Sedangkan sebaliknya disebut efek pakan. Garis miring membentuk sudut 45o terhadap garis horizontal. Appearance kain pada pada permukaan atas dan bawah berlainan. Jika raport terkecil dari anyaman keper = 3 helai lusi dan 3 helai pakan, disebut keper 3 gun. Biasanya dibuat dalam kontruksi padat. Dalam kondisi sama, kekuatan kain dengan anyaman polos lebih besardari pada kekuatan kain dengan anyaman keper. Pada umumnya tetal benang dibuat lebih tinggi daripada dalam anyaman polos. Pengaruh arah twist benang sangat besar terhadap kenampakan garis miring. Besarnya sudut garis miring dipengaruhi oleh perbandingan tetal lusi danpakan. Garis miring dengan sudut >45o, disebut keper curam (steep twill).

JENIS ANYAMAN KEPER DASARAnyaman keper yang mempunyai rapot anyaman paling kecil adalah keper 3 gun, dengan rumus / 1 atau / 1. Ayaman dasar keper hanya mempunyai 1 buah silangan. Didalam rumus selalu terdapat angka 1. Jika angka 1 berada diatas garis, maka anyamannya adalah keper pakan (rumus selalu menggambarkan bekerjanya benang lusi). Apabila angka 1 berada dibawah garis, maka anyamannya adalah keper lusi, karena float lusinya yang penjang berada diatas benang pakan.Banyaknya gun minimum = jumlah float lusi dan float pakan.Jadi keper / 1, jumlah gun minimum = 2 + 1 = 3 buah.Nama teknis anyaman dasar keper, masing-masing dibedakan dengan menyebutkan jumlah gun minimum, misalnya :Keper lusi 4 gunKeper lusi 7 gunKeper pakan 5 gunKeper pakan 6 gun8. LANGKAH KERJA

1. Tentukan arah lusi dan pakan kain sample yang akan diamati.2. Hitung tetal lusi dan tetal pakan kain sample.3. Buat sample kain lebih teliti, dengan ukuran 10x10 cm.4. Potong kain sample yang baru, rapikan dan timbang. Catat hasil penimbangan.5. Tiras 10 helai benang lusi dan pakan dari kain sample yang baru.6. Timbang 10 helai benang lusi catat. Begitu juga untuk benang pakan.7. Lalu ukur mengkeret yang terjadi pada benang lusi atau pun pakan. Dengan cara menghitung 10 helai benang yang di tiras tadi dengan diregangkan menggunakan penggaris.8. Hitung dan tentukan data-data yang diperlukan sesuai dengan dekomposisi kain.

8. DATA PENGAMATAN

1. Sample Kain Keper

2. Sample benang Lusi dan Pakan

LusiPakan

3. Berat 10 helai BenangLusi= 0,035 gramPakan= 0,036 gram

4. Berat KainBerat kain (10x10) cm= 2,13 gramBerat kain/m2= 213 gram/m2

5. Data Penghitungan Tetal kain dan Panjang benang

NoTetal LusiTetal PakanPanjang Lusi/cmPanjang Pakan/cm

11235910,510,2

21205710,210,1

31215510,410,1

410,110,1

510,110

610,310,2

710,110

810,210

910,210,2

1010,110,2

364171102,2101,1

x121 hl/inci57 hl/inci10,2 cm10,1 cm

6. Gambar anyaman X X X

X X X

X X X

X XX

8. PERHITUNGAN1. Mengkeret = Lusi = Pakan =

2. Nomor Benang =

Lusi1. Nm=

2. Ne1 = 0,59 x Nm = 0,59 x 29,2= 17,22

3. Tex==

4. d = = denier

Pakan1. Nm= = 28,08

2. Ne1 = 0,59 x Nm = 0,59 x 28,08= 16,56

3. Tex = = 35,61

4. d = = 320,51 denier3.Berat kain & Selisihnya

a. Perhitungan Benang = Perhitungan Lusi = = 166,37 g/m2 Perhitungan Pakan = = 79,94 g/m2b. Berat SelisihBk = 213 g/m2Bb = BL + BP = 166,37 + 79,94 = 246,31 g/m2Berat Selisih = = = 13,52 %

4.Fabric cover factor

a. Warp cover factor = cw = nw x dwdw = = = 0,0086cw = 121 x 0,0086 = 1,0406b. Filling cover factor = cf = nf x dfdf = = = 0,0087cf = 57 x 0,0087 = 0,4959

cover factor = CF % = (Cw + Cf Cw.Cf) x 100%= (1,0406 + 0,4959 1,0406 x 0,4959) x100%= 50,06%

8. DISKUSI Dalam percobaan kali ini hampir sama dengan percobaan pada anyaman polos karena kurang teliti dalam menghitung tetal lusi dan tetal pakan serta menimbang di neraca maka hasil selisihnya lebih dari 5%

KESIMPULAN Anyaman kefer Benang Lusi Tetal Lusi : 47,63 hl/cm ML : 1,96 % Nm : 29,2 Ne1 : 17,22 Tex : 34,2 tex d : 308,21 denier Berat Lusi : 166,37 g/m2 Benang Pakan : Tetal Pakan : 22,44 hl/cm ML : 0,99 % Nm : 28,08 Ne1 : 16,56 Tex : 35,61 tex d : 320,51 denier Berat Pakan : 79,94 g/m2

Karena kain tenun keper yang memiliki karakteristik kain rapat banyak digunakan pada mantel, setelan, blue jeans dan levis yang membutuhkan kain yang kuat terhadap gesekan atau friction.

8. DAFTAR PUSTAKA

Giarto, AT., M.Si dan Siti Rohmah, AT, Bahan ajar praktikum desain tekstil 1, 2013I. ANYAMAN SATIN

II. MAKSUD DAN TUJUAN

Maksud : menguraikan kain dengan ditiras atau dilihat dengan lup kearah lusi dan pakan untuk mengetahui konstruksi kain tersebut, kemudian mengukur dan menghitung beratnya

Tujuan :1. Mengetahui desain dasar struktur kain tenun 2. Mengetahui konstruksi kain meliputi : anyaman, tetal benang lusi dan pakan, nomer benang lusi dan pakan.3. Mengetahui kebutuhan bahan baku yang diperlukan untuk membuat kain dengan panjang dan lebar tertentu berdasarkan konstruksi kain yang mengalami dekomposisi.

III. ALAT DAN BAHAN

1. Loupe 2. Jarum 3. Mistar4. Kertas desain5. Gunting6. Timbangan dengan skala gram dan miligram7. Pensil

IV. TEORI DASAR

Anyaman satin pada kain katun pada umumnya menggunakan 5 atau 6 gun.Biasanya satin pakan.Satinet, istilah yang dipakai untuk kain imitasi sutera, misalnya dari bahan katun yang dimercerisir, digunakan untuk kain lapis maupun meubelstoffen.Satin, istilah yang umum dipakai pada kain-kain satin yang dibuat dari sutera filamen atau benang sintetis filamen.Satinettes, dibuat dari benang lusi kapas dan benang pakan wol.Satijn de chine, dibuat dari benang sutera alam dengan tetal sedang, digunakan untuk kain lapis.Belakangan dibuat juga dari benang rayon.Istilah satin sendiri biasanya diperuntukkan pada kain yang bahannya dari benang filamen sutera atau sintetis. Istilah satin berasal dari nama sebuah tempat di Tiongkok yang disebut Tsething.Anyaman satin memiliki ciri-ciri dan karakteristik sebagai berikut :1. Pada 1 rapot anyaman, banyak benang lusi sama dengan banyak benang pakan.2. Anyaman satin hanya menonjolkan salah satu efek pada permukaan kain, yaitu efek lusi atau efek pakan.3. Anyaman satin dengan efek lusi disebut satin lusi, sedangkan anyaman satin dengan efek pakan disebut satin pakan.4. Pada satin lusi, tetal lusi > tetal pakan, sedangkan pada satin pakan tetal pakan > tetal lusi.5. Pada kain dengan anyaman satin, suatu garis seperti pada anyaman keper tidak tanpak jelas atau menonjol.6. Pada umumnya digunakan tetal tinggi pada lusi atau pakan, sehingga kainnya tampak padat (solid).7. Tetal yang tinggi dan penggunaan benang yang arah twistnya bersamaan dengan arah garis miring pada anyaman satin, maka permukaan kain akan tampak smooth, rata, mengkilat dan padat.8. Banyaknya gun minimun sama dengan jumlah benang lusi/pakan dalam 1 rapot anyaman.9. Anyaman satin dapat digolongkan menjadi 2 jenis, yaitu satin teratur dan satin tidak teratur.10. Anyaman satin digunakan pada semua jenis kain, tetapi tidak baik untuk kain dengan kontruksi terbuka atau jarang.11. Anyaman kain satin lebih sesuai daripada anyaman keper untuk kain dengan kontruksi padat.12. Pada anyaman satin, kombinasi dari faktor-faktor konstruksi kain lebih sedikit digunakan daripada dalam anyaman keper.13. Titik-titik silang pada anyaman satin letaknya tersebar tidak bersinggungan satu sama lain.14. Setiap benang lusi dalam satu rapot hanya mempunyai satu titik silang.

ANGKA LONCAT (V) DALAM ANYAMAN SATINa. Besarnya angka loncat selalu lebih besar dari pada 1b. Angka loncat tidak sama dengan banyak lusi/pakan dalam 1 rapot anyaman dikurangi 1.c. Angka loncat tidak sama dengan bilangan yang menjadi pemberi persekutuan terhadap bilangan yang menunjukan jumlah benang lusi atau pakan dalam satu rapot anyaman.d. Angka loncat dan jumlah benang lusi dalam 1 rapot masing-masing tidak boleh terbagi oleh suatu angka yang sama.

V. LANGKAH KERJA

1. Tentukan arah lusi dan pakan kain sample yang akan diamati.2. Hitung tetal lusi dan tetal pakan kain sample.3. Buat sample kain lebih teliti, dengan ukuran 10x10 cm.4. Potong kain sample yang baru, rapikan dan timbang. Catat hasil penimbangan.5. Tiras 10 helai benang lusi dan pakan dari kain sample yang baru.6. Timbang 10 helai benang lusi catat. Begitu juga untuk benang pakan.7. Lalu ukur mengkeret yang terjadi pada benang lusi atau pun pakan. Dengan cara menghitung 10 helai benang yang di tiras tadi dengan diregangkan menggunakan penggaris.8. Hitung dan tentukan data-data yang diperlukan sesuai dengan dekomposisi kain.

VI. DATA PENGAMATAN1. Sample Kain Satin

2. Sample benang Lusi dan Pakan

LusiPakan

3. Berat 10 helai BenangLusi= 0,0095 gramPakan= 0,0150 gram4. Berat KainBerat kain (10x10) cm= 1,01 gramBerat kain/m2= 101 gram/m2

5. Data Penghitungan Tetal kain dan Panjang benang

NoTetal LusiTetal PakanPanjang Lusi/cmPanjang Pakan/cm

11507010,210,2

2145711010,1

31507010,110

410,110

510,110,1

610,210,1

710,210,2

810,110,1

91010

101010,1

445211101100,9

X148,3 hl/inci70,3 hl/inci10,1 cm10,09 cm

6. Gambar anyamanSatin 5 V 2XXXX

XXXX

XXXX

XXXX

XXXX

VII. PERHITUNGAN1. Mengkeret = Lusi = Pakan =

2. Nomor Benang =

Lap. Distek 1

Lusi1. Nm=

2. Ne1 = 0,59 x Nm = 0,59 x = 62,72

3. Tex==

4. d = =denier

Pakan1. Nm= = 67,26

2. Ne1 = 0,59 x Nm = 0,59 x 67,26 = 39,68

3. Tex==

4. d = =denier

3. Berat kain & Selisihnyaa. Perhitungan Benang =

Perhitungan Lusi = = 55,46 g/m2 Perhitungan Pakan = = 41,51 g/m2b. Berat SelisihBk = 101 g/m2Bb = BL + BP = 55,46 + 41,51 = 96,97 g/m2Berat Selisih = = = 3,9%

4. Fabric cover factor

a. Warp cover factor = cw = nw x dwdw = = = 0,0043cw = 83,4 x 0,00496 = 0,6376

b. Filling cover factor = cf = nf x dfdf = = = 0,0056cf = 62,2 x 0,00609 = 0,3936

cover factor = CF % = (Cw + Cf Cw.Cf) x 100% = (0,6376 + 0,3936 0,6376 . 0,3936) x 100% = 78,02 %

VIII. DISKUSI

Pada percobaan kali ini hasil selisih yang di dapat cukup bagus yaitu dibawah 5 % , kesulitan masih saja ditemukan . salah satunya yaitu saat menghitung tetal lusi dan melihat anyaman yang sukar karena sangat rapat sekali dan bagian depan kain maupun belakang terbalik.

KESIMPULANSetelah praktikum didapatkan hasil sebagai berikut : Anyaman satin 5 Gun V 2 Benang Lusi Tetal Lusi : 58,38 hl/cm ML : 2 % Nm : 106,31 Ne1 : 62,72 Tex : 9,40 d : 84,65 denier Berat Lusi : 55,46 g/m2 Benang Pakan : Tetal Pakan : 27,67 hl/cm MP : 0,9 % Nm : 67,26 Ne1 : 339,68 Tex : 14,86 d : 133,80 denier Berat Pakan : 41,51 g/m2

IX. DAFTAR PUSTAKA

Giarto, AT., M.Si dan Siti Rohmah, AT, Bahan ajar praktikum desain tekstil 1, 2013.

LAPORAN PRAKTIKUMDESAIN TEKSTIL 1DEKOMPOSISI KAIN POLOS,KEPER,SATIN

Disusun oleh :

Nama: Nomas Akbar Y.P.NPM: 13010050GRUP: 2T3Dosen : Sugeng WidodoAsisten : 1. Maki 2. Resti

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TEKSTILBANDUNG2014

Lap. Distek 1